EFEKTIVITAS PENYALURAN RASKIN PERUM BULO

DIVISI REGIONAL SUMATERA SELATAN DAN BANGKA BELITUNG DI KABUPATEN OGAN ILIR

  Oleh: NOVIA AMBAR SARI PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA INDRALAYA 2014

SUMMARY

  NOVIA AMBAR SARI. The Effectiveness of Distribution Raskin Bulog Public Company South Sumatra and Bangka Belitung Regional Division in The Ogan Ilir

  Regency (Supervised by AMRUZI MINHA and INDRI JANUARTI).

  The purpose of this research were to identify the mechanism of Raskin distribution in Bulog Public Company South Sumatra and Bangka Belitung Regional Division, analyzed the effectiveness of the achievement of 6 Right in the distribution of Raskin in Ogan Ilir Regency, analyzed factors that influence a person receives Raskin in Ogan Ilir Regency and identify constraints encountered in the distribution of Raskin.

  This study chose households receiving Raskin and households that do not receive Raskin. Of the many populations, drawn household sample of 60 households. Sampling was done by Disproportionate Stratified Smpling. Site selection is done deliberately by the consideration that Ogan Ilir regency is one that receives the most Raskin. This research was conducted in April through June 2014.

  The results showed that the distribution of Raskin in Ogan Ilir ineffective when viewed from several sides. For the distribution mechanism, Raskin will be distributed after the local government issued a Request for allocation, followed by a payment for the Redeem Raskin after the issuance of an Order Deposit. Once payment is the case then Bulog will release Warrant Expenditures, to proceed to the distribution process to the Distribution Points are equipped with various administrative requirements. The level of effectiveness is done by calculating the The results showed that the distribution of Raskin in Ogan Ilir ineffective when viewed from several sides. For the distribution mechanism, Raskin will be distributed after the local government issued a Request for allocation, followed by a payment for the Redeem Raskin after the issuance of an Order Deposit. Once payment is the case then Bulog will release Warrant Expenditures, to proceed to the distribution process to the Distribution Points are equipped with various administrative requirements. The level of effectiveness is done by calculating the

RINGKASAN

  NOVIA AMBAR SARI. Efektivitas Penyaluran Raskin Perum Bulog Divisi Regional Sumatera Selatan Bangka Belitung di Kabupaten Ogan Ilir (Dibimbing oleh AMRUZI MINHA dan INDRI JANUARTI).

  Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi mekanisme distribusi atau penyaluran Raskin di Perum BULOG Divre Sumatera Selatan, menganalisis efektivitas pencapaian 6 Tepat dalam pendistribusian Raskin di Kabupaten Ogan Ilir, menganalisis faktor – faktor yang apa yang mempengaruhi seseorang menerima Raskin di Kabupaten Ogan Ilir dan mengidentifikasi kendala yang dihadapi dalam penyaluran Raskin. Penelitian ini memilih rumah tangga yang menerima Raskin dan rumah tangga yang tidak menerima Raskin. Dari sekian banyak populasi, diambil rumah tangga sampel sebanyak 60 rumah tangga. Pengambilan sampel dilakukan secara acak berlapis tak berimbang. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja dengan pertimbangan bahwa Kabupaten Ogan Ilir merupakan salah satu kabupaten yang menerima Raskin terbanyak. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April hingga Juni 2014.

  Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyaluran Raskin di Kabupaten Ogan Ilir tidak efektif jika dilihat dari beberapa sisi. Untuk mekanisme penyaluran, Raskin akan disalurkan setelah pemerintah daerah mengeluarkan Surat Permintaan Alokasi, yang kemudian dilanjutkan dengan pembayaran Harga Tebus Raskin setelah dikeluarkannya Surat Perintah Setor. Setelah pembayaran terjadi maka Bulog akan Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyaluran Raskin di Kabupaten Ogan Ilir tidak efektif jika dilihat dari beberapa sisi. Untuk mekanisme penyaluran, Raskin akan disalurkan setelah pemerintah daerah mengeluarkan Surat Permintaan Alokasi, yang kemudian dilanjutkan dengan pembayaran Harga Tebus Raskin setelah dikeluarkannya Surat Perintah Setor. Setelah pembayaran terjadi maka Bulog akan

EFEKTIVITAS PENYALURAN RASKIN PERUM BULOG DIVISI REGIONAL SUMATERA SELATAN DAN BANGKA BELITUNG DI KABUPATEN OGAN ILIR

  Oleh NOVIA AMBAR SARI

SKRIPSI

  sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

  Sarjana Pertanian

  pada

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA INDRALAYA 2014

Skripsi EFEKTIVITAS PENYALURAN RASKIN PERUM BULOG DIVISI REGIONAL SUMATERA SELATAN DAN BANGKA BELITUNG DI KABUPATEN OGAN ILIR

  Oleh NOVIA AMBAR SARI

  telah diterima sebagai salah satu syarat

  untuk memperoleh gelar

Sarjana Pertanian

  Pembimbing I,

  Indralaya, Juli 2014 Fakultas Pertanian

  Universitas Sriwijaya

  Dr. Ir. Amruzi Minha, M.S.

  Dekan,

  Pembimbing II,

  Indri Januarti, S.P., M.Sc.

  Dr. Ir. Erizal Sodikin NIP.1960211 198503 1002

  Skripsi Berjudul “Efektivitas Penyaluran Raskin Perum Bulog Divisi Regional Sumatera Selatan dan Bangka Belitung Di Kabupaten Ogan Ilir” Oleh Novia Ambar Sari telah dipertahankan di depan komisi penguji pada tanggal 10 Juli 2014.

Komisi Penguji

  1. Dr. Ir. Amruzi Minha, M.S.

  Ketua

  (………………)

  2. Indri Januarti, S.P., M.Sc.

  Sekretaris

  (……....………)

  3. 3. Ir. Nukmal Hakin, M.Si.

  Anggota

  (………………)

  4. Muhammad Arbi, S.P., M.Sc.

  Anggota

  (………………)

  5. Dwi Wulan Sari, S.P., M.Si.

  Anggota

  (………………)

Mengesahkan,

Ketua

  Program Studi Agribisnis

  Ir. Muhammad Yazid, M.Sc., Ph.D. NIP. 19620510 198803 1 002

PERNYATAAN

  Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa seluruh data dan informasi yang disajikan dalam laporan skripsi ini, kecuali yang disebutkan dengan jelas sumbernya, adalah benar-benar hasil survei saya sendiri dan belum pernah atau tidak sedang diajukan sebagai syarat untuk memperoleh gelar kesarjanaan lain atau gelar kesarjanaan yang sama di tempat lain.

  Indralaya, Juli 2014 Yang membuat pernyataan,

NOVIA AMBAR SARI

RIWAYAT HIDUP

  Penulis dilahirkan pada tanggal 4 November 1992 di Prabumulih. Penulis merupakan anak terakhir dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Bandriyanto dan Ibu Rita Komalasari. Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di SD Negeri

  48 Prabumulih pada tahun 2004, sekolah menengah pertama di SMP Negeri 1 Prabumulih pada tahun 2007 dan sekolah menengah atas di SMA Negeri 3 Prabumulih pada tahun 2010.

