Paparan Data

A. Paparan Data

1. Paparan Data tentang Gambaran Umum Sekolah

Berdasarkan hasil pengamatan, wawancara dan studi dokumentasi, maka diperoleh beberapa informasi tentang gambaran umum SMA Kristen 2 Binsus Tomohon sebagai berikut:

1. Sejarah Singkat

SMA Kristen 2 Binsus Tomohon awalnya bernama SMU Kristen Model dan merupakan kelas Binaan Khusus (Binsus) dari SMU Kristen Tomohon (sekarang SMA Kristen 1 Tomohon), yang didirikan berdasarkan Surat Keputusan Sidang Badan Pekerja Sinode Lengkap (SBPSL) GMIM ke-71 di Tenga tanggal 30 Maret - 2 April 1993 tentang Program Umum dan ABP GMIM 1993-1994 Bab 1 butir c, nomor 6.1.1.

Pada permulaan Tahun pelajaran1993-1994, YPPK-GMIM (Yayasan Pendidikan dan Persekolahan Kristen-Gereja Masehi Injii di Minahasa) memberikan gedung bekas SMKK Kristen Tomohon yang terletak di samping barat lokasi SMU Kristen Tomohon. Kegiatan belajar mengajar dan administrasi SMU Kristen Model masih ditangani oleh SMU Kristen Tomohon.

Selanjutnya, berdasarkan Keputusan Rapat Badan Pekerja Sinode Lengkap GMIM ke-15 Tahun 2002 di Jemaat “Torsina” Tumumpa sekolah ini dimekarkan menjadi institusi yang otonom menjadi SMA Kristen 2 Binsus Tomohon dan SMU Kristen Tomohon berganti nama menjadi SMA Kristen 1 Tomohon.

SMA Kristen 2 Tomohon sebagai sekolah Binaan Khusus memberikan pendidikan yang memfokuskan program pendidikan khusus pada siswa yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa yang mengacu pada pasal 32 UU No 20 Tahun 2003 yang menegaskan tentang pendidikan khusus. Sejalan dengan itu pula maka sebagai suatu satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh Gereja Masehi Injili di Minahasa melalui Yayasan GMIM Ds. AZR Wenas, SMA Kristen 2 (Binsus) Tomohon merasa terpanggil untuk meneruskan misi pelayanan di bidang pendidikan sebagaimana sudah dirintis oleh Riedel dan Schwarz (penginjil asal Jerman yang menyebarkan Agama Kristen Protestan di Minahasa).

2. Identitas Sekolah

Identitas SMA Kristen 2 Binsus Tomohon adalah sebagai berikut:

    1. Nama sekolah : SMA Kristen 2 Binsus Tomohon

    2. NSS : 302176202.002

    3. NDS : Q. 02164601

    4. NPSN : 40103173

    5. Status : Terakreditasi “A”

    6. Alamat sekolah

Provinsi : Sulawesi Utara

Kota : Tomohon

Kecamatan : Tomohon Tengah

Kelurahan : Talete II

Jalan : Kampus

Kode pos : 95441

Telepon/Fax : (0431) 353445 / (0431) 353445

E-mail : smakr2_binsus_tomohon@yahoo.com

Website : www.smakr2-tomohon-sch.id

3. Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran SMA Kristen 2 Binsus Tomohon

a. Visi

Cerdas, mandiri, disiplin, berdaya saing dan berkarakter kristiani.

b. Misi

    • Memberikan pelayanan prima kepada segenap warga sekolah dan stakeholder terkait.

    • Melaksanakan pembelajaran yang bermutu dan efektif.

    • Melaksanakan kegiatan yang mampu merangsang warga sekolah untuk berprestasi secara akademik dan non akademik.

    • Melaksanakan kegiatan ekstrakurikuler yang mampu menumbuhkan kreatifitas siswa.

    • Menampilkan perilaku yang menjunjung tinggi nilai kristiani.

    c. Tujuan

      • Terbentuknya iklim sekolah dengan budaya yang berkarakter kristiani.

      • Terlaksananya pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan.

      • Tersedianya kurikulum yang bermakna bagi kehidupan dengan mengacu pada perkembangan IPTEK, berwawasan keunggulan dan berbasis kompetensi.

      • Terlaksananya pembinaan siswa yang efektif dengan mengintensifkan penasehat akademik serta sistem asrama dalam rangka pengembangan kreatifitas kemandirian dan disiplin.

      • Terikutsertanya siswa dalam berbagai lomba dengan hasil sebagai finalis.

      • Terbentuknya karakter siswa yang memiliki semangat dan cinta tanah air.

      • Terlaksananya manajemen berbasis sekolah dengan teknik manajemen mutu terpadu yang efektif.

      • Terlaksananya pembelajaran dan pengelolaan administrasi berbasis teknologi, informasi dan komunikasi.

      • Terlaksananya pendidikan berbasis keunggulan lokasi ekowisata yang terintegrasi pada mata pelajaran muatan lokal dan keterampilan.

      • Tersedianya sarana dan prasarana sesuai dengan tuntutan kurikulum.

      d. Sasaran (2015-2016)

        • Terwujudnya iklim sekolah yang kondusif dan berwawasan kristiani melalui manajemen efektif yang demokratis, transparan, dan akuntabel.

        • Tersedianya kurikulum bermakna, dinamis, berwawasan keunggulan dan berbasis kompetensi.

        • Terlaksananya proses pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan sehingga mampu menghasilkan tamatan yang berkualitas unggul dalam kecerdasan, kemandirian, dan disiplin dengan prestasi belajar rata-rata minimal 7.50.

        • Meningkatnya kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan.

        • Tersedianya fasilitas pendidikan sesuai dengan tuntutan kurikulum.

        • Bertumbuhnya minat, bakat dan prestasi akademik dan non akademik siswa.

        4. Struktur Organisasi Sekolah

        Kepala Sekolah


        Drs. Arnold Posumah, MM



        Komite Sekolah

        Kepala Administrasi


        Dra. Sarah Wahani


        Pelaksana Urusan


        Wakasek Bidang Sarana-Prasarana


        Agustina Aror, S.Pd

        Wakasek Bidang Kesiswaan


        Ir. Nilly Pasuhuk

        Wakasek Bidang Akademik


        Ferly J.W. Rau. S.Pd

        Wakasek Bidang Hubmas


        Emmor Sujadi, SS



        Kelompok Guru Penasehat Akademik

        Kelompok Guru Ekstrakurikuler

        Siswa

        Kelompok Guru Mata Pelajaran


        Bagan 4.1.

        Struktur Organiasi SMA Kristen 2 Binsus Tomohon

        Tahun Pelajaran 2016-2017

        5. Kurikulum

        SMA Kristen 2 Binsus Tomohon menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006. Struktur kurikulum mengacu pada Standar Kompetensi Lulusan (SKL) dan Standar Isi (SI) dengan memperhatikan minat siswa dan sarana belajar yang ada. Para siswa di kelas X belum dibagi dalam jurusan. Ketika di kelas XI barulah mereka diseleksi untuk jurusan IPA dan IPS. Jurusan IPA baik di kelas XI dan XII masing-masing terdiri dari 3 kelas, dan jurusan IPS masing-masing 1 kelas.

        Muatan kurikulum kelas X terdiri dari 16 mata pelajaran (Pendidikan Agama Kristen, Pendidikan Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, Fisika, Biologi, Kimia, Sejarah, Geografi, Ekonomi, Sosiologi, Seni Budaya, Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan, Teknologi Informasi dan Komunikasi, Bahasa Jepang), muatan lokal (Prakarya dan Kewirausahaan), program pengembangan diri (Bimbingan dan Konseling juga Ekstrakurikuler).

        Sementara itu untuk kelas XI dan XII terdiri dari 13 mata pelajaran (jika jurusan IPS, berarti tanpa mata pelajaran Fisika, Kimia, Biologi dan jika jurusan IPA, berarti tanpa mata pelajaran Sosiologi, Ekonomi, dan Geografi), muatan lokal (Prakarya dan Kewirausahaan untuk kelas XI dan English For Tourism untuk kelas XII), dan program pengembangan diri (Bimbingan Konseling dan Ekstrakurikuler). Alokasi waktu 1 jam pelajaran untuk semua kelas adalah 45 menit dengan pengaturan waktu belajar Senin 0700-14.30 sudah termasuk Upacara Bendera, Selasa- Jumat 07.00 – 13.45, dan Sabtu adalah hari khusus untuk kegiatan pengembangan diri.

        Di samping kegiatan reguler ini, sekolah juga memfasilitasi siswa dengan kegiatan bimbingan belajar (bimbel) pada sore hari pukul 15.30 – 17.30. Mata pelajaran yang diberikan adalah Bahasa Inggris, Matematika, Fisika, Kimia dan Biologi untuk kelas X. Sedangkan untuk kelas XI dan XII diberikan mata pelajaran sesuai jurusan sebagai persiapan ujian nasional. Khusus mata pelajaran Bahasa Indonesia hanya diberikan pada kelas XII semua jurusan.

        6. Kegiatan Pengembangan Diri

        Ruang lingkup pengembangan diri pada SMA Kristen 2 Binsus Tomohon meliputi pelayanan Bimbingan dan Konseling dan kegiatan ekstrakurikuler. Pelayanan Bimbingan dan Konseling meliputi pengembangan kehidupan pribadi, sosial, belajar, wawasan dan perencanaan karir. Strategi yang digunakan antara lain orientasi, informasi, penempatan dan penyaluran, penguasaan konten, konseling perorangan, bimbingan kelompok, konseling kelompok, konsultasi, mediasi dan kunjungan rumah.

        Selanjutnya, untuk pengembangan diri melalui kegiatan ekstrakurikuler meliputi kegiatan kepramukaan, karya ilmiah remaja, palang merah indonesia, seni (paduan suara, kolintang, group band, teater, dan maching band), olahraga (bulu tangkis, volly, tenis meja, basket, sepak bola/futsal, catur), keagamaan dan study club (Kimia, Fisika, Biologi, Matematika, Ekonomi, ECC, TIK, Kebumian/Geografi, UUD 1945/ Ketetapan MPR).

