Gambar 8 Pola Variasi Suhu dan Kelembaban selama 24 jam.
4.1.2 Pengaruh Kelembaban Udara Kelembaban merupakan salah satu faktor
yang mempengaruhi
pertumbuhan dan
perkembangan tanaman. Menurut Handoko 1994 kelembaban mengindikasikan bahwa
terdapat kandungan uap air di dalam udara. Kelembaban yang diukur pada penelitian ini
ialah kelembaban nisbih Relative Humidity agar memudahkan pengukuran. Pengukuran
RH yang diukur pada penelitian ini hanya dilakukan satu kali selama 24 jam pada
tanggal 3 Agustus 44 HST. Pengukuran kelembaban ini dilakukan karena melihat
kondisi tanaman kentang yang perlahan
– lahan mulai mati. Kelembaban tertinggi 53
terjadi pada pagi hari yakni pukul 06.00 pagi yaitu pada saat suhu udara terendah.
Begitu juga dengan sebaliknya pada saat suhu udara meningkat hingga mencapai suhu
maksimum, maka kelembaban udara pun menurun. Kelembaban minimum 48
diperoleh pada pukul 14.00 WIB. Kelembaban udara rata
–rata selama 24 jam ialah 50, sedangkan
menurut Sunarjono
2007 kelembaban yang sesuai bagi tanaman
kentang pada kondisi budidaya konvensional ialah 80
– 90 . Nilai kelembaban yang rendah pada pengukuran terjadi karena lokasi
penelitian berada di dalam ruangan dengan sistem
rekayasa menggunakan
Air Conditioner AC. AC memang memberikan
suhu yang sesuai bagi tanaman dengan pengaturan suhu rendah, namun udara yang
dikeluarkan oleh pendingin ruangan ialah udara kering dan mengakibatkan kelembaban
udara menjadi rendah.
4.2 Pertumbuhan tanaman Kentang
Pada penelitian tanaman kentang yang dilakukan, pertumbuhan yang diamati ialah
jumlah daun. Tanaman kentang ditanam pada tanggal 21 Juni 2011. Tanaman kentang ini
terlebih dahulu
diberikan perlakuan
aklimatisasi selama tujuh hari. Selama proses aklimatisasi
hingga proses
pemindahan tanaman ke media aeroponik, kondisi tanaman
kentang masih baik. Pengambilan data jumlah daun dimulai sejak 19 hari setelah tanam.
Pada empat hari pada awal pengambilan data, jumlah daun kentang varietas Atlantis dengan
perlakuan 24 jam pencahayaan masih tetap dibandingkan dengan jumlah daun Super john,
sedangkan
untuk perlakuan
12 jam
pencahayaan jumlah daun Super john dan Atlantis terus berkurang. Pada perlakuan
dengan 24 jam pencahayaan, jumlah daun yang dihasilkan lebih baik daripada perlakuan
12 jam pencahayaan.
Pada Gambar 9 dapat dilihat bahwa penurunan rata
–rata jumlah daun Atlantis dengan perlakuan 12 jam pencahayaan
menurun dengan tajam, sedangkan perlakuan 24 jam rata
–rata jumlah daun masih dalam keadaan stabil walaupun tanaman akan mati.
Gambar 10 menunjukkan laju penurunan jumlah daun varietas Super john pada kedua
perlakuan 12 jam pencahayaan dan 24 jam pencahayaan yang datanya diperoleh dari
Ma
’rufatin 2011.
Gambar 9 Laju penurunan jumlah daun varietas Atlantis. Sumber : Ma’rufatin 2011
Gambar 10 Laju penurunan jumlah daun varietas Super john. Sumber: Ma’rufatin 2011
Pada pencahayaan 12 jam jumlah daun varietas Super John sempat meningkat dalam
tiga hari, kemudian terjadi penurunan yang sangat tajam hingga pada 32 HST saat
tanaman mati semua. Pada pencahayaan 24 jam,
tanaman juga
tetap mengalami
penurunan dalam jumlah daun, namun penurunan yang terjadi tidak banyak hingga
sampai 50 hari setelah tanam HST tanaman masih ada yang tersisa. Faktor intensitas
cahaya yang diperoleh tanaman sangat mempengaruhi
pertumbuhan tanaman.
Berdasarkan pengukuran intensitas cahaya tanaman menerima rata
–rata intensitas cahaya 9 Watt m
-2
hari
-1
. Angka ini sangat jauh di bawah intensitas yang diperoleh tanaman pada
sistem budidaya konvensional yaitu 1.200 foot candle atau setara dengan 102 watt m
-2
hari
-1
Samadi 2007.
4.3 Kehilangan Air tanaman