Penelitian Terdahulu TINJAUAN PUSTAKA

6

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu

Yanti 2004 dalam penelitiannya yang menggunakan tabel frekwensi dan tebel silang memperoleh kesimpulan bahwa 1 Aktivitas usaha luar tani di Limbang Weton adalah berdagang sedangkan di Limbang Kulon sebagai buruh pabrik dan tukang. 2 Faktor yang mendorong petani melakukan aktivitas diluar pertanian adalah keinginan menambah pendapatan. 3 Faktor yang menarik petani bekerja diluar adalah mudah mendapatkan pekerjaan dan pendapatan yang diperoleh lebih besar. Pramono 2009 dengan menggunakan tabel frekwensi dan pendekatan geografi menyimpulkan bahwa 1 Faktor yang mendorong petani untuk melakukan aktivitas luar usahatani adalah rendahnya pendapatan pada usahatani. 2 Faktor yang menarik petani untuk bekerja diluar usahatani adalah memperoleh pendapatan lebih tinggi jika dibandingkan dengan pendapatan dari usahatani. Ginting 1994 dalam penelitiannya yang menggunakan analisis deskriptif menyimpulkan bahwa pendidikan, pendapatan dan jumlah beban tanggungan migran lebih tinggi dari non migran. Sementara usia dan luas lahan milik kelompok migran berusia lebih muda dan sebagian besar migran tidak mempunyai lahan. Selanjutnya analisis kualitatif dengan menggunakan persamaan logit menunjukkan bahwa variabel perbandingan pendapatan desa-kota, usia, jumlah beban tanggungan dan status penguasaan lahan berpengaruh nyata terhadap keputusan mobilitas k erja pada taraf kepercayaan α = 10, sedangkan luas lahan milik dan tingkat pendidikan migran dan non migran tidak berpengaruh nyata. Universitas Sumatera Utara 7 2.2.Landasan Teori Selain bertani, seorang petani dapat menggunakan modal dan tenaganya untuk bidang-bidang kegiatan ekonomi lainnya seperti berdagang, mencari ikan di laut, memelihara ternak, kambing atau babi. Mubyarto 1989 pekerjaan pertanian yang bersifat musiman, mendorong petani mengisi waktu-waktu dimana terdapat kekosongan pekerjaan. Banyak desa-desa yang terkenal dengan hasil-hasil kerajinan tangan yang diproduksi oleh petani-petani pada saat senggang slack season. Elizabeth 2010 menyatakan bahwa sejak pertengahan dasawarsa 1980- an, di pedesaan terjadi perubahan pesat yang tidak homogen kecepatan dan besarannya, dimana aktivitas non pertanian semakin nyata berperan dalam penciptaan kesempatan kerja dan pendapatan terjadi baik di jawa dan luar jawa. Tujuan pembangunan pertanian sebagai salah satu pembangunan ekonomi di Indonesia bertujuan memperbaiki dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat di bidang usaha pertanian petani, nelayan, peternak di pedesaan. Hal ini dapat tercapai bila pendapatannya dapat ditingkatkan dari sumber pendapatannya baik dari pertanian maupun non pertanian Rahim dan Diah, 2007. Sinaga dan White dalam Su’ud 2004 menekankan pentingnya pendapatan dari kegiatan diluar sektor pertanian untuk semua golongan masyarakat pedesaan sebagai tambahan pendapatan. Masyarakat tani yang berlahan sempit bahkan ada yang tidak memiliki lahan dan modal rendah, tidak semata-mata mengandalkan sumber pendapatannya dari sektor pertanian untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Selain melakukan kegiatan usahatani on farm, petani biasa melakukan kegiatan diluar usahatani Universitas Sumatera Utara 8 tetapi masih berhubungan dengan pertanian off farm dan kegiatan lain diluar pertanian Kementrian Pertanian dalam Fudjaja, 2011. Sumber pendapatan luar usahatani off farm merupakan pendapatan yang diperoleh dari kegiatan luar usahatani tetapi masih berkaitan dengan pertanian seperti buruh tani. Sumber pendapatan rumah tangga dari kegiatan buruh tani biasanya terdapat pada usahatani yang berbasis lahan. Rumah tangga petani di pedesaan yang tidak memiliki lahan garapan dengan tingkat pendidikan dan keterampilan yang rendah akan sulit mencari pekerjaan diluar sektor pertanian, sehingga buruh tani menjadi alternatif mata pencaharian utama atau sampingan. Sumber pendapatan luar usahatani non farm merupakan pendapatan yang diperoleh dari kegiatan diluar pertanian Fudjaja, 2011. Tidak jarang petani mengurangi resiko pertaniannya dengan menanam berbagai macam tenaman sekaligus di sawah, di pekarangan disamping memelihara ternak, bekerja sebagai buruh tani, tukang atau kadang-kadang juga menjadi pedagang Mubyarto, 1989. Secara umum dapat dikatakan bahwa semakin luas lahan semakin besar jumlah produksi yang dihasilkan oleh lahan tersebut. Hal ini sebanding dengan peningkatan pendapatan yang akan diterima oleh petani dimana semakin tinggi produksi pertanian maka semakin tinggi pula pendapatan yang diperoleh petani. Status penguasaan lahan juga berpengaruh terhadap hasil produksi dan tingkat kemakmuran. Rifai dalam Mubyarto 1989 menyimpulkan bahwa golongan petani penyakap mempunyai tingkat kemakmuran lebih tinggi dan stabil dari pada golongan petani pemilik tanah. Hal ini disebabkan golongan petani penyakap semata-mata menggantungkan penghidupannya pada tanah sakapannya Universitas Sumatera Utara 9 sehingga ia akan lebih giat mengerjakan tanah sakapannya supaya tidak mengecewakan pemilik tanah. Mubyarto 1989 menyatakan bahwa masalah kemiskinan selalu melilit penduduk pedesaan. Pada mumnya penduduk miskin adalah buruh tani atau petani dengan luas pemilikan lahan atau penguasaan lahan yang sempit. Besar kecilnya lahan yang dikuasai erat hubungannya dengan besar kecilnya pendapatan yang kelak diperoleh dan lahan yang diusahakan erat kaitannya dengan kesempatan kerja yang dapat diusahakan dan pemanfaatan faktor produksi lainnya. Menurut Supardi 2002 pendapatan rumah tangga di pedesaan pinggiran hutan berasal dari lahan usahatani sendiri, menyewa menyakap, atau sebagai pesanggem, memelihara ternak, menebang kayu secara ilegal, buruh tani maupun bekerja diluar sektor pertanian. Proporsi pendapatan luar usahatani disebabkan karena rendahnya produktivitas lahan dan penggunaan lahan, keadaan sosial ekonomi dan latar belakang keluarga petani itu sendiri, pendapatan