Gambar 9 Laju penurunan jumlah daun varietas Atlantis. Sumber : Ma’rufatin 2011
Gambar 10 Laju penurunan jumlah daun varietas Super john. Sumber: Ma’rufatin 2011
Pada pencahayaan 12 jam jumlah daun varietas Super John sempat meningkat dalam
tiga hari, kemudian terjadi penurunan yang sangat tajam hingga pada 32 HST saat
tanaman mati semua. Pada pencahayaan 24 jam,
tanaman juga
tetap mengalami
penurunan dalam jumlah daun, namun penurunan yang terjadi tidak banyak hingga
sampai 50 hari setelah tanam HST tanaman masih ada yang tersisa. Faktor intensitas
cahaya yang diperoleh tanaman sangat mempengaruhi
pertumbuhan tanaman.
Berdasarkan pengukuran intensitas cahaya tanaman menerima rata
–rata intensitas cahaya 9 Watt m
-2
hari
-1
. Angka ini sangat jauh di bawah intensitas yang diperoleh tanaman pada
sistem budidaya konvensional yaitu 1.200 foot candle atau setara dengan 102 watt m
-2
hari
-1
Samadi 2007.
4.3 Kehilangan Air tanaman
Air memiliki peranan penting dalam proses kehidupan tanaman. Kekurangan air
pada tanaman akan mengganggu aktivitas fisiologis
maupun morfologis
tanaman, sehingga akan membuat tanaman terhenti
pertumbuhannya. Menurut Jumin 2005 kebutuhan air tanaman merupakan jumlah
satuan air yang diserap persatuan berat kering yang dibentuk. Selama proses pertumbuhan
tanaman terus
–menerus menghisap air dan mengeluarkan pada saat transpirasi.
Gambar 11 Pola Kehilangan air pada perlakuan pencahayaan 12 dan 24 jam Kehilangan air yang terjadi pada sistem
aeroponik didomonasi oleh proses penguapan dari tanaman, karena nilai evaporasi sangat
kecil terjadi. Pada sistem aeroponik yang dilakukan kehilangan air berupa evaporasi
dari media tanam dan transpirasi tanaman kentang. Dalam hal ini tidak dapat dipisahkan
nilai masing-masing dari evaporasi dan transpirasi tersebut.
Gambar 11
menunjukkan bahwa
perlakuan cahaya 12 jam dan 24 jam menunjukkan penggunaan air yang berbeda.
Pada 27 HST kehilangan air pada perlakuan 24 jam pencahayaan sangat sedikit dibanding
dengan kehilangan air pada perlakuan 12 jam pencahayaan. Hal
ini disebabkan oleh beberapa faktor kesalahan seperti pada saat
pengukuran ternyata air pada box dengan perlakuan 24 jam pencahayaan mengalami
penyumbatan pada lubang keluaran air, sehingga terjadi penumpukan jumlah air
Pada 28 HST kondisi ini dapat ditangani dan data pengukuran ketinggian air kembali
normal. Sejak pengukuran pada 34 HST, kehilangan air pada perlakuan 24 jam
pencahayaan lebih
tinggi dibandingkan
dengan 12 jam pencahayaan. Hal ini dikarenakan jumlah tanaman mulai banyak
yang mati. Namun demikian, kematian tanaman dalam jumlah yang banyak tidak
menutup
kemungkinan tidak
terjadi kehilangan air. Pada 34 HST tanaman pada
perlakuan pencahayaan 12 jam telah mati total, namun air yang hilang tetap terjadi.
Kehilangan air ini disebabkan oleh proses evaporasi. Proses evaporasi pada sistem
penelitian ini dipengaruhi oleh kelembaban dari pendingin ruangan yang sangat rendah.
Kelembaban yang rendah itu akan memaksa air pada media tumbuh tanaman untuk
menguap ditambah dengan cahaya lampu sebagai sumber energi. Pada perlakuan 24 jam
dan 12 jam pencahayaan kehilangan air terjadi melalui dua proses yakni proses transpirasi
dan proses evaporasi. Proses transpirasi terjadi dari tanaman yang masih hidup, sedangkan
proses evaporasi terjadi pada media tumbuh tanaman yang sudah mati.