        Di samping kedua kegiatan pengembangan diri di atas, terdapat juga satu wadah pengembangan diri untuk semua warga sekolah, yaitu melalui budaya sekolah yang sifatnya rutin dan spontan. Budaya sekolah rutin berarti terjadwal, seperti kegiatan upacara bendera, senam, ibadah khusus keagamaan bersama, pemeliharaan kebersihan dan kesehatan diri. Sedangkan budaya sekolah spontan berarti tidak terjadwal dalam kejadian khusus, seperti pembentukan perilaku memberi salam, membuang sampah pada tempatnya, antri, dan mengatasi silang pendapat atau pertengkaran.

        Pengembangan diri juga berlangsung melalui keteladanan dalam hal berpakaian rapih, berbahasa yang baik, rajin membaca, memuji kebaikan dan keberhasilan orang lain, dan datang tepat waktu. Selanjutnya terdapat kegiatan pengembangan diri terprogram, seperti penyelenggaran layanan dan kegiatan pendukung konseling, karya ilmiah, latihan/lomba keterbakatan/prestasi, seminar, workshop/ bazaar dan kegiatan lapangan. Lebih lanjut ditambahkan metode pengembangan diri dengan cara pengkondisian. Maksudnya, sekolah mengondisikan suasana yang mendorong terbentuknya perilaku terpuji seperti memberi salam seusai pelaksanaan upacara bendera dan kegiatan lainnya.

        7. Keadaan Guru, Pegawai, dan Siswa

        a. Keadaan Guru

        Keadaan guru pada SMA Kristen 2 Binsus Tomohon cukup memenuhi kebutuhan mengajar untuk mata pelajaran yang berbeda. Idealnya, setiap guru dapat fokus pada mata pelajaran yang menjadi bidang keahliannya. Misalnya pada pelajaran Ekonomi dan Seni Budaya guru pengampuhnya adalah orang yang sama. Begitupula dengan pelajaran Kimia dan TIK. Pelajaran Matematika dan Fisika, Muatan Lokal dan Seni Budaya, Bahasa Inggris dan Seni Budaya.

        Dari segi jenjang pendidikan, terdapat 6 guru S2, 16 guru S1, dan 1 guru SMA, sehingga semuanya berjumlah 23 guru. Untuk status kepegawaian, 7 guru PNS (Pegawai Negeri Sipil), 3 PTG (Pegawai Tetap Gereja), 5 GTY (Guru Tetap Yayasan), 7 GTT (Guru Tidak Tetap) dan 1 GTS (Guru Tetap Sekolah).

        b. Keadaan Pegawai

        SMA Kristen 2 Binsus memiliki 12 pegawai dengan tugas yang berbeda, yakni kepala tenaga administrasi, bendahara sekolah, membantu koperasi, administrasi kesiswaan/penanggungjawab Dapodikmen, mengurus agenda persuratan, urusan laboratorium/administrasi PNS, urusan kebersihan/ Hubmas, tenaga perpustakaan/pelayanan istirahat, administrasi sarana-prasarana/tenaga perpustakaan, pengemudi/administrasi umum, penjaga sekolah, serta penata taman/kebun. Terdapat 4 pegawai yang memiliki jenjang pendidikan S1, dan sisanya SMA/SMP.

        c. Keadaan Siswa dan Prestasinya

        SMA Kristen 2 Binsus Tomohon membatasi jumlah penerimaan siswa, sehingga proses seleksi yang dilakukan sangat ketat. Siswa yang diterima adalah mereka yang memiliki kecerdasan intelektual (IQ) di atas rata-rata dan memiliki karakter yang baik, motivasi kuat, siap dididik dan dibina. Jumlah siswa disesuaikan dengan daya tampung asrama. Pada tahun pelajaran2016-2017 ini jumlah siswanya adalah sebagai berikut: kelas X, laki-laki 58 orang dan perempuan 59 orang. Kelas XI, laki-laki 43 orang dan perempuan 62 orang. Selanjuntya kelas XII, laki-laki 31 orang dan perempuan 69 orang. Jadi total siswa adalah 322 orang dan semuanya tinggal di asrama.

        Sekolah ini memiliki siswa yang banyak mengukir prestasi. Hal ini tampak dari banyaknya piala yang dipajang di lemari dekat pintu masuk sekolah. Beberapa di antaranya prestasi di bidang sains, seni dan olahraga. Prestasi yang pastinya paling membanggakan sekolah adalah penghargaan “Sekolah Berintegritas” dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Penghargaan ini diberikan pada tanggal 30 Desember 2015.

        8. Keadaan Sarana Prasarana Sekolah

        SMA Kristen 2 Binsus Tomohon memiliki sarana prasarana yang memenuhi standar. Terdapat ruang Kepala Sekolah, ruang tata usaha, ruang guru, 2 ruang kelas X, 3 ruang kelas XI IPA, 1 ruang kelas XI IPS, 2 ruang kelas XII IPA, 1 ruang kelas XII IPS, 2 ruang UKS putra dan putri, 1 ruang BK, 1 ruang ibadah/aula, laboratorium Kimia, laboratorium Fisika, perpustakaan, laboratorium Komputer, koperasi sekolah, kantin, ruang penjaga sekolah, lapangan olahraga, ruang sirkulasi, gudang, ruang OSIS (Organisasi Siswa Intra Sekolah), serta jamban.

        9. Hubungan Eksternal

        Pendidikan adalah tanggung jawab orangtua, pemerintah, gereja, dan masyarakat. Untuk itu pihak sekolah berupaya untuk menjaga hubungan yang baik pertama-tama dengan orangtua melalui komunikasi intensif mengenai perkembangan siswa. Kedua, kerjasama dengan pemerintah melalui dinas pendidikan berkaitan dengan kebijakan pendidikan dan keterlibatan sekolah dalam setiap program pengembangan yang diselenggarakan oleh dinas. Ketiga, gereja dalam hal ini Sinode GMIM, karena sekolah ini berorientasi pada pendidikan Kristen (Yayasan GMIM Ds. A.Z.R. Wenas). Keempat, kerjasama dengan masyarakat, khususnya lembaga pendidikan tinggi atau universitas yang ada di Indonesia. Selain itu, pihak sekolah telah mengembangkan hubungan eksternal melalui website sekolah (http://www.smakr2-tomohon.sch.id) dan media sosial seperti Facebook.

        2. Paparan Data Berdasarkan Rumusan Masalah

        SMA Kristen 2 Binsus Tomohon merupakan sekolah yang memiliki komitmen yang kuat untuk menyelenggarakan program binaan khusus (binsus), yang meliputi aspek intelektual dan karakter. Pernyataan ini didasarkan pada temuan penelitian yang diperoleh melalui pengamatan, wawancara dan studi dokumentasi. Temuan penelitian akan dipaparkan secara sistematis sesuai dengan rumusan masalah yang telah ditetapkan.

        1. Perencanaan Pendidikan Karakter Pada SMA Kristen 2 Binsus Tomohon

        a. Paparan Data Berdasarkan Pengamatan

        Berdasarkan pengamatan yang dilakukan peneliti pada Selasa, 12 September 2016 ditemukan suatu informasi tertulis berupa poster visi, misi dan tujuan sekolah yang terpampang rapih di ruang tamu. Hal ini menandakan bahwa pada dasarnya sekolah mulai merencanakan pendidikan karakter sejak perumusan visi, misi dan tujuan sekolah. Dari situ telah dipaparkan sejumlah nilai yang akan dicapai oleh siswa melalui program-program yang disusun. Sejumlah nilai yang dimaksud antara lain cerdas, mandiri, disiplin, berdaya saing dan berkarakter kristiani (selengkapnya lihat lampiran kode TO-1).

        b. Paparan Data Berdasarkan Wawancara

        Perencanaan adalah langkah awal untuk memulai suatu kegiatan. Untuk itu berkaitan dengan perencanaan pendidikan karakter pada SMA Kristen 2 Binsus Tomohon, kepala sekolah mengemukakan hal-hal sebagai berikut:

        Perencanaan pendidikan karakter yang kami laksanakan di sekolah ini pada dasarnya berpedoman pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan atau disingkat KTSP, peraturan akademik, tata tertib serta etika tiap komponen sekolah dalam hal ini siswa, guru, dan pegawai baik di sekolah maupun di asrama. Perencanaan pendidikan karakter ditempuh melalui diskusi-diskusi di kelas bersama siswa, seluruh guru dan pegawai. Setelah itu dilakukan review bersama dalam suatu pertemuan agar dapat dihasilkan suatu pedoman yang siap disosialisasikan kepada orangtua. Sangat diharapkan orangtua dapat memberikan dukungan positif, karena pendidikan karakter adalah tanggung jawab bersama. Beberapa kegiatan atau program yang menjadi wadah atau ruang bagi pengembangan karakter siswa, kami cantumkan dalam program kerja sekolah yang biasanya kami susun setiap awal tahun pelajaran baru (TW-1-AP).

        Pernyataan berbeda dikemukakan oleh wakil kepala sekolah bidang kesiswaan yang merangkap tugas sebagai pengasuh asrama. Ketika ditanya tentang perencanaan pendidikan karakter, beliau lebih memfokuskan pada hal-hal yang berkaitan dengan bidang yang menjadi tanggung jawabnya seperti berikut ini:

        Perencanaan yang kami buat terdiri dari jadwal pembinaan pada apel pagi dan perencanaan program kegiatan kesiswaan. Pada apel pagi materi pembinaan sudah ditentukan, yaitu berkaitan dengan nilai-nilai karakter seperti beriman, disiplin, jujur, peduli sesama, saling menghargai, kebersihan, dan lain-lain. Pemberi pembinaan digilir dari kepala sekolah, wakil kepala sekolah dan guru-guru. Sedangkan program kerja bagian kesiswaan erat kaitannya dengan tugas dan tanggung jawab wakil kepala sekolah bidang kesiswaan sebagaimana diatur dalam surat tentang rincian tugas. Kami juga menyusun buku saku untuk tata tertib siswa di sekolah dan asrama (TW-2-NP).