  Pada tahun 2010, penulis terdaftar sebagai mahasiswa di Program Studi Agribisnis Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya melalui jalur SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri). Saat ini penulis masih aktif menyelesaikan pendidikan di Program Studi Agribisnis Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya.

  Penulis telah menyelesaikan Praktik Lapangan dengan judul “Perbanyakan Tanaman Buah Naga Daging Merah (Hylocereus Polyrhizus) Secara Vegetatif Dan Pengolahan Lahan Pratanam Di Lahan Praktek Agribisnis Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya”. Peneliti juga telah menyelesaikan Kerja PraktikMagangf dengan judul “Standar Operasional Prosedur Penyaluran Beras Raskin Di Perusahaan Umum Bulog Divre Sumsel Babel Palembang”.

KATA PENGANTAR

  Puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan karunia- Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul: Efektivitas Penyaluran Raskin Perum Bulog Divisi Regional Sumatera Selatan Bangka belitung di Kabupaten Ogan Ilir.

  Shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada Rasul Muhammad SAW, para sahabat dan keluarganya hingga akhir zaman. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sedalamnya kepada Bapak Dr. Ir. Amruzi Minha, M.Sc dan Ibu Indri Januarti, S.P., M.Sc selaku pembimbing yang senantiasa memberikan arahan dan bimbingan serta atas kesabarannya selama penyusunan skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada:

  1. Bapak Dr. Ir. Erizal Sodikin selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya.

  2. Bapak Ir. M. Yazid, M.Sc., Ph.D., selaku Ketua Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya.

  3. Bapak Dr. Ir. Amruzi Minha, M.Si dan Ibu Indri Januarti, S.P., M.Sc selaku dosen pembimbing I dan II yang senantiasa membimbing penulis dalam membuat skripsi ini.

  4. Kepada Staf Dosen Jurusan Sosial Ekonomi Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya.

  5. Staf dan Karyawan dilingkungan Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya.

  6. Ibu Tini, Mbak Nurul, Kak Komar selaku staf Kasi Penyaluran yang telah membimbing dan membantu penulis dalam melaksanakan penulisan skripsi

  7. Bapak Deni Martino Paulus selaku Kabid Pelayanan Publik Perum BULOG Palembang

  8. Bapak H. Baakhtiar AS, SH, MH, selaku Kabid Keuangan dan Administrasi Perum BULOG Palembang

  9. Bapak Anwar selaku staf Tata Usaha yang telah membantu dalam diterimanya penulis melaksanakan kegiatan magang di Perum BULOG Palembang

  10. Seluruh Karyawan dan karyawati Perum BULOG Divre Sumsel Babel Palembang

  11. Kedua orang tuaku, mama dan papa serta ayuk dan kakak dan keponakan ku yang senantiasa mendoakan dan selalu memberikan semangat dan memotivasi.

  12. Sahabatku Endah, Novan, Kiki, Mayang, Yani, Nurul, Oca, Fadhli, Dika, Depri, Adi, dan seluruh keluarga Agribisnis 2010 yang selalu membantu dan menjadi motivasi serta memberikan semangat dalam penyelesaian skripsi ini.

  Indralaya, Juli 2014

  Penulis

DAFTAR TABEL

  Halaman

  1. Jumlah Penduduk Miskin Provinsi Sumatera Selatan.......................... 2

  3

  2. Jumlah Penduduk Miskin di Daerah Tertinggal Sumatera Selatan......

  4

  3. Jumlah Pagu Raskin Sumatera Selatan Tahun 2014 ............................

  31

  4. Populasi dan Sampel Masing-masing Lapisan.....................................

  44

  5. Jenis Pekerjaan Masyarakat Kabupaten Ogan Ilir ...............................

  47

  6. Pagu Raskin RTS Kabupaten Ogan Ilir Tahun 2014 ...........................

  7. Hasil Analisis model binary logit keputusan rumah tangga menerima

  84

  Raskin di Daerah penelitian .................................................................

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

  Kemiskinan merupakan sebuah fenomena yang mendunia. Setiap negara memiliki karakteristik kemiskinannya masing-masing yang dapat diakibatkan oleh begitu banyak sebab seperti geografis, kultur, sistem pemerintahan, dan lainnya. Secara sektoral, jumlah penduduk miskin di Indonesia terkonsentrasi di sektor pertanian. Sektor ini dari dulu hingga sekarang selalu menjadi tempat mayoritas rumah tangga miskin menggantungkan hidupnya. Data BPS (2010) mendapatkan bahwa, masyarakat di Indonesia sebesar 63 bekerja sebagai buruh tani, 6 bekerja di sektor industri, 10 belum atau tidak memiliki pekerjaan dan sisanya

  21 bekerja di sektor-sektor lainnya. Besarnya ketergantungan masyarakat miskin terhadap sektor pertanian menjadikan sektor ini penting untuk mendapatkan prioritas dalam upaya pengentasan kemiskinan (Aziz, K.A. 2012).

  Terpuruknya sektor pertanian membuat masyarakat Indonesia yang bergantung pada sektor ini ikut terpuruk dalam kemiskinan. Kemiskinan menjadi tantangan utama pembangunan saat ini, bahkan dunia internasional telah menetapkan penanggulangan kemiskinan sebagai Millenium Development Goals (MDGs). Secara teoritis dan empiris telah dipahami bahwa usaha penanggulangan kemiskinan tidak dapat diserahkan sepenuhnya pada mekanisme pasar (market mechanism) karena pasar hanya bekerja atas dasar efisiensi alokasi sumberdaya (Jamhari, 2012).

  Sumatera Selatan merupakan salah satu daerah dengan jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada dibawah Garis Kemiskinan) sebanyak 1.042.035 Sumatera Selatan merupakan salah satu daerah dengan jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada dibawah Garis Kemiskinan) sebanyak 1.042.035

  Jumlah Penduduk Miskin

  Sumber: Diolah dari data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) (BPS Sumsel)

  Sumatera Selatan terdiri dari 17 kabupaten dan kota yaitu Ogan Komering Ulu, Ogan Komering Ilir, Muara Enim, Pali, Lahat, Musi Rawas, Muratara, Musi Banyuasin, Banyuasin, OKU Selatan, OKU Timur, Ogan Ilir, Empat Lawang, Palembang, Prabumulih, Pagar Alam, dan Lubuk Linggau. Dari ke tujuh belas kabupaten dan kota yang ada, ada beberapa kabupaten yang masih tergolong dalam daerah tertinggal. Menurut data dari Sistem Informasi Statistik Pembangunan Daerah Tertinggal (2012), terdapat kabupaten yng termasuk dalam kategori daerah Sumatera Selatan terdiri dari 17 kabupaten dan kota yaitu Ogan Komering Ulu, Ogan Komering Ilir, Muara Enim, Pali, Lahat, Musi Rawas, Muratara, Musi Banyuasin, Banyuasin, OKU Selatan, OKU Timur, Ogan Ilir, Empat Lawang, Palembang, Prabumulih, Pagar Alam, dan Lubuk Linggau. Dari ke tujuh belas kabupaten dan kota yang ada, ada beberapa kabupaten yang masih tergolong dalam daerah tertinggal. Menurut data dari Sistem Informasi Statistik Pembangunan Daerah Tertinggal (2012), terdapat kabupaten yng termasuk dalam kategori daerah

  Penduduk Miskin

  Kabupaten

  Jumlah (ribu Orang)

  Persentase

  Ogan Komering Ilir

  Musi Rawas

  Banyu Asin

  OKU Selatan

  Ogan Ilir

  Empat Lawang (2007)

  Sumber: Sistem Informasi Statistik Pembangunan Daerah Tertinggal (2012)

  Dengan banyaknya daerah dengan tingkat kemiskinan yang cukup tinggi, maka pemerintah mengeluarkan beberapa program bantuan bagi rakyat miskin. Dari sekian banyak program bantuan pemerintah salah satunya adalah Program Bantuan Beras Bagi Masyarakat Berpendapatan Rendah atau biasa disebut Program Raskin. Program ini sendiri ditugaskan pemerintah kepada Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik (Perum BULOG).

