ANALISIS KELAYAKAN USAHA DAN STRATEGI PENGEMBANGAN SENTRA INDUSTRI KONVEKSI DI DESA TAMBAKBOYO KECAMATAN PEDAN KABUPATEN KLATEN

(1)

ANALISIS KELAYAKAN USAHA DAN STRATEGI

PENGEMBANGAN SENTRA INDUSTRI KONVEKSI DI

DESA TAMBAKBOYO KECAMATAN PEDAN

KABUPATEN KLATEN

SKRIPSI

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi pada Universitas Negeri Semarang

Oleh : Sinung Waluyanto

NIM. 7450406042

JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2011


(2)

ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke sidang panitia ujian skripsi pada :

Hari :

Tanggal :

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Dr. Rusdarti, M.Si Drs. S.T. Sunarto, M.S NIP. 195904211984032001 NIP. 194712061975011001

Mengetahui,

Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan

Dr. Hj. Sucihatiningsih DWP, M.Si NIP. 196812091997022001


(3)

PENGESAHAN KELULUSAN

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang pada :

Hari : Tanggal :

Penguji Skripsi

Dra. Y. Titik Haryati, M.si NIP.195206221976122001

Anggota I Anggota II

Prof. Dr. Rusdarti, M.Si Drs. S.T. Sunarto, M.S NIP. 195904211984032001 NIP. 194712061975011001

Mengetahui : Dekan,

Drs. S. Martono, M.Si NIP. 196603081989011001


(4)

iv

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa yang tertulis didalam skripsi ini benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah. Apabila di kemudian hari terbukti skripsi ini adalah hasil jiplakan dari karya tulis orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Semarang, September 2011

Sinung Waluyanto NIM. 7450406042


(5)

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

 “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya…” (QS. Al Baqarah {2} 286)

Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, maka apabila kamu telah selesai dengan urusan, kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan yang lain, dan hanya Tuhan-Mu lah hendaknya kamu berharap”(QS. Al Insyirah:6-8)

PERSEMBAHAN:

Dengan mengucap rasa syukur kepada Allah SWT, atas segala karunia-Nya skripsi ini kupersembahkan kepada:

 Ibu dan Ayah tercinta.  Saudara-saudaraku tercinta.  Guru dan Dosenku.


(6)

vi

PRAKATA

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul ”Analisis Kelayakan Usaha dan Strategi Pengembangan Sentra Industri Konveksi Di Desa Tambakboyo Kecamatan Pedan Kabupaten Klaten”.

Skripsi ini disusun untuk menyelesaikan Studi Strata 1 (satu) guna meraih gelar Sarjana Ekonomi. Penulis menyampaikan rasa terima kasih atas segala bantuan dan dukungan yang telah diberikan kepada:

1. Prof. Dr. Sudijono Sastroatmodjo, M.Si, Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menimba ilmu dengan segala kebijakannya .

2. Drs. S. Martono, M.Si, Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang yang dengan kebijaksanaanya memberikan kesempatan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi dan studi yang baik

3. Dr. Hj. Sucihatiningsih DWP, M.Si, Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk menyusun skripsi.

4. Prof. Dr. Rusdarti, M.Si, Dosen Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan saran selama penyusunan skripsi.

5. Drs. S.T. Sunarto, M.S, Dosen Pembimbing II yang telah membimbing dan memberikan masukan-masukan selama penyusunan skripsi.


(7)

6. Kepala Disperindagkop & UMKM Kabupaten Klaten dan kepala bagian industri kecil, beserta staf dan karyawan yang telah memberikan informasi dan data yang dibutuhkan penulis dalam penyusunan skripsi ini.

7. Kakakku (Priyanto, Setiyawan, Suryanti dan Setiyarto), atas doa dan motivasi dalam penyelesaian skripsi

8. Teman-temanku seperjuangan EP’06, kakak dan adik kelas, terima kasih atas bantuan kalian selama ini.

9. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Saya menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, jika ada kritik dan saran yang bersifat membangun demi lebih sempurnanya skripsi ini dapat diterima dengan senang hati. Akhir kata, semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca dan semua pihak yang telah membantu.

Semarang, September 2011

Sinung Waluyanto


(8)

viii

SARI

Sinung Waluyanto. 2011. “Analisis Kelayakan Usaha dan Strategi Pengembangan Sentra Industri Konveksi di Desa Tambakboyo Kecamatan Pedan Kabupaten Klaten”, Skripsi. Jurusan Ekonomi Pembangunan. Fakultas Ekonomi. Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I Prof. Dr. Rusdarti, M.Si Pembimbing II Drs. ST. Sunarto, M.S.

Kata Kunci: Kelayakan Usaha, Strategi Pengembangan dan Industri Konveksi Industri konveksi di Desa Tambakboyo merupakan salah satu sentra dari industri konveksi di Kabupaten Klaten. Industri konveksi di Desa Tambakboyo nilai investasi dan nilai produksi yang naik turun menjadi masalah yang utama dalam penelitian ini. Selain itu yang mengakibatkan naik turunnya nilai investasi dan nilai produksi diakibatkan industri konveksi mengalami permasalahan mengenai permodalan, pemasaran, teknologi, akses informasi, dan sebagainya. Adanya permasalahan tersebut, industri konveksi di Desa Tambakboyo dapat mengalami kegagalan bahkan kebangkrutan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kelayakan usaha dan strategi pengembangan industri konveksi di Desa Tambakboyo Kecamatan Pedan Kabupaten Klaten.

Populasi penelitian ini adalah semua unit-unit usaha industri konveksi di Desa Tambakboyo berjumlah 63 unit usaha yang disebut dengan penelitian populasi. Variable penelitian adalah profil industri konveksi, kelayakan usaha dan strategi pengembangan industri konveksi di Desa Tambakboyo. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode dokumentasi, angket dan interview. Metode analisis deskriptif, kuantitatif dan kualitatif dengan alat analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif, analisis kelayakan usaha dan analisis SWOT.

Berdasarkan hasil analisis kelayakan usaha industri konveksi di Desa Tambakboyo menunjukkan kelompok industri Rumah Tangga nilai NPV sebesar Rp37,634,077.10, BCR sebesar 1,16 dan IRR sebesar 37% dan kelompok industri kecil NPV sebesar Rp88,446,732.08, BCR sebesar 1,15. dan IRR sebesar 37%. Berdasarkan hasil analisis SWOT usaha industri konveksi mempunyai keunggulan dalam produktivitas dan SDM, dan kelemahan dalam hal kurangnya promosi produk sehingga pemasaran kurang maksimal. Industri konveksi Desa Tambakboyo memiliki peluang pasar yang cukup tinggi dan perhatian yang baik pemerintah dan ancaman dalam hal persaingan dengan industri konveksi wilayah lain. Kesimpulan yang dapat ditarik adalah usaha indutri konveksi di Desa Tambakboyo masih layak dilakukan.

Saran yang dapat diberikan adalah bagi industri konveksi di Desa Tambakboyo harga produk diturunkan tanpa mengurangi kualitas produk agar mampu bersaing dengan industri konveksi daerah lain yang lebih murah dengan cara mencari alternatif bahan baku dan memperbanyak desain. Promosi produk industri konveksi di Desa Tambakboyo masih perlu ditingkatkan agar pasar dapat diperluas dan semakin banyak konsumen yang tertarik dengan cara memperluas media cetak maupun elektronik. Pemerintah harus tetap memberi dukungan bagi industri konveksi di Desa Tambakboyo agar dapat terus berjalan dan lebih berkembang dengan cara pemberian modal, peralatan dan pelatihan.


(9)

DAFTAR ISI

Hal.

