25 Tabel 4. Luas Lahan Sawah dan Jumlah Petani di Kecamatan Langsa Timur
No Desa
Luas Lahan Ha
Jumlah Kelompok Tani
Unit Jumlah
Petani Jiwa
1 Buket Medang Ara
37 3
62 2
Matang Seutui 114
4 104
3 Buket Pulo
78 2
40 4.
Matang Panyang 55
2 59
5 Simpang Wie
10 2
43 6
Buket Rata -
1 15
7 Buket Meutuah
118 7
156 8
Alue Merbau 352
7 187
9 Matang Cengai
210 5
139 10
Senebok Antara 45
2 74
11 Alue Pineng
120 3
127 12
Sukarejo 171
3 105
13 Cinta Raja
147 6
178 14
Sungai Lueng 4
5 121
15 Alue Pineung Timur
5 2
50 16
Kapa 4
2 40
Jumlah 1470
56 1500
Sumber: Balai Penyuluh Pertanian Kecamatan Langsa Timur, 2012
Dari Tabel 4 dapat dilihat bahwa desa yang memiliki lahan sawah paling luas dan jumlah petani terbanyak adalah Desa Alue Merbau sedangkan yang
memiliki lahan paling kecil dan jumlah petani yang sedikit adalah Desa Kapa dengan jumlah petani sebanyak 40 orang.
4.2. Kontribusi Pendapatan di Luar Kegiatan Bertani terhadap
Pendapatan Total Rumah Tangga Petani Pendapatan total rumah tangga petani yang beraktivitas di luar kegiatan
bertani berasal dari pendapatanya dari kegiatan bertani dan pendapatan yang diperoleh dari aktivitas di luar kegiatan bertaninya. Besarnya masing-masing
pendapatan petani dapat dilihat pada Tabel 5.
Universitas Sumatera Utara
26 Tabel 5. Deskripsi Pendapatan Petani Yang Beraktivitas di Luar Kegiatan Bertani
Pendapatan dalam Ribu Rupiah Rentang
Rata-rata
Bertani 5306
3209,71 Luar Bertani
3500 2377,56
Sumber : Lampiran 5
Tabel 5 menunjukkan bahwa rentang antara pendapatan terendah dan tertinggi yang diperoleh petani dari kegiatan bertaninya adalah sebesar Rp.
5.306.000. Pendapatan terendah yang adalah sebesar Rp. 1.000.000 sedangkan yang tertinggi sebesar Rp. 6.306.000. Dari Tabel 6 juga dapat dilihat bahwa
rentang antara pendapatan terendah dan tertinggi yang diperoleh petani dari kegiatan bertaninya sebesar Rp. 3.500.000. Pendapatan terendah yang diperoleh
petani dari kegiatannya di luar bertani adalah sebesar Rp. 1.000.000 dan yang tertinggi adalah sebesar Rp. 4.500.000.
Rata-rata pendapatan petani sampel dari kegiatan bertaninya sebesar Rp. 3.209.000, sedangkan rata-rata pendapatan yang diperoleh dari aktivitas lain di
luar kegiatan bertaninya sebesar Rp. 2.377.000. Rata-rata total pendapatan rumah tangga petani yang diperoleh dari kegiatan bertani dan aktivitas di luar kegiatan
bertani sebesar Rp. 5.587.000. Dari hasil diatas dapat disimpulkan bahwa rata-rata kontribusi pendapatan
yang diperoleh dari aktivitas lain di luar kegiatan bertani terhadap total pendapatan rumah tangga petani sebesar 43. Hal ini menunjukkan bahwa
pendapatan dari kegiatan di luar bertani memberi kontribusi cukup besar bagi total pendapatan rumah tangga petani atau hampir sebagian dari total pendapatan
berasal dari aktivitas lain di luar kegiatan bertani.
Universitas Sumatera Utara
27 Pendapatan merupakan selisih antara total penerimaan dengan total biaya
yang dikeluarkan. Namun dalam kenyataannya ada biaya-biaya yang tidak diperhitungkan petani dalam kegiatan bertaninya, seperti biaya sewa lahan dan
biaya tenaga kerja. Hal ini terjadi karena pada umumnya petani pemilik tidak menghitung biaya lahannya sebagai bagian dari biaya produksi yang harus
dikeluarkannya atau diperhitungkan. Tenaga kerja yang digunakan dalam kegiatan bertani sebagian besar berasal dari dalam keluarga. Dalam bisnis setiap tenaga
kerja yang digunakan dianggap sebagai biaya yang harus dibayarkan sesuai dengan besarnya upah yang berlaku. Namun petani juga tidak membayarkan atau
menganggap penggunaan tenaga kerja yang berasal dari dalam keluarga sebagai biaya produksi.