        Di pihak lain, wakil kepala sekolah bidang hubungan masyarakat (hubmas), mengemukakan perencanaan pendidikan karakter sebagai berikut:

        Perencanaan dibuat bersamaan dengan penyusunan program sekolah, yaitu pada awal semester atau awal tahun ajaran. Bidang Hubmas sendiri memiliki perencanaan khusus berkaitan dengan penerimaan siswa baru, mulai dari sosialisasi dan promosi sekolah dan pendaftaran siswa. Kami mulai memanfaatkan media, yaitu website sekolah dan facebook (TW-3-ES).

        Perspektif berbeda tentang perencanaan pendidikan karakter disampaikan oleh seorang guru Seni-budaya merangkap Bahasa Inggris, dan Muatan Lokal. Beliau mengatakan demikian:

        Perencanaan pendidikan karakter displin, jujur, mandiri, bertanggung jawab dan seterusnya telah dilakukan sejak awal dicetuskannya program siswa binaan khusus. Program ini bermula dari kelas khusus pada SMA Kristen 1 Tomohon. Sekilas sejarah, pada bulan Juli 2003, program ini berkembang dan berdirilah SMA Kristen 2 Binsus. Latar belakang diberi nama binsus adalah keterpanggilan sekolah untuk mendidik dan membina siswa-siswi pilihan, yakni mereka yang memiliki kemampuan khusus akademik, kepribadian (awalnya) dan non-akademik (berkembang kemudian). Selain kekhususan dari pihak siswa, sekolah pun mengambil bagian dalam pemberian pelayanan khusus, dalam arti pelayanan berkualitas yang benar-benar melatih siswa untuk memiliki kemampuan akademik dan karakter yang unggul. Sebagai contoh dalam pembelajaran diberikan tugas-tugas presentasi untuk melatih kemampuan berkomunikasi ilmiah, kemandirian dan kerjasama, serta kreativitas. Hal-hal tersebut sudah direncanakan secara integratif di dalam silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran atau RPP (TW-4-CK).

        Beberapa pernyataan di atas dikemukakan pula oleh seorang guru Teknologi dan Informasi Komputer sebagai berikut,

        Guru memiliki silabus dan RPP sebagai panduan dalam mengajar. Didalamnya memuat juga perencanaan tentang nilai-nilai karakter apa yang diharapkan dimiliki siswa dan proses penilaiannya (sikap dan perilaku/ranah afektif) (TW-6-DP).

        Pendidikan karakter bukanlah mata pelajaran yang berdiri sendiri. Pernyataan selengkapnya dikemukakan oleh seorang guru Pendidikan Agama Kristen sebagai berikut:

        Pendidikan karakter bukanlah mata pelajaran yang berdiri sendiri, melainkan terintegrasi pada semua mata pelajaran dan berproses di dalam dan di luar kelas. Nilai-nilai karakter yang kami tekankan tentunya bersumber padake-18 nilai karakter bangsa. Nilai-nilai itu coba kami terapkan dalam semua aktivitas siswa, yakni dari bangun pagi sampai tidur malam. Terdapat pedoman perilaku, berupa aturan atau tata tertib untuk mengarahkan sikap dan perilaku siswa sehingga secara nilai-nilai karakter yang diharapkan dapat membudaya dalam keseharian mereka, baik di sekolah maupun di asrama (TW-9-DMP).

        Selanjutnya, dipandang perlu untuk mendapatkan informasi dari guru Bimbingan dan Konseling, mengingat peranannya yang tergolong penting dalam pendidikan karakter. Tentang perencanaan pendidikan karakter beliau mengemukakan sebagai berikut:

        Kami telah menyusun program kerja semester dan tahunan dan materi-materi yang diberikan didasarkan pada modul KTSP 2006 yang disusun oleh musyawarah guru pembimbing Jakarta. Ada 4 kategori layanan yang menjadi fokus kami, yaitu pribadi, sosial, belajar dan karier. Layanan BK lebih banyak dilakukan di asrama pada sore hari, karena waktu di sekolah sangat terbatas. Layanan konseling kami berikan secara klasikal, yaitu 1-2 ruang putra/putri setiap jumat dan sabtu sore (jika bukan jadwal pulang rumah). Topik-topik yang dibahas di dalam kelompok selain berdasar pada modul yang ada, juga mencakup masalah-masalah yang dihadapi oleh siswa pada umumnya, seperti masalah hubungan kakak kelas – adik kelas, teman kamar, pacaran dan lain-lain. Selanjutnya terdapat juga layanan individual yang dalam perencanaan dibuat setiap senin – kamis (TW-5-SK).

        Informasi-informasi di atas membuktikan bahwa pendidikan karakter pada SMA Kristen 2 Binsus Tomohon, benar-benar dilakukan secara terencana. Perencanaan dibuat pada awal semester atau awal tahun pelajaran dengan merumuskan nilai-nilai yang hendak dicapai, melibatkan segenap komponen sekolah, dan terintegrasi dalam setiap mata pelajaran serta budaya sekolah dan asrama.

        c. Paparan Data Berdasarkan Studi Dokumentasi

        Informasi tentang perencanaan pendidikan karakter pada SMA Kristen 2 Binsus semakin diperkuat dengan hasil studi dokumentasi yang diperoleh peneliti. Beberapa dokumen pendukung di antaranya adalah sebagai berikut:

          1. Program Kerja Sekolah Tahun Pelajaran 2015-2016

          Perencanaan pendidikan karakter dibuat secara integratif atau terpadu dengan perencanaan program kerja sekolah (lampiran TD-4). Program kerja sekolah disusun untuk mencapai visi, misi, tujuan, dan sasaran sekolah serta pemenuhan kualifikasi kedelapan standar nasional pendidikan (standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian).

          Hal-hal yang berkaitan dengan perencanaan pendidikan karakter tidak disebutkan secara eksplisit, melainkan secara implisit pada program sekolah. Beberapa program yang terkait erat dengan pendidikan karakter antara lain:

            • Pemenuhan ruang asrama.

            • Pemenuhan ruang konseling.

            • Pemenuhan ruang olahraga.

            • Peningkatan kemampuan guru BK dalam program layanan konseling.

            • Pembentukan penasehat akademik.

            • Penyusunan program pengembangan diri berupa layanan konseling dan pengembangan kreativitas siswa.

            • Pembinaan prestasi unggulan siswa.

            • Penyusunan program kegiatan evaluasi terhadap kinerja sekolah

            • Menyusun peraturan akademik.

            • Merevisi tata tertib siswa, tenaga pendidik dan tenaga kependidikan.

            • Merevisi kode etik sekolah.

            • Menyusun pedoman pembelajaran.

            • Menyusun pedoman pemilihan mata pelajaran sesuai dengan potensi siswa.

            • Membuat panduan untuk menjajaki potensi siswa, dan

            • Membuat pedoman penilaian.

            2. Rincian Tugas dan Tanggung Jawab

            Perencanaan pendidikan karakter pada SMA Kristen 2 Binsus Tomohon dapat ditemukan dalam dokumen tentang rincian tugas kepala sekolah, wakil kepala sekolah, pendidik, tenaga kependidikan, dan tenaga lainnya (lampiran TD-1). Dari dokumen ini didapati bahwa semua pihak bertugas dan bertanggung jawab terhadap terlaksananya pendidikan karakter di sekolah ini. Ditegaskan dalam rincian tugas masing-masing untuk memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi, dan kedudukan sesuai dengan kepercayaan yang diberikan.

            Terdapat beberapa pihak yang rincian tugasnya berkaitan langsung dengan pendidikan karakter. Pertama, Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan. Rincian tugasnya antara lain: (1) menyusun program kepesertadidikan bersama-sama dengan pembina OSIS, (2) mengkoordinasikan pelaksanaan program ekstra kurikuler untuk siswa, (3) mengatur pelaksanaan Bimbingan dan Konseling, (4) melakukan pembinaan prestasi unggulan, (5) mengkoordinasikan dengan pembina akademik dalam pembinaan disiplin siswa, (6) mengawasi pelaksanaan tata tertib siswa bersama-sama pembina OSIS, pendidik dan tenaga kependidikan, (7) memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi dan kedudukan sesuai dengan kepercayaan yang diberikan.

            Kedua, Penasehat Akademik (PA). PA memberikan bantuan berupa nasehat akademik kepada siswa agar studinya selesai dengan baik. Beberapa tugasnya yang berkaitan dengan pendidikan karakter antara lain: (1) mendeteksi potensi siswa dari hasil psikotes dengan membuat album profil siswa serta menganalisis keunggulan dan kelemahan siswa, (2) mengonsultasikan dan memediasi masalah siswa dengan pihak terkait, (3) mengarahkan siswa untuk mengikuti kegiatan pengembangan diri, (4) membantu siswa mengembangkan kepribadian yang cerdas, mandiri, berdisiplin dan bermoral kristiani.

            Ketiga, Guru Bimbingan dan Konseling (BK). Guru BK memiliki peranan yang penting dalam pengembangan karakter siswa. Beberapa dari tugasnya adalah sebagai berikut: (1) menyusun program BK, (2) mengkoordinasikan dengan PA dalam mengatasi maslaah-masalah siswa, (3) memberikan saran dan pertimbangan kepada siswa tentang pendidikan lanjut atau jenis pekerjaan yang sesuai, (4) menindaklanjuti hasil BK, (5) membina hubungan kerjasama dengan orangtua dalam mengatasi masalah-masalah yang dihadapi oleh siswa, (6) memberi teladan yang bertanggung jawab.

            2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

            Sudah menjadi kewajiban guru untuk melakukan persiapan sebelum mengajar, melalui penyusunan RPP (lampiran TD-12). RPP memuat kompetensi dasar, tujuan, materi, proses pembelajaran, sumber, alat dan bahan, serta rencana penilaiannya. Berkaitan dengan perencanaan pendidikan karakter, indikatornya dapat dilihat jelas pada tujuan pembelajaran.