  Raskin merupakan salah satu bentuk kebijakan publik pemerintah Indonesia dalam mendistribusikan beras khusus untuk rumah tangga miskin. Program ini ditugaskan kepada Perum Bulog untuk menjalankan program beras untuk masyarakat miskin. Program ini sangat membantu masyarakat yang memiliki tingkat pendapatan rendah. Perum Bulog mengadakan gabah dan beras yang kemudian menyalurkannya kepada masyarakat dengan serangakaian prosedur yang harus dijalankan. Program Raskin dimulai sejak tahun 1998 dengan nama OPK (Operasi Pasar Khusus) yang Raskin merupakan salah satu bentuk kebijakan publik pemerintah Indonesia dalam mendistribusikan beras khusus untuk rumah tangga miskin. Program ini ditugaskan kepada Perum Bulog untuk menjalankan program beras untuk masyarakat miskin. Program ini sangat membantu masyarakat yang memiliki tingkat pendapatan rendah. Perum Bulog mengadakan gabah dan beras yang kemudian menyalurkannya kepada masyarakat dengan serangakaian prosedur yang harus dijalankan. Program Raskin dimulai sejak tahun 1998 dengan nama OPK (Operasi Pasar Khusus) yang

  Perum Bulog Divisi Regional Sumatera Selatan Bangka Belitung memiliki wilayah kerja yang terbagi menjadi Sub Divisi Regional (Subdivre) dan Kantor Seksi Logistik (Kansilog) yang tersebar di Sumatera Selatan. Untuk wilayah Bangka Belitung, penyaluran Raskin ditugaskan kepada Kansilog Bangka Belitung. Perintah penugasan ini diberikan melalui surat Keputusan Gubernur tentang alokasi Pagu Raskin ke seluruh KabupatenKota di Sumatera Selatan. Surat Keputusan ini dapat dilihat pada lampiran. Berdasarkan data terebut, didapat pagu Raskin yang akan disalurkan untuk setiap KabupatenKota. Tabel 3. Jumlah Pagu Raskin Sumatera Selatan Tahun 2014

  Pagu Raskin Tahun 2014

  No

  KabupatenKota

  Per Bulan

  Per 12 Bulan

  RTS-PM (kk)

  (Kg)

  (Kg)

  1 Ogan Komering Ulu

  2 Ogan Komering Ilir

  3 Muara Enim

  6 Musi Rawas

  8 Musi Banyuasin

  10 OKU Selatan

  11 OKU Timur

  12 Ogan Ilir

  13 Empat Lawang

  14 Palembang

  16 Pagar Alam

  17 Lubuk Linggau

  Sumber: SK Gubernur tentang alokasi Pagu Raskin ke seluruh KabupatenKota di Sumatera Selatan

  Dalam aplikasinya dilapangan, Program Raskin ini sendiri sering mengalami masalah dalam proses distribusinya, baik oleh faktor alam, teknis, maupun non teknis. Kendala yang muncul dapat mengganggu kelancaran distribusi yang memiliki tujuan untuk mencapai 6 Tepat, yaitu: 1) tepat sasaran, 2) tepat waktu, 3) tepat harga,

  4) tepat jumlah, 5) tepat administrasi, dan 6) tepat kualitas. Dengan banyaknya gangguan yang ada maka efektivitas pendistribusian Raskin akan terganggu dan menyebabkan distribusinya tidak efektif.

  Berbagai studi evaluasi program dilakukan oleh berbagai lembaga penelitian independen, baik peguruan tinggi termasuk UGM dan UI maupun lembaga penelitian seperti LP3ES, SMERU. Kesimpulan dari berbagai penelitian selama 5 tahun terakhir adalah berkisar sekitar:

  1. Subsidi itu bocor keluar RT sasaran, dibagi rata, digilir, sehingga RT miskin tidak menerima sebanyak 15 kgKKbulan sehingga dampak positif terhadap perbaikan gizi masyarakat yang rawan pangan menjadi berkurang

  2. Lemah dalam manajemen program, terutama pengawasan, monitoring dan evaluasi, dan penanganan keluhan masyarakat

  3. Peran pemerintah daerah terlalu dominan, sejak dari penentuan wilayah, jumlah jatah beras per wilayah, maupun distribusi beras dari titik distribusi ke RT sasaran. Hampir tidak ada DivreDologSub-Dolog yang terlibat aktif di dalam mengelola program setelah titik distribusi (Survey Meter, 2013).

  Permasalahan ketidak tepatan penyaluran Raskin yang terjadi dilingkup masyarakat saat ini sudah sangat kompleks dan sudah menjadi rahasia umum. Dengan permasalahan yang terjadi maka penulis tertarik untuk meneliti tentang Raskin dan menganalisis proses penyalurannya, sehingga dapat mengetahui permasalahan yang terjadi di masyarakat.

1.2. Rumusan Masalah

  Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan yang dapat penulis angkat

  adalah:

  1. Bagaimana mekanisme penyaluran atau distribusi Raskin Perum BULOG Divre

  Sumatera Selatan di Kabupaten Ogan Ilir ?

  2. Bagaimanakah efektivitas pencapaian 6 Tepat dalam pendistribusian Raskin

  Perum BULOG Divre Sumatera Selatan di Kabupaten Ogan Ilir ?

  3. Faktor – faktor apa yang mempengaruhi Rumah Tangga dapat menerima Raskin

  di Kabupaten Ogan Ilir ?

  4. Bagaimana kendala-kendala yang dihadapi dalam proses pendistribusian atau

  penyaluran Raskin di Kabupaten Ogan Ilir?

1.3. Tujuan dan Kegunaan

  Berdasarkan rumusan yang dibuat diatas, maka didapat tujuannya sebagai berikut.

  1. Mengidentifikasi mekanisme distribusi atau penyaluran Raskin di Perum

  BULOG Divre Sumatera Selatan.

  2. Menganalisis efektivitas pencapaian 6 Tepat dalam pendistribusian Raskin di

  Kabupaten Ogan Ilir.

  3. Menganalisis faktor – faktor yang mempengaruhi seseorang menerima Raskin di

  Kabupaten Ogan Ilir.

  4. Mengidentifikasi kendala yang dihadapi dalam pendistribusian penyaluran

  Raskin

  Penelitian ini diharapkan dapat berguna dan bermanfaat bagi semua pihak terutama bagi Perum BULOG sebagai tambahan informasi. Penelitian ini juga diharapkan dapat bermanfaat bagi para pembaca dan peneliti dimasa yang akan datang dalam melakukan penelitian khususnya meneliti tentang proses penyaluran Raskin di Perum BULOG Divre Sumsel.

