Kendala yang Dihadapi dalam PendistribusianPenyaluran RASKIN
4.5. Kendala yang Dihadapi dalam PendistribusianPenyaluran RASKIN
Penyaluran RASKIN merupakan suatu kegiatan yang ditempuh oleh pemerintah sebagai salah satu cara untuk menguraikan kemiskinan di Indonesia. Dalam pelaksanaan kegiatannya, penyaluran RASKIN memiliki kendala, baik kendala internal dan kendala eksternal. Kendala internal berupa kendala yang terjadi akibat kesalahan manusia atau human error. Kesalahan yang ada dapat terjadi dari pihak BULOG ataupun dari pihak luar, dalam hal ini mencakup pihak kecamatan hingga ke masyarakat. Sedangkan kendala eksternal adalah kendala yang muncul dari luar seperti kendala transportasi, hambatan geografis ataupun bencana alam.
Permasalahan dalam penyaluran RASKIN sangat banyak. Berdasarkan faktor kendala intern, permasalahan yang mudah untuk dianalisis adalah tidak tepatnya ke enam indikator 6T, antar lain:
1. Salah sasaran Salah sasaran ini sangat sering terjadi karena para pelaku yang terlibat dalam pendistribusian menganggap enteng masalah ini. Dari beberapa studi kasus yang ada, salah sasaran sering terjadi karena atas dasar “keadilan” oleh aparat yang 1. Salah sasaran Salah sasaran ini sangat sering terjadi karena para pelaku yang terlibat dalam pendistribusian menganggap enteng masalah ini. Dari beberapa studi kasus yang ada, salah sasaran sering terjadi karena atas dasar “keadilan” oleh aparat yang
2. Mutu beras jelek Mutu beras RASKIN telah diatur dalam Instruksi Presiden (Inpres) No. 03 Tahun 2012, baik dari tingkat kadar air, butir patah dan menir, namun pada kenyataannya dilapangan RASKIN yang diterima RTS jauh dari kata layak. Meski pemerintah menjamin kualitas Raskin berkondisi baik, namun banyak dikeluhkan, beras dibagikan apek, pera, kotor dan banyak kutu. Berdasarkan keadaan dilapangan, keadaan beras yang diterima RTS sering berkutu, kotor, bau apek, kuning bahkan seperti warna batik (kuning bercampur coklat). Namun masyarakat tetap menerimanya dengan alasan miskin. Mutu beras yang jelek tidak hanya terjadi di Kecamatan Pemulutan, tapi hingga ke seluruh Indonesia. dari literatur berita yang dimuat di media elektronik ataupun cetak mengabarkan bahwa beras yang diterima RTS berkutu bahkan sampai berulat.
3. Jumlah berkurang Jumlah RASKIN yang berkurang dapat dikatakan sebagai tidak tepat jumlah. Kebanyakan daerah, RASKIN dibagikan bukan dalam bentuk ukuran per kilogram, tetapi per liter, sehingga beras yang diterima jumlahnya kurang. Berkurangnya jumlah beras yang diterima RTS juga disebabkan karena rasa
“keadilan” yang diterapkan oleh aparat desa atau kecamatan dengan membagikan RASKIN kepada seluruh kepala keluarga dengan pagu yang diperuntukkan untuk keluarga miskin. Sehingga keluarga miskin menerima RASKIN kurang dari yang seharusnya yaitu 15 kgkk.
4. Tidak sesuai harga Penetapan harga RASKIN telah disepakati bersama oleh pemerintah dan pihak BULOG, yaitu sebesar Rp. 1.600 kg. Fakta dilapangan menunjukkan bahwa RTS membayar harga tebus lebih besar dari harga seharusnya. Pembayaran harga tebus biasanya berada diatas nilai Rp. 2.000 kg. Kenaikan harga tebus ini dialaskan sebagai biaya transportasi pengangkutan beras dari TD ke TB.
5. Adanya biaya tambahan Harga pembelian beras RASKIN telah ditetapkan oleh pemerintah sebesar Rp. 1.600 kg. Untuk biaya transportasi atau angkutan RASKIN, biaya akan ditanggung oleh pihak BULOG hingga ke TD. Pembiayaan dari TD ke TB, pembiayaan angkutan sehrusnya ditanggung oleh pemerintah daerah yang berasal dari APBD. Namun pada kenyataan dilapangan masyarakat harus membayar HTR melebihi harga yang seharusnya. Di Kecamatan Pemulutan, RTS harus membayar HTR sebesar Rp. 2.500 kg dengan alasan unuk biaya transportasi.
6. Kesalahan data Akibat tidak adanya koordinasi antara pemerintah baik dari pusat, provinsi, kabupaten sampai desa, jumlah orang miskin yang didata lebih besar atau lebih sedikit dari yang sebenarnya, sehingga Raskin yang dibagikan kurang atau lebih.
7. Menunggak setoran pembayaran HTR
Pembayaran HTR merupakan biaya yang harus dibayarkan oleh rumah tangga untuk membayar RASKIN pada setiap proses distribusi yang dilaksanakan. Akibat tunggakan hasil penjualan Raskin di suatu daerah yang tidak disetorkan ke Dolog, maka Dolog tidak mau menyalurkan lagi jatah Raskin sebelum tunggakan dilunasi. Hal ini tentu amat merugikan penerima manfaat Raskin, karena mereka membeli secara kontan, sedangkan urusan penyetoran uang hasil pembelian tidak diketahui.
8. Dijual lagi ke pasar Raskin tidak dibagikan kepada yang berhak menerima, tetapi oleh oknum petugas dijual ke penadah. Kasus yang mirip terjadi di Kecamatan Benjeng, Kabupaten Gresik, Jawa Timur. Di sana oleh petugas koordinator yang membagi Raskin malah dijual ke pasar dan uang hasil penjualannya digunakan untuk mendirikan tempat ibadah.
Kendala eksternal dapat terjadi karena beberapa hal, antara lain:
1. Jarak dari gudang BULOG ke TD jauh
2. Letak daerah yang tidak dapat dijangkau dengan kendaraan umum
3. Kendala bencana alam seperti banjir
4. Kendala ukuran angkutan yang tidak sesuai dengan muatan dan kondisi jalan
5. Seringnya terjadi pencurian yang terjadi saat perjalanan
6. Kurangnya pengawalan baik dari pihak BULOG ataupun pihak berwenang
7. Adanya pemungutan liar dijalan
Berbagai masalah yang muncul, mengakibatkan masyarakat memandang sebelah mata terhadap program ini. Bulog yang hanya menjalankan tugas sebagai Berbagai masalah yang muncul, mengakibatkan masyarakat memandang sebelah mata terhadap program ini. Bulog yang hanya menjalankan tugas sebagai