Di Yordania: Meneliti Tafsir dan Menerjemahkan buku Tafsir Tematik (Mawdhû’î) sambil Mengikuti Postdoctoral Fellowship Program for Islamic Higher Education (2016)

C. Di Yordania: Meneliti Tafsir dan Menerjemahkan buku Tafsir Tematik (Mawdhû’î) sambil Mengikuti Postdoctoral Fellowship Program for Islamic Higher Education (2016)

1.Tentang Postdoctoral Fellowship Program for Islamic Higher Education (Posfi) 22

Program ini merupakan program posdoktor (postdoc) yang diselenggarakan oleh Subdit Ketenagaan Direktorat Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama. Program ini diselenggarakan selama dua bulan, dengan tujuan untuk meningkatkan daya saing kelembagaan perguruan tinggi agama Islam (PTKI) menuju perguruan tinggi bertarap internasional, mengembangkan kompetensi dosen PTKI dalam bidang academic research, academic writing dan academic networking di luar negeri melalui presentasi ilmiah, riset ilmiah, penerbitan naskah di jurnal internasional; dan sosialisasi dan internasionalisasi kajian dan Islam Nusantara.

Kegiatan ini dikemas dalam bentuk kegiatan berikut: (1) diseminasi (menyebarkan) informasi ilmiah secara internasional (international dissemination) di hadapan mahasiswa asing melalui mengajar sebagai dosen tamu (guest lecturer) tentang Islam di Indonesia Nusantara dan tentang bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi dan bahasa ilmu pengetahuan; (2) penulisan artikel ilmiah berbahasa asing yang siap untuk diterbitkan di jurnal-jurnal internasional yang terindeks; (3) penelitian tentang kajian Islam, dalam hal ini tafsir al-Qur`an, sebagai langkah untuk penulisan buku referensi yang siap terbit; (4) terjalinnya jaringan dan kerjasama, baik secara individual antara peserta program dengan professor di perguruan tinggi tujuan (host) maupun antara perguruan tinggi Islam yang menjadi tempat tugas dengan perguruan tinggi tempat kegiatan.

Program Posfi 2016 ini diikuti oleh empat orang, yang berasal dari berbagai perguruan tinggi keagamaan Islam di Indonesia. Keempat orang tersebut semua bertugas di Jâmi’at Âl al-Bayt (Universitas Âl al-Bayt) yang terletak di Provinsi Mafraq, Yordania.

22 Sebagian dari catatan tentang penyelenggaran kegiatan ini telah dipublikasikan di website diktis dan dimuat pada 28/11/016 dengan judul “Menyebarkan Pesan Damai Islam Nusantara: Laporan

Tim Posfi Yordania”,

index.php?berita=detil& jenis=news&jd=775#.WVnB75GyTqA, dan juga dengan isi berbeda dipublikasi di website resmi UIN Antasari dengan judul, “Catatan Kegiatan Post-doctoral Fellowship di Yordania”, dalam http://www.iain-antasari.ac.id/coupons/catatan-kegiatan-post-doctoral-fellowship-di-yordania.

dalam

http://diktis.kemenag.go.id/NEW/

2. Universitas Âl al-Bayt

Universitas Âl al-Bayt (Âl al- Bayt University) ini didirikan pada 17 Agustus 1992 melalui keputusan Kerajaan Yordania yang didasari oleh keinginan agar negara ini memiliki sebuah universitas model baru yang menggabungkan antara tuntutan- tuntutan metodologi ilmiah dalam pembelajaran dan riset sehingga relevan di dunia Arab dan Islam di satu sisi dengan tuntutan-tuntutan spiritualitas yang

meniscayakan

keimanan dan kebeningan jiwa sebagai keperibadian yang sempurna di sisi lain yang menyahuti spirit zaman, begitu juga menyeimbangkan (equilibrium) antara tuntutan ilmu pengetahuan dan rasio di satu sisi dengan tuntutan iman, akidah, dan nilai-nilai di sisi lain. Dengan ide tentang keseimbangan itu, universitas ini didirikan atas dasar keinginan untuk mewujudkan sebuah universitas yang menjunjung prinsip kebebasan, keadilan, toleransi, penghormatan terhadap iman dan kepercayaan orang lain, dan prinsip hidup bersama (co-existence) secara damai.