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN KELULUSAN ... iii

PERNYATAAN... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

PRAKATA ... vi

SARI ... viii

DAFTAR ISI... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 10

1.3 Tujuan Penelitian ... 11

1.4 Manfaat Penelitian ... 11

BAB 2 LANDASAN TEORI ... 12

2.1 Pembangunan ... 12

2.2 Industri ... 14

2.2.1 Industri Kecil ... 16

2.2.2 Industri Konveksi ... 17

2.3 Studi Kelayakan ... 18

2.4 Strategi Pengembangan ... 22

2.5 Penelitian Terdahulu ... 25

2.6 Kerangka Berpikir ... 27

2.6.1 Net Present Value ... 28

2.6.2 Internal Rate of Return ... 29

2.6.3 Benefit Cost ratio ... 30

2.6.4 SWOT ... 30

BAB 3 METODE PENELITIAN ... 31 ix


(10)

x

3.1 Populasi Penelitian ... 31

3.2 Variabel Penelitian ... 31

3.2.1 Profil Usaha Industri Konveksi ... 31

3.2.2 Kelayakan Usaha Industri ... 32

3.2.3 Strategi Pengembangan ... 32

3.3 Metode Pengumpulan Data ... 33

3.3.1 Metode Dokumentasi ... 33

3.3.2 Metode Kuesioner atau Angket ... 33

3.4 Metode Analisis Data ... 34

3.4.1 Analisis Diskriptif ... 34

3.4.2 Analisis Kelayakan Finansial ... 34

3.4.3 Analisis SWOT ... 36

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 41

4.1 Hasil Penelitian ... 41

4.1.1 Profil Industri Konveksi Desa Tambakboyo ... 41

4.1.2 Analisis Kelayakan Usaha ... 69

a. Perhitungan Net Present Value ... 69

b. Perhitungan Benefit Cost Ratio ... 71

c. Perhitungan Internal Rate of Return ... 73

4.1.3 Analisis SWOT ... 76

a. Identifikasi Faktor-Faktor Strategi Internal dan Eksternal ... 77

b. Matriks SWOT ... 83

4.2 Pembahasan... 87

4.2.1 Analisis Kelayakan Usaha ... 87

4.2.2 Analisis SWOT ... 88

BAB 5 PENUTUP ... 90

5.1 Simpulan ... 90

5.2 Saran ... 93

DAFTAR PUSTAKA ... 94

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 96


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel Hal.

1.1 Perusahaan Industri dan Tenaga Kerja Menurut Kelompok Usaha di

Kabupaten Klaten Tahun 2008 ... 3

1.2 Sentra Industri Konveksi di Kabupaten Klaten Tahun 2008 ... 5

1.3 Perkembangan Sentra Industri Konveksi di Desa Tambakboyo Kecamatan Pedan Kabupaten Klaten Tahun 2006-2008 ... 7

3.1 Matriks SWOT ... 38

4.1 Tahun Berdiri dan Lama Usaha Industri Konveksi Kelompok Industri Rumah Tangga ... 42

4.2 Tahun Berdiri dan Lama Usaha Industri Konveksi Kelompok Industri Rumah Tangga ... 43

4.3 Jenis Industri Konveksi di Desa Tambakboyo ... 44

4.4 Status Kepemilikan Izin Usaha Industri Konveksi Desa Tambakboyo .... 46

4.5 Modal Usaha Industri Konveksi di Desa Tambakboyo ... 48

4.6 Tenaga Kerja Industri Konveksi Desa Tambakboyo Menurut Jenis Kelamin ... 50

4.7 Tenaga Kerja Industri Konveksi Desa Tambakboyo Menurut Usia ... 52

4.8 Tenaga Kerja Industri Konveksi Desa Tambakboyo Menurut Tingkat Pendidikan... 54

4.9 Status Tenaga Kerja Tetap Industri Konveksi Desa Tambakboyo ... 56

4.10 Asal Tenaga Kerja Industri Konveksi Desa Tambakboyo ... 58

4.11 Rincan Upah Pekerja Industri Konveksi Desa Tambakboyo ... 60

4.12 Rata-Rata Produktivitas Tenaga Kerja Konveksi ... 61

4.13 Jenis Produksi Kelompok Industri Rumah Tangga ... 62

4.14 Jenis Produksi Industri Konveksi Kelompok Industri Kecil... 63

4.15 Hasil Produksi Industri Konveksi Desa Tambakboyo ... 64

4.16 Daerah Pemasaran Produk Industri Konveksi Desa Tambakboyo ... 66 xi


(12)

xii

4.17 Rata-rata Pendapatan dan Biaya Industri Konveksi Kelompok Industri

RT Desa Tambakboyo ... 68

4.18 Rata-rata Pendapatan dan Biaya Industri Konveksi Kelompok Industri Kecil Desa Tambakboyo ... 69

4.19 Perhitungan Net Present Value Kelompok Industri RT ... 70

4.20 Perhitungan Net Present Value Kelompok Industri Kecil ... 70

4.21 Perhitungan Benefit Cost Ratio Kelompok Industri Rumah Tangga ... 71

4.22 Perhitungan Benefit Cost Ratio Kelompok Industri Kecil ... 72

4.23 Perhitungan Internal Rate of Return Kelompok Industri RT... 74

4.24 Perhitungan Internal Rate of Return Kelompok Industri Kecil ... 74

4.25 Faktor Strategi Internal Kelompok Industri RT ... 77

4.26 Faktor Strategi Internal Kelompok Industri Kecil ... 78

4.27 Faktor Strategi Eksternal Kelompok Industri RT ... 79

4.28 Faktor Strategi Eksternal Kelompok Industri Kecil... 80

4.29 Matrik eksternal-internal ... 82

4.30 Penentuan Strategi ... 84


(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Hal.

1.1 Unit Industri dan Tenaga Kerja ... 8

1.2 Nilai Produksi Industri Konveksi Desa Tambakboyo ... 9

2.1 Kerangka Pemikiran Penelitian ... 28

4.1 Jenis Industri Konveksi di Desa Tambakboyo ... 45

4.2 Status Kepemilikan Izin Usaha Industri Konveksi Desa Tambakboyo.... 47

4.3 Modal Usaha Industri Konveksi di Desa Tambakboyo (dalam jutaan) ... 49

4.4 Tenaga Kerja Industri Konveksi Desa Tambakboyo Menurut Jenis Kelamin ... 52

4.5 Tenaga Kerja Industri Konveksi Desa Tambakboyo Menurut Usia ... 53

4.6 Tenaga Kerja Industri Konveksi Desa Tambakboyo Menurut Tingkat Pendidikan... 55

4.7 Status Tenaga Kerja Tetap Industri Konveksi Desa Tambakboyo ... 57

4.8 Asal Tenaga Kerja Industri Konveksi Desa Tambakboyo ... 59

4.9 Hasil Produksi Industri Konveksi Desa Tambakboyo ... 64

4.10 Daerah Pemasaran Produk Industri Konveksi Desa Tambakboyo ... 67


(14)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Hal.

1 Angket Penelitian ... 97

2 Jumlah Tenaga Kerja Industri Konveksi ... 105

3 Pendapatan dan Biaya Industri Rumah Tangga Tahun 2007 ... 107

4 Pendapatan dan Biaya Industri Rumah Tangga Tahun 2008 ... 108

5 Pendapatan dan Biaya Industri Rumah Tangga Tahun 2009 ... 109

6 Pendapatan dan Biaya Industri Rumah Tangga Tahun 2010 ... 110

7 Pendapatan dan Biaya Industri Kecil Tahun 2007 ... 111

8 Pendapatan dan Biaya Industri Kecil Tahun 2008 ... 112

9 Pendapatan dan Biaya Industri Kecil Tahun 2009 ... 113

10 Pendapatan dan Biaya Industri Kecil Tahun 2010 ... 114

11 Rata-Rata Pendapatan dan Biaya Industri Rumah Tangga ... 115

12 Rata-Rata Pendapatan dan Biaya Industri Kecil ... 116

13 Analisis Finansial Industri Rumah Tangga ... 117

14 Analisis Finansial Industri Kecil ... 118

15 SWOT Strategi Internal Industri Rumah Tangga ... 119

16 SWOT Strategi Eksternal Industri Rumah Tangga ... 120

17 SWOT Strategi Internal Industri Kecil ... 121

18 SWOT Strategi Eksternal Industri Kecil ... 122

19 Profil Industri Konveksi Desa Tambakboyo ... 123

21 Produksi Industri Rumah Tangga Konveksi... 125

22 Produksi Industri Kecil Konveksi ... 126

23 Permohonan Ijin Observasi ... 127

24 Permohonan Ijin Penelitian ... 128

25 Permohonan Ijin Penelitian dari BAPPEDA ... 129


(15)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Sektor industri merupakan salah satu komponen utama pembangunan ekonomi yang mampu memberikan kontribusi keluaran yang besar dalam perekonomian nasional. Sektor ini juga memberikan kontribusi yang besar dalam penyerapan tenaga kerja. Begitu pula dengan perekonomian di Kabupaten Klaten.