            Di dalam RPP disebutkan secara eksplisit tujuan pembelajaran aspek afektif/pendidikan karakter. Sebagai contoh pada pembelajaran Kimia, tujuan pembelajaran aspek afektif/pendidikan karakter adalah sebagai berikut: “melalui kegiatan pembelajaran ini siswa diharapkan mampu mengembangkan nilai: religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab”.

            2. Pelaksanaan Pendidikan Karakter Pada SMA Kristen 2 Binsus Tomohon

            a. Paparan Data Berdasarkan Pengamatan

            Beberapa informasi tentang pelaksanaan pendidikan karakter yang diperoleh dari hasil pengamatan pada Selasa, 12 September dan Kamis 14 September 2016 adalah sebagai berikut (lampiran TO-1, TO-2):

            Pertama, profil siswa sekolah ini mudah sekali diidentifikasi, karena disiplin dalam keseragaman dari ujung kaki sampai ujung rambut. Hal menarik lagi yang ditemukan pada saat pengamatan adalah kebiasaan memberi salam (selamat pagi, siang, sore) kepada sesama, baik warga sekolah maupun tamu yang datang berkunjung. Siswa bisa saja memberikan salam lebih dari 1 kali menyesuaikan dengan berapa kali mereka berpapasan dengan orang lain.

            Kedua, konsistensi dalam penegakkan disiplin juga terlihat, ketika peneliti mendapati beberapa siswa kelas XII yang dikeluarkan dari kelas oleh gurunya karena sibuk bercerita dan tidak memperhatikan guru yang sedang menjelaskan materi. Hal berbeda peneliti jumpai di kelas X dan XI. Pada saat pelajaran sedang berlangsung, mereka tampak serius dan terlibat aktif dalam diskusi. Di rombongan belajar yang lain, peneliti melihat siswa dalam kelompok-kelompok sedang mempersiapkan diri untuk tampil dalam pelajaran seni-budaya. Mereka terlihat bekerjasama dan kreatif dalam berlatih menyanyikan lagu daerah.

            Ketiga, pada sepanjang hari tertentu dan beberapa kesempatan lainnya peneliti memperhatikan siswa yang senantiasa rapih dalam berpakaian. Tak satupun dari siswa perempuan yang ukuran roknya di bawah lutut dan siswa laki-laki tak pernah terlihat kemejanya berada di luar celana.

            b. Paparan Data Berdasarkan Wawancara

            Informasi tentang pelaksanaan pendidikan karakter pada SMA Kristen 2 Binsus Tomohon pertama-tama diperoleh dari kepala sekolah sebagai berikut:

            Pelaksanaan pendidikan karakter sebagaimana yang kami rencanakan itu berlangsung pada beberapa momen penting, Pertama, di dalam kelas. Pendidikan karakter diintegrasikan pada setiap mata pelajaran, sehingga setiap guru bertanggung jawab atas terselenggaranya pendidikan karakter di kelas. Kedua, pelaksanaan pendidikan karakter berlangsung di dalam kegiatan ekstrakurikuler. Selain mengembangkan minat dan bakatnya, siswa juga melatih diri bekerja sama dalam kelompok dan membiasakan diri dengan aktivitas-aktivitas positif. Ketiga, pelaksanaan pendidikan karakter berlangsung melalui kegiatan-kegiatan sosialisasi, pembinaan pada apel pagi, dan pembinaan-pembinaan langsung di tempat (on the spot). Nilai-nilai yang ditekankan dalam pendidikan karakter di sekolah kami adalah nilai-nilai sebagaimana tercantum dalam visi, misi, dan tujuan sekolah. Metode yang kami gunakan adalah pengulangan dan pembiasaan. Nilai-nilai penting seperti religius, disiplin, jujur, saling menghargai, tanggung jawab selalu kami “ingat-ingatkan”, “sampai-sampaikan” baik kepada siswa maupun guru dan pegawai. Dengan harapan mereka selalu ingat dan membiasakan diri menghayati dan menghidupi nilai-nilai itu (TW-1-AP).

            Pelaksanaan pendidikan karakter erat kaitannya dengan program-program yang dibuat oleh bidang kesiswaan bersama dengan OSIS. Hal ini dikemukakan oleh wakil kepala sekolah bidang kesiswaan sekaligus pengasuh asrama sebagai berikut:

            Program-program dari siswa dalam hal ini Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) merupakan tanggung jawab kami. Bidang kesiswaan mendampingi OSIS dalam kegiatan-kegiatan seperti Valentine’s day (hari kasih sayang setiap 14 Februari), pemilihan putra-putri binsus yang kriterianya mendekati kriteria putra-putri Tomohon. Mereka yang dicalonkan adalah yang memiliki kualitas baik akademik, maupun karakter. Melalui kegiatan ini kami berharap para siswa termotivasi untuk berlomba-lomba meningkatkan kualitas mereka sebagai siswa untuk kesuksesan mereka di masa depan. Kami melarang siswa membawa gadget atau smartphone di sekolah dan asrama. Mereka hanya boleh memegang handphone standar (hanya khusus menelpon dan kirim pesan). Hal ini untuk menjaga penyalahgunaan media, seperti mengambil foto atau video berbau pornografi. Kami memberikan tanggung jawab kepada OSIS untuk memimpin dan mengontrol teman-teman mereka baik di sekolah, maupun di asrama. Di harapkan melalui kesempatan itu mereka dapat berlatih leadership dan menjadi partner sekolah untuk memastikan terciptanya situasi belajar yang kondusif di sekolah dan asrama, serentak mereka juga menjadi role model atau panutan bagi siswa lainnya. Masalah yang terjadi di asrama adalah juga masalah sekolah. Untuk itu kami bekerja dalam koordinasi dengan semua komponen sekolah (pimpinan sekolah, guru-guru mata pelajaran, guru BK, guru koordinator kelas, guru pembimbing akademik, pegawai, OSIS), asrama (pengasuh asrama), dan orangtua siswa. Kontrol kami lakukan bersama, dan komunikasi dengan orangtua juga kami sering lakukan (TW-2-NP).

            Hal senada disampaikan oleh wakil kepala sekolah bidang hubmas, khususnya tentang pemanfaatan media komunikasi dalam kaitan dengan pelaksanaan pendidikan karakter. Pernyataannya adalah sebagai berikut:

            Peran Hubmas dalam pelaksanaan pendidikan karakter khususnya pada pemanfaatan media. Kami melarang siswa membawa gadget atau smartphone di sekolah. Tetapi ketika mereka pulang ke rumah mereka bebas menggunakan itu, jadi kami selalu mengingatkan mereka untuk bersikap kritis terhadap media. Ketika mereka menggunakan facebook misalnya, mereka diingatkan untuk memperhatikan postingan mereka agar berusaha menjaga nama baik sendiri, keluarga dan sekolah. Semua pihak di sekolah dan asrama berupaya mengingatkan siswa agar memperhatikan hal ini. Bidang Hubmas bertanggung jawab mengelola website dan facebook sekolah. Melalui media ini kami mempublikasikan kegiatan-kegiatan positif yang dilakukan oleh siswa dan guru sebagai dokumentasi, sekaligus apresiasi kepada siapa saja yang terlibat. Selain itu pelaksanaan pendidikan karakter juga berlangsung saat kegiatan belajar mengajar. Contohnya karakter religius. Indikatornya adalah siswa ikut dalam doa di awal dan akhir pembelajaran (TW-3-ES).

            Pelaksanaan pendidikan karakter terlasana secara integratif dalam mata pelajaran dan program-program sekolah serta melibatkan juga pihak eksternal . Hal ini dikemukakan oleh guru Seni Budaya merangkap Bahasa Inggris dan Muatan Lokal (Prakarya dan Kewirausahaan) sebagai berikut:

            Implementasi pendidikan karakter berlangsung secara integratif dalam pembelajaran di kelas. Guru tidak hanya mentransfer ilmu, melainkan mendidik karakter siswa. Setiap guru bertanggung jawab atas hal ini. Pada pembelajaran Seni Budaya khususnya, di samping siswa mengembangkan minat dan bakatnya di bidang seni, mereka juga dilatih untuk menghargai perbedaan budaya, toleransi, cinta tanah air, dan menjaga keharmonisan. Sedangkan pada pembelajaran Bahasa Inggris, melalui kegiatan diskusi kelompok, mereka dilatih untuk bekerjasama, jujur, peduli, dan bertanggung jawab. Untuk memastikan jalannya pendidikan karakter di dalam kelas, guru membuat tata tertib kelas dengan tetap memperhatikan iklim belajar yang kondusif. Pelaksanaan pendidikan karakter tidak hanya berlangsung di kelas. Ada banyak kegiatan sekolah yang menjadi wadah pengembangan karakter siswa. Salah satu yang menarik perhatian kami adalah program katekisasi calon sidi. Banyak nilai-nilai karakter yang ditanamkan. Dalam melaksanakan program ini, sekolah bekerjasama dengan beberapa Gereja, seperti GMIM Sion Tomohon, GMIM Baith-Lahim Talete, dan GMIM Kuranga Talete-2, dan GMIM Maranatha Kakaskasen. Terdapat satu tim Pembina katekisasi sekolah yang terdiri dari guru Pendidikan Agama Kristen yang dibantu oleh guru-guru yang sesuai dengan tema katekisasi dalam kerjasama dengan tim pembina katekisasi jemaat setempat. Kegiatan persiapan berupa kursus dilaksanakan kurang lebih 3-4 bulan (TW-4-CK).

            Pelaksanaan pendidikan karakter berlangsung dalam proses belajar-mengajar termasuk pada pelajaran Teknologi Informasi Komputer. Hal ini diutarakan oleh guru pengajar mata pelajaran ini sebagai berikut:

            Pelajaran dibuka dan ditutup dengan doa. Nilai yang ditekankan di sini adalah nilai religius. Selanjutnya dalam proses pembelajaran, ada diskusi-diskusi kelompok dan presentasi. Dari kegiatan ini siswa melatih dan mengembangkan nilai kerjasama dan kepercayaan diri. Selain itu siswa dilatih disiplin. Indikatornya adalah siswa mengumpulkan tugas pada waktu yang ditetapkan, masuk kelas pada waktunya. Secara khusus pada pelajaran TIK, sangat penting menumbuhkan nilai-nilai tanggung jawab dan berpikir kritis, sebab berkaitan dengan penggunaan media, seperti internet. Sedangkan untuk nilai kejujuran, dilihat dari kegiatan ujian. Mereka harus mengerjakan ujian secara mandiri, tidak bekerjasama dengan teman ataupun menyontek (TW-6-DP).