Pada tanggal 16 Desember 1992 M (21 Jumada al-Tsani 1413 H), Kerajaan Yordania (al-Mamlakah al-Urduniyyah al-Hâsyimiyyah) kembali mengeluarkan surat keputusan untuk menindaklanjuti pengembangan universitas ini dengan membentuk Komite Khusus Âl al-Bayt dengan anggotanya dari kalangan intelektual Yordania dan dari beberapa belahan dunia Islam. Tugas utama komite itu adalah untuk meletakkan dasa-dasar yang kokoh untuk membangun universitas ini, dan juga untuk menentukan keputusan-keputusan dan memberikan rekomendasi-rekomendasi bersifat operasional dan administratif kepada Raja Husein untuk mengeluarkan pengesahan atau keputusan finalnya.

Akan tetapi, Komite tersebut berakhir pada tahun 1999. Hal itu karena pihak kerajaan kemudian mengeluarkan keputusan untuk membentuk Panitia Orang-orang Kepercayaan Universitas pada 5 September 1998. Panitia baru ini bertugas untuk melaksanakan kewajiban, tugas, dan tanggung-jawab Komisi Kerajaan untuk Universitas Âl al-Bayt.

Setelah melengkapi infra-strukturnya, merekrut para pegawai di fakultas, dan merancang matakuliah-matakuliah yang akan diajarkan, universitas kemudian siap menerima pertama kali mahasiswa-mahasiswa baru yang datang dari negara-negara Arab, negara-negara Islam, dan negara-negara di seluruh dunia dimulai pada 1

Oktober 1994. Program yang dibuka adalah program strata satu (sarjana) dan strata dua (magister).

Pada 6 Februari 1995 M (6 Ramadhan 1415 H), universitas ini dibuka secara resmi oleh Raja Husein. Perhatian pihak kerajaan terhadap universitas ini tetap berlanjut. Raja Abdullah II juga mengikuti kebijakan ayahnya, Raja Husein, dalam hal memberikan dukungan yang tak terhingga, sepenuh hati, dan tak ada bandingnya. Pada kesempatan wisuda sarjana angkatan pertama pada tahun 1999, Raja Abdullah

II berkesempatan hadir, dan berkenan mengunjungi serta bertemu dengan segenap civitas akademika kampus. Bahkan, Raja berkeinginan kuat membentuk suatu komite kerajaan untuk pengembangan universitas. Begitu juga, setelah diadakannya dialog terbuka dengan mahasiswa dan pihak fakultas, Raja menyatakan mendukung dibukanya Institut Studi Islam di kampus supaya universitas bisa memainkan peran dan misi awal yang menjadi alasan didirikannya universitas ini. Karena kebanggaan pihak universitas atas segala perhatian ini, pihak universitas kemudian menganugerahi gelar doktor honoris causa dalam bidang ilmu administrasi kepada Raja Abdullah II pada 7 Juli 2004, karena kemampuan memimpinnya pada level nasional dan internasional serta langkah-langkah strategis kongkretnya dalam membangun hubungan yang erat dengan negara-negara Arab tetangga dan negara- negara lainnya.

3. Penelitian Tafsir “Trend Perkembangan Kontemporer Metodologi Tafsir al-Qur`an di Indonesia”

Penelitian ini sebenarnya dilakukan di Indonesia dengan biaya dari Dipa IAIN (UIN) Antasari melalui LP2M. Penelitian yang selanjutnya akan diterbitkan sebagai buku referensi ini telah selesai secara keseluruhan. 23 Namun, penelitian ini tetap memerlukan penyempurnaan dari beberapa aspek. Hal ini dilakukan di Yordania selama mengikuti program Posfi di Universitas Âl al-Bayt.

