kepedulian sosialnya di dalam operasi bisnis mereka dan interaksi mereka dengan para stakeholders berdasarkan prinsip kemitraan dan
kesukarelaan. Tanggung jawab sosial perusahaan juga merupakan salah satu cara perusahaan untuk menjaga kelangsungan usaha dan
strategi bersaing jangka panjang. Hal ini dikarenakan pentingnya stakeholders dalam menjaga kelangsungan usaha perusahaan. Hal ini
selaras dengan Weygandt, Kimmel, Kieso dalam ”Managerial Accounting”:
”Many companies, however, have begun to evaluate not just corporate profitability but also Corporate
Social Responsibility. In addition to profitability, Corporate Social Responsibility considers a company’s
to effort to employ sustainable business practices with regard to its employees and the environment. This is
sometimes referred to as the triple bottom line because it evaluates a company’s performance with regard to
people, planet, and profit.”Weygandt,et.al., 2012:19
Kutipan di atas memberikan pengertian bahwa perusahaan tidak lagi dihadapkan pada tanggung jawab yang berpijak pada
single bottom line yaitu, tujuan perusahaan adalah untuk meningkatkan laba profit, tetapi tanggung jawab perusahaan harus
berpijak pada triple bottom lines, yaitu berupa profit, sosial, dan lingkungan atau yang lebih dikenal dengan 3P, yaitu people, planet,
and profit. Kondisi keuangan perusahaan tidak cukup menjamin bahwa perusahaan akan tumbuh dan berkembang secara
berkelanjutan sustainable. Keberlanjutan perusahaan akan terjamin apabila perusahaan juga turut memperhatikan dimensi sosial dan
lingkungan perusahaan. Selain mengejar laba profit, perusahaan juga diharuskan untuk memperhatikan dan terlibat pada pemenuhan
kesejahteraan masyarakat people dan turut berkonstribusi aktif dalam menjaga kelestarian lingkungan planet.
2.1.5 Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
Suwardjono dalam “Perekayasaan dan Pelaporan Keuangan” menyatakan bahwa:
“Pengungkapan adalah konsep, metode, dan media tentang bagaimana informasi akuntansi disampaikan
11
pada pihak yang berkepentingan.”Suwardjono, 2011:615
Informasi yang disampaikan haruslah berupa informasi yang relevan dan benar-benar bermanfaat bagi pihak yang berkepentingan
tersebut, sehingga tujuan dari pengungkapan tersebut dapat tercapai. Salah satu pengungkapan yang dilakukan oleh perusahaan adalah
pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan atau yang sering disebut sebagai Corporate Social Responsibility Disclosure CSRD.
Pasaribu menyatakan bahwa: “Pengungkapan Corporate Social Responsibility adalah
mekanisme bagi suatu organisasi untuk mengintegrasikan perhatian terhadap lingkungan dan
sosial ke dalam aktivitas bisnis agar menjaga hubungan baik dengan masyarakat yang merasakan dampak
negatif dari aktivitas perusahaan.” Pasaribu, 2011:6
Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa tujuan dari pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan adalah agar
perusahaan dapat menyampaikan tanggung jawab sosial yang telah dilaksanakan perusahaan dalam periode tertentu kapada
stakeholders, sehingga dapat memberikan informasi mengenai sejauh mana perusahaan memberikan kontribusi positif maupun
negatif terhadap kualitas hidup masyarakat dan lingkungan di sekitar perusahaan. Pengungkapan informasi tanggung jawab sosial
perusahaan juga merupakan salah satu cara perusahaan untuk membangun, mempertahankan, dan melegitimasi kontribusi
perusahaan dari sisi ekonomis dan politis. Hingga saat ini, tanggung jawab sosial perusahaan bersifat
wajib mandatory bagi kriteria perusahaan tertentu. Hal tersebut diatur dalam UU No 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas,
yang termuat dalam Pasal 74 ayat 1 yang menyatakan: “Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di
bidang danatau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan
lingkungan.”
Berdasarkan pernyataan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa perusahaan yang menjalankan kegiatan usahanya yang
12
berhubungan dengan sumber daya alam, diwajibkan oleh pemerintah untuk melaksanakan tanggung jawab sosial, oleh sebab itu
perusahaan yang bergerak dalam bidang manufaktur diwajibkan untuk melakukan pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan.
Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia IAI dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan PSAK Nomor 1 revisi 2009
paragraf 12 menyarankan untuk mengungkapkan tanggung jawab sosial dengan:
“Entitas dapat pula menyajikan, terpisah dari laporan keuangan, laporan mengenai lingkungan hidup dan
laporan nilai tambah value added statement, khususnya bagi industri dimana faktor lingkungan
hidup memegang peranan penting dan bagi industri yang menganggap karyawan sebagai kelompok
pengguna laporan yang memegang peranan penting. Laporan tambahan tersebut di luar ruang lingkup
Standar Akuntansi Keuangan.”
Dari pernyataan tersebut, maka dapat diartikan bahwa penerapan tanggung jawab sosial perusahaan dapat diungkapkan
dalam media laporan tahunan annual report perusahaan yang berisi laporan tanggung jawab sosial perusahaan selama kurun waktu satu
tahun berjalan.
2.1.6 Ukuran Perusahaan