II. KERANGKA PEMIKIRAN

2.1. Tinjauan Pustaka

2.1.1. Konsepsi Konsumsi

  Konsumsi tidak hanya dikeluarkan oleh sektor rumah tangga saja, namun pemerintah dan perusahaan juga terdapat pengeluaran konsumsi. Terdapat 4 bentuk teori konsumsi jika dipandang dari sektor rumah tangga diantaranya yaitu : (1). teori keynes; (2) life cycle hypothesis of consumption; (3) permanent income hypothesis; (4) relative income hypothesis (Kusuma, 2013).

a) Teori Konsumsi Keynes

  Menurut John Maynard Keynes, jumlah konsumsi saat ini (current disposable income) berhubungan langsung dengan pendapatannya. Hubungan antara kedua variabel tersebut dapat dijelaskan melalui fungsi konsumsi. Fungsi konsumsi menggambarkan tingkat konsumsi pada berbagai tingkat pendapatan.

  C = a +bY Dimana:

  C = konsumsi seluruh rumah tangga (agregat)

  a = konsumsi otonom, besarnya konsumsi ketika pendapatan nol (konstanta)

  b = marginal propensity to consume (MPC)

  Y

  = pendapatan disposable Dalam hal ini, pendapatan (Y) yang dimaksud oleh Keynes adalah :

  1. Pendapatan riilnyata (yang menggunakan tingkat harga konstan), bukan

  pendapatan nominal

  2. Pendapatan yang terjadi (current income), bukan pendapatan yang diperoleh

  sebelumnya, dan bukan pula pendapatan yang diperkirakan terjadi di masa datang (yang diharapkan)

  3. Pendapatan absolut, bukan pendapatan relatif atau pendapatan permanen.

  Variabel b adalah marginal propensity to consume (MPC) atau

  kecenderungan mengonsumsi marginal, yaitu berapa konsumsi bertambah bila pendapatan bertambah. Dan secara matematis dapat dirumus : MPC = CY

  Dalam kurva konsumsi, MPC menunjukkan kemiringankecondongan (slope) kurva konsumsi. Marginal propensity to save (MPS) adalah berupa tabungan bertambah karena bertambahnya pendapatan. MPC = SY Dimana :

  S = tabungan Y = pendapatan

  Dalam teori ini, terdapat faktor-faktor yang menentukan tingkat konsumsi, antara lain:

  1. Pendapatan rumah tangga (Household income), semakin besar pendapatan,

  semakin besar pula pengeluaran untuk konsumsi.

  2. Kekayaan rumah tangga (Household wealth), semakin besar kekayaan, tingkat

  konsumsi juga akan menjadi semakin tinggi. Kekayaan misalnya berupa saham, deposito berjangka, dan kendaraan bermotor.

  3. Prakiraan masa depan (Household expectations), bila masyarakat

  memperkirakan harga barang-barang akan mengalami kenaikan, maka mereka akan lebih banyak membelibelanja barang-barang.

  4. Tingkat bunga (Interest rate), bila tingkat bunga tabungan tingginaik, maka

  masyarakat merasa lebih untung jika uangnya ditabung daripada dibelanjakan. berarti antara tingkat bunga dengan tingkat konsumsi memepunyai korelasi negatif.

  5. Pajak (Taxation), pengenaan pajak akan menurunkan pendapatan disposable

  yang diterima masyarakat, akibatnya akan menurunkan konsumsinya.

  6. Jumlah dan Konsunsi penduduk, jumlah penduduk yang banyak akan

  memperbesar pengeluaran konsumsi. Sedangkan komposisi penduduk yang didominasi penduduk usia produktifusia kerja (15-64 tahun) akan memperbesar tingkat konsumsi.

  7. Faktor sosial budaya, misalnya, berubahnya pola kebiasaan makan, perubahan

  etika dan tata nilai karena ingin meniru kelompok masyarakat lain yang dianggap lebih modern. Contohnya adalah berubahnya kebiasaan oranng Indonesia berbelanja dari pasar tradisional ke pasar swalayan (super market) (Ramadhana, 2012).

b) Teori Konsumsi dengan Hipotesis Siklus Hidup (Life Cycle Hypothesis)

  Model konsumsi siklus hidup lebih menekankan pada variabel sosial ekonomi, di mana yang lebih menjadi perhatian adalah variabel usia (umur). Model ini dikembangkan oleh Franco Modigliani, Albert Ando, Richard Brumberg. Di dalam teorinya dijelaskan bahwa pengeluaran konsumsi seseorang sangat tergantung Model konsumsi siklus hidup lebih menekankan pada variabel sosial ekonomi, di mana yang lebih menjadi perhatian adalah variabel usia (umur). Model ini dikembangkan oleh Franco Modigliani, Albert Ando, Richard Brumberg. Di dalam teorinya dijelaskan bahwa pengeluaran konsumsi seseorang sangat tergantung

  1. Periode belum produktif (0 tahun sampai dengan usia kerja). Dalam tahap ini

  dikatakan bahwa seseorang melakukan konsumsi dalam kondisi “Dissaving”, karena seseorang melakukan konsumsi sangat tergantung pada orang lain.

  2. Periode produktif (dari usia kerja sampai dengan usia di mana orang tersebut

  sudah menjelang usia tua). Tahap ini dikatakan bahwa seseorang berkonsumsi dalam kondisi “Saving”, kenapa dikatakan demikian, karena seseorang pada tahap ini pengeluaran konsumsinya sudah tidak tergantung pada orang lain.

  3. Periode tidak produktif lagi. Tahap ini seseorang kembali berada dalam kondisi

  “Dissaving”, dengan kata lain bahwa seseorang melakukan konsumsi kembali tergantung pada orang lain. Karena dalam tahap ini seseorang tidak lagi mampu untuk mencukupi kebutuhan hidupnya sendiri.

  Fungsi konsumsi menurut Modigliani (Sukirno, 2000) adalah: Ct = 1T [Yt + (N-1)Y le +At] ......................................(x)

  Dimana: Ct

  = Konsumsi pada periode t

  T

  = Lamanya hidup seseorang

  Yt

  = Pendapatan disposibel N-1 = Lama bekerja seseorang

  Y le

  = Pendapatan dari kerja rata-rata yang diharapkan selama N-1 tahun

  At

  = Nilai kekayaan likuid yang dimiliki

  Dari fungsi konsumsi yang diformulasikan oleh Modigliani dapat dilihat bahwa konsumsi dipengaruhi oleh pendapatan yang diharapkan di masa datang dalam jangka panjang

c) Teori Konsumsi dengan Hipotesis Pendapatan Relatif (Relative Income Hypothesis)

