BAHAN (BOK): OBJEK MATERIA DAN OBJEK FORMA

8 BAHAN (BOK): OBJEK MATERIA DAN OBJEK FORMA

Berbagai pendekatan diperlukan untuk menemukan ruang sasaran atau objek.pemikiran ilmiah. Suatu pendekatan (pendaratan, approaching) menunjukkan titikpandang terpandang (Y, fenomena, unknown) dari sebuah sudutpandang pemandang (X, knower), alat yang digunakan untuk memandang- nya (Z, knowledge, teori), dan proses ( -------> knowing ), Gambar 22.

TITIK TERPANDANG (Y)

ALAT MEMANDANG (Z)

SUDUT PANDANG (X) ------------------------------->

Gambar 22 Pendekatan

Pendekatan awal Kybernologi bertolak dari sebuah dalil Filsafat Ilmu berbunyi credo et intelligam (percaya baru tau). Pendekatan ini disebut pendekatan metadisiplin, karena pada saat Y dipandang, alat memandang bukanlah pengetahuan (teori Kybernologi), karena Kybernologi pada saat itu secara formal belum ada, melainkan credo. Kalaupun pemandang X menggunakan alat Z, alat itu bukanlah Kybernologi, melainkan kompleks disiplin lain, misalnya Teologi, Filsafat, Fisika, Biologi, Demografi, Sosiologi, Politik, dan sebagainya. Kompleks inilah sumber bangunan Ontologi Kybernologi (Gambar 23).

Dengan pendekatan metadisiplin itu, terlihat hubungan pemerintahan (Gambar 23. Hubungan pemerintahan itu terdapat dalam setiap masyarakat. Dalam hubungan pemerintahan itu berlangsung interaksi antar subkultur masyarakat (Gambar 1).

ALLAH mencipta CIPTAAN<---------------------HUBUNGAN PEMERINTAHAN---------------------> MAKHLUK MANUSIA-->MEMBUMI

1 CIPTAAN | MANUSIA | PENDUDUK-->BERMASYARAKAT | 2 CIPTAAN | MANUSIA | PENDUDUK | WARGAMA- | SYARAKAT-->BERBANGSA | 3 CIPTAAN | MANUSIA | PENDUDUK

KUALITAS MASYARAKAT MANUSIA WARGABANGSA-->BERNEGARA

| 4 CIPTAAN | MANUSIA | PENDUDUK | MASYARAKAT | BANGSA | WARGANE- | GARA----->BERPEMERINTAHAN

5 CIPTAAN MANUSIA

7 PENDUDUK YANG DI- MASYARAKAT PERINTAH BANGSA konstituen NEGARA pelanggan<------------hubungan pemerintahan------------>PEMERINTAH konsumer (peran) korban 6 mangsa

Gambar 23 Ontologi Kybernologi dengan 7 Terminal

Dari interaksi itu terbentuk fenomena pemerintahan yang merupakan objek materia semua disiplin ilmu pengetahuan, dan common platform Ilmu-Ilmu Sosial. Selanjutnya lihat Gambar 24. Objek forma Kybernologi mulai terkuak tatkala pemandang mendaratkan pandangannya pada sudut manusia dengan HAM dan kebutuhan dasarnya, lingkungan dengan keberlanjutannya (Gambar 2). Objek forma semakin jelas manakala pengakuan, perlindungan, dan pemenuhan kebutuhan itu tidak diletakkan di ruang peran Ilmu Ekonomi (pasar bebas) tetapi pada peran Negara (Gambar 25).