            Budaya sekolah adalah indikator dilaksanakannya pendidikan karakter di sekolah ini. Informasi ini disebutkan oleh guru Pendidikan Agama Kristen merangkap pengasuh asrama sebagai berikut:

            Pendidikan karakter terlaksana lewat program sekolah, khususnya bidang kesiswaan, pembinaan pada apel pagi, upacara bendera, ibadah pagi dan malam, dan pemeriksaan atribut-atribut sekolah yang berlaku di sekolah dan asrama, serta etiket dalam pergaulan. SMA Kristen 2 Binsus Tomohon ini dulu pernah dijadikan “Sekolah Model”, sehingga kami berupaya menciptakan kultur sekolah dimana para siswanya beriman, jujur, disiplin, bertanggung jawab, dan seterusnya (TW-9-DMP).

            Selanjutnya, dari pihak guru Bimbingan dan Konseling juga sebagai tamatan dari sekolah ini, pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah berlangsung sebagai berikut:

            Topik-topik yang kami bahas dalam layanan klasikal, sering harus ditindak lanjuti dalam program layanan individual. Jika hasil dari layanan ini belum juga terlihat, maka guru BK akan meneruskan masalahnya sampai kepada pengasuh asrama dan guru PA (pembimbing akademik). Setiap siswa dibuatkan kartu kontrol bimbingan, agar dapat dipantau perkembangannya. Tidak hanya layanan yang sifatnya responsif yang diberikan oleh BK, tetapi banyak juga siswa yang atas inisiatifnya sendiri datang ke ruang BK untuk konsultasi atau menghubungi kami lewat telepon (di luar jadwal bimbingan sekolah/asrama). Dalam melaksanakan tugas sebagai guru BK, kami bekerjasama dengan semua guru dan pengasuh. Selalu ada koordinasi diantara kami. Kami juga memiliki program kerja seperti meditasi siswa kelas XII dalam rangka persiapan ujian nasional, dan ada 2 target yang sedang kami upayakan, yaitu kegiatan refleksi siswa kelas X setiap 3 atau 4 bulan, dan leadership untuk kelas XI. Pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah ini berdampak sangat positif terhadap siswa. Mereka memiliki kemandirian, disiplin, tanggung jawab, kreativitas, dan kepercayaan diri yang kuat ketika lulus dari sekolah ini (TW-5-SK).

            Informasi-informasi tentang pelaksanaan pendidikan karakter yang diperoleh baik dari pihak pimpinan sekolah, dan guru di atas semakin diperkuat dan diperjelas oleh informasi dari beberapa siswa yang diwawancarai sekaligus. Secara bergantian mereka mengemukakan tentang pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah ini sebagai berikut:

            Kami memiliki jadwal yang teratur di asrama. Jam 05.00 kami sudah harus bangun dan langsung mandi. Pada jam 06.00 kami harus berkumpul di aula untuk ibadah pagi bersama selama kurang lebih 15 menit. Setelah itu kami apel di sekolah pada jam 06.45. pada apel ini kami mendapatkan pembinaan atau pengarahan dari kepala sekolah atau guru yang bertugas apel. Kami belajar sampai jam 13.45. Sesudah itu makan siang di asrama dilanjutkan dengan mandi, karena pada jam 15.30 kami siswa kelas XII masih ada kegiatan bimbingan belajar (bimbel) persiapan ujian nasional, sedangkan adik-adik kelas belajar mandiri di aula. Kami makan malam jam 18.00-19.00, setelah itu belajar mandiri dan ibadah malam pada jam 21.00. Sebenarnya kami harus tidur jam 21.30. Tetapi terkadang banyak di antara kami tidur sampai larut malam karena masih banyak tugas-tugas mata pelajaran yang harus kami selesaikan, atau karena esok harinya ada ujian kami perlu tambahan waktu untuk belajar. Selain apel di sekolah, ada juga apel di asrama. Biasanya kami mendapatkan pembinaan-pembinaan oleh pengasuh yang adalah juga guru kami di sekolah. Kami memiliki 2 guru pengasuh putri untuk asrama putri dan 2 guru pengasuh untuk asrama putra. Kepala asramanya adalah bapak Ferly Rau (wakil kepala sekolah bidang kurikulum), dan pengasuh ibu pendeta Durne D. Masengi-Paninggiran (guru agama), ibu Nilly Pasuhuk (wakil kepala sekolah bidang kesiswaan), dan bapak Adi Victor Eman (guru bahasa Jepang). Mereka memiliki tempat tinggal di kompleks asrama kami. Aturan di asrama sangat ketat dan melatih kami untuk disiplin. Pemberian ijin hanya diberikan 1 minggu 1 jam ijin. Dan kalau ijin pulang ke rumah di luar jadwalnya, hanya diberikan 1 bulan 1 kali ijin saja. Ada aturan tidak boleh menggunakan handphone yang memiliki kamera, dilarang pacaran, harus saling memberi hormat, tepat waktu dalam setiap kegiatan, dan lain-lain. Jika kami melanggar, maka kami akan mendapatkan pembinaan dari pengasuh berupa teguran lisan, melaksanakan kebersihan atau kalau pelanggaran sudah berat, orangtua dipanggil. Pada hari Sabtu dimana kami tidak pulang ke rumah karena bukan jadwalnya, ada kegiatan ekstra kurikuler (ekskul). Ada olahraga yang terdiri dari basket, bola voli, bulu tangkis, renang, futsal, tenis meja. Untuk bidang seni ada paduan suara, kolintang, dan group band. Di samping itu ada ekskul bidang kerohanian. Para siswa yang tergabung dalam ekskul ini sering melakukan kegiatan seperti mengunjungi dan mendoakan orang sakit di rumah sakit, melaksanakan ibadah, dan lain-lain. Selanjutnya ada juga ekskul study club mata pelajaran, seperti matematika, fisika, ekonomi, biologi, kimia, geografi, kebumian, TIK, dan astronomi (TW-8-AL-MT-MK-RS).

            Dari hasil wawancara di atas diperoleh informasi bahwa pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah ini sungguh-sungguh diupayakan oleh pimpinan sekolah bekerjasama dengan dewan guru dan OSIS melalui kegiatan pembinaan, pembelajaran di kelas, program-program sekolah dan OSIS, serta budaya sekolah dan asrama. Siswa sendiri sebagai subjek dari pendidikan karakter turut menegaskan akan hal ini.

            c. Paparan Data Berdasarkan Studi Dokumentasi

            Berdasarkan hasil studi dokumentasi, diperoleh beberapa dokumen pendukung yang memperkuat data pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah ini, di antaranya:

              1. Dokumen Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

              Dokumen KTSP berisi pedoman kurikulum sekolah (lampiran TD-3) di antaranya memuat tentang kalender akademik, struktur dan muatan kurikulum yang informasi sebagian telah disebutkan dalam paparan data tentang gambaran umum sekolah. Namun, ada beberapa informasi dari dokumen ini yang berkaitan dengan pelaksanaan pendidikan karakter. Pertama, pada bagian kalender pendidikan disebutkan tentang Kegiatan Pengenalan Lingkungan (KPLS). Materi yang diberikan adalah visi, misi, program kegiatan sekolah, motivasi semangat dan cara belajar efektif, etika pergaulan, budaya dan tatatertib sekolah, pengenalan fasilitas sekolah dan asrama, serta kegiatan outbound. Pelaksanaan kegiatan ini melibatkan seluruh siswa kelas X dan panitia yang terdiri dari dewan guru dan beberapa pengurus OSIS.

              Kedua, dalam muatan kurikulum bagian pengembangan diri disebutkan tentang ruang lingkup pengembangan diri, meliputi:

                • Pelayanan konseling yang mencakup kehidupan pribadi, sosial, belajar, dan karir.

                • Kegiatan ekstrakurikuler, seperti kepramukaan, karya ilmiah remaja, palang merah remaja, seni, olahraga, dan study club.

                • Kegiatan rutin seperti upacara bendera senam, ibadah khusus keagamaan, pemeliharaan kebersihan dan kesehatan diri.

                • Kegiatan spontan, seperti pembentukan perilaku memberi salam, membuang sampah pada tempatnya, atri, dan mengatasi pertengkaran.

                • Keteladanan dalam hal berpakaian rapih, berhasa yang santun, rajin membaca, memuji kebaikan atau keberhasilan orang lain.

                • Kegiatan terprogram, di antaranya penyelenggaraan layanan dan kegiatan pendukung konseling, karya ilmiah, latihan/lomba keterbakatan atau prestasi, workshop, seminar, bazaar dan kegiatan lapangan.

                • Pengkondisian, yaitu pengadaan sarana yang mendorong terbentuknya perilaku terpuji seperti memberi salam sesuai pelaksanaan upacara bendera dan kegiatan lainnya.