Kehilangan air yang disebabkan oleh proses evaporasi tidak terlepas juga dari faktor
durasi penyemprotan. Pada penelitian ini penyemprotan berlangsung selama 13 detik
setiap 7 menit. Durasi penyemprotan ini cukup efisien namun masih dapat memberi
kesempatan proses evaporasi terjadi. Jumlah air yang disemprotkan sprinkler juga memiliki
pengaruh pada kecepatan proses evaporasi. Apabila air yang disemprotkan sedikit dengan
rentang waktu cukup lama, maka air yang berada di media akan dengan cepat menguap
karena kelembaban yang rendah.
Kehilangan air dalam penelitian ini yang berasal dari 64 lubang tanam menghabiskan
rata – rata 0.12 mmhari untuk perlakuan
pencahayaan 12 jam dan kehilangan air pada perlakuan 24 jam pencahayaan sebesar 0.14
mmhari. Kebutuhan air tanaman kentang sekitar 650 mm selama musim tanam, apabila
umur tanaman 100 hari maka kehilangan air perhari hanya 6.5 mmhari atau jika umur
0.00
0.05
0.10 0.15
0.20
0.25
19 29
39 49
K e
h il
a n
g a
n a
ir m
m h
a ri
Hari Setelah Tanam HST
24 jam pencahayaan 12 jam pencahayaan
Gambar 12 Kehilangan air tanaman kentang per minggu tanaman kentang 150 hari maka kehilangan
air tanaman kentang menjadi 4.3 mm hari. Apabila dibandingkan dengan kehilangan air
rata –rata tanaman kentang pada sistem
aeroponik, nilai kehilangan airnya cukup kecil. Hal ini dapat dikatakan bahwa
penggunaan sistem
aeroponik dapat
menghemat penggunaan air yang sesuai dengan pernyataan Gunawan dan Afrizal
2009 yang mengatakan bahwa air yang digunakan dalam sistem aeroponik sangat
efektif.
Selama penanaman kentang di lokasi penelitian,
tanaman masih
cenderung mengalami pertumbuhan vegetatif karena
sampai 50 HST tanaman belum berbunga. Hal ini sesuai dengan Hajadi 2007 yang
menyatakan bahwa
tanaman kentang
memiliki dua
fase pertumbuhan
dan perkembangan yaitu fase vegetatif dan fase
reproduktif. Fase vegetatif teridiri dari pertambahan jumlah daun, tinggi tanaman dan
luas daun, sedangkan fase reproduktif terdiri dari
pembentukan kuncup
bunga, dan
pembentukan umbi. Gambar 12 menunjukkan kehilangan air tanaman kentang untuk
pencahayaan 24 jam pencahayaan terus meningkat, sedangkan untuk pencahayaan 12
jam meningkat hanya sampai empat Minggu Setelah Tanam 4 MST dan setelah empat
MST jumlah kehilangan air mengalami penurunan. Penurunan kehilangan air pada 12
jam pencahayaan disebabkan karena tanaman kentang mati. Kehilangan air pada tanaman
kentang dengan pencahayaan 24 jam ini meningkat terus sampai memasuki fase
pembungaan. Hal ini juga dinyatakan oleh Agus et al. 2002 bahwa kehilangan air
tanaman kentang meningkat hingga fase pembungaan dan kemudian akan turun
kembali saat memasuik fase pembuahan dan pemasakan umbi.
Tabel 5 Kehilangan air tanaman kentang
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Rekayasa kondisi
lingkungan pada
tanaman kentang dengan sistem aeroponik ini masih
perlu diperhatikan
karena akan
mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Pada penelitian ini telah dilakukan rekayasa suhu
udara agar sesuai dengan kebutuhan tanaman kentang dengan nilai 20.0
C – 26.5
C, namun kelembaban ruangan akibat dari
penggunaan AC Air Conditioner yang bernilai rata
–rata 50, yang relatif rendah untuk pertumbuhan tanaman kentang.
Kehilangan air pada sistem aeroponik untuk pencahayaan 12 jam rata-rata 0.12
mmhari dan untuk pencahayaan 24 jam rata - rata ialah 0.14 mmhari. Penggunaan air pada
sistem aeroponik sangat efisien.
12 jam 24 jam
3 0,72
0,84 4
1,02 0,95
5 0,90
0,98 6
0,77 1,02
Perlakuan pencahayaan MST