ONTOLOGI | BASIC PLATFORM | metadisiplin |

------------------------|------------------------

| | | TITIKPANDANG | | fenomena pemerintahan (objek materia) | |

COMMON PLATFORM | | ILMUPENGETAHUAN | | KHUSUSNYA ILMU-ILMU SOSIAL (ALATPANDANG) | | | | | | | | SUDUTPANDANG (MANUSIA DAN LINGKUNGAN) | |

GOVERNANCE

| objek forma | | | | | | | | ANGGAPAN DASAR* | | rekonstruksi | | | | | | | | KYBERNOLOGI | | perbedaannya dengan ilmu-ilmu lain | | | |

------------------------|------------------------ | monodisiplin, dst

Gambar 24 Pendekatan Metasisiplin Mengantar Pemikiran Ke Arah Objek Materia dan Objek Forma Kybernologi

Rekonstruksi Ilmu Pemerintahan lama dan pembangunan BOK baru bernama Kybernologi berlangsung di bawah sejumlah anggapan dasar (Bab 1 Kybernologi 2003). Misalnya anggapan dasar berbunyi: “Pemerintahan Sejajar Dengan Proses Produksi Dengan Konsumsi,” atau “Jangan Beli Kucing Dalam Karung.” Setelah konsep-konsep ditemukan dan hubungan antar konsep direkonstruksi, terbentuklah BOK Kybernologi dalam wujud monodisiplin (Gambar 24). Kybernologipun mengembangkan dirinya melalui pendekatan-pendekatan lanjutan seperti di bawah ini (Gambar 26).

------------------------------------------------------------------------- | | | 7 |

| PENGORBANAN

| CIVIL SERVANT | | | | | | | | 4 5 6 9 | | ----INDI- ----- CIVIL-–----acting---------CIVIL- ------ | | | VIDU

RIGHTS action SERVICES | | | | | | | | | | | | | | 8 | | | | KESEMPATAN dan HARAPAN ( HOPE ) | | | | PELANGGAN UNTUK MENJADI KONSUMER, | | | | KORBAN dan MANGSA untuk SELAMAT | | | | | |

2 | | | 1 H UMAN

3 12 14 20 | MANU- ---- RIGHTS-----HUMAN PUBLIC PUBLIC

kontrol,-----| SIA

& INS- NEEDS

monev | TINCTS

POLICY ACTOR

| 16 | | | ----- PUBLIC---------IMPLE----------PUBLIC--- -- | | |

POLICY

SERVICES | | | | | | |

CHOICE MENTATION

| 10 | | 15 | ----MASYA- | | penggunaan oleh pelanggan | RAKAT | | HAK HIDUP KORBAN atau HAK MANGSA | | | | UNTUK MEMPERTAHANKAN DIRI | | | | KEPERCAYAAN ( TRUST ) terhadap PEMERINTAH | | | | PENGHARAPAN ( HOPE ) DI MASA DEPAN | | | | | | | --------------------------------------------- | | | 17 18 19

---- PRIVATE------ -- BARANG ---------MARKET

CHOICE

JASA ( SATISFACTION )

---> 7pembentukan civil service

--->14pembentukan public actor

--->12pembuatan kebijakan publik --->15pemberdayaan ( enabling, emp .*) --->13pengadaan public goods

--->17privatisasi vs statalisasi

*empowering

Gambar 25 Pemenuhan Kebutuhan Manusia Melalui Peran Negara Kebutuhan

Model c Gambar 26 menunjukkan pendekatan multidisiplin. Pendekatan ini digunakan untuk merekam dan mempelajari suatu masalah dari berbagai sudut yang berbeda guna menemukan objektivitas pengetahuan dan keseimbangan kebijakan. Model d digunakan oleh suatu disiplin dalam berinteraksi dengan disiplin lainnya yang berbeda dalam rangka mengembangkan diri agar tetap dalam paradigma normal science. Model ini adalah lanjutan model c. Interaksi itu berlangsung dalam bentuk saling meminjam konsep atau metode. Sudah barang tentu berdasarkan norma, kode etik, dan dengan teknik yang lazim di dunia akademik. Sebagai contoh adalah scientific movement berjudul reinventing government akhir abad yang lalu. Gerakan ini meminjam konsep entrepreneurship