                Ketiga, pendidikan kecakapan hidup. Sekolah membekali siswa dengan kecakapan-kecakapan praktis agar mampu menghadapi kesulitan dan tantangan dalam kehidupan. Pendidikan kecakapan hidup dilakukan melalui intrakurikuler dan ekstrakurikuler untuk mengembangkan potensi siswa yang materinya terintegrasi dala sejumlah mata pelajaran yang ada. Kecakapan hidup yang hendak dikembangkan meliputi: kecakapan personal, sosial, akademis, dan vokasional. Integrasi kecapakan hidup dalam mata pelajaran yang dimaksudkan tampak dari tabel berikut ini:

                Tabel 4.1. Integrasi Kecakapan Hidup dalam Mata Pelajaran

                No

                Mata Pelajaran

                Pengembangan diri

                Personal

                Sosial

                Akademik

                Vokasional

                1

                Pendidikan Agama


                2

                Pendidikan Kewarganegaraan


                3

                Bahasa dan Sastra Indonesia


                4

                Bahasa Inggris


                5

                Matematika


                6

                Kesenian


                7

                Pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan

                8

                Sejarah


                9

                Geografi


                10

                Ekonomi


                11

                Sosiologi





                12

                Fisika


                13

                Kimia


                14

                Biologi


                15

                Teknologi Informasi dan Komunikasi

                16

                Bahasa Asing: Jepang


                17

                Mulok (Budidaya hortikultura dan Bahasa Inggris Terapan

                2. Jadwal Pembinaan Upacara Bendera dan Apel Pagi

                Pelaksanaan pendidikan karakter pada SMA Kristen 2 Binsus Tomohon secara eksplisit disebutkan dalam jadwal pembinaan upacara bendera dan apel pagi (lampiran TD-5). Semua guru dilibatkan sebagai pembina dan diatur secara bergilir dengan tema-tema yang sudah ditentukan. Tema pembinaannya adalah nilai-nilai karakter yang diharapkan diketahui, dihayati dan diamalkan oleh siswa dan semua pihak di sekolah.

                Tema pembinaan yang dimaksudkan adalah peduli sosial, berpikir kritis, cinta tanah air, kerja keras, demokratis, mandiri, cerdas, inovasi, gemar membaca, kreatif, saling menghargai, pantang menyerah, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, kepemimpinan, disiplin, percaya diri dan optimisme, tanggung jawab, toleransi, jujur, berorientasi pada tugas, pantang menyerah, cinta damai, dan peduli lingkungan. Jadwal pembinaan ini ditanda tangani secara resmi oleh kepala sekolah pada bulan Juli 2016. Upacara atau apel pagi dimulai jam 06.45, dilaksanakan di sekolah. Jika cuaca hujan, maka apel dilaksanakan di asrama.

                2. Buku Saku Siswa

                SMA Kristen 2 Binsus Tomohon memiliki buku saku untuk siswa (lampiran TD-8). Buku ini berisi pedoman perilaku atau tata tertib dan tata krama yang harus ditaati oleh siswa. Pelanggaran terhadap tata tertib dan tata krama ini berakibat serius. Sanksi yang diberikan adalah teguran, hukuman, pemanggilan orangtua, skorsing, bahkan dikembalikan kepada orangtua. Dalam perumusan aturan, pimpinan sekolah melibatkan siswa yang diwakili oleh pengurus OSIS. Mereka turut menandatangani buku ini sebagai bukti bahwa mereka akan turut mengontrol dan memastikan terciptanya disiplin atau ketertiban di sekolah maupun asrama.

                3. Evaluasi Pendidikan Karakter Pada SMA Kristen 2 Binsus Tomohon

                a. Paparan Data Berdasarkan Pengamatan

                Evaluasi atau penilaian terhadap pendidikan karakter didasarkan pada indikator-indikator dari nilai yang menjadi tujuan sekolah. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan peneliti pada Selasa, 20 September 2016 terdapat beberapa siswa dikeluarkan dari kelas karena tidak menunjukkan sikap menghormati guru yang sedang mengajar. Hal ini menunjukkan bahwa guru menilai karakter siswa selama pembelajaran berlangsung dan memberikan sangsi yang tegas kepada siswa yang tidak menunjukkan sikap sesuai nilai karakter yang diharapkan (lampiran TO-5).

                Selain itu, pada Senin, 26 September 2016, peneliti mengamati pelaksanaan ujian tengah semester. Salah satu indikator penilaiannya adalah siswa tidak menyontek saat ujian berlangsung. Nilai kejujuran selama ujian telah ditegaskan oleh setiap guru mata pelajaran sejak awal pembelajaran hingga pelaksanaan ujian. Peran guru pengawas ujian sangat penting selama ujian berlangsung, sebab dialah yang dapat memastikan tingkat ketercapaian nilai kejujuran selama ujian berlangsung (lampiran TO-4).

                b. Paparan Data Berdasarkan Wawancara

                Evaluasi pendidikan karakter selain dilaksanakan bersamaan dengan evaluasi hasil belajar, juga berlangsung on the spot atau langsung di tempat kejadian, serta melibatkan banyak pihak dengan metode observasi dan penanganan yang konsisten. Kepala sekolah mengemukakan sebagai berikut:

                Evaluasi kami lakukan untuk menilai atau mengukur tingkat keberhasilan pelaksanaan pendidikan karakter. Evaluasi dilakukan dalam bentuk rapat evaluasi setiap bulan, semesteran (awal dan akhir semester) dan tahunan (awal dan akhir tahun ajaran). Setiap bidang atau unit kerja melaporkan ketercapaian setiap program yang telah dibuat, termasuk kesulitan, tantangan, atau hambatan yang ditemui dan usulan solusi untuk mengatasinya. Untuk guru dan pegawai secara perorangan dievaluasi juga. Apakah mereka sudah berupaya menjadi teladan yang baik bagi siswa. Misalnya tentang disiplin, saling menyapa satu sama lain. Jangan sampai siswa diminta disiplin dan saling menyapa, malah guru dan pegawai tidak menyapa satu sama lain atau datang terlambat. Evaluasi terhadap guru datang juga dari siswa. Mereka dilibatkan untuk memberi masukan tentang sikap dan perilaku guru sejauh yang mereka alami di kelas atau di lingkungan sekolah. Evaluasi terhadap siswa berlangsung pada saat rapat nilai mid semester, semester, rapat ketentuan kenaikan kelas dan rapat kelulusan. Pada rapat ini evaluasi dilakukan melalui dua tahap. Tahap pertama, evaluasi kepribadian siswa atau sikap dan perilakunya (aspek afektif) dan kedua, evaluasi nilai-nilai akademik. Pengalaman kami ada juga siswa yang dinyatakan tidak naik kelas karena masalah perilaku. Instrumen yang kami pakai dalam menilai sikap dan perilaku siswa adalah observasi setiap hari. Setiap temuan tentang sikap dan perilaku siswa langsung ditangani.

                Evaluasi pendidikan karakter juga berlangsung saat rapat orangtua saat penerimaan hasil belajar siswa. Kami memberikan kesempatan kepada orangtua untuk memberikan penilaian tentang sikap dan perilaku siswa. Terkadang juga penilaian datang dari beberapa anggota masyarakat yang disampaikan secara spontan kepada pihak sekolah (TW-1-AP).

                Dari hasil evaluasi dikemukakan juga faktor pendukung dan faktor penghambat pelaksanaan pendidikan karakter. Untuk faktor pendukung AP mengemukakan sebagai berikut:

                Pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah kami secara keseluruhan dapat dikatakan telah berlangsung dengan baik atau sesuai harapan. Ada dua faktor yang kami lihat sebagai pendukung. Pertama, para siswa sudah terseleksi pada awal penerimaan siswa baru dari segi akademik dan kepribadian. Siswa yang kami terima adalah mereka yang memiliki prestasi akademik/non akademik dan memiliki catatan kepribadian yang baik. Kedua, faktor asrama. Siswa kami wajib tinggal di asrama. Hal ini sangat memudahkan kami untuk mengontrol dan mengetahui perkembangan sikap dan perilaku mereka. Pendidikan karakter yang kami upayakan di sekolah dapat berlangsung secara kontinu atau berkesinambungan karena adanya asrama (TW-1-AP).

                Selanjutnya, untuk faktor penghambat AP melanjutkan sebagai berikut:

                Ada tiga faktor penghambat, yaitu guru, siswa, dan orangtua. Terkadang pola perilaku dari beberapa guru masih belum menunjukan keseriusan atau komitmen untuk menjadi panutan. Siswa memperhatikan dan mulai membanding-bandingkan. Selanjutnya kesulitan dari siswa adalah masih ada yang suka menyimpang atau melanggar aturan yang sudah ditetapkan, padahal setiap hari diingatkan dan diberi pembinaan. Tantangan juga datang dari orangtua. Ada orangtua yang mendukung sekolah menerapkan disiplin, tetapi ada juga orangtua yang kurang mendukung. Usaha-usaha yang kami lakukan untuk mengatasi kesulitan, hambatan atau tantangan di atas adalah tetap berupaya konsisten dalam pembinaan setiap hari dan mengingatkan serta mengajak orangtua untuk lebih kooperatif dengan sekolah agar pendidikan karakter semakin berdampak positif bagi siswa, sekolah, dan orangtua (TW-1-AP).

                Evaluasi pendidikan karakter yang dikemukakan oleh AP di atas diperkuat oleh pernyataan wakil kepala sekolah bidang hubmas sebagai berikut:

                Evaluasi dilakukan bersamaan dengan rapat rutin bulanan dan saat rapat nilai. Kami berperan melaporkan temuan atau hasil observasi tentang sikap dan perilaku siswa. Setiap temuan kami bahas bersama dan menghasilkan rekomendasi-rekomendasi tentang tindak lanjut penanganan masalah yang ada. Di samping itu, pada rapat bersama dengan orangtua. Mereka diberi kesempatan untuk menyampaikan penilaian mereka sendiri tentang perkembangan sikap dan perilaku siswa di rumah. Hal ini kami jadikan bahan refleksi dan evaluasi untuk menata dan memperbaiki sistem ke depan (TW-3-ES).

                Sehubungan dengan evaluasi terhadap faktor pendukung, hal serupa juga dikemukakan oleh ES sebagai berikut:

                Pada saat penerimaan siswa baru, kami sering mengajukan pertanyaan tentang alasan atau motivasi orangtua memilih sekolah kami, dan umumnya memberi alasan karena sekolah kami terkenal disiplin. Mereka tertarik menyekolahkan anak mereka di sini karena mereka ingin anak mereka menjadi disiplin dan mandiri. Hal ini tentu mendorong kami untuk memberikan yang terbaik dalam usaha mengedepankan pendidikan karakter. Selain itu, faktor pendukung lainnya adalah input, yakni kualitas siswa itu sendiri. Kami menyeleksi siswa secara ketat di awal penerimaan siswa baru. Ada banyak calon siswa yang mendaftar, tetapi ketersediaan kamar di asrama terbatas. Kualitas akademik dan kepribadian siswa yang baik menjadi prioritas kami. Karena itulah, dalam proses pelaksanaan pendidikan karakter, kami kurang mengalami kesulitan, karena pada dasarnya siswa-siswi yang kami terima adalah mereka yang mentalnya sudah siap, kepribadiannya sudah baik, dan memiliki motivasi untuk berkembang (TW-3-ES).