Industri di Kabupaten Klaten dapat dibagi menjadi Industri Logam Mesin Kimia dan Aneka (ILMKA) serta Industri Hasil Pertanian dan Kehutanan (IHPK). Dari data Klaten Dalam Angka tahun 2008 dan Data Sentra Industri Kabupaten Klaten tahun 2008, tercantum jumlah perusahaan ILMKA sebanyak 33.347 perusahaan. Kondisi ini mengalami kenaikan sebesar 0.45 persen dibandingkan tahun 2007.

Untuk jumlah tenaga kerja yang diserap sebesar 148.978 orang, mengalami kenaikan sebesar 0,91 persen dari tahun 2007. Nilai produksi tahun 2008 mengalami peningkatan sebesar 18,80 persen dari tahun 2007. Hal ini menunjukkan bahwa pada sektor industri ini mampu menyerap tenaga kerja yang cukup besar dan mampu menopang dalam pembangunan di Kabupaten Klaten.


(16)

2

Nilai produksi yang di sumbangkan dari sektor industri ini sebesar 5.636.923.046 pada tahun 2008. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan 18,80 persen yang sebelumnya sebesarr 4.744.952.192 pada tahun 2007. Dan sumbangan terbesar dari sektor industri adalah pada sektor industri kecil Industri Logam Mesin Kimia dan Aneka (ILMKA) yaitu sebesar 2.731.794,2 atau sebesar 42,08% dari jumlah keseluruhan di sektor industri. Industri yang lain yaitu industri kecil pada Industri Hasil Pertanian dan Kehutanan (IHPK) sebesar 1.742.284.800 atau 30,91%, industri besar dan menengah ILMKA sebesar 739.475.036 atau 13,11% dan yang terakhir adalah industri besar menengah hasil pertanian dan kehutanan sebesar 783.368.950 atau 13,9%.

Perkembangan industri di Kabupaten Klaten secara tahun ke tahun menunjukkan peningkatan. Baik dilihat dari jumlah usaha, tenaga kerja, investasi maupun nilai produksi. Peningkatan tersebut menunjukkan hal yang positif bagi perkembangan industri di Kabupaten Klaten. Dan nantinya juga akan meningkatkan pembangunan di kabupaten Klaten itu sendiri. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut yang menunjukkan jumlah industri dan tenaga kerja menurut kelompak usahanya:


(17)

Tabel 1.1

Perusahaan Industri Dan Tenaga Kerja Menurut Kelompok Usaha Di Kabupaten Klaten Tahun 2008

No Kelompok Industri Jumlah Unit

Jumlah

Tenaga Kerja Investasi Nilai Produksi 1 Industri

Besar/Menengah

Sub Jumlah 2008 126 12.543 588.936.000 1.522.843.986

2007 126 12.543 588.936.000 1.253.110.992

2006 126 12.543 588.936.000 1.113.255.992

2005 126 11.125 588.936.000 945.164.965

2004 126 11.125 585.936.000 510.483.599

2 Industri Kecil

Sub Jumlah 2008 33.221 136.435 1.156.956.500 4.114.079.060

2007 33.071 135.097 1.156.956.500 3.491.841.200

2006 35.802 145.270 1.156.961.500 3.309.370.450

2005 35.762 145.270 1.156.961.600 3.016.004.650

2004 35.791 145.263 1.156.961.500 2.851.693.363

Jumlah Total 2008 33.347 148.978 1.745.892.500 5.636.923.046

2007 33.197 147.640 1.745.892.500 4.744.952.192

2006 35.928 157.813 1.745.897.500 4.422.626.442

2005 35.888 156.395 1.745.897.600 3.961.169.615

2004 35.917 156.388 1.741.897.500 3.362.176.962

Sumber:BPS Jawa Tengah (Desperindagkop dan PM Kabupaten Klaten)

Salah satu industri yang berpotensi di Kabupaten Klaten untuk dikembangkan adalah industri konveksi. Sentra industri konveksi di Kabupaten


(18)

4

Klaten menyebar di beberapa lokasi yaitu di Kecamatan Wedi, Ngawen, Pedan, Ceper, Klaten Selatan dan Jogonalan. Kecamatan yang memiliki jumlah sentra industri konveksi terbanyak adalah Kecamatan Wedi yang memiliki 3 sentra industri konveksi, disusul kemudian Kecamatan Ngawen, Ceper, Jogonalan dan Klaten Selatan masing-masing memiliki 2 sentra industri konveksi, sedangkan Kecamatan Pedan hanya memiliki 1 sentra industri konveksi.

Melihat profil dan lokasi sentra industri konveksi di Kabupaten Klaten tersebut tampak bahwa industri ini memiliki peran yang penting dalam mendorong aktivitas perekonomian rakyat di Kabupaten Klaten. Kemampuan menyerap tenaga kerja sebanyak 2.474 orang adalah jumlah yang cukup besar dalam suatu sentra industri.

Jumlah unit usaha pada sentra industri konveksi di Kabupaten Klaten pada tahun 2008 sebanyak 425 unit usaha. Total tenaga kerja yang dapat terserap dalam sentra industri konveksi berjumlah 2.474 orang. Sedangkan jenis produksi yang dihasilkan cukup beragam yaitu pakaian dalam, kaos, pakaian anak dan celana/hem.


(19)

Tabel 1.2

Sentra Industri Konveksi di Kabupaten Klaten Tahun 2008

No

Nama Sentra

Jmlh (unit)

Nilai Produksi

(000)

Nilai Investasi

(000)

Tenaga Kerja (orang) Desa Kecamatan

1 Tempursari Ngawen 24 1.260.000 480.000 126

2 Mayungan Ngawen 11 116.000 83.700 31

3 Tambakboyo Pedan 63 16.750.000 1.260.000 268

4 Ngawonggo Ceper 15 3.397.500 236.000 754

5 Kurung Ceper 9 1.100 22.000 22

6 Kajoran Klaten Selatan 35 9.765.000 375.000 117

7 Glodogan Klaten Selatan 11 2.835.000 1.460.000 44

8 Kalitengah Wedi 76 23.940.000 15.200.000 332

9 Pandes Wedi 56 21.420.000 1.375.000 276

10 Gadungan Wedi 10 3.330.000 250.000 44

11 Pakahan Jogonalan 66 28.800.000 13.200.000 260

12 Ngering Jogonalan 34 10.710.000 680.000 138

13 Delanggu Delanggu 7 1.700.000 640.000 34

14 Ringin Putih Karangdowo 8 240.000 70.000 28

Jumlah 425 124.264.600 34.755.700 425

Sumber:Disperindag Kabupaten Klaten

Industri konveksi di Desa Tambakboyo dibandingkan dengan industri yang lain, pada industri konveksi di Desa Tambakboyo terdapat dua kelompok industri yaitu industri rumah tangga dan industri kecil. Jika dibandingkan dengan industri dari daerah lain, seperti di Wedi kebanyakan masuk kategori industri kecil sudah paling maju dan besar di Kabupaten Klaten, sedangkan industri yang


(20)

6

lain terlalu sedikit dan kebanyakan pada industri rumah tangga. Jika di Kabupaten Klaten perbandingan industri rumah tangga dan industri kecil relaitif sama dan perbedaan jumlah tidak terlalu jauh.

Sentra industri konveksi di Kecamatan Pedan dibanding dengan sentra industri konveksi lain masih di bawah seperti industri konveksi yang ada di kecamatan Wedi. Dapat dilihat baik dari hal jumlah sentra, nilai investasi, nilai produksi ataupun jumlah unitnya. Selain itu sentra industri konveksi di Kecamatan Wedi merupakan industri konveksi yang terbesar di Kabupaten Klaten dan memilik wilayah yang besar pula dan dalam undergraduate theses oleh Beny Wahyu Pramono 05/185948/TK/30904, Teknik Arsitektur dan Perencanaan FT UGM bahwa Sentra Konveksi Wedi memiliki sejumlah karakter yang mampu mewakili hasil penelitian serupa terhadap barbagai sentra konveksi di Indonesia.