X1---

eureka!

c ūriōsitās

?--------->X X--------->Y X2---|--->Y X<----->Y Z<---X<--->Y--->Z a b | d e

X3--- c

metadisiplin monodisiplin multidisiplin interdisiplin lintasdisiplin

? credo

X disiplin X disiplin X disiplin X disiplin

X disiplin Y masalah Y masalah Y disiplin Y disiplin Z hibrida

Gambar 26 Berbagai Pendekatan

dari ruang Ekonomi-Bisnis, sehingga di Indonesia banyak menimbulkan salah- faham: “Apa pemerintahan dijual-beli?” Model e adalah pengembangan dan lanjutan model d. Model e digunakan untuk memupuk kerjasama maupun kerjabersama antar disiplin secara sistematik. Dengan pendekatan itu, antara Ilmu Politik dengan Kybernologi, misalnya, muncul kajian hibridal bernama Politik Pemerintahan yang digunakan oleh IPDN sebagai nama salah satu fakultasnya. Pendekatan sentripetal dari luar ke dalam ruang Kybernologi itulah yang terlihat pada Pohon Kybernologi. Bab II Kybernologi Beberapa Konstruksi Utama, 2005) menunjukkan Pohon Kybernologi yang tertanam, berakar, tumbuh dan berbuah melalui berbagai pendekatan: metadisiplin, monodisiplin, multidisiplin, inter- disiplin, dan lintasdisiplin (transdisiplin). Kekuatan sentripetal melahirkan hibrida dari luar (Politik) ke dalam pemerintahan, misalnya Politik Pemerintahan. Baca juga Bab 35 Kybernologi, 2003.

Dalam perkembangan lebih lanjut, melalui pendekatan yang sama, antar disiplin misalnya Kybernologi dengan Ilmu Politik, didorong oleh kekuatan sentrifugal dari dalam Kybernologi, lahir hibrida sebaliknya, yaitu Kybernologi Politik. Kekuatan sentrifugal tersebut menggerakkan pengkajian lain ke arah berbagai disiplin di luar Kybernologi: Kybernologi Pertanian dengan Agro-Pemerintahan, Kybernologi Administrasi dengan Administrasi Pemerintahan, dan seterusnya. Perkembangan ini direkam dalam Kata Pengantar buku Menuju Ke Pemikiran Kybernologi Pertanian dan Agro-Pemerintahan (2009). Sebagian Kata Pengantar itu dikutip sebagai berikut.

Seri Kybernologi yang sekarang berada di tangan Pembaca berjudul Menuju Ke Pemikiran Kybernologi Pertanian dan Agro-Pemerintahan. Bab I sampai dengan bab V berisi dua hibrida bangunan rekonstruksi buah kajian dengan pendekatan lintasdisiplin antara Kybernologi dengan Agronomi atau Agronomics. Hibrida pertama disebut Kybernologi Pertanian dan hibrida kedua oleh Dr Ir A. H.

Rahadian, MSi dan Dr Ir Abdul Samad Melleng, MM, co-writers buku ini, diberi nama kajian Agro-Pemerintahan, dapat dibaca dalam Bab III, IV, dan V buku ini. Bab III dan Bab IV pernah dimuat dalam Bab VI dan VII Kybernologi dan Pengharapan (2009), Bab I terdapat dalam Bab IX Kybernologi Sebuah Metamorphosis (2008), sedangkan Bab II berasal dari Bab Bab IV Kybernologi Sebuah Rekonstruksi Ilmu Pemerintahan (2005). Kajian Agro-Pemerintahan adalah kajian tentang kebijakan pemerintahan dilihat dari sudut Agronomi (Agronomics) guna mengimbangi kajian tentang kebijakan pertanian dilihat dari sudut kepentingan politik dan birokrasi yang dalam kondisi sekarang sangat mendominasi pemerintahan. Bangunan rekonstruksi buah pendekatan lintasdisiplin lainnya terdapat di dalam Kybernologi Politik dan Kybernologi Administrasi (2009).