Menurut realitas pembayarannya, biaya dibagi menjadi 2 yaitu 1 Biaya pengorbanan opportunity cost adalah biaya yang timbul karena mengorbankan
kesempatan tertentu. Dalam prakteknya biaya ini tidak pernah dibayarkan, 2 Biaya sebenarnya real cost adalah biaya-biaya yang benar-benar dibayarkan
sesuai dengan aktivitas yang dilakukan. Dengan demikian terjadi perbedaan yang sangat nyata antara total pendapatan yang diperoleh petani dari kegiatan bertani
dengan menggunakan perhitungan biaya riil dan biaya opportunity.
Tabel 6. Rata-Rata Kontribusi Pendapatan Luar Bertani Terhadap Pendapatan Total Rumah Tangga Petani
Biaya Pendapatan
Bertani dalam Ribu Rupiah
Pendapatan Luar Bertani
dalam Ribu Rupiah
Pendapatan Total dalam
Ribu Rupiah Kontribusi
Riil 3209
2377 5587
43 Opportunity
8433 2377
10811 29
Sumber : Lampiran 16, 17
Universitas Sumatera Utara
28 Dari Tabel 6 dapat dlihat bahwa kontribusi pendapatan luar bertani yang
diperoleh selama ini lebih rendah dari kontribusi pendapatan luar bertani yang sebenarnya dapat diperoleh petani. Hal ini diseebabkan karena dengan tidak
memasukkan sewa lahan milik dan tenaga kerja yang berasal dari dalam keluarga sebagai biaya produksi maka pendapatan yang diperoleh akan lebih besar. oleh
karena itu pendapatan yang diterima dari kegiatan luar bertani seolah-olah tidak memberi kontribusi yang cukup besar bagi rumah tangga petani.
Tabel 7. Deskripsi kontribusi Pendapatan di Luar Kegiatan Bertani terhadap Pendapatan Total Rumah Tangga Petani
Kontribusi n
Minimun Maksimum
Dengan Biaya Riil 74
20 75
Dengan Biaya Opportunity 74
10 50
Sumber : Lampiran 18
Dari Tabel 7 dapat dilihat besarnya kontribusi pendapatan luar bertani untuk masing-masing biaya.
Kontribusi pendapatan terendah dengan menggunakan biaya riil adalah 20 dan tertinggi adalah 75, sedangkan
kontribusi terendah dengan menggunakan biaya opportunity sebesar 10 dan tertinggi sebesar 50.
Sebanyak 20 orang petani atau sekitar 27 petani dari total petani yang dijadikan sampel penelitian memiliki kontribusi pendapatan diluar kegiatan
bertani yang lebih besar dari 50. Jenis pekerjaan yang ditekuni bervariasi yaitu 10 orang tukang bangunan, 1 orang berkebun, 2 orang pedagang, 2 orang nelayan,
2 orang pembuat kuedan 3 orang serabutan. Jenis pekejaan yang paling banyak ditekuni yaitu sebagai tukang bangunan sebab menghasilkan pendapatan yang
relatif lebih tinggi dari jenis pekerjaan lainnya, tidak menuntut keterampilan yang
Universitas Sumatera Utara
29 terlalu khusus, tidak memerlukan modal yang besar, serta adanya kepastian
besarnya pendapatan yang akan diperoleh nantinya. Tenaga kerja yang digunakan petani untuk membantu kegiatan bertaninya
berasal dari dalam keluarga dan dari luar keluarga. Tenaga kerja dalam keluarga yang membantu petani adalah istri, adik dan anak, sedangkan tenaga kerja yang
berasal dari luar keluarga merupakan buruh upahan yang pada umumnya adalah tenaga kerja pria. Untuk perhitungan biaya tenaga kerja akan dikonversikan
kedalam Hari Kerja Pria HKP untuk masing-masing bagian yaitu pria 1 HKP, wanita 0,75 HKP dan anak-anak 0,5 HKP. Perbandingan penggunaan tenaga kerja
dalam keluarga dan tenga kerja luar keluarga pada kegiatan bertani dapat dilihat pada Tabel 8.