Industri konveksi perlu dikembangkan tentunya sentra industri konveksi di Desa Tambakboyo, Kecamatan Pedan, Kabupaten Klaten. Nilai investasi industri konveksi di Kabupaten Klaten menunjukkan tiap tahun mengalami peningkatan. Di tahun 2006 menunjukkan nilai investasi sebesar Rp 1.275.000.000 dan mengalami peningkatan di tahun 2007 menjadi Rp 20.650.000.000 dan di tahun 2008 menjadi Rp 34.755.7000. dari nilai investasi tersebut bahwa hal ini baik untuk dikembangkan.


(21)

Tabel 1.3

Perkembangan sentra industri konveksi di Desa Tambakboyo Kecamatan Pedan Tahun 2006-2008

Komoditi Industri Konveksi

Tahun

2006 2007 2008

Unit 63 63 63

Tenaga Kerja 189 268 268

Nilai Investasi 189.000.000 3.150.000.000 1.260.000.000 Nilai Produksi 4.082.400.000 25.795.000.000 16.750.000.000 Sumber:Disperindag Kabupaten Klaten 2009

Berdasarkan tabel 1.3 di atas menunjukkan dari nilai investasi industri konveksi di Desa Tambakboyo Kecamatan Pedan menunjukkan mengalami penurunan di tahun 2008 dari Rp 3.150.000.000 menjadi Rp 1.260.000.000. Hal ini tidak selaras dengan nilai investasi industri konveksi seluruh Kabupaten Klaten. Di sentra industri konveksi Desa Tambakboyo Kecamatan Pedan nilai produksi juga mengalami penurunan dari tahun 2007 sebesar Rp25.795.000.000 menjadi Rp 16.750.000 di tahun 2008. Pengaruh dari turunnya nilai investasi ini dan jumlah unit usaha dan tenaga kerja berdampak pada turunnya nilai produksi.

Perkembangan sentra industri Konveksi di desa Tambakboyo Kecamatan Pedan menunjukkan bahwa unit usaha dari tahun ke tahun selalu tetap. Akan tetapi nilai investasi dan nilai produksi selalu mengalami perubahan.


(22)

8

Grafik 1.1

Unit Industri dan Tenaga Kerja Industri Konveksi Desa Tambakboyo

Grafik 1.1 di atas dapat dilihat jumlah unit usaha dan tenaga kerja dari tahun 2006 sampai dengan 2008. Bahwa jumlah unit usaha dan jumlah tenaga kerja tidak adanya peningkatan atau jumlahnya tetap yaitu unit usaha jumlahnya selalu 63 unit usaha dan tenaga kerja pada tahun 2007 dan 2008 adalah sama yaitu 268 tenaga kerja.

Pada grafik 1.2 di bawah ini menunjukkan tingkat nilai produksi konveksi di Desa Tambakboyo Kecamatan Pedan pada tahun 2006 ke 2007 mengalami peningkatan akan tetapi mengalami penurunan dari tahun 2007 ke 2008. Dapat dilihat pada grafik berikut:


(23)

Grafik 1.2

Nilai Produksi Industri Konveksi Desa Tambakboyo (dalam jutaan)

Berdasarkan grafik 1.1 dan grafik 1.2 bahwa unit usaha jumlahnya tetap yaitu 63 unit dan tenaga kerja mengalami peningkatan dari tahun 2006 ke tahun 2007 dan tetap pada tahun 2008. Sedangkan pada nilai produksi mengalami penurunan pada tahun 2008 sehingga hal ini menunjukkan bahwa adanya ketimpangan antara jumlah unit usaha, tenaga kerja dan jumlah produksi. Sehingga menyebabkan nilai investasi juga menurun.

Ketidakseimbangan ini dikarenakan adanya perbedaan skala unit usaha yang dilakukan. Pada sentra industri ini sebagian besar adalah industri rumah tangga dan industri kecil. Sehingga yang mempengaruhi jumlah nilai produksi pada sentra industri ini tergantung pada pasar dan kemajuan masing-masing industri.

Nilai investasi dan nilai produksi yang naik turun menjadi masalah yang utama dalam penelitian ini. Selain itu yang mengakibatkan naik turunnya nilai investasi dan nilai produksi juga diakibatkan sentra industri konveksi mengalami


(24)

10

permasalahan mengenai permodalan, pemasaran, teknologi, akses informasi, dan sebagainya. Permasalahan tersebut dapat mengakibatkan adanya kegagalan dalam industri konveksi di Kecamatan Pedan.

Berdasarkan uraian diatas maka analisa kelayakan usaha perlu dilakukan guna meminimalisir besarnya resiko yang akan di tanggung para pelaku industri atau masih layakkah industri konveksi tersebut dijalankan. Selain itu perlu dikaji strategi pengembangan yang tepat untuk dapat meningkatkan usaha industri konveksi di Desa Tambakboyo Kecamatan Pedan Kabupaten Klaten. Maka penulis tertarik untuk meneliti dengan judul “Analisis Kelayakan Usaha dan Strategi Pengembangan Sentra Industri Konveksi di Desa Tambakboyo Kecamatan Pedan Kabupaten Klaten”

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian tentang latar belakang masalah di atas, dikemukakan perumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana profil industri konveksi di sentra industri konveksi di Desa Tambakboyo Kecamatan Pedan Kabupaten Klaten?

2. Apakah industri konveksi di Desa Tambakboyo Kecamatan Pedan Kabupaten Klaten layak secara finansial?

3. Bagaimana strategi pengembangan usaha sentra industri konveksi di Desa Tambakboyo Kecamatan Pedan Kabupaten Klaten?


(25)

1.3Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah

1. Mendiskripsikan profil sentra industri konveksi di Desa Tambakboyo Kecamatan Pedan Kabupaten Klaten.

2. Menganalisis kelayakan finansial usaha sentra industri konveksi di Desa Tambakboyo Kecamatan Pedan Kabupaten Klaten.

3. Menganalisis strategi pengembangan usaha sentra industri konveksi di Desa Tambakboyo Kecamatan Pedan Kabupaten Klaten.

1.4Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis

a. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan khususnya mengenai sentra industri konveksi di Desa Tambakboyo Kecamatan Pedan Kabupaten Klaten.

b. Sebagai bahan acuan bagi penelitian sejenis dalam usaha pengembangan lebih lanjut.

2. Manfaat Praktis

a. Dapat digunakan sebagai tambahan informasi dan kajian tentang pengembangan sentra industri konveksi di Desa Tambakboyo Kecamatan Pedan Kabupaten Klaten.

b. Sebagi bahan masukan bagi para pembuat kebijakan yang berhubungan dengan pembangunan Kabupaten Klaten khususnya dalam hal pengembangan sentra industri konveksi.


(26)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1Pembangunan

Pembangunan merupakan sebuah proses yang di dalamnya terjadi perubahan menuju ke arah yang lebih baik sesuai dengan tujuan semula. Pembangunan daerah sebagai cerminan dari kegiatan pengembangan kemampuan suatu daerah untuk meningkatkan taraf hidup masyarakatnya merupakan hal yang sangat penting dilakukan terutama dengan adanya otonomi daerah sehingga tiap daerah diharuskan menentukan nasib daerahnya sendiri.

Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah dan masyarakatnya mengelola sumber daya – sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangang perkembangan kegiatan ekonomi (pertumbuhan ekonomi) dalam wilayah tersebut (Arsyad, 1999:108).

Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses yang mencakup pembentukan institusi-institusi baru, pembangunan industri-industri alternatif, perbaikan kapasitas tenaga kerja yang ada untuk menghasilkan produk dan jasa yang lebih baik, identifikasi pasar-pasar baru, alih ilmu pengetahuan dan pembangunan perusahaan-perusahaan baru. (Arsyad, 1999:109)


(27)

Menurut Arsyad (1999:122), strategi pembangunan daerah dapat dikelompokkan menjadi empat kelompok yaitu :

a. Strategi Pengembangan Fisik atau Lokalitas

Dilakukan dengan program perbaikan kondisi fisik atau lokalitas daerah untuk kepentingan pembangunan industri dan perdagangan. Tujunnya untuk menciptakan identitas daerah atau kota, memperbaiki basis pesona (amenity base) atau kualitas hidup masyarakat dan memperbaiki dunia usaha daerah.

b. Strategi pengembangan dunia usaha

Pengembangan dunia usaha merupakan komponen penting dalam perencanaan pembangunan ekonomi daerah karena daya tarik, kreasi atau daya perekonomian daerah yang sehat.

c. Strategi pengembangan sumber daya manusia

Sumber daya manusia merupakan aspek yang paling penting dalam proses pembangunan ekonomi.

d. Strategi pengembangan ekonomi masyarakat

Kegiatan pengembangan masyarakat ini merupakan kegiatan yang ditujukan untuk pengembangan suatu kelompok masyarakat itu di suatu daerah atau dikenal dengan kegiatan pemberdayaan masyarakat. Tujuan kegiatan ini adalah untuk menciptakan manfaat social, misalnya melalui penciptaan proyek-proyek padat karya untuk memenuhi kebutuhan hidup atau memperoleh keuntungan dari usahanya.


(28)

14

2.2Industri

Industri adalah suatu usaha atau kegiatan pengolahan bahan mentah atau barang setengah jadi menjadi barang jadi barang jadi yang memiliki nilai tambah untuk mendapatkan keuntungan. Usaha perakitan atau assembling dan juga reparasi adalah bagian dari industri. Hasil industri tidak hanya berupa barang, tetapi juga dalam bentuk jasa.

Menurut Dumairy (1998:148) industri sebagai suatu sistem terdiri dari unsur fisik dan dan unsur perilaku manusia. Unsur fisik yang mendukung proses industri adalah komponen tempat meliputi pula kondisinya, peralatan, bahan baku / bahan mentah dan beberapa hal yang memerlukan sumber energi, sedangkan unsur perilaku manusia meliputi komponen tenaga kerja, ketrampilan tradisi, transportasi dan komunikasi serta keadaan politik dan pasar.

Pengertian menurut Sandi (1985:154) industri adalah usaha untuk memproduksi barang jadi dari bahan baku atau bahan mentah melalui penggarapan dalam jumlah besar sehingga barang tersebut dapat diperoleh dengan harga satuan yang serendah mungkin tetapi dengan mutu setinggi mungkin.

Menurut Wibowo (1988:5) industri adalah jenis usaha yang terutama bergerak dalam kegiatan proses pengubahan suatu bahan/barang menjadi bahan/barang lain yang berbeda bentuk dan sifatnya dan mempunyai nilai tambah.


(29)

Pembangunan industri disesuaikan dengan perkembangan masyarakat, ilmu pengetahuan dan teknologi (Bintarto,1987:86). Industri adalah bagian dari proses produksi di mana bagian ini tidak mengambil bahan – bahan langsung dari alam yang kemudian mengolahnya hingga menjadi barang yang bernilai bagi masyarakat (Bintarto, 1987:87).

Penggolongan sektor industri dikelompokkan ke dalam empat golongan yang didasarkan pada banyaknya tenaga kerja, yaitu:

1. Industri Besar tenaga kerja 100 orang/lebih 2. Industri Sedang tenaga kerja 20-99 orang 3. Industri Kecil tenaga kerja 5-19 orang

4. Industri Rumah Tangga tenaga kerja 1-4 orang

(BPS Jawa Tengah : Statistik Industri Sedang Kecamatan Trucuk Tahun 2004)

Penggolongan industri hanya berdasarkan banyaknya tenaga kerja dan tanpa memperhatikan apakah perusahaan ini menggunakan mesin atau tidak serta tanpa memperhatikan besarnya modal. Pada penelitian ini menggunakan kriteria tenaga kerja karena untuk mempermudah penggolongan dalam menganalisis. Penelitian ini kriteria penggolongan dibedakan menjadi kelompok industri rumah tangga dan kelompok industri kecil karena jumlah tenaga paling sedikit di industri konveksi Desa Tambakboyo ada 2 orang dan paling banyak 16 orang.


(30)

16

2.2.1Industri Kecil

Industri kecil adalah industri yang bergerak dengan jumlah tenaga kerja dan pemodalan kecil, menggunakan teknologi sederhana tetapi jumlah keseluruhan tenaga kerja mungkin besar. Pada umumnya industri kecil didirikan tanpa melalui atau mengenal ijin usaha, tanpa mengenal prosedur resmi dan lain-lain sehingga perusahaan kecil tersebut mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

a. Sering menghadapi kesulitan modal karena bentuknya yang informal sehingga sulit dipercaya oleh lembaga perbankan untuk menerima pinjaman modal.

b. Perputaran keuangannya lambat

c. Kegiatan pribadi pengusaha sangat besar

d. Keuntungan bersih dari pengusaha biasanya sulit dibesarkan jika dibandingkan dengan gaji/upah yang diterima pengusaha bila bekerja pada perusahaan lain.

e. Secara yuridis pengusaha mempunyai tanggung jawab yang tidak terbatas dan hasrat pribadi terlibat untuk melunasi hutang perusahaan jika mengalami kerugian (Subroto,1979).

Industri kecil juga merupakan salah satu penunjang pembangunan di desa yang tidak dapat diragukan lagi. Industri kecil di pedesaan mempunyai beberapa keunggulan yaitu :

a. Tenaga kerja murah


(31)

c. Biaya penyelenggaraan gedung dan penggudangan relatif murah d. Bebas dari pungutun, biaya keselamatan relatif murah, tanpa

pemadam kebakaran, masker, sarung tangan, pengaman dan sebagainya.

Dari beberapa pendapat tersebut diatas, secara umum terdapat kesamaan sifat dan karakter tentang industri kecil antara lain: memiliki modal kecil, usaha dimiliki secara pribadi, menggunakan teknologi dan peralatan sederhana, serta jumlah tenaga kerja relatif sedikit. Oleh karena itu industri kecil cocok untuk dikembangkan didaerah pedesaan. Industri kecil yang sedang berkembang diantaranya adalah industri konveksi.

2.2.2. Konveksi

Industri konveksi adalah industri yang memproduksi pakaian jadi. Konveksi termasuk dalam klasifikasi barang konsumen yaitu shopping goods kelompok heterogeneus shopping goods. Konveksi termasuk dalam kelompok heterogeneus shopping goods sebab aspek karakteristik atau ciri-cirinya (features) dianggap lebih penting oleh konsumen dari pada aspek harganya. (www.journal.uii.ac.id. 2004:97)

Industri konveksi merupakan suatu usaha yang dikerjakan dirumah yang mengarah pada produksi kain atau pakaian jadi. Proses produksi pakaian jadi harus ditunjang dengan mesin dan peralatan yang lengkap. Alur proses produksi yang umumnya dilaksanakan oleh industri kecil perusahaan konveksi adalah sebagai berikut.


(32)

18

a. Bahan baku

b. Pengukuran dan pemotongan kain c. Penjahitan

d. Pembuatan lubang kancing e. Pemasangan aksesoris f. Produk jadi

(www.bi.go.id. 2007:17)

2.3Studi Kelayakan

Studi kelayakan merupakan penilaian atas usaha suatu proyek dimana untuk mengetahui layak atau tidak usaha tersebut dan membantu pengembangan dan perencanaan usaha di masa yang akan datang. Selain itu berguna membantu pengusaha dalam perencanaan usahanya untuk peningkatan efisiensi dan produktivitas usahanya.

Suatu usaha akan memerlukan dana yang cukup besar untuk keberlangsungan dan keberlanjutan usahanya. Baik itu dalam proses produksi maupun investasinya. Namun banyak usaha yang setelah dijalankan sekian lama ternyata tidak menguntungkan. Kegagalan usaha tersebut dapat disebabkan karena kesalahan perencanaan, kesalahan dalam menafsir pasar, kesalahan dalam memperkirakan kontinuitas bahan baku dan sebagainya. Untuk itulah studi kelayakan usaha sangat penting dalam suatu usaha.