Penggunaan pendekatan lintasdisiplin didorong oleh dua kebutuhan. Pertama adalah kebutuhan akan sebuah metodologi yang mampu mengoordinasikan sisi aksiologi semua disiplin menjadi masukan ilmiah yang memiliki scientific power yang kuat dalam proses kebijakan publik yang memihak manusia, masyarakat, dan pelanggan. Nama Max Weber (1864-1920) disebut-sebut berkaitan dengan kebutuhan yang pertama beserta jawabannya. Hampir seratus tahun yang lalu kebutuhan kedua telah dirasakan oleh para pelopor Bestuurskunde, Regeerkunde dan Bestuurswetenschap (ref. Bab I GBPP Kybernologi dan Kepamongprajaan, 2009). Tentang hal ini, van Poelje dalam Pengantar Umum Ilmu Pemerintahan (1959) menyatakan:

. . . . . . bahwa berbagai ilmu pengetahuan yang bertalian dengan salah satu bagian dari penguasaan (beheer) perusahaan partikelir pada akhirnya bermuara pada suatu ajaran perusahaan umum (algemene bedrijfsleer) yang meliputi kesemuanya dan bahwa ajaran tentang penguasaan perusahaan- perusahaan partikelir ini setidak-tidaknya untuk sebagian merupakan syarat bagi adanya ilmu pengetahuan yang lebih tinggi daripadanya, ialah Ilmu Pemerintahan (Bestuurskunde, Bestuurswetenschap, dan Bestuurswetenschappen, TN).

Gambar 27 menunjukkan carakerja metodologi lintasdisiplin. Agronomi (Agronomics) dan Teknologi Civil mewakili berbagai disiplin yang sisi aksiologinya jadi masukan ke dalam proses kebijakan. Metodologi itu bekerja pada

9 terminal dan 9 rute. Dari terminal 1 Agronomi melalui rute 1 yaitu pendidikan (pengajaran), keilmuan (pengetahuan) di bidang pertanian (terminal 2) ditanamkan kepada peserta diklat. Dari terminal 2 melalui rute 2 pelatihan pertanian terbentuk profesi bidang pertanian (terminal 3). Dari terminal 3 melalui rute recruitment (rute 3), profesional pertanian diangkat menjadi pegawai Dinas Pertanian (terminal

4). Sebagai pegawai pemerintahan, PNS Dinas Pertanian wajib memahami proses kebijakan pemerintahan daerah sebagai dasar implementasi dan monev kebijakan pemerintahan daerah di bidang pertanian. Melalui rute 4 diklat profesional

9 -------------------------------KYBERNOLOGI------------------------------- | | (ILMU PEMERINTAHAN BARU) | | | | | | | 8 8 | | KEAHLIAN KEAHLIAN | | DI BIDANG----------GENERALIS----------DI BIDANG | | PEMERINTAHAN | PEMERINTAHAN | | | | | | | | | | | | 7 | 7 | | PROFESI KOMPONEN PROFESI | | BIDANG PE- --10---PENDIDIKAN---10-----BIDANG PE- | | MERINTAHAN DIPLOMA MERINTAHAN | | | | | | | | | | | | | --------------------- | | | 6 |

| 6 | AGRO- PEMERINTAHAN |

vooruitzien

| PEMERINTAHAN TEKNOLOGI PEMERINTAHAN DAERAH |

conducting

| DAERAH PEMERINTAHAN | | |

| 5 | turbulence-serving | 5 | | KEBIJAKAN | | KEBIJAKAN | |--------------BIDANG-----|---KEPAMONGPRAJAAN---|-----BIDANG--------------| | PERTANIAN | | PEKERJAAN UMUM | | | | Freies Ermessen | | | | | | gen&spec function* | | | | 4 |