Penelitian ini pada dasarnya memang berisi kajian tentang pemikiran metodologi tafsir di Indonesia, suatu topik yang sumbernya tentu berasal dari tulisan- tulisan intelektual Indonesia, yang tidak atau sedikit diketahui oleh intelektual Timur

23 Penelitian ini kini telah diterbitkan dengan judul Trend Perkembangan Kontemporer Metodologi Tafsir al-Qur`an di Indonesia (Yogyakarta: Kurnia Kalam Semesta, 2017). Buku ini juga

bisa diunduh di

http://idr.iain-antasari.ac.id/7603/, (2) https://www.researchgate.net/publication/315787535_TREN_PERKEMBANGAN_PEMIKIRAN_KO NTEMPORER_METODOLOGI_TAFSIR_AL- QURAN_DI_INDONESIA?_iepl%5BviewId%5D=DgU2myk4ne8ghhfSgNO7kYsN&_iepl%5Bprofil ePublicationItemVariant%5D=default&_iepl%5Bcontexts%5D%5B0%5D=prfpi&_iepl%5Binteractio nType%5D=publicationTitle,

(3) https://scholar.google.com/citations?view_op=view_citation&hl=id&user=IuR3lJYAAAAJ&citation_f or_view=IuR3lJYAAAAJ:isC4tDSrTZIC,

(4) https://www.academia.edu/32271737/TREND_PERKEMBANGAN_PEMIKIRAN_KONTEMPORE R_METODOLOGI_TAFSIRAL-QURAN_DI_INDONESIA.

Tengah. Akan tetapi, pendekatan dalam kajian ini terdiri dari dua persepektif; pertama, kajian historis yang memang sumbernya dari karya-karya intelektual Indonesia; kedua, kajian kritis yang sumber bahan analisisnya adalah karya-karya ulama Timur Tengah, yang tentu banyak diketahui oleh intelektual/ guru besar di Universitas Âl al-Bayt. Penulisan buku ini disempurnakan dari perspektif kedua, yaitu pengayaan analisis kritis dari berbagai referensi ‘ulum al-Qur`ân mutakhir dari karya-karya Timur Tengah sebagai perbandingan (komparasi) dan tandingan (kontestasi), antara lain perlunya menafsirkan ayat-ayat al-Qur`an tidak melulu dari perspektif-perspektif yang ditawarkan oleh intelektual Indonesia, seperti al-Fatihah sebagai paradigma tafsir sebagai ditawarkan oleh M. Dawam Rahardjo atau kaedah- kaedah alternatif yang cenderung liberalis sebagai ditawarkan oleh Abd. Moqsith Ghazali dengan mengangkat kaedah-kaedah dan maqâshid al-syarî’ah, melainkan dari perspektif baru, yaitu maqâshid al-Qur`ân (tujuan-tujuan pokok al-Qur`an) yang banyak digagass oleh Ahmad al-Raysûnî (Maroko) akhir-akhir ini.

4. Penerjemahan buku al-Tafsîr al-Mawdhû’î wa Manhajiyyat al-Bahts Fîh karya Prof. Dr. Ziyâd Khalîl al-Daghâmîn

Buku ini berisi tentang metode tafsir tematik (al-tafsîr al-mawdhû’î) disertai dengan contoh-contoh penerapannya. Judul al-Tafsîr al-Mawdhû’î wa Manhajiyyat al-Bahts Fîh adalah edisi revisi 24 terhadap edisi lama yang berjudul Manhajiyyat al- Bahts fî al-Tafsîr al-Mawdhû’î. Pada edisi revisi, banyak hal yang ditambahkan, baik dari segi uraian tentang metodologi maupun dari segi contoh penerapan yang dikemukakan.

Penulisnya sendiri, al-Daghâmîn, adalah seorang guru besar dan dosen senior di Fakultas Syariah di Universitas Âl al-Bayt. Ia adalah seorang penulis yang produktif yang tidak hanya menulis buku ini, melainkan beberapa karya lain, antara lain: I’jâz al-Qur`ân wa Ab’âduh al-Hadhâriyyah fî Fikr al-Nursî 25 dan Da`wâ al- Naskh fî al-Qur`ân al-Karîm fî Dhaw` Wâqi’iyyat al-Khithâb al-Qur`ânî, 26 dan sejumlah arikel di jurnal-jurnal ilmiah bereputasi. Ia adalah termasuk di antara penulis-penulis tentang tafsir yang dikenal di Yordania, di samping nama besar semisal Shalâh ‘Abd al-Fattâh al-Khâlidî dari Universitas Yordania (al-Jâmi’ah al- Urduniyyah, University of Jordan), seorang pengkaji pemikiran tafsir Sayyid Quthb dan seorang penulis yang juga produktif.