Studi kelayakan bisnis adalah suatu kegiatan yang mempelajari secara mendalam tentang suatu kegiatan atau usaha atau bisnis yang akan dijalankan,


(33)

dalam rangka menentukan layak atau tidak usaha tersebut dijalankan. Mempelajari mendalam artinya meneliti secara sungguh-sungguh data dan informasi yang ada, kemudian diukur, dihitung dan dianalisis hasil penelitian tersebut dengan menggunakan metode-metode tertentu. Kelayakan artinya penelitian yang dilakukan secara mendalam tersebut dilakukan untuk menentukan apakah usaha yang akan dijalankan akan memberikan manfaat yang lebih besar dibandingkan dengan biaya yang akan dikeluarkan. (Kasmir dan Jakfar, 2006:10)

Yang dimaksud dengan studi kelayakan bisnis (SKB) adalah penelitian tentang tidak dapatnya suatu bisnis dilaksanakan dengan berhasil dengan pertimbangan mendapatkan manfaat financial (arti sempit). Studi kelayakan bisnis atau sering pula disebut dengan studi kelayakan proyek adalah suatu penelitian tentang layak atau tidaknya suatu proyek bisnis yang biasanya merupakan proyek investasi itu dilaksanakan. Maksud layak (atau tidak layak) di sini adalah prakiraan bahwa proyek akan dapat (atau tidak dapat) menghasilkan keuntungan yang layak bila telah dioperasionalkan (Umar, 1997:7)

Analisis yang dilakukan dalam studi kelayakan bisnis mencakup banyak faktor yang dikerjakan secara menyeluruh, meliputi aspek – aspek teknologi, pasar dan pemasaran, manajemen, hukum, lingkungan dan keuangan (Umar, 1997:7). Sedangkan Studi kelayakan proyek menurut Suwarsono dan Suad Husnan (1994:4) adalah penelitian tentang tidak


(34)

20

dapatnya suatu proyek (biasanya merupakan proyek investasi) dilaksanakan dengan berhasil.

Studi kelayakan juga disebut dengan feasibilitystudy merupakan bahan pertimbangan dalam mengambil suatu keputusan, apakah menerima atau menolak dari suatu gagasan usaha/proyek yang direncanakan. Pengertian layak dalam penilaian ini adalah kemungkinan dari gagasan usaha/proyek yang akan dilaksanakan memberikan manfaat (benefit), baik dalam arti financial benefit maupun dalam arti social benefit. Layaknya suatu gagasan usaha/proyek dalam arti financial benefit, hal ini tergantung dari segi penilaian yang dilakukan. (Ibrahim, 2009:1)

Paling tidak ada lima tujuan mengapa perlu adanya studi kelayakan bisnis sebelum usaha dilakukan (Kasmir dan Jakfar, 2006:20) yaitu:

a) Menghindari Resiko Kerugian

Untuk mengatasi resiko kerugian di masa yang akan datang ada semacam kondisi kepastian. Kondisi ini ada yang dapat diramalkan akan terjadi atau memang dengan sendirinya terjadi tanpa dapat diramalkan. Dalam hal ini fungsi studi kelayakan adalah untuk meminimalkan resiko yang tidak kita inginkan, baik resiko yang dapat kita kendalikan maupun yang tidak dapat dikendalikan.

b) Memudahkan Perencanaan

Perencanaan akan lebih mudah jika kita sudah dapat meramalkan apa yang akan terjadi di masa yang akan datang, maka akan mempermudah kita


(35)

dalam malakukan perencanaan dan hal-hal apa saja yang perlu direncanakan.

c) Memudahkan Pelaksanaan Pekerjaan

Dengan adanya berbagai rencana yang sudah disusun akan sangat memudahkan pelaksanaan usaha. Para pelaksana yang mengerjakan bisnis tersebut telah memiliki pedoman yang harus diikuti. Pedoman tersebut telah tersusun secara sistematis, sehingga usaha yang dilaksanakan dapat tepat sasaran dan sesuai dengan rencana yang sudah tersusun.

d) Memudahkan Pengawasan

Dengan telah dilaksanakannya suatu usaha sesuai dengan rencana yang sudah disusun, maka akan memudahkan kita untuk melakukan pengawasan terhadap jalannya usaha. Pengawasan ini perlu dilakukan agar tidak melenceng dari rencana yang telah disusun.

e) Memudahkan Pengendalian

Apabila dalam pelaksanaan pekerjaan telah dilakukan pengawasan, maka jika terjadi penyimpangan akan mudah terdeteksi, sehingga dapat dilakukan pengendalian atas penyimpangan tersebut. Tujuan pengendalian adalah untuk mengendalikan pelaksanakan agar tidak melenceng dari rel yang sesungguhnya, sehingga pada akhirnya tujuan perusahaan kan tercapai.

Studi kelayakan ini akan memakan biaya tetapi biaya tersebut relatif kecil bila dibandingkan dengan resiko kegagalan suatu usaha yang menyangkut investasi dalam jumlah besar, ada pula sebab lain yang


(36)

22

mengakibatkan suatu usaha ternyata kemudian menjadi tidak menguntungkan atau gagal. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam studi kelayakan :

a) Ruang lingkup usaha b) Cara kegiatan usaha

c) Evaluasi terhadap aspek-aspek yang menentukan berhasilnya suatu usaha d) Hasil kegiatan usaha tersebut, serta biaya yang harus ditanggung untuk

memperoleh hasil tersebut

e) Akibat-akibat yang bermanfaat maupun yang tidak dari adanya usaha tersebut.

Analisis kelayakan merupakan studi yang bertujuan untuk menilai apakah suatu kegiatan investasi yang dijalankan tersebut layak atau tidak layak dijlankan dilihat dari aspek finansial atau keuangan. Analisis finansial lebih memusatkan penilaian usaha dari sudut pandang investor dan pemilik usaha sehingga dapat dikatakan analisis finansial berorientasi pada profit atau mencari laba atau keuntungan. Sasaran utama dari analisis finansial adalah menemukan dan berusaha untuk mewujudkan besarnya penerimaan usaha. 2.4Strategi Pengembangan

Strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan. Dalam perkembangannya, konsep mengenai strategi terus berkembang. Dalam bukunya, Rangkuti (2006:56) mengutip pengertian atau definisi strategi menurut beberapa pakar strategi yaitu:

Menurut Skinner (1978) strategi merupakan filosopi yang berkaitan dengan alat untuk mencapai tujuan. Selain itu menurut Hayes dan Wheel Wright (1978) strategi mengandung arti semua kegiatan yang


(37)

ada dalam lingkup perusahaan, termasuk di dalamnya pengalokasian semua sumber daya yang dimiliki perusahaan. Sedangkan menurut Hill (1989) strategi merupakan suatu cara yang berkaitan dengan kegiatan manufaktur dan pemasaran, semuanya bertujuan untuk mengembangkan perspektif corporat melalui agregasi.

Konsep strategi menurut Rangkuti (2006:4) ada dua konsep yaitu: 1. Distinctive Competence

Distinctive Competence merupakan tindakan yang dilakukan oleh perusahaan agar dapat melakukan kegiatan lebih baik dibandingkan pesaingnya.

2. Competitive Advantage

Competitive Advantage kegiatan spesifik yang dikembangkan oleh perusahaan agar lebih unggul dibandingkan dengan pesaingnya.

Tipe tipe strategi menurut Rangkuti (2006:7) dapat dikelompokkan menjadi:

1) Strategi Manajemen

Strategi manajemen meliputi strategi yang dapat dilakukan oleh manajemen dengan orientasi pengembangan strategi secara makro, misalnya strategi pengembangan produk, strategi penerapan harga, strategi pengembangan pasar strategi mengenai keuangan dan sebagainya.


(38)

24

2) Strategi Investasi

Strategi yang berorientasi pada investasi, misalnya apakah perusahaan ingin melakukan strategi pertumbuhan yang agresif atau berusaha mengadakan penetrasi pasar, strategi bertahan dan sebagainya. 3) Strategi Bisnis

Strategi ini disebut juga dengan strategi bisnis secara fungsional karena strategi ini berorientasi pada fungsi-fungsi kegiatan menajemen, misalnya strategi produksi atau operasional, strategi distribusi, strategi organisasi dan strategi lain yang berhubungan dengan keuangan.