Universitas Sumatera Utara
30 Tabel 8. Penggunaan Tenaga Kerja Dalam Keluarga dan Tenaga Kerja Luar
Keluarga
Keputusan Petani Kegiatan
Asal
Penggunaan Tenaga Kerja HKP
Beraktivias di Luar Kegiatan Bertani
Pengolahan Lahan DK
444.6
LK
678.3
Penanaman DK
936.2
LK
492.8
Pemupukan DK
548
LK
45.6
Pemberantasan Hama DK
450.3
LK
57
Pemanenan DK
856.01
LK
815.1
Total
Penggunaan Tenaga Kerja HKP
DK
3235.11
LK
2088.8
Tidak Beraktivias di Luar Kegiatan
Bertani Pengolahan Lahan
DK
228
LK
171
Penanaman DK
425.8
LK
103.2
Pemupukan DK
253.8
LK
34.2
Pemberantasan Hama DK
228
LK
34.2
Pemanenan DK
400
LK
421.8
Total
Penggunaan Tenaga Kerja HKP
DK
1535.6
LK
764.4
Sumber
:
Lampiran 8,9
Penggunaan tenaga kerja dalam keluarga petani yang beraktivitas di luar kegiatan bertani sebesar 5359,3 HKP, yang berasal dari dalam keluarga sebesar
3235,11 HKP dan tenaga kerja luar keluarga sebesar 2088,8 HKP. Sedangkann penggunaan tenaga kerja dalam keluarga petani yang tidak beraktivitas di luar
kegiatan bertani sebesar 2300 HKP, yang berasal dari dalam keluarga sebesar 1535,6 HKP dan tenaga kerja luar keluarga sebesar 764,6 HKP. Kegiatan yang
dilakukan dalam kegiatan bertani adalah pengolahan lahan, penanaman, pemupukan, pemberantasan hama dan pemanenan. Semua jenis kegiatan
Universitas Sumatera Utara
31 dilakukan oleh tenaga kerja dari dalam keluarga, namun untuk kegiatan-kegiatan
tertentu yang membutuhkan banyak tenaga maka petani menggunakan tenaga kerja dari luar keluarga.
Untuk kegiatan pengolahan lahan, penanaman dan pemanenan dibutuhkan banyak tenaga kerja karena kegiatan-kegiatan tersebut harus diselesaikan dengan
cepat dan waktu yang serentak pula. Pada umumnya untuk kegiatan pemupukan dan pemberantasan hama, hanya petani yang memiliki lahan yang relatif luas
menggunakan tenaga kerja dari luar keluarga. Hal ini disebabkan karena kegiatan pemupukan dan pemberantasan hama tidak harus diselesaikan dalam waktu yang
cepat dan serentak. Penggunana tenaga kerja dalam keluarga berhubungan dengan keputusan
petani untuk beraktivitas di luar kegiatan bertani. Hubungan tersebut dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Hubungan Penggunaan Tenaga Kerja Dalam Keluarga Dengan Aktivitas di Luar Kegiatan Bertani
Penggunaan Tenaga Keja
Dalam Keluarga HKP
Keputusan Petani Total
Beraktivias di Luar Kegiatan Bertani
Tidak Beraktivias di Luar Kegiatan
Bertani
32,80 - 37.20 28
22 50
39,90 - 45.53 6
28 34
45,70 - 50.00 6
19 25
64,30 - 82.80 5
5 Total sampel
40 74
114
Sumber : Lampiran 19
Universitas Sumatera Utara
32 Tabel 9 menunjukkan bahwa semakin besar penggunaan tenaga kerja dari
dalam keluarga maka keputusan petani untuk beraktivitas di luar kegiatan bertani semakin kecil. Hal ini terjadi karena penggunaan tenaga kerja dari dalam keluarga
tidak dianggap sebagai bagian dari biaya produksi yang harus dikeluarkan atau petani tidak perlu mengeluarkan upah tenaga kerja bagi keluarganya. Dengan
demikian penggunaan tenaga kerja dari dalam keluarga akan menghasilkan pendapatan yang relatif lebih besar dibandingkan dengan jika petani
menggunakan tenaga kerja dari luar keluarga. Oleh karena itu petani akan lebih fokus pada kegiatan bertaninya dan tidak akan mencari aktivitas lain di luar
kegiatan bertani, serta mempekerjakan seluruh keluarganya dalam kegiatan bertani dan tidak akan mencari tenaga kerja dari luar keluarga.
4.3. Hasil Analisis Perbedaan Luas Lahan, Tingkat Pendidikan, Jumlah