                Namun, evaluasi faktor penghambat pendidikan karakter, ES memiliki pandangan yang berbeda sebagai berikut:

                Pada umumnya pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah kami telah berjalan dengan lancar. Hambatan yang kami jumpai sangat minim. Ada masalah kedisplinan, tetapi tidak seberapa. Sejauh ini dapat diselesaikan (TW-3-ES).

                Evaluasi pendidikan karakter ditempuh dengan cara observasi atau pengamatan dan berkaitan dengan proses penanganan masalah terhadap siswa. Informasi ini diperoleh dari wakil kepala sekolah bidang kesiswaan merangkap pengasuh asrama sebagai berikut:

                Metode yang kami gunakan dalam evaluasi adalah observasi lapangan dan laporan dari berbagai pihak di sekolah dan asrama. Hasil observasi dan temuan masalah, sekecil apapun itu harus dilaporkan kepada kami dan diselesaikan bersama guru penasehat akademik. Untuk kasus yang berat, maka prosedur yang lakukan adalah sebagai berikut kesiswaan membawa kasusnya ke guru pembimbing akademik (PA) untuk dibuatkan BAP (berita acara pemeriksaan), lalu guru PA membuatkan rekomendasi berdasarkan tata tertib sekolah dan meneruskannya kepada kepala sekolah untuk dikeluarkan sangsi, entah itu berupa surat teguran atau dikembalikan kepada orangtua. Secara rutin evaluasi kami lakukan dalam rapat bulanan dewan guru bersama kepala sekolah (TW-2-NP).

                Berkaitan dengan evaluasi terhadap faktor pendukung NP mengemukakan beberapa hal yang sesuai dengan informasi yang diberikan oleh AP dengan beberapa informasi tambahan. Menurutnya faktor pendukung pendidikan karakter adalah sebagai berikut:

                Sistem penanganan masalah telah berjalan dengan baik. Artinya ketika terjadi masalah, kami langsung menanganinya. Sekecil apapun itu tidak kami abaikan. Dalam penanganan kami melibatkan banyak pihak seperti yang sudah disebutkan di atas. Keterlibatan OSIS juga sangat membantu baik di sekolah maupun di asrama. Tingkat kesadaran siswa boleh dibilang cukup tinggi, sehingga nilai-nilai karakter yang kami harapkan mulai membudaya dalam keseharian mereka. Di samping itu, faktor pendukung yang signifikan adalah asrama. Siswa kami tinggal di asrama, sehingga pengawasan terhadap mereka berlangsung 24 jam. Kegiatan-kegiatan dalam rangka melatih disiplin, dan membangun kreativitas, lebih mudah dilaksanakan karena mereka tinggal di asrama (TW-2-NP).

                Mengenai faktor penghambat, NP memiliki cara pandang yang berbeda dengan yang dikemukakan oleh AP. Menurutnya faktor penghambat pendidikan karakter tidak terlalu signifikan dan lebih mencermati perkembangan psikologis siswa dan partisipasi orangtua dalam pendidikan karakter. Berikut pernyataannya:

                Sejauh ini faktor penghambatnya tidak terlalu signifikan. Para siswa kami adalah remaja yang masih sangat membutuhkan bimbingan. Sehingga diperlukan kesabaran dan konsistensi dari kami untuk terus menerus mengingatkan mereka untuk berdisplin, jujur, peduli satu sama lain, saling menghargai, dan seterusnya. Tantangan yang kami hadapi adalah pacaran. Pada prinsipnya kami melarang para siswa untuk pacaran di sini. Tetapi, terdapat beberapa dari mereka yang ternyata pacaran dan kami mencoba untuk menggunakan pendekatan berbeda, bukan menghukum mereka tetapi mendampingi dan mengarahkan mereka agar tetap pada batas-batas kewajaran. Mereka diingatkan akan status mereka sebagai siswa, sehingga harus tetap fokus pada belajar. Tantangan selanjutnya adalah ketika liburan akhir pekan (weekend) atau liburan panjang. Terdapat beberapa siswa yang harus melakukan penyesuaian diri lagi. Mungkin terdapat kelonggaran saat liburan di rumah. Untuk itu diperlukan sekali kerjasama dengan orangtua (TW-2-NP).

                Evaluasi pendidikan karakter dilakukan juga oleh guru di dalam kelas. Pernyataan ini disampaikan oleh guru Seni merangkap Bahasa Inggris dan Muatan Lokal. Evaluasi pendidikan karakter menurutnya adalah sebagai berikut:

                Guru melakukan observasi selama kegiatan pembelajaran di kelas. Observasi didasarkan pada indikator-indikator yang telah dibuat guru dalam RPP. Sebagai contoh untuk mengukur nilai kerjasama, indikator yang ditetapkan adalah siswa terlibat dalam diskusi kelompok sesuai peran yang diberikan. Hal-hal yang ditemukan selama observasi ditulis pada jurnal guru untuk kemudian menjadi dasar penilaian ranah afektif. Guru memberikan apresiasi kepada siswa yang menunjukan karakter yang baik dengan cara memberikan bobot nilai afektif yang diakumulasi pada evaluasi pembelajaran tengah semester dan semester. Sedangkan, siswa yang menunjukan perilaku yang belum sesuai dengan indikator nilai karakter, diberi pembinaan khusus dan bisa juga mempengaruhi nilai afektifnya. Selain itu, guru juga mempertimbangkan laporan-laporan atau hasil temuan dari guru PA, koordinator kelas, piket dan pengasuh asrama (TW-4-CK).

                Kualitas input siswa dan asrama dipandang sebagai faktor pendukung pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah ini. Beberapa pihak di atas telah mengemukakan hal ini dan diulang lagi oleh CK sebagai berikut:

                Profil siswa adalah faktor pendukung yang paling penting. Melalui kegiatan psikotes dan hasil elaborasi saat wawancara, gambaran awal tentang kepribadian, minat dan bakat, dan kemampuan akademik telah diperoleh oleh guru. Semua guru dilibatkan dalam wawancara, sehingga dapat dipastikan sejak awal para guru telah memiliki pengenalan awal tentang siswa yang akan dididiknya, dan bagaimana membina mereka. Peran guru saat wawancara sangat penting. Setelah wawancara, guru akan memberikan rekomendasi apakah siswa diterima atau tidak. Pendidikan karakter di sekolah kami dapat dikatakan berlangsung dengan baik, karena faktor asrama. Kontinuitas pendidikan karakter dapat terlaksana. Sebab asrama adalah bagian yang tidak terpisahkan dari sekolah. Para pengasuh di asrama adalah juga guru di sekolah. Beberapa usaha yang kami lakukan untuk semakin meningkatkan kualitas pendidikan karakter adalah berusaha menjaga konsistensi penegakan disiplin, penanganan masalah siswa, menciptakan iklim demokrasi dalam arti melaksanakan kegiatan-kegiatan dari siswa, oleh siswa dan untuk siswa. Guru berperan sebagai fasilitator dan pembimbing mereka. Selain itu, komunikasi yang intensif dengan orangtua juga kami kembangkan. Pendidikan karakter terlaksana secara berkesinambungan sekolah-asrama-rumah (TW-4-CK).

                Hal yang berbeda dikatakan oleh CK mengenai faktor penghambat pendidikan karakter. Beliau lebih menyoroti tentang sarana dan prasarana. Selengkapnya beliau mengemukakan sebagai berikut:

                Fasilitas yang belum memadai merupakan salah satu faktor penghambat. Misalnya di dalam pembelajaran muatan lokal (prakarya dan kewirausahaan). Pelajaran ini juga sangat menekankan pendidikan karakter, seperti kreativitas, kerjasama, kebersihan, dan kewirausahaan. Namun, ketika harus melaksanakan praktek seperti memasak, fasilitas di dapur tidak memadai, air dari perusahan air minum kadang bermasalah. Tidak heran beberapa siswa menjadi kurang bersemangat atau belum antusias. Usaha-usaha yang sudah coba kami lakukan adalah mengajukan pengadaan dan perbaikan sarana-prasarana. Sedangkan untuk hal-hal yang berkaitan dengan masalah perilaku siswa, kami langsung tangani dengan memberikan pembinaan dan untuk masalah-masalah yang sifatnya lebih serius, dalam arti siswa belum menunjukan perubahan berarti, maka kami akan mengarahkannya kepada guru PA atau guru BK (TW-4-CK).

                Memberikan apresiasi berupa bobot nilai afektif kepada siswa yang menunjukkan sikap dan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai pendidikan karakter dan membahasnya dalam rapat dewan guru sebagai usaha evaluasi, juga diutarakan oleh guru Teknologi Informasi Komputer (DP). Beliau menyatakannya sebagai berikut:

                Evaluasi bersama sering dibuat bersama dewan guru dan pimpinan sekolah melalui rapat bulanan, rapat nilai tengah semester dan semester. Hal-hal yang dibahas tidak hanya capaian nilai pengetahuan dan keterampilan, tetapi nilai afektif dengan indikator-indikator seperti yang disebutkan sebelumnya. Jika siswa menunjukan sikap dan perilaku yang baik di kelas, maka diberikan poin yang diakumulasi saat penilaian untuk raport (TW-TW-6-DP).

                Berkaitan dengan evaluasi terhadap faktor pendukung, DP menegaskan sebagai berikut:

                Pada umumnya siswa sudah menunjukan perilaku yang baik, sehingga kegiatan belajar-mengajar dapat berjalan dengan lancar. Konsistensi dalam penerapan aturan dan motivasi terhadap siswa diperlukan untuk menjaga agar suasana belajar di kelas bisa berlangsung kondusif (TW-6-DP).