Dalam proses pengembangan strategi dimulai dari pengembangan strategi korporat dengan fokus mempertahankan hidup atau disebut survival. Berdasarkan strategi korporat ini , strategi unit bisnis dengan fokus pada distinctive competence, kepemimpinan, biaya, diferensiasi mengenai produkdan fokus pada biaya. Yang terakhir adalah penyusunan strategi operasional dengan fokus pada prioritas persaingan, biaya kualitas, fleksibilitas, dan pengiriman. Penetapan strategi operasional ini berupa pengembangan struktur maupun infrastruktur (Rangkuti, 2006:58)

Pengembangan struktur meliputi: a. Desain organisasi

b. Evaluasi kapasitas

c. Strategi mengenai fasilitas d. System desain operasional


(39)

Pengembangan infrastruktur meliputi: a. Perencanaan operasional

b. Pengendalian kebutuhan bahan

c. Kualitas dan pelayanan kepada konsumen d. Produktivitas dan tenaga kerja

e. Penggunaan teknologi manajemen 2.5 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu mengenai industri terutama tentang kelayakan usaha telah dilakukan oleh beberapa peneliti. Disini akan dicantumkan beberapa hasil penelitian sebagai bahan acuan dan perbandingan dalam penelitian ini, diantaranya adalah:

Penelitian yang dilakukan oleh Hadi Arifin adalah Analisis Kelayakan Usaha Industri Kecil pada tahun 2005. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prospek usaha industri kecil kerajinan rotan di kecamatan Jeumpa kabupaten Bireuen yang berkaitan dengan adanya gangguan keamanan yang mengakibatkan berkurangnya pendapatan para pengusaha industri kecil dan mengetahui faktor permasalahan yang sedang dihadapi oleh para pengusaha kerajinan rotan di kecamatan Jeumpa. Analisis yang digunakan adalah analisis kelayakan bisnis. Data yang digunakan data primer yaitu langsung wawancara dari pemilik usaha. Berdsarkan hasil perhitungan analisis kelayakan usaha maka kerajinan rotan memiliki PNV, IRR dan Net B/C memiliki prospek yang cukup baik untuk dikembangkan walaupun usaha tersebut memiliki investasi yang cukup kecil.


(40)

26

Penelitian yang dilakukan oleh Budi Raharjo tahun 2008 tentang Analisis Kelayakan Usaha dan Strategi Pengembangan Industri. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kelayakan usaha industri mebel di kecamatan Suruh kabupaten Semarang. Hasil dari peneitian ini adalah kelayakan usaha didapatkan hasil NPV = Rp 452.950.625,43, BCR=1,55 dan IRR=18,7% serta hasil SWOT menunjukkan industri ini memiliki keunggulan dalam produktivitas dan sumber daya dan memiliki kelemahan dalam hal kurangnya peralatan, modal dan teknologi serta kurangnya promosi produk sehingga pemasaran kurang maksimal.

Penelitian lainnya yaitu dilakukan oleh Nashrul Imam tahun 2010 tentang Profit dan Strategi Pengembangan Industri Mebel di Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui mekanisme produksi dan pemasaran, kendala dalam produksi dan pemasaran serta strategi pengembangan industri kecil mebel tersebut. Berdasarkan hasil penelitian, usaha mebel di kecamatan Suruh memiliki keunggulan dan dalam produktivitas dan sumber daya, dan memiliki kelemahan dalam hal kurangnya peralatan, modal dan teknologi serta kurangnya promosi produk sehingga pemasaran kurang maksimal. Industri mebel ini memiliki peluang pasar yang cukup tinggi dan perhatian yang baik dari pemerintah dan memiliki ancaman dalam hal persaingan dengan industri mebel wilayah lain.

Beberapa penelitian terdahulu kaitannya dengan penelitian ini adalah penelitian terdahulu yang pertama mengenai kelayakan usaha kerajinan rotan, yang kedua analisis kelayakan usaha dan strategi pengembangan industri


(41)

mebel dan yang ketiga tentang profil dan strategi pengembangan dibandingkan dengan penelitian ini mencakup semua analisis yang ada pada ketiga penelitian terdahulu yaitu mengenai profil, kelayakan usaha dan strategi pengembangan dan sama-sama mengenai industri kecil.

2.6Kerangka Berpikir

Industri kecil adalah industri yang bergerak dengan jumlah tenaga kerja dan pemodalan kecil, menggunakan teknologi sederhana tetapi jumlah keseluruhan tenaga kerja mungkin besar. industri kecil sangat berperan penting dalam pembangunan suatu daerah tertentu karena dapat menyerap tenaga kerja yang cukup besar dan memberi andil yang cukup besar pula dalam mensejahterakan rakyat.

Sentra industri konveksi di Desa Tambakboyo Kecamatan Pedan

Kabupaten Klaten dilakukan sudah dilakukan sejak bertahun tahun yang lalu. Dalam menganalisis layak atau tidaknya industri konveksi tersebut menggunakan analisis kelayakan finansial dan untuk menganalisis strategi pengembangan sentra industri tersebut menggunakan analisis SWOT.

Untuk mempemudah penelitian yang akan dilaksanakan, maka perlu

adanya penyusunan kerangka pemikiran mengenai konsepsi tahap-tahap penelitiannya. Kerangka pemikiran dibuat skema sederhana yang menggambarkan secara singkat proses pemecahan masalahnya. Skema sederhana diharapkan memberi gambaran mengenai jalannya penelitian secara keseluruhan yang dapat diketahui secara jelas dan terarah. Maka penulis menggambarkan kerangka berfikir sebagai berikut:


(42)

28

Gambar. 2.1

Kerangka Pemikiran Penelitian

Analisis Kelayakan terdiri dari NPV, IRR, dan BCR yang akan di teliti dalam penelitian ini. Sedangkan strategi pengembangan menggunakan analisis SWOT.

2.6.1 Net Present Value (NPV)

Net Present Value merupakan nilai sekarang (present value) dari suatu proyek dari selisih antara benefit (manfaat) dengan cost (biaya) pada discount rate tertentu dan menunjukkan kelebihan benefit dibandingkan dengan biaya.

Artinya bahwa suatu proyek itu dikatakan layak atau menguntungkan jika value benefit lebih besar dari pada value cost. Dengan kata lain, jika NPV > 0 dapat dikatakan bahwa proyek tersebut layak atau menguntungkan dan jika NPV < 0 maka proyek tersebut tidak layak untuk diusahakan.


(43)

Cara perhitungan NPV adalah sebagai berikut :

Keterangan :

DF = Discount Factor

i = tingkat bunga yang berlaku n = lamanya periode waktu

2.6.2 Internal Rate of Return (IRR)

IRR adalah tingkat diskon yang akan manyamakan nilai sekarang dari arus kas bersih dari biaya awal proyek. Jika nilai sekarang dari arus kas lebih besar dari biaya awal proyek, kita menaikkan tingkat diskon dan mengulangi prosesnya. Sebaliknya jika nilai sekarang dari arus kas lebih rendah dari biaya awal proyek maka kita menurunkan tingkat diskon. Proses ini berlanjut sampai tingkat diskon ditemukan menyamakan nilai sekarang arus kas bersih dengan biaya awal proyek. Tingkat diskon yang ditemukan adalah tingkat pengembalian internal (IRR) dari proyek (Salvatore, 2005 : 277).


(44)

30

Keterangan :

i1 = Discount Factor (tingkat bunga) pertama dimana diperoleh

NPV positif.

i2 = Discount Factor (tingkat bunga) kedua dimana diperoleh NPV

negatif.

2.6.3 Benefit Cost Ratio (BCR)

Suatu usaha dapat dikatakan layak dilaksanakan apabila nilai BCR lebih besar dari pada satu. Jika nilai BCR lebih kecil dari satu maka usaha industri akan mendatangkan kerugian ekonomis apabila dilaksanakan (Gasperzs, 2002 : 145)

Kriteria rasio manfaat-biaya (benefit-cost ratio=BCR) untuk menganalisis investasi proyek industri yang memiliki umur ekonomis t (t=1,2,3,…,n) tahun dilakukan berdasarkan formula berikut:

BCR(i) = {∑DFt (Bt)}/{∑DFt (Ct)}

Disini t = 0,1,2,….,n 2.6.4 SWOT

Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strength) dan peluang (opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weakness) dan ancaman (treaths). Hal ini disebut dengan analisis situasi. Model yang popular untuk analisis situasi adalah analisis SWOT (Rangkuti, 2006:18)


(45)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Populasi Penelitian

Populasi adalah keseluruhan subyek pemelitian (Suharsimi Arikunto, 2006:130). Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Menurut Suharsimi Arikunto : Apabila subyeknya kurang dari 100, diambil semua sekaligus sehingga penelitiannya penelitian populasi. Populasi dalam penelitian ini adalah semua unit-unit usaha industri konveksi di Desa Tambakboyo Kecamatan Pedan Kabupaten Klaten yang berjumlah 63 unit, sehingga penelitian ini adalah penelitian populasi.