  James Dusenberry mengemukakan bahwa pengeluaran konsumsi suatu masyarakat ditentukan terutama oleh tingginya pendapatan tertinggi yang pernah dicapainya. Dalam teorinya, Dusenberry menggunakan dua asumsi yaitu:

  a) Selera sebuah rumah tangga atas barang konsumsi adalah interdependen. Artinya

  pengeluaran konsumsi rumah tangga dipengaruhi oleh pengeluaran yang dilakukan oleh orang sekitarnya. Sebagai misal, seseorang yang memiliki kemampuan pengeluaran konsumsi yang sederhana tinggal di tempat masyarakat yang pengeluaran konsumsinya serba kecukupan, secara otomatis ada rangsangan dari orang tersebut untuk mengikuti pola konsumsi di masyarakat sekitarnya.

  b) Pengeluaran konsumsi adalah irreversibel. Artinya pola pengeluaran seseorang

  pada saat penghasilan naik berbeda dengan pola pengeluaran pada saat penghasilan mengalami penurunan. Sebagai misal, apabila pendapatan seseorang mengalami kenaikan maka secara otomatis konsumsi juga mengalami kanaikan dengan proporsi tertentu, dst bila pendapatan mengalami penurunan, maka juga akan diikuti oleh penurunan konsumsinya.

d) Teori Konsumsi dengan Hipotesis Pendapatan Permanen (Permanent

  Income Hypothessis)

  Teori dengan hipotesis pendapatan permanen dikemukakan oleh M Friedman. Menurut teori ini pendapatan masyarakat dapat digolongkan menjadi 2 yaitu pendapatan permanen (permanent income) dan pendapatan sementara (transitory income). Pendapatan permanen dapat diartikan:

  a) Pendapatan yang selalu diterima pada setiap periode tertentu dan dapat

  diperkirakan sebelumnya, misalnya pendapatan dari gaji, upah.

  b) Pendapatan yang diperoleh dari semua faktor yang menentukan kekayaan

  seseorang (yang menciptakan kekayaan) Kekayaan yang dimiliki seseorang dapat dikelompokkan sebagai berikut:

  a) Kekayaan non manusia (non human wealth) adalah bentuk kekayaan fisik yaitu

  barang-barang konsumsi tahan lama (gedung, rumah, obligasi,dsb).

  b) Kekayaan manusia (human wealth) adalah dalam bentuk kemampuan yang

  melekat pada diri manusia itu sendiri (keahlian, pendidikan, dsb).

  Ada dua asumsi mengenai hubungan antara pendapatan permanen dengan pendapatan sementara:

  a) Tidak ada korelasi antara pendapatan permanen dengan pendapatan transitory,

  karena pendapatan sementara merupakan faktor kebetulan saja.

  b) Pendapatan sementara tidak mempengaruhi pengeluaran konsumsi (Siti, 2011).

2.1.2. Konsepsi Kemiskinan

  Kemiskinan sampai saat ini masih merupakan masalah besar yang harus terus dihadapi oleh pemerintah. Berbagai program pengentasan kemiskinan telah dilakukan. Kebijakan terbaru yang diambil oleh pemerintah dalam rangka membantu keluarga miskin yang terkena dampak kenaikan BBM pada Maret 2005 adalah

  Program Pengurangan Kompensasi Pengurangan Subsisdi Bahan Bakar Minyak (PKPS-BBM) tahun 2005. Kebijakan ini sebenarnya juga sudah dilakukan pada tahun 2003. Berdasarkan hasil evaluasi pelaksanaan PKPS-BBM tahun 2003 tersebut, misstargeting merupakan masalah yang secara umum ditemukan di semua daerah, juga ketidaktepatan dalam hal pelaksanaan dan besarnya jumlah bantuan yang diterima. Masalah-masalah serupa juga terjadi pada pelaksanaan PKPS-BBM tahun 2005 ini. Bahkan dampak yang timbul sangat jauh hingga terjadi pembunuhan terhadap aparat, pengrusakan terhadap kantor dan rumah-rumah warga, ancaman- ancaman terhadap aparat desa, dan lain sebagainya.

  Kesemua masalah yang muncul di atas terjadi karena ketidakpuasan masyarakat atas sistem pendataan rumah tangga miskin sebagai yang nantinya akan menjadi target dari pelaksanaan PKPS-BBM ini. Fakta di lapangan menunjukkan bahwa jumlah pendudukkeluarga miskin yang berhak menerima bentuan lebih besar dibandingkan dengan jumlah pendudukkeluarga miskin yang dijadikan dasar perencanaan program.

  Sebenarnya BPS telah memiliki kriteria ukuran keluarga miskin yaitu: luas bangunan, jenis lantai, jenis dinding, fasilitas buang air besar, sumber air minum, sumber penerangan, jenis bahan bakar untuk memasak, frekwensi membeli daging, ayam, dan susu dalam seminggu, frekwensi makan sehari, jumlah stel pakaian baru yang dibeli dalam setahun, akses ke Puskesmaspoliklinik, lapangan pekerjaan, pendidikan tertinggi kepala rumahtangga, dan kepemilikan beberapa asset. Namun demikian seperti yang telah dipaparkan pada bagian-bagian sebelumnya bahwa ternyata banyak anggota masyarakat yang seharusnya masuk dalam katagori keluarga Sebenarnya BPS telah memiliki kriteria ukuran keluarga miskin yaitu: luas bangunan, jenis lantai, jenis dinding, fasilitas buang air besar, sumber air minum, sumber penerangan, jenis bahan bakar untuk memasak, frekwensi membeli daging, ayam, dan susu dalam seminggu, frekwensi makan sehari, jumlah stel pakaian baru yang dibeli dalam setahun, akses ke Puskesmaspoliklinik, lapangan pekerjaan, pendidikan tertinggi kepala rumahtangga, dan kepemilikan beberapa asset. Namun demikian seperti yang telah dipaparkan pada bagian-bagian sebelumnya bahwa ternyata banyak anggota masyarakat yang seharusnya masuk dalam katagori keluarga

  50 sampai 65,99) (Susilowati, 2013).

  Dalam proses penggolongan data yang ada, maka ada beberapa hal yang diajukan sebagai syarat kategori miskin, antara lain:

  1. Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8 meter persegi untuk masing-masing anggota keluarga.

  2. Jenis lantai bangunan tempat tinggal terbuat dari tanah, bambu, kayu berkualitas rendah

  3. Jenis dinding bangunan tempat tinggal terbuat dari bambu, rumbia, kayu berkualitas rendah.

  4. Fasilitas jamban tidak ada, atau ada tetapi dimiliki secara bersama-sama dengan keluarga lain.

  5. Sumber air untuk minummemasak berasal dari sumurmata air tak terlindung, air sungai, danau, atau air hujan

  6. Sumber penerangan di rumah bukan listrik.

  7. Bahan bakar yang digunakan memasak berasal dari kayu bakar, arang, atau minyak tanah.

  8. Dalam seminggu tidak pernah mengonsumsi daging, susu, atau hanya sekali dalam seminggu

  9. Dalam setahun paling tidak hanya mampu membeli pakaian baru satu stel. Pekerjaan utama kepala rumah tangga adalah petani dengan luas lahan setengah hektar, buruh tani, kuli bangunan, tukang batu, tukang becak, pemulung, atau pekerja informal lainnya dengan pendapatan maksimal Rp600 ribu per bulan.

  10. Pendidikan tertinggi yang ditamatkan kepala rumah tangga bersangkutan tidak lebih dari SD.

  Tidak memiliki harta senilai Rp500 ribu seperti tabungan, perhiasan emas, TV berwarna, ternak, sepeda motor [kreditnon-kredit], kapal motor, tanah, atau barang modal lainnya.