                Walaupun begitu, DP sendiri memaparkan tantangan-tantangan yang dihadapinya dan dilihat sebagai faktor penghambat pendidikan karakter yang berlangsung di kelas. Berikut pemaparannya:

                Tantangan yang dihadapi di kelas antara lain masih ada saja siswa yang terlambat mengumpulkan tugas, kurang melibatkan diri dalam diskusi kelompok. Ada juga siswa yang mungkin memiliki masalah pribadi sehingga mempengaruhi sikap dan perilakunya di kelas. Usaha yang saya lakukan adalah menegur atau memberi pembinaan agar ke depan ada perubahan sikap (TW-6-DP).

                Model evaluasi yang berbeda disampaikan oleh guru Bimbingan dan Konseling. Beliau mengemukakannya sebagai berikut:

                Setahun sekali kami menjalankan kuisioner kepada siswa. pertanyaan-pertanyaan yang kami ajukan berkaitan dengan evaluasi siswa terhadap perkembangan karakternya. Kami juga melakukan pengamatan atau observasi dan menuliskan hasilnya pada jurnal. Observasi dilakukan melalui laporan teman sebaya, sapaan-sapaan BK kepada siswa, dan crosscheck (memastikan kebenaran laporan atau hasil temuan masalah siswa tertentu baik yang kami lakukan melalui kegiatan interogasi atau menggunakan instrument tes). Laporan secara lisan kami sampaikan kepada kepala sekolah dan dewan guru dalam rapat rutin bulanan dan rapat nilai. Hal-hal yang dilaporkan antara lain rekapitulasi kunjungan siswa dan ruang lingkup persoalan siswa. Terdapat juga laporan tertulis yang kami buat per-semester (TW-5-SK).

                Ketika ditanya tentang evaluasi terhadap faktor pendukung, jawabannya senada dengan informan-informan sebelumnya. Menurutnya, faktor pendukung pendidikan karakter di sekolah ini adalah sebagai berikut:

                Rekrutmen siswa pada awal tahun pelajaran adalah faktor pendukung yang sangat penting. Mereka yang diterima adalah yang memiliki IQ di atas rata-rata. Sedangkan pada bagian rata-rata dapat diterima setelah pertimbangan beberapa faktor yang ditemukan dalam hasil psikotes, seperti tingkat kemandirian, prestasi, daya juang. Mereka dinilai mampu mengolah potensi-potensi yang ada di dalam diri mereka. Tidak hanya prestasi akademik yang dijadikan prasyarat, tetapi kualitas karakter personal adalah faktor penentu apakah siswa diterima di sekolah ini atau tidak (TW-5-SK).

                Selanjutnya, evaluasi terhadap faktor penghambat pendidikan karakter, SK memiliki persepsi sesuai dengan profesinya. Berikut pernyataannya:

                Guru BK dalam menangani persoalan pribadi siswa, sedapat mungkin menjaga kerahasiaan agar siswa merasa nyaman dan mau terbuka. Tetapi, terkadang ada persoalan-persoalan yang oleh BK disimpan, malah disebarkan oleh pihak lain. Ini tentunya menjadi tantangan bagi guru BK untuk mengontrol agar masalah-masalah tertentu tidak menyebar. Selain itu, cara bersikap atau menanggapi persoalan siswa belum sama di kalangan guru. Misalnya ketika siswa kedapatan melakukan kesalahan, guru BK biasanya akan berusaha mencari tahu latar belakang masalah dan mencoba memberikan pembinaan secara positif kepada siswa. Sedangkan guru lain cenderung menghakimi siswa. Usaha-usaha untuk mengatasi hambatan ini antara lain dengan terus meningkatkan layanan Bimbingan dan Konseling, menyediakan banyak waktu mendengarkan siswa, menjadi orang yang dapat mereka percaya dengan menjaga kerahasiaan bimbingan dan memberikan solusi yang tepat bagi mereka (TW-5-SK).

                Subjek dari pendidikan karakter adalah siswa itu sendiri. Untuk itu penting untuk memperhitungkan evaluasi terhadap pendidikan karakter dari perspektif atau pengalaman langsung dari mereka. Berikut informasi yang diperoleh dari salah seorang perwakilan siswa:

                Motivasi saya bersekolah di sini karena sekolah ini dikenal dapat mendidik siswa untuk mandiri, disiplin, cerdas, berdaya saing dan memiliki karakter kristiani. Sewaktu saya kelas X saya pernah berpikir untuk pindah sekolah karena homesick. Baru kali ini saya tinggal di asrama dan jauh dari orangtua. Tetapi lama-kelamaan saya merasa senang dan bangga bisa bersekolah di sini. Ada banyak manfaat yang saya dapat, seperti bisa tampil percaya diri di hadapan banyak orang, ikut serta dalam lomba-lomba, persaudaraan sebagai satu angkatan, dan lain-lain. Senioritas di sekolah ini cukup kuat. Senior akan marah kalau junior tidak memberi salam. Tetapi sebenarnya mereka sangat baik. Hubungan kakak-adik begitu erat saya rasakan. Ketika ada siswa yang tidak memberi salam biasanya langsung mendapat bimbingan oleh senior atau oleh guru (TW-7-FU).

                Informasi-informasi yang diperoleh dari wawancara di atas menegaskan bahwa evaluasi pendidikan karakter dilakukan oleh pimpinan sekolah bersama dewan guru dan melibatkan banyak pihak, termasuk siswa dan orangtua. Dari hasil evaluasi diperoleh faktor pendukung sekaligus penghambatnya. Pada umumnya informan mengemukakan tentang input siswa dan asrama sebagai faktor pendukung pendidikan karakter. Contoh atau teladan guru yang belum maksimal, peran serta orangtua yang masih minim, keadaan psikologis siswa, dipandang sebagai faktor-faktor penghambat pendidikan karakter dan perlu ditangani. Oleh karena itu dapat dilihat dari kutipan wawancara di atas, beberapa usaha telah diupayakan oleh berbagai pihak untuk mengatasi faktor-faktor penghambat tersebut.

                c. Paparan Data Berdasarkan Studi Dokumentasi

                Dokumen penting yang memuat hasil evaluasi terhadap perkembangan sikap dan perilaku siswa adalah laporan hasil belajar siswa atau disingkat rapor (lampiran TD-11). Melalui rapor, orangtua dapat melihat perkembangan siswa dari aspek kognitif, psikomotorik dan afektif. Penilaian pendidikan karakter secara eksplisit dicantumkan pada lembaran terpisah, yakni pada laporan perkembangan akhlak mulia dan kepribadian siswa. Penilaian ini dirumuskan secara kualitatif dengan bertitik tolak pada 10 nilai karakter beserta indikator-indikator dari setiap nilai, seperti ditunjukkan pada tabel berikut:

                Tabel 4.2. Rapor Akhlak Mulia dan Kepribadian

                No

                Aspek yang dinilai

                Keterangan (indikator)

                1

                Kedisiplinan

                Hadir tepat waktu, berpakaian, ketepatan tugas, disiplin dalam proses belajar mengajar.

                2

                Kebersihan

                Berpakaian, badan dan rambut, buku catatan dan latihan.

                3

                Kesehatan

                Kesehatan jasmani, kesehatan rohani, kesehatan sosial.

                4

                Tanggungjawab

                Menjaga keamanan kelas/sekolah, tugas dalam kegiatan belajar mengajar, tugas utusan sekolah, memelihara keutuhan sekolah.

                5

                Sopan santun

                Terhadap guru, terhadap sesama teman, sopan dalam berbicara, sopan dalam lingkungan sekolah.

                6

                Percaya diri

                Berani menyampaikan pendapat, mengutamakan usaha sendiri.

                7

                Kompetitif

                Interaksi dengan teman/guru, aktivitas dalam proses belajar-mengajar.

                8

                Hubungan sosial

                Hubungan dengan teman sekelas, guru, lingkungan sekolah, guru, lingkungan sekolah, tata usaha.

                9

                Kejujuran

                Jujur dalam mengerjakan tugas, menepati janji, jujur dalam perkataan dan perbuatan.

                10

                Pelaksanaan ibadah ritual

                Ibadah rutin, memimpin ibadah, memberi persembahan, ibadah jemaat.

                Dokumen yang terkait

                ANALISIS PENGARUH MANAJEMEN LABA TERHADAP NILAI PERUSAHAAN (Studi Empiris Pada Perusahaan Property dan Real Estate Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia)

                47 440 21

                EFEKTIVITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN (P3K) TERHADAP SIKAP MASYARAKAT DALAM PENANGANAN KORBAN KECELAKAAN LALU LINTAS (Studi Di Wilayah RT 05 RW 04 Kelurahan Sukun Kota Malang)

                45 393 31

                FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

                27 310 2

                MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

                29 282 2

                PENGEMBANGAN TARI SEMUT BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER DI SD MUHAMMADIYAH 8 DAU MALANG

                57 502 20

                STRATEGI PEMERINTAH DAERAH DALAM MEWUJUDKAN MALANG KOTA LAYAK ANAK (MAKOLA) MELALUI PENYEDIAAN FASILITAS PENDIDIKAN

                73 431 39

                SOAL ULANGAN HARIAN IPS KELAS 2 BAB KEHIDUPAN BERTETANGGA SEMESTER 2

                12 263 2

                PENGARUH HASIL BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN TERHADAP TINGKAT APLIKASI NILAI KARAKTER SISWA KELAS XI DALAM LINGKUNGAN SEKOLAH DI SMA NEGERI 1 SEPUTIH BANYAK KABUPATEN LAMPUNG TENGAH TAHUN PELAJARAN 2012/2013

                23 233 82

                JUDUL INDONESIA: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA METRO\ JUDUL INGGRIS: IMPLEMENTATION OF INCLUSIVE EDUCATION IN METRO CITY

                1 56 92

                HUBUNGAN PERHATIAN ORANGTUA DAN MANAJEMEN WAKTU BELAJAR DI RUMAH DENGAN PRESTASI BELAJAR GEOGRAFI SISWA KELAS X IPS SMA NEGERI 3 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

                11 108 89