Perjanjian Transaksi Derivatif

b. Perjanjian Transaksi Derivatif

Telkomsel rentan terhadap risiko pasar, terutama terhadap pergerakan kurs valuta asing, dan oleh karena itu instrumen derivatif digunakan untuk keperluan lindung nilai terhadap risiko tersebut. Meskipun demikian, transaksi derivatif Telkomsel selama tahun 2005 dan 2004 tidak ada yang memenuhi kriteria akuntansi lindung nilai yang diatur dalam PSAK 55 untuk dapat diperlakukan sebagai lindung nilai. Oleh karena itu, perubahan nilai wajar instrumen keuangan derivatif diakui dalam laporan laba rugi konsolidasian.

Telkomsel membeli peralatan dari beberapa pemasok luar negeri sehingga rentan terhadap pergerakan kurs valuta asing. Pada tahun 2005 dan 2004, Telkomsel mengadakan kontrak forward kurs valuta asing dengan Deutsche Bank, Standard Chartered Bank, The Hongkong and Shanghai Banking Corporation dan Citibank Jakarta untuk melindungi perusahaan dari risiko kurs valuta asing yang terkait dengan pembelian. Tujuan utama kegiatan lindung nilai atas kurs valuta asing yang dilakukan Telkomsel adalah untuk melindungi perusahaan dari volatilitas pergerakan kurs valuta asing sehubungan dengan pembelian peralatan dan aktiva lainnya dalam valuta asing berkaitan dengan aktivitas bisnis normalnya.

Tabel berikut menyajikan nilai kontrak forward kurs valuta asing yang dimiliki Telkomsel pada tahun 2005 dan 2004:

2005 2004 (dalam jutaan) (dalam jutaan)

Citibank - Dolar Amerika Serikat

30 25 The Hongkong and Shanghai Banking Corporation - Euro

30 - Deutsche Bank - Dolar Amerika Serikat

15 Standard Chartered Bank - Euro

Pada tanggal 31 Desember 2004, seluruh kontrak forward kurs valuta asing dengan Standard Chartered Bank dan Citibank telah berakhir sedangkan kontrak dengan Deutsche Bank yang masih berjalan berjumlah US$5 juta.

Piutang yang mencerminkan laba dari selisih antara kurs kontrak dengan kurs yang berlaku pada tanggal 31 Desember 2004 sebesar Rp1.020 juta disajikan dalam “Piutang lain-lain” dalam neraca konsolidasian.

Pada tanggal 31 Desember 2005, seluruh kontrak forward kurs valuta asing telah berakhir.

49. IKATAN (lanjutan)

c. Perjanjian Pinjaman dan Fasilitas Kredit Lainnya

(i) Telkomsel memiliki fasilitas gabungan dari Standard Chartered Bank, Jakarta sebesar US$20 juta yang meliputi fasilitas L/C impor, garansi bank, standby L/C dan fasilitas kurs valuta asing, yang akan jatuh tempo pada bulan Desember 2006. Pinjaman tersebut dikenakan tingkat bunga sebesar SIBOR ditambah 2% per tahun untuk pinjaman dalam Dolar Amerika Serikat, tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia berjangka waktu tiga bulan ditambah 2% per tahun untuk pinjaman dalam Rupiah, dan biaya dana Bank ditambah 2% per tahun untuk pinjaman dalam mata uang lainnya. Berkaitan dengan fasilitas ini, Telkomsel memiliki saldo hutang garansi bank sebesar Rp150 milyar (US$15,3 juta) pada tanggal 31 Desember 2005. Pada tanggal 31 Desember 2005 dan 2004, tidak ada saldo pinjaman yang terhutang berkaitan dengan fasilitas ini.

(ii) Telkomsel memiliki fasilitas dari Citibank N.A., Jakarta sebesar US$40 juta untuk L/C dan Pinjaman Trust Receipt yang akan berakhir pada tanggal 31 Juli 2006. Pinjaman yang berkaitan dengan fasilitas ini dikenakan tingkat bunga sebesar 2% per tahun diatas biaya dana Bank. Pada tanggal 31 Desember 2005 dan 2004, tidak ada saldo pinjaman yang terhutang berkaitan dengan fasilitas ini.

(iii) Telkomsel tidak menjaminkan aktivanya untuk pinjaman bank atau fasilitas kredit lainnya. Persyaratan dari berbagai pinjaman antara Telkomsel dengan krediturnya dan penyedia dana mengharuskan ketaatan terhadap sejumlah jaminan dan larangan termasuk persyaratan keuangan dan lainnya diantaranya pembatasan atas jumlah dividen dan bentuk distribusi laba lainnya yang dapat berdampak buruk pada kemampuan Telkomsel untuk memenuhi persyaratan dari perjanjian. Persyaratan dari perjanjian yang relevan juga meliputi klausul gagal bayar dan gagal bayar silang. Manajemen berpendapat tidak ada pelanggaran terhadap persyaratan perjanjian dan tidak melihat akan terjadi pelanggaran di masa depan.

(iv) Pada bulan Oktober 2005, Graha Sarana Duta menandatangani perjanjian pinjaman dengan Bank Niaga, Bandung, untuk fasilitas pinjaman jangka pendek sebesar Rp12 milyar, yang akan jatuh tempo pada tanggal 18 Oktober 2006. Pinjaman ini dikenakan tingkat bunga sebesar 14,5% per tahun. Pada tanggal 31 Desember 2005, tidak ada saldo pinjaman yang terhutang berkaitan dengan fasilitas ini.

Dokumen yang terkait

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERN DALAM PROSES PEMBERIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) (StudiKasusPada PT. Bank Rakyat Indonesia Unit Oro-Oro Dowo Malang)

160 705 25

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

STRATEGI PUBLIC RELATIONS DALAM MENANGANI KELUHAN PELANGGAN SPEEDY ( Studi Pada Public Relations PT Telkom Madiun)

32 284 52

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22

Hubungan antara Kondisi Psikologis dengan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Kelas IX Kelompok Belajar Paket B Rukun Sentosa Kabupaten Lamongan Tahun Pelajaran 2012-2013

12 269 5

Analisis pengaruh modal inti, dana pihak ketiga (DPK), suku bunga SBI, nilai tukar rupiah (KURS) dan infalnsi terhadap pembiayaan yang disalurkan : studi kasus Bank Muamalat Indonesia

5 112 147

Dinamika Perjuangan Pelajar Islam Indonesia di Era Orde Baru

6 75 103

Perspektif hukum Islam terhadap konsep kewarganegaraan Indonesia dalam UU No.12 tahun 2006

13 113 111

Pengaruh Kerjasama Pertanahan dan keamanan Amerika Serikat-Indonesia Melalui Indonesia-U.S. Security Dialogue (IUSSD) Terhadap Peningkatan Kapabilitas Tentara Nasional Indonesia (TNI)

2 68 157