2.1.3. Konsepsi Kebutuhan Dasar

  Saat ini, kenyataan menunjukkan bahwa pemerintah Indonesia dihadapkan pada permasalahan kemiskinan yang cukup besar jumlahnya, dengan demikian maka upaya-upaya pemerataan pendapatan masyarakat perlu dilakukan secara terus menerus melalui berbagai bidang kehidupan masyarakat, agar mereka yang tergolong "miskin" ini setidaknya memiliki kemampuan guna memenuhi kebutuhan pokok Saat ini, kenyataan menunjukkan bahwa pemerintah Indonesia dihadapkan pada permasalahan kemiskinan yang cukup besar jumlahnya, dengan demikian maka upaya-upaya pemerataan pendapatan masyarakat perlu dilakukan secara terus menerus melalui berbagai bidang kehidupan masyarakat, agar mereka yang tergolong "miskin" ini setidaknya memiliki kemampuan guna memenuhi kebutuhan pokok

  Dalam kaitan ini, Radwan dan Alfthan (1978) mengemukakan bahwa tanpa mengurangi konsep basic needs, keperluan minimum dari seorang individu atau rumah tangga berupa yang makanan, pakaian, perumahan, kesehatan, pendidikan, air dan sanitasi, transportasi dan partisipasi. Lain halnya dengan The Kian Wie (1983), mengemukakan kebutuhan pokok sebagai suatu paket barang dan jasa yang oleh masyarakat dianggap perlu tersedia bagi setiap orang. Kebutuhan ini merupakan tingkat minimum yang dapat dinikmati oleh setiap orang. Hal ini berarti bahwa kebutuhan pokok berbeda dari suatu daerah ke daerah lain, dari suatu negeri ke negeri lain, jadi kebutuhan pokok itu spesifik.

  Sehubungan dengan hal itu, model kebutuhan dasar sebagai suatu strategi memenuhi lima sasaran pokok, yaitu : 1). Dipenuhinya kebutuhan pangan, sandang, papan atau perumahan, peralatan sederhana dan berbagai kebutuhan yang dipandang perlu. 2). Dibukanya kesempatan luas untuk memperoleh berbagai jasa, pendidikan untuk anak dan orang tua, program preventiv dan kuratif kesehatan air minum, pemukiman dan lingkungan yang mempunyai infrastruktur dan komunikasi baik rural maupun urban. 3). Dijaminnya hak untuk memperoleh kesempatan kerja yang produktif (termasuk menciptakan sendiri) yang memungkinkan adanya balas jasa setimpal untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga. 4). Terbinanya prasarana yang Sehubungan dengan hal itu, model kebutuhan dasar sebagai suatu strategi memenuhi lima sasaran pokok, yaitu : 1). Dipenuhinya kebutuhan pangan, sandang, papan atau perumahan, peralatan sederhana dan berbagai kebutuhan yang dipandang perlu. 2). Dibukanya kesempatan luas untuk memperoleh berbagai jasa, pendidikan untuk anak dan orang tua, program preventiv dan kuratif kesehatan air minum, pemukiman dan lingkungan yang mempunyai infrastruktur dan komunikasi baik rural maupun urban. 3). Dijaminnya hak untuk memperoleh kesempatan kerja yang produktif (termasuk menciptakan sendiri) yang memungkinkan adanya balas jasa setimpal untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga. 4). Terbinanya prasarana yang

  Sejalan dengan pandangan di atas, Radwan dan Alfhan (1978) mengemukakan bahwa terdapat pandangan baru yang menunjukkan bahwa ukuran pendapatan perjiwa saja tidak mewakili kemajuan ekonomi secara keseluruhan. Kegagalan Growth Oriented Strategis Approach dalam mengurangi ketidak merataan pendapatan masyarakat dan membasmi kemiskinan. Oleh karena itu dituntut adanya perubahan besar dalam pembangunan dengan berbagai sistem pendekatan yang jitu terhadap upaya peningkatan pendapatan masyarakat, penghapusan kemiskinan, dan kekurangan lapangan pekerjaan, maka upaya pendekatan basic human needs dari ILO pada dasarnya juga mencerminkan perubahan arah pembangunan ini. Dalam kaitan ini, program Raskin merupakan salah satu kebijakan pemenuhan kebutuhan pokok rakyat, yakni kebutuhan akan pangan, khususnya beras yang cukup dengan kelompok sasaran adalah rumah tangga miskin (RTM).

2.1.4. Konsepsi Distribusi

  Pendistribusian barang atau jasa adalah suatu kegiatan yang sangat penting di dalam suatu instansi atau perusahaan. Sistem distribusi adalah serangkaian kegiatan yang sangat menentukan bagi suatu perusahaan, dimana hasil produksi dikirimkan kepada konsumen dengan cara dipasarkan dengan tujuan untuk memudahkan pemasaran produk. Sistem distribusi barang merupakan salah satu pendukung utama setelah proses produksi. Tidak adanya kontrol terhadap pendistribusian barang dapat Pendistribusian barang atau jasa adalah suatu kegiatan yang sangat penting di dalam suatu instansi atau perusahaan. Sistem distribusi adalah serangkaian kegiatan yang sangat menentukan bagi suatu perusahaan, dimana hasil produksi dikirimkan kepada konsumen dengan cara dipasarkan dengan tujuan untuk memudahkan pemasaran produk. Sistem distribusi barang merupakan salah satu pendukung utama setelah proses produksi. Tidak adanya kontrol terhadap pendistribusian barang dapat

  Distribusi adalah kegiatan ekonomi yang menjembatani kegiatan produksi dan konsumsi. Distribusi memiliki fungsi utama. Yang dimaksud dengan fungsi utama pokok adalah tugas-tugas yang mau tidak mau harus dilaksanakan. Dalam hal ini fungsi pokok distribusi meliputi:

  a) Pengangkutan (Transportasi)

  Pada umumnya tempat kegiatan produksi berbeda dengan tempat tinggal konsumen, perbedaan tempat ini harus diatasi dengan kegiatan pengangkutan. Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dan semakin majunya teknologi, kebutuhan manusia semakin banyak. Hal ini mengakibatkan barang yang disalurkan semakin luas, sehingga membutuhkan alat transportasi (pengangkutan).

  b) Penjualan (Selling)

  Di dalam pemasaran barang, selalu ada kegiatan menjual yang dilakukan oleh produsen. Pengalihan hak dari tangan produsen kepada konsumen dapat dilakukan dengan penjualan. Dengan adanya kegiatan ini maka konsumen dapat menggunakan barang tersebut.

  c) Pembelian (Buying)

  Setiap ada penjualan berarti ada pula kegiatan pembelian. Jika penjualan barang dilakukan oleh produsen, maka pembelian dilakukan oleh orang yang membutuhkan barang tersebut.

  d) Penyimpanan (Stooring) Sebelum barang-barang disalurkan pada konsumen

  biasanya disimpan terlebih dahulu. Dalam menjamin kesinambungan, keselamatan dan keutuhan barang-barang, perlu adanya penyimpanan (pergudangan).

  e) Pembakuan Standar Kualitas Barang

  Dalam setiap transaksi jual-beli, banyak penjual maupun pembeli selalu menghendaki adanya ketentuan mutu, jenis dan ukuran barang yang akan diperjualbelikan. Oleh karena itu perlu adanya pembakuan standar baik jenis, ukuran, maupun kualitas barang yang akan diperjualbelikan tersebut. Pembakuan (standarisasi) barang ini dimaksudkan agar barang yang akan dipasarkan atau disalurkan sesuai dengan harapan.

  f) Penanggung Risiko

  Barang yang didistribusikan bisa jatuh dan pecah, maka rusaklah barang yang akan didistribusikan tersebut. Hal ini mungkin saja terjadi pada kegiatan distribusi, maka seorang distributor tentunya akan menanggung risiko. Pada jaman sekarang untuk menanggung risiko yang muncul bisa dilakukan kerjasama dengan lembagaperusahaan asuransi (Eko, Y. 2009).