3.2. Variabel Penelitian

Variabel adalah obyek penelitian atau yang menjadi titik perhatian suatu penelitian (Arikunto, Suharsimi, 2006:118). Variabel dalam penelitian ini adalah :

3.2.1 Profil Usaha Industri Konveksi

Profil sentra industri konveksi adalah deskripsi latar belakang dari penelitian yang dilakukan dalam hal ini mencakup hal-hal yang berkaitan dengan industri konveksi di Desa Tambakboyo Kecamatan Pedan Kabupaten Klaten.


(46)

32

3.2.2 Kelayakan Usaha Industri Konveksi

Kelayakan usaha atau financial merupakan indikator yang menunjukkan bahwa industri konveksi di desa Tambakboyo Kecamatan Pedan Kabupaten Klaten pelaksanaannya sudah layak secara financial yang diukur dengan menggunakan analisis uji NPV, IRR, dan BCR.

3.2.3 Strategi pengembangan industri konveksi

Strategi pengembangan industri konveksi Desa Tambakboyo Kecamatan Pedan Kabupaten Klaten adalah kebijakan pengembangan yang dilakukan mengenai potensi industri yang cukup besar tersebut akan tetapi masih perlu adanya pembinaan dan mengatur strategi yang terkait dengan pengembangan terhadap masa depan industri konveksi itu.

Pengembangan industri dapat dilakukan analisis terlebihi dahulu dengan menggunakan analisis SWOT. Analisis SWOT yaitu mengidentifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strength) dan peluang (opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weakness) dan ancaman (treaths). Hal ini disebut dengan analisis situasi. Model yang popular untuk analisis situasi adalah analisis SWOT (Rangkuti, 2006:18)


(47)

3.3. Metode Pengumpulan Data

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah 3.3.1 Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi merupakan pengumpulan data baik angka maupun keterangan secara tertulis. Menurut Suharsini Arikunto (2006,158) metode dokumentasi adalah suatu cara untuk memperoleh data atau informasi tentang hal-hal yang ada kaitannya dengan penelitian, dengan jalan melihat kembali sumber tertulis yang lalu baik berupa angka atau keterangan.

Mengumpulkan informasi yang berhubungan dengan masalah dengan mencatat data yang tersedia pada kelompok/masyarakat yang terkait, seperti para pengusaha industri konveksi di Desa Tambakboyo Kecamatan Pedan Klaten. Selain itu mengumpulkan informasi dari sumber pusataka yang relevan dengan penelitian dan internet.

3.3.2 Metode Kuesioner (Angket)

Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang responden ketahui. (Arikunto, Suharsimi. 2006:151). Metode ini memperoleh data dengan cara memberi angket atau daftar pertanyaan kepada responden. Dalam hal ini digunakan untuk mengetahui profil usaha industri konveksi, tingkat keuntungan dan biaya yang digunakan untuk industri konveksi di Desa Tambakboyo Kecamatan Pedan Kabupaten Klaten.


(48)

34

3.4. Metode Analisis Data 3.4.1 Analisis Diskriptif

Analisis deskriptif merupakan analisis yang berguna untuk menggambarkan variabel yang diteliti ( Arikunto, 1997: 212). Yaitu hasil penelitian ini hanya untuk menggambarkan atau melukiskan keadaan suatu obyek penelitian pada saat sekarang berdasarkan fakta- fakta yang tampak atau sebagaimana adanya. Analisis ini untuk mengetahui tentang profil industri konveksi di Desa Tambakboyo Kecamatan Pedan Kabupaten Klaten.

3.4.2 Analisis Kelayakan Finansial

Aspek finansial sangat memegang peranan penting dalam melakukan studi kelayakan bisnis. Ada beberapa metode yang biasa dipertimbangkan dalam penilaian suatu investasi :

a. Net Present Value (NPV)

Net Present Value merupakan nilai sekarang (present value) dari suatu proyek dari selisih antara benefit (manfaat) dengan cost (biaya) pada discount rate tertentu dan menunjukkan kelebihan benefit dibandingkan dengan biaya.

Artinya bahwa suatu proyek itu dikatakan layak atau menguntungkan jika value benefit lebih besar dari pada value cost. Dengan kata lain, jika NPV > 0 dapat dikatakan bahwa proyek tersebut layak atau menguntungkan dan jika NPV < 0 maka proyek tersebut tidak layak untuk diusahakan (Abdul Choliq, 1999:33).


(49)

Cara perhitungan NPV adalah sebagai berikut :

Keterangan :

DF = Discount Factor

i = tingkat bunga yang berlaku n = lamanya periode waktu b. InternalRate of Return (IRR)

IRR adalah tingkat diskon yang akan manyamakan nilai sekarang dari arus kas bersih dari biaya awal proyek. Jika nilai sekarang dari arus kas lebih besar dari biaya awal proyek, kita menaikkan tingkat diskon dan mengulangi prosesnya. Sebaliknya jika nilai sekarang dari arus kas lebih rendah dari biaya awal proyek maka kita menurunkan tingkat diskon. Proses ini berlanjut sampai tingkat diskon ditemukan menyamakan nilai sekarang arus kas bersih dengan biaya awal proyek. Tingkat diskon yang ditemukan adalah tingkat pengembalian internal (IRR) dari proyek (Salvatore, 2005 : 277).

IRR adalah suatu kriteria investasi untuk mengetahui persentase keuntungan dari suatu proyek tiap-tiap tahun dan IRR juga merupakan alat ukur kemampuan proyek dalam mengembalikan bunga pinjaman. IRR itu pada dasarnya


(50)

36

menunjukkan Discount Factor (DF) sehingga tercapai NPV = 0 (Choliq, 1999:57)

- Keterangan :

i1 = Discount Factor (tingkat bunga) pertama dimana

diperoleh NPV positif.

i2 = Discount Factor (tingkat bunga) kedua dimana

diperoleh NPV negatif. c. Benefit Cost Ratio (BCR)

Kriteria rasio manfaat-biaya (benefit-cost ratio=BCR) untuk menganalisis investasi proyek industri yang memiliki umur ekonomis t (t=1,2,3,…,n) tahun dilakukan berdasarkan formula berikut:

BCR(i) = {∑DFt (Bt)}/{∑DFt (Ct)}

Disini t = 0,1,2,….,n

Suatu usaha dapat dikatakan layak dilaksanakan apabila nilai BCR lebih besar dari pada satu. Jika nilai BCR lebih kecil dari satu maka usaha industri akan mendatangkan kerugian ekonomis apabila dilaksanakan (Gasperzs, 2002 : 145)

3.4.3 Analisis SWOT

Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strength) dan peluang


(51)

(opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weakness) dan ancaman (treaths). Hal ini disebut dengan analisis situasi. Model yang popular untuk analisis situasi adalah analisis SWOT (Rangkuti, 2006:18)

Tahap pengumpulan data merupakan tahap pertama dalam penyusunan analisis SWOT. Pada tahap ini data dapat dibedakan menjadi dua, yaitu data eksternal dan data internal. Model yang digunakan dalam tahap ini adalah Matriks Faktor Strategi Eksternal dan Matriks Faktor Strategi Internal.

Tahap selanjutnya adalah memanfaatkan informasi tersebut ke dalam rumusan strategi. Alat yang digunakan untuk menyusun faktor-faktor strategis perusahaan adalah matriks SWOT. Matriks ini dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dari ancaman eksternal yang dihadapi perusahaan dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. Matriks ini dapat menghasilkan empat set kemungkinan alternative strategis.


(52)

38 Tabel 3.1 Matriks SWOT IFAS EFAS STRENGHT (S)  Tentukan 5-10

faktor-faktor kekuatan internal

WEAKNESSES (W)  Tentukan 