| 4 | KYBERNOLOGI PNS DINAS | responsibility

omnipresence

| PNS DINAS KYBERNOLOGI PERTANIAN PERTANIAN | magnanimous-thinking | PEK.UMUM PEK.UMUM | | |

statesmanship

| | --------------------- | | | | | | | | 3 | 3 | | PROFESI KOMPONEN DIKLAT PROFESI | | BIDANG----11------PROFSIONAL----11----BIDANG | | PERTANIAN KEPAMONGPRAJAAN PEK. UMUM | | | | | | | | | | | | 2 | 2 | | KEAHLIAN | KEAHLIAN | | DI BIDANG----------SPESIALIS----------DI BIDANG | | PERTANIAN PEK. UMUM | | | | | | | | | | 1 1 |

-------------AGRONOMI TEKNOLOGI-------------

AGRONOMICS

CIVIL

gen&spec function, generalist & specialist function

Gambar 27 Metodologi Lintasdisiplin Gambar 27 Metodologi Lintasdisiplin

Oleh setiap orang yang berdiri di terminal 5 dan memandang sekeliling, terlihat bahwa pertanian, profesi pertanian, pegawai Dinas Pertanian, dan sebagainya, hanya sebuah matarantai antar berbagai matarantai pemerintahan lainnya. Satu dengan yang lain berhubungan interdependen. Kinerja yang satu ditentukan oleh dan atau bergantung pada kinerja yang lain. Sementara itu lingkungan berubah dan masa depan tidak menentu. Konstruksi pemikiran tersebut berakhir pada pertanyaan, apakah pemerintahan itu? Apakah nilai-nilai dasar pemerintahan? Pertanyaan pertama dijawab dengan definisi: Pemerintahan adalah proses

interaksi antar subkultur ekonomi (SKE), subkultur kekuasaan (SKK), dan subkultur sosial (SKS dengan dua kualitasnya yaitu sebagai konstituen dan sebagai pelanggan), di dalam masyarakat, dalam upaya mengejar kebahagiaan rohani dan jasmani yang sebesar-besarnya tanpa merugikan

orang lain secara tidak sah). Definisi tersebut adalah kombinasi Teori Governance dengan ide yang terkandung dalam definisi Regeerkunde menurut van

de Spiegel. Dari definisi itulah Kybernologi yang dalam Gambar 27 terletak pada terminal 9, bermula. Melalui sistem pendidikan akademik (rute 9), keahlian di bidang pemerintahan ditanamkan di dalam diri pesertadidik (terminal 8), dan selanjutnya melalui pendidikan diploma (rute 7) dibentuk profesi pemerintahan (terminal 7). Antara terminal 7 dengan terminal 5, yaitu pada terminal 6, timbul pertanyaan kedua, yang dijawab dengan definisi: Sistem nilai dasar

pemerintahan adalah Kepamongprajaan. Oleh sebab itu, isi the governance

competence building workshop adalah Kepamongprajaan itu (ref Garis-Garis Besar Program Pembelajaran Kybernologi dan Kepamongprajaan, 2009).

Kedua adalah penggunaan pendekatan lintasbudaya dengan menggunakan sebuah teknik pemahaman kualitatif antar budaya yang berbeda yang lazim disebut triangulasi, guna menemukan bukan hanya pengertian tetapi lebih daripada itu, saling-pengertian antar budaya yang berbeda itu, bertolak dari serenity, melalui jembatan yang disebut empathy. Pengertian yang dicapai melalui jembatan itu disebut Verstehen (empathic understanding), seperti termuat dalam Bab 14 Kybernologi Beberapa Konstruksi Utama (2005) dan dalam Bab V Kybernologi Politik dan Kybernologi Administrasi (2009). Demikian pentingnya Verstehen dalam metodologi sehingga konsep itu ianggap sebagai puncak bahan bangunan Kybernologi.