  Dalam program Raskin, proses Pendistribusian atau penyaluran sudah dimulai sejak 1998. Krisis moneter tahun 1998 merupakan awal pelaksanaan Raskin yang bertujuan untuk memperkuat ketahanan pangan rumah tangga terutama rumah tangga miskin. Pada awalnya disebut program Operasi Pasar Khusus (OPK), kemudian diubah menjadi Raskin mulai tahun 2002, Raskin diperluas fungsinya tidak lagi menjadi program darurat (social safety net) melainkan sebagai bagian dari Dalam program Raskin, proses Pendistribusian atau penyaluran sudah dimulai sejak 1998. Krisis moneter tahun 1998 merupakan awal pelaksanaan Raskin yang bertujuan untuk memperkuat ketahanan pangan rumah tangga terutama rumah tangga miskin. Pada awalnya disebut program Operasi Pasar Khusus (OPK), kemudian diubah menjadi Raskin mulai tahun 2002, Raskin diperluas fungsinya tidak lagi menjadi program darurat (social safety net) melainkan sebagai bagian dari

  

  Penentuan kriteria penerima manfaat Raskin seringkali menjadi persoalan yang rumit. Dinamika data kemiskinan memerlukan adanya kebijakan lokal melalui musyawarah DesaKelurahan. Musyawarah ini menjadi kekuatan utama program untuk memberikan keadilan bagi sesama rumah tangga miskin.

  Sampai dengan tahun 2006, data penerima manfaat Raskin masih menggunakan data dari BKKBN yaitu data keluarga prasejahtera alasan ekonomi dan keluarga sejahtera I alasan ekonomi. Belum seluruh KK Miskin dapat dijangkau oleh Raskin. Hal ini menjadikan Raskin sering dianggap tidak tepat sasaran, karena rumah tangga sasaran berbagi dengan KK Miskin lain yang belum terdaftar sebagai sasaran.

  Mulai tahun 2007, digunakan data Rumah Tangga Miskin (RTM) BPS sebagai data dasar dalam pelaksaaan Raskin. Dari jumlah RTM yang tercatat sebanyak 19,1 juta RTS, baru dapat diberikan kepada 15,8 juta RTS pada tahun 2007, dan baru dapat diberikan kepada seluruh RTM pada tahun 2008. Dengan jumlah RTS 19,1 juta pada tahun 2008, berarti telah mencakup semua rumah tangga miskin yag tercatat dalam Survei BPS tahun 2005. Jumlah sasaran ini juga merupakan sasaran tertinggi selama Raskin disalurkan. Penggunaan data Rumah Tangga Sasaran (RTS) hasil pendataan Program Perlindungan Sosial tahun 2008 (PPLS – 2008) dari BPS diberlakukan sejak tahun 2008 yang juga berlaku untuk semua program pengentasan kemiskinan yang dilaksanakan oleh Pemerintah (BULOG, 2010).

  Secara umum, Penyaluran Raskin berawal dari Surat Perintah Alokasi (SPA) dari Pemerintah KabupatenKota kepada Perum BULOG dalam hal ini kepada Kepala divisi regional Kepala sub divreKepala Kantor Sesi Logistik Perum BULOG berdasarkan pagu Raskin (tonase dan jumlah Rumah Tangga Sasaran - RTS) dan rincian di masing-masing Kecamatan dan Desa Kelurahan. Pada waktu beras akan didistribusikan ke Titik Distribusi, Perum BULOG berdasarkan SPA menerbitkan Surat Perintah Pengeluaran BarangDelivery Order (SPPBDO) beras untuk masing-masing Kecamatan atau Desa Kelurahan kepada Satker Raskin. Satker Raskin mengambil beras di gudang Perum BULOG, mengangkut dan menyerahkan beras Raskin kepada Pelaksana Distribusi Raskin di Titik Distribusi. Di Titik Distribusi, penyerahanpenjualan beras kepada RTS-PM (Penerima Manfaat) Raskin dilakukan oleh salah satu dari tiga (3) Pelaksana Distribusi Raskin yaitu Kelompok Kerja (Pokja), atau Warung Desa (Wardes) atau Kelompok Masyarakat (Pokmas). Di Titik Distribusi inilah terjadi transaksi secara tunai dari RTS - PM Raskin ke Pelaksana Distribusi (BULOG. 2010).

2.1.5. Konsepsi Efektivitas

  Efektivitas adalah hubungan antara output dan tujuan. Dalam artian efektivitas merupakan ukuran seberapa jauh tingkat output, kebijakan dan prosedur dari organisasi mencapai tujuan yang ditetapkan. Dalam pengertian teoritis atau praktis, tidak ada persetujuan yang universal mengenai apa yang dimaksud dengan “Efektivitas”.

  Bila ditelusuri, efektifitas berasal dari kata dasar efektif yang artinya : (1). Ada efeknya (pengaruh, akibat, kesan) seperti: manjur; mujarab; mempan; (2).

  Penggunaan metodecara, saranaalat dalam melaksanakan aktivitas sehingga berhasil guna (mencapai hasil yang optimal). Menurut Gibson et.al (1996) pengertian efektivitas adalah penilaian yang dibuat sehubungan dengan prestasi individu, kelompok, dan organisasi. Makin dekat prestasi mereka terhadap prestasi yang diharapkan (standar), maka makin lebih efektif dalam menilai mereka.

  Dari pengertian tersebut di atas dari sudut pandang bidang perilaku keorganisasian maka dapat diidentifikasikan tiga tingkatan analisis yaitu: (1) individu, (2) kelompok, dan (3) organisasi. Ketiga tingkatan analisis tersebut sejalan dengan ketiga tingkatan tanggung jawab manajerial yaitu bahwa para manajer bertanggung jawab atas efektivitas individu, kelompok dan organisasi.

  Pencapaian hasil (efektivitas) yang dilakukan oleh suatu organisasi menurut Jones (1994) terdiri dari tiga tahap, yakni input, conversion, dan output atau keluaran, perubahan dan hasil. Input meliputi semua sumber daya yang dimiliki, informasi dan pengetahuan, bahan-bahan mentah serta modal. Dalam tahap input, tingkat efisiensi sumber daya yang dimiliki sangat menentukan kemampuan yang dimiliki. Tahap conversion ditentukan oleh kemampuan organisasi untuk memanfaatkan sumber daya yang dimiliki, manajemen dan penggunaan teknologi agar dapat menghasilkan nilai. Dalam tahap ini, tingkat keahlian SDM dan daya tanggap organisasi terhadap perubahan lingkungan sangat menentukan tingkat produktifitasnya. Sedangkan dalam tahap output, pelayanan yang diberikan merupakan hasil dari penggunaan teknologi dan keahlian SDM. Organisasi yang dapat memanfaatkan sumber daya yang dimilikinya secara efisien dapat Pencapaian hasil (efektivitas) yang dilakukan oleh suatu organisasi menurut Jones (1994) terdiri dari tiga tahap, yakni input, conversion, dan output atau keluaran, perubahan dan hasil. Input meliputi semua sumber daya yang dimiliki, informasi dan pengetahuan, bahan-bahan mentah serta modal. Dalam tahap input, tingkat efisiensi sumber daya yang dimiliki sangat menentukan kemampuan yang dimiliki. Tahap conversion ditentukan oleh kemampuan organisasi untuk memanfaatkan sumber daya yang dimiliki, manajemen dan penggunaan teknologi agar dapat menghasilkan nilai. Dalam tahap ini, tingkat keahlian SDM dan daya tanggap organisasi terhadap perubahan lingkungan sangat menentukan tingkat produktifitasnya. Sedangkan dalam tahap output, pelayanan yang diberikan merupakan hasil dari penggunaan teknologi dan keahlian SDM. Organisasi yang dapat memanfaatkan sumber daya yang dimilikinya secara efisien dapat

  Dalam aplikasi pendistribusian Raskin, efektivitas yang diinginkan adalah tercapainya 6 Tepat, yaitu:

  1. Tepat sasaran, diberikan kepada Rumah Tangga Sasaran Penerima Manfaat

  (RTS-PM)

  2. Tepat jumlah, 15 kg RTS bulan

  3. Tepat harga, Rp. 1.600 kg

  4. Tepat waktu, waktu pelaksanaan penyaluran RTS-PM sesuai dengan rencana

  penyaluran

  5. Tepat administrasi, terpenuhinya persyaratan administrasi secara benar, lengkap,

  dan tepat waktu

  6. Tepat kualitas, terpenuhinya kualitas beras sesuai dengan standar kualitas beras

BULOG

2.2. Model Pendekatan

  Model pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah model pendekatan diagramatis yang dapat dilihat pada Gambar 1.

  Perum BULOG merupakan suatu lembaga pemerintah yang memiliki fungsi sebagai lembaga pangan yang ditunjuk langsung oleh pemerintah. Perum BULOG memiliki tujuan untuk mengurangi beban pengeluaran rumah tangga sasaran dalam memenuhi kebutuhan pangan pokok dalam bentuk beras.

  Perum BULOG

  Tujuan: mengurangi beban pengeluaran rumah tangga sasaran dalam memenuhi kebutuhan pangan

  Program RASKIN

  pokok dalam bentuk beras.

  Kendala Faktor Internal

  Penyaluran ke Titik Distribusi

  dan Faktor

  Titik Bagi

  Eksternal

  Penyaluranpendistribusian

  Faktor Penentu

  ke RTS-PM

  Rumah Tangga Menerima RASKIN

  Sudah Efektif atau Belum Penyalurannya yang Dilihat Berdasarkan Kriteria (6 Tepat): Tepat Sasaran, Tepat Jumlah, Tepat Harga, Tepat Waktu, Tepat Administrasi dan Tepat Kualitas

  Keterangan:

  : menjalankan : memiliki : dipengaruhi

  Gambar 1. Model Pendekatan Diagramatis

  Dalam usaha memenuhi kebutuhan Rumah Tangga Sasaran, Perum BULOG ditugaskan untuk menjalankan Program Beras bagi Masyarakat Berpendapatan Rendah atau biasa disebut Program Raskin. Penunjukan Perum BULOG sebagai lembaga yang menangani masalah Raskin ini antara lain karena beberapa alasan seperti persiapan sarana perdagangan, sumber daya manusia, dan stok beras BULOG yang tersebar di seluruh Indonesia, dan mekanisme pembiayaan yang memungkinkan

  BULOG mendistribusikan terlebih dahulu berasnya, kemudian baru ditagihkan kepada pemerintah.

  Perum BULOG bertugas untuk menyalurkan Raskin hingga ke Titik Distribusi. Kemudian pihak kecamatan akan menyalurkannya kepada Rumah Tangga Sasaran Penerima Manfaat (RTS-PM) yang telah ditentukan sebelumnya dengan melihat faktor-faktor yang sesuai kriteria apakah rumah tangga tersebut berhak menerima Raskin atau tidak.

Dokumen yang terkait

EFEKTIVITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN (P3K) TERHADAP SIKAP MASYARAKAT DALAM PENANGANAN KORBAN KECELAKAAN LALU LINTAS (Studi Di Wilayah RT 05 RW 04 Kelurahan Sukun Kota Malang)

45 393 31

EFEKTIVITAS FISIOTERAPI DADA TERHADAP PENGELUARAN SEKRET PADA BRONKITIS KRONIS DI RUMAH SAKIT PARU BATU

22 163 24

OPTIMASI FORMULASI dan UJI EFEKTIVITAS ANTIOKSIDAN SEDIAAN KRIM EKSTRAK DAUN KEMANGI (Ocimum sanctum L) dalam BASIS VANISHING CREAM (Emulgator Asam Stearat, TEA, Tween 80, dan Span 20)

97 464 23

UJI EFEKTIVITAS BENZALKONIUM KLORIDA KONSENTRASI 0,001% DENGAN pH 5 (Terhadap Aktivitas Bakteri Staphylococcus aureus)

10 193 21

EFEKTIVITAS PENGAJARAN BAHASA INGGRIS MELALUI MEDIA LAGU BAGI SISWA PROGRAM EARLY LEARNERS DI EF ENGLISH FIRST NUSANTARA JEMBER

10 152 10

EFEKTIVITAS siaran dialog interaktif di Radio Maraghita sebaga media komunikasi bagi pelanggan PT.PLN (persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten di Kelurahan Lebakgede Bandung

2 83 1

EFEKTIVITAS MEDIA PENYAMPAIAN PESAN PADA KEGIATAN LITERASI MEDIA (Studi pada SMA Negeri 2 Bandar Lampung)

15 96 159

UJI EFEKTIVITAS PUPUK ORGANONITROFOS DAN KOMBINASINYA DENGAN PUPUK KIMIA TERHADAP PERTUMBUHAN, SERAPAN HARA DAN PRODUKSI TANAMAN KEDELAI (Glycine max L. Merr) PADA MUSIM TANAM KETIGA

2 27 50

THE EFFECTIVENESS OF THE LEADERSHIP'S ROLE AND FUNCTION OF MUHAMMADIYAH ELEMENTARY SCHOOL PRINCIPAL OF METRO EFEKTIVITAS PERAN DAN FUNGSI KEPALA SEKOLAH DASAR MUHAMMADIYAH METRO

3 69 100

EFEKTIVITAS MODEL LEARNING CYCLE 6E PADA MATERI KOLOID DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENGELOMPOKKAN DAN MENGKOMUNIKASIKAN

2 37 45