usahatani yang rendah dan luas penggunaan lahan yang sempit, serta kemampuan untuk memilih alternatif jenis pekerjaan dan lokasi bekerja. Keadaan ini tentu akan mempengaruhi kondisi sektor pertanian sehingga usaha dibidang lain akan dipicu Soentoro dalam Pramono, 2009. Luas penguasaan lahan mempengaruhi besarnya pendapatan rumah tangga dari berbagai sumber. Keadaan tersebut menurut Mintoro dalam Su’ud 2004 dapat diartikan bahwa petani berlahan sempit mampu mencari penghasilan diluar sektor pertanian bila dibandingkan dengan petani berlahan luas. Universitas Sumatera Utara 10 Lahan pertanian merupakan aset penting bagi petani sebab berpengaruh kepada peluang untuk mendapatkan hasil dari usaha yang dilakukan diatas tanah tersebut. Ini berpengaruh terhadap besar kecilnya pendapatan yang kelak akan diperolehnya. Lahan yang relatuf sempit akan memberi hasil yang relatif sedikit sehingga menghasilkan pendapatan yang sedikit pula. Luas lahan pertanian akan mempengaruhi skala usaha dan selanjutnya akan mempengaruhi besar kecilnya pendapatan yang akan diterima petani. Mubyarto 1989 menyatakan lahan atau tanah sebagai salah satu faktor produksi yang merupakan pabriknya hasil-hasil pertanian yaitu tempat dimana produksi berjalan dan dari mana hasil produksi keluar. Penny dan Meneth dalam Su’ud 2004 mangaitkan lahan yang dikuasai erat hubungannya dengan lahan sebagai sumber pendapatan. Sebaliknya lahan yang diusahakan erat kaitannya dengan kesempatan kerja yang dapat dicurahkan dan pemanfaatan faktor produksi lainnya. Batoa 2008 menyatakan bahwa tingkat pendidikan merupakan salah satu indikator untuk melihat mutu sumber daya petani. Pendidikan formal dan informal merupakan ,modal dasar petani untuk dapat mengakses informasi dari berbagai media, sehingga memudahkan petani untuk menyerapsuatu perubahan inovasi yang berhubungan dengan perilaku. Pendidikan menunjukkan tingkat intelegensi yang berhubungan dengan daya pikir seseorang. Soekanto 2002 menyatakan bahwa pendidikan berarti mengajarkan kepada individu aneka macam kemampuan, pendidikan memberi nilai-nilai tertentu bagi manusia terutama dalam menerima hal-hal baru serta bagaimana cara berpikir secara ilmiah. Sedang Slamet dalam Batoa 2008 Universitas Sumatera Utara 11 mengemukakan bahwa pendidikan sebagai usaha untuk menghasilkan perubahan- perubahan pada perilaku manusia. Singarimbun dan Penny dalam Soekartawi 1999 mengemukakan bahwa banyaknya atau lamanya sekolah pendidikan yang diterima seseorang akan berpengaruh terhadap kecakapannya dalam pekerjaan tertentu. Sudah tentu kecakapan tersebut akan mengakibatkan kemampuan yang lebih besar dalam menghasilkan pendapatan bagi rumah tangga. Aktivitas luar pertanian berkembang di pedesaan sebagai respon terhadap pendapatan yang dirasa kurang mencukupi dari sektor pertanian. Banyaknya penduduk pedesaan beraktivitas non pertanian pada saat sektor pertanian senggang. Menurut Soentoro dalam Pramono 2009 hal inilah yang menyebabkan banyaknya penduduk beraktivitas dari sektor luar pertanian berkaitan dengan kesempatan kerja dan pendapatan. Menurut Tohir 1983 pendapatan usahatani adalah penghasilan petani yang diperoleh dari upah keluarga, keuntungan usaha dan bunga harta sendiri. Sedangkan Rahim dan Diah 2007 menyatakan bahwa pendapatan kotor usahatani adalah ukuran hasil perolehan total sumberdaya yang digunakan dalam usaha. Selisih antara pendapatan kotor usahatani dan pengeluaran total usahatani disebut pendapatan bersih usahatani net farm income. Pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan dan semua biaya. Biaya usahatani diklasifikasikan menjadi dua yaitu biaya tetap fixed cost adalah biaya sebagai biaya yang relatif tetap jumlahnya dan terus dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh banyak atau sedikit, dan biaya tidak tetap variable cost Universitas Sumatera Utara 12 adalah biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh Soekartawi, 2002 Jumlah tanggungan keluarga adalah salah satu faktor yang perlu diperhatikan dalam menentukan pendapatan total rumah tangga petani untuk memenuhi kebutuhannya. Banyaknya jumlah tanggungan keluarga akan mendorong petani untuk melakukan banyak aktivitas terutama dalam mencari dan menambah pendapatan keluarga. Soekartawi 1999 menyatakan bahwa semakin banyak anggota keluarga akan semakin besar pula beban hidup yang akan ditanggung atau harus dipenuhi. Jumlah anggota keluarga akan mempengaruhi keputusan petani dalam berusahatani. Jumlah tanggungan keluarga adalah banyaknya orang yang berada dalam manajemen rumah tangga selain kepala keluarga. Hal in dapat berpengaruh terhadap pola produksi dan konsumsi petani serta mengakibatkan perbedaan produksi dan pendapatan Sahara, dkk, 2004 Tanggungan keluarga merupakan salah satu sumberdaya pertanian yang dimiliki oleh petani, terutama yang berusia produktif dan ikut membantu dalam usahataninya. Tanggungan keluarga juga dapat menjadi beban hidup bagi keluarganya apabila tidak aktif bekerja Syafruddin, 2003 Sumaryanto dan Sukaryanto 1989 dalam Supadi 2006 menyatakan bahwa sumber-sumber pendapatan rumah tangga cenderung terdiversifikasi dimana sektor non pertanian semakin berperan. Berperannya sektor non pertanian antara lain karena didukung oleh makin terbukanya sistem ekonomi di pedesaan dan membaiknya tingkat aksesibilitas desa pada umumnya. Diversifikasi sumber Universitas Sumatera Utara 13 pendapatan masyarakat pedesaan merupakan salah satu syarat dari ketangguhan ekonomi pedesaan. 2.3.Kerangka Konsep Penelitian Dari tinjauan pustaka, landasan teori dan penelitian terdahulu maka faktor- faktor yang mempengaruhi keputusan petani untuk beraktivitas di luar kegiatan bertaninya adalah luas lahan garapan, tingkat pendidikan petani, jumlah tanggungan keluarga petani, status petani dalam penguasaan lahan, pengalaman bertani dan pendapatan bertani. Dengan demikian kerangka konsep penelitian dapat dilihat pada Gambar 1. Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran

2.4. Hipotesis

Dokumen yang terkait

Beberapa Faktor Sosial Ekonomi Yang Mempengaruhi Keputusan Petani Dalam Sawi dan Jenis Sayur Lainnya (Studi Kasus : Kelurahan Tanah Enam Ratus, Kecamatan Medan Marelan, Kota Medan)

0 39 89

Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Keaktifan Kader Posyandu Dalam Usaha Perbaikan Gizi Keluarga di Puskesmas Langsa Baro Kecamatan Langsa Baro Kota Langsa-NAD Tahun 2010

6 109 104

Analisis Efisiensi Produksi Pada Usaha Keripik Ubi Sebagai Makanan Khas Langsa Di Kota Langsa, Provinsi Aceh

10 56 81

NASKAH PUBLIKASI Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Konsumen Dalam Pembelian Sepeda Motor Honda (Studi Kasus di Kecamatan Weru).

0 2 17

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Listrik Rumah Tangga (Studi Kasus di Kecamatan Grogol, Sukoharjo) IMG 20151207 0008

0 0 1

SKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PETANI KARET YANG DIKELOLA OLEH PT. JA. WATTIE (STUDI KASUS DI DESA PEGADINGAN, KECAMATAN CIPARI KABUPATEN CILACAP) | Karya Tulis Ilmiah

5 21 88

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN PETANI DI KECAMATAN AMURANG TIMUR

0 4 11

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Fertilitas Di Kecamatan Laweyan Kota Surakarta Tahun 2013

0 0 17

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN WANITA UNTUK BEKERJA (Studi Kasus di Kabupaten Kebumen)

0 2 16

Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Petani untuk Beraktivitas di Luar Kegiatan Bertani (Studi Kasus di Kecamatan Langsa Timur Kota Langsa)

0 0 35