Peralatan Pengasapan

C. Peralatan Pengasapan

Peralatan paling spesifik yang digunakan dalam pengasapan adalah tempat pengasapan atau mesin/alat pengasapan. Peralatan pengasapan yang dipergunakan dapat dikategorikan dalam 2 kelompok yaitu peralatan pengasapan tradisional dan peralatan pengasap modern.

(1) Peralatan Pengasapan Tradisional Peralatan pengasapan yang ada dan berkembang di Indonesia adalah pengasapan tradisional, di antaranya: (a) Gubug Pengasapan

Ukuran gubug tempat pengasapan ini biasanya adalah 10x5 m. Pengasapan ikan dilakukan di dalam gubug ini. Ikan diserakkan di atas para-para. Sumber asap berasal dari kayu jenis tertentu, seperti kayu seru, tempurung/sabut kelapa,dan lain-lain yang dibakar di dasar lantai, gubug tempat pengasapan ini banyak digunakan oleh nelayan.

Gambar 4.2. Gubug Pengasapan

(b) Drum Pengasapan Drum bekas yang bersih dilengkapi dengan cantelan atau kaitan untuk menaruh ikan, potongan bambu atau kawat sebagai penggantung ikan yang akan diasapi. Di atas drum ini diberi tutup, sekaligus sebagai pengatur ketebalan asap, atau bagian bawah drum itu dijadikan tungku. Kapasitas alat pengasap ini sangat terbatas dan kurang efisien untuk pengasapan ikan dalam jumlah besar.

Gambar 4.3. Drum Pengasapan (c) Rumah Pengasapan Alat ini diciptakan dan diperkenalkan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan. Konstruksi alat ini terdiri dari tiga bagian susunan terpisah yaitu: ruang pengasapan, tumpukan rak dan tutup di bagian atasnya. Ukuran 1,5x1,5 m dan tingginya tergantung dari tumpukan rak yang digunakan. Dinding ruang pengasapan dari seng dengan bingkai kayu, tinggi dapur satu meter. Sebagai tempat perapian digunakan drum yang diletakkan dalam ruang pengasapan yang dilengkapi dengan lubang yang menghadap ke atas untuk keluarnya panas dan asap. Rak untuk meletakkan ikan terbuat dari bingkai kayu, beralas krei bambu. Tutup rumah asap berbentuk atap rumah, terbuat dari seng dengan bingkai kayu. Hasil percobaan dengan alat ini menunjukkan bahwa untuk mengasapi 250 kg ikan dengan rendemen produk akhir sekitar

30 persen dibutuhkan waktu ± 18 jam dengan konsumsi kayu bakar sekitar 2 kg/jam.

Gambar 4.4 Rumah Pengasapan Menurut Amril (2007), teknik yang digunakan sebagai pengusaha ikan asap di Bogor pada proses pengasapan saat ini boleh dibilang cukup efisien. Pasalnya, hanya dalam waktu 4 jam, ikan asap sudah matang dan siap untuk dikemas. Padahal para pengolah ikan asap di Sumatera rata-rata membutuhkan waktu tidak kurang dari 30 jam untuk proses pengasapan. (d) Lemari Asap

Dengan menggunakan tempat pengasapan berbentuk lemari yang dapat ditutup rapat, panas dan asap kayu dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Ikan digantungkan pada palang-palang kayu atau besi diletakkan pada rak dalam lemari. Sumber panas dan asapnya terdapat di bagian bawah, sehingga panas dan asap yang terbentuk dapat langsung atau melewati terowongan asap masuk ke dalam ruangan asap. Di bagian atas lemari diberi saluran untuk pengeluaran asap.

Gambar 4.5 Lemari asap

Alat ini mudah dioperasikan, waktu yang digunakan dalam setiap pemrosesan lebih cepat (10-15 menit) dibandingkan dengan alat tradisional (3-6 jam), kapasitas alat

25 kg/proses, hasil ikan asapnya lebih nikmat karena adanya tambahan rempah-rempah, ikan asap tahan 3-5 hari jika ditambahkan asap cair, dan produk ikan asap lebih higienis karena tidak terkotori oleh lalat dan debu. Alat ini tahan karat sehingga akan meningkatkan produktivitas dan pendapatan pengasap ikan (Sukoyo, dkk, 2010). (2) Peralatan Pengasapan Modern (a) Peralatan Pengasapan Listrik

Dalam ruang pengasapan listrik dipasang sepasang kabel yang dialiri listrik dengan arus listrik langsung (direct current) atau tak langsung (indirect current) dengan tegangan tinggi (10-20 ribu volt) yang menyebabkan pancaran gelombang elektromagnetik berbentuk korona.

Di dasar ruang asap, kayu/ serbuk gergaji dibakar seperti biasa. Asap yang terbentuk akan dialiri dengan listrik bermuatan positif dan negatif oleh pancaran elektromagnetik berbentuk korona.

Ikan digantung pada kabel listrik yang melintas di ruang pengasap dengan menggunakan kawat logam, dan ikan-ikan tersebut berperan sebagai elektroda positif(+) dan negatif (-) sehingga asap yang bermuatan listrik positif(+) mengalir ke arah ikan yang bermuatan negatif (-) dan sebaliknya asap yang merbuatan negatif(-) mengalir ke arah ikan yang berperan sebagai elektroda positif.

Gambar 4.6 Pengasapan Listrik Apabila digunakan arus listrik langsung (direct current), tegangan listrik dapat dinaikkan dengan neontransformer. Untuk pengasapan ikan kecil-kecil, sebagai elektrodanya dapat digunakan jarring kawat logam. Sedangkan untuk proses yang berjalan berkelanjutan digunakan ban berjalan. (b) Pengasap Mekanik

Di beberapa negara maju telah dikembangkan berbagai unit pengasapan mekanik, dalam usaha untuk memperbaiki proses pengasapan. Dalam unit pengasapan mekanis dibuat perapian khusus (smoke generator) di luar ruang asap. Asap dialirkan ke dalam ruang asap melalui pipa. Suhu pengasapan Di beberapa negara maju telah dikembangkan berbagai unit pengasapan mekanik, dalam usaha untuk memperbaiki proses pengasapan. Dalam unit pengasapan mekanis dibuat perapian khusus (smoke generator) di luar ruang asap. Asap dialirkan ke dalam ruang asap melalui pipa. Suhu pengasapan

1. Mecanical kiln for smoked fish , yang dikembangkan di Jepang

2. Hot smoking kiln yang digunakan di CIS