24 (Amman, Yordania: Dâr ‘Imâr, 2007) 25 (Turki: Ozemir, 1998). Karya kemudian dicetak ulang (cetakan ke-2) dan didistribusikan

oleh pihak Universitas (al-Mafraq: Jâmi’at Âl al-Bayt, 2009). 26 (Amman, Yordania: al-Ma’had al-’Âlamî li al-Fikr al-Islâmî/ International Institute of

Islamic Thought [IIIT] dan Jâmi’at Âl al-Bayt, 2009).

5. Kegiatan Ilmiah Lain

Di sela-sela kegiatan, tim Posfi berkesempatan diundang sebagai pembicara di Himpunan Pelajar dan Mahasiswa Indonesia (HPMI) dan PCI-NU Yordania. Begitu juga, kesempatan ini juga dimanfaatkan untuk berkunjung, menimba ilmu, dan menjalin kerjasama dengan International Institute of Islamic Thought (IIIT) atau al- Ma’had al-’Âlamî li al-Fikr al-Islâmî cabang Yordania yang berkedudukan di Amman. Lembaga yang kini dipimpin oleh direktur cabangnya (mudîr iqlîmî) Dr. Fathî Hasan Malkâwî, berafiliasi dengan sentralnya di Amerika Serikat. Di negara asalnya ini, lembaga ini didirikan pada 1981 M (1401 H) di Washington bertolak dari idealisasi untuk mengusung ide-ide pembaruan di dunia Islam. Kantor cabangnya sendiri di Amman didirikan pada 1988 dengan melakukan kerjasama dengan berbagai universitas dan lembaga keilmuan, dan lembaga ini tercatat secara resmi di Kementerian Kebudayaan Yordania pada 1990. Islamisasi ilmu pengetahuan dengan bertolak dari pandangan yang integratif antara epistemologi keilmuan menjadi visi ke depan yang ingin dituju lembaga ini. Ide-ide semisal Ismail R. al-Faruqi menjadi ide yang ditawarkan, sebagai alternatif terhadap paradigma keilmuan Barat.

Selain menerbitkan banyak sekali karya-karya intelektual yang mengusung ide-ide pembaruan Islam, IIIT menerbitkan dua jurnal, yaitu Islâmiyyat al-Ma’rifah: Majallat al-Fikr al-Islâmî al-Mu’âshir (Islamisasi Ilmu: Jurnal Pemikiran Islam Kontemporer) yang terbit sejak 1995 dalam bahasa Arab, dan jurnal yang diterbitkan oleh Association of Muslim Social Scientists (AJISS) yang berbahasa Inggris, yaitu American Journal of Islamic Sciences, terbit sejak 1984.

IIIT Yordania telah menjalin kerjasama dengan Indonesia melalui Dewan Dakwah Islamiyah yang berkedudukan di Jakarta, yang dipimpin oleh Dr. Habib Chirzin (direktur). Tokoh ini merupakan pegiat psikologi Islami yang tergabung dalam Asosiasi Psikologi Islami (API) Indonesia. Kita bersyukur, pada tanggal 2 Desember 2016, Fakultas Ushuluddin dan Humaniora menjajagi kerjasama ini, dengan menerima kedatangan Dr. Habib Chirzin beserta rombongan. Lembaga yang skopnya lebih luas dari API adalah International Association of Muslim Psychologists (IAMP). Lembaga berafiliasi dengan dan bekerjasama intensif dengan IIIT, seperti pelaksanaan 5 th Internationational Conference of Association of Muslim Phsycologists di UGM Yogyakarta pada 4-5 November 2016 yang lalu. Penyelenggaraan konferensi ini dibiayai penuh oleh IIIT.

6. Menikmati Kekayaan Wisata di Yordania

Di samping untuk melaksanakan kegiatan Posdok, kesempatan di Yordania juga dimanfaatkan untuk menikmati objek-objek wisata, baik wisata alam dan sejarah maupun wisata spiritual (ziarah). Sejumlah kota menjadi tujuan.

Di Jerash (Jarasy), yaitu wilayah berbukit dengan tanahnya yang subur, kegubernuran

Kegubernuran Irbid di utara, Kegubernuran Ajloun di barat, Kegubernuran Mafraq dan Kegubernuran Zarqa di timur, dan Kegubernuran Balqa di selatan. Rata-rata curah hujan di Kegubernuran Jerash berkisar 400–500 mm, di antara daerah yang memiliki curah hujan tertinggi di negara ini. Ketinggian kegubernuran ini antara 300 sampai 1300 meter diatas permukaan laut dengan aliran air bersih dan Sungai Zarqa yang melaluinya, dikelilingi dataran subur, perbukitan, pegunungan dengan iklim mediterania Wilayah kekuasaan Romawi menyisakan jejak kejayaan yang masih bisa kita saksikan sampai saat ini. Salah satu wilayah kekuasaannya yang terletak di Asia adalah Jerash, suatu kota yang terletak di Negara Yordania. Kota ini memiliki situs peninggalan kerajaan Romawi yang disinyalir sebagai kota tua yang menyimpan arkeologi sejarah.

Menurut Petugas Jerash bahwa Yordania merupakan negara yang terletak di Asia Barat yang identik dengan padang pasir nan gersang, namun kali ini mata anda akan dimanjakan dengan indahnya pemandangan ladang pertanian yang tampak saat melintasi jalan menuju Jerash dari Kota Amman. Bagi anda yang pernah mengarungi lintasan jalan bukit yang berkelok di Indonesia maka anda pun akan merasakan kesan yang sama saat mengunjungi Jerash, ini merupakan suatu hal yang luar biasa untuk negara yang bukan beriklim tropis.

Selama abad ketiga sebelum masehi, Jerash pernah menjadi salah satu kota terbesar di luar Eropa. Pada abad kedua masehi, Jerash termasuk salah satu dari 10 kota besar yang masuk menjadi bagian dari Decapolis (10 kota besar Yunani). Jerash merupakan kota yang berada di dataran tinggi, terletak pada ketinggian 250 – 300 meter di atas permukaan laut. Karena itulah maka suhu di Jerash berbeda dengan wilayah lainnya di Yordania. Selain Pada tahun 749 masehi, gempa bumi dahsyat telah menghancurkan sebagian besar kota Jerash, lalu terjadi gempa bumi selanjutnya dan perang yang berkecamuk, berdampak pada kerusakan situs peninggalan sejarah kota kuno ini. Menurut keterangan guide di sana, bangunan yang terlihat di Jerash saat ini hanyalah separuh dari seluruh kota yang ada. Sedangkan sisanya yang lain, masih terpendam di bawah tanah.

Di samping Jerash, saya juga sempat mengunjungi Petra, yaitu komplek perkampungan

dengan bangunan- bangunan kunonya yang terletak di Ma'an, Yordania. Tempat ini terkenal dengan bangunan arsitektur yang dipahat pada bebatuan serta sistem pengairannya. Diperkirakan dibangun pada awal tahun 312 sebelum masehi, sebagai ibu kota dari Nabath. Situs ini tidak pernah diketemukan oleh dunia barat hingga 1812, ketika pengelana dari Swiss, Johann Ludwig Burckhardt menemukannya untuk pertama kalinya. Situs ini digambarkan

seperti "sebuah kota mawar merah yang antik" dalam salah satu puisi yang menang dalam lomba Newdigate Prize, karya dari John William Burgon.

Objek wisata alam yang sempat dikunjungi adalah Laut Mati, yaitu laut yang membelah dan menjadi perbatasan antara Israel dan Yordania. Disebut sebagai Laut Mati, karena dengan kandungan garamnya yang tinggi yang mencapai 33,7% (sekitar 8,6 kali lebih banyak dari kandungan garam di laut biasa), tidak ada makhluk hidup yang bisa hidup di dalamnya. Keunikan inilah yang membuat banyak benda akan terapung, termasuk tubuh manusia.

berkesempatan berkunjung ke makam Nabi Yûsya’ bin Nûn kemudian bertemu dengan penjaga makam

Saya

juga

(seorang syech) menceritakan tentang sosok nabi ini. Menurutnya, ia adalah salah seorang nabi yang memimpin Bani Israel memasuki tanah Palestina (Kana'an) dan menyerbu kota Yareho. Yûsya‘ bin Nûn mewarisi ajaran Taurat Musa ketika pertama kali tiba di "Tanah Yang di Janjikan". Ia

tersebut

mengatur penempatan kedua belas suku Israel setibanya di Kanʻân. Namanya tidak mengatur penempatan kedua belas suku Israel setibanya di Kanʻân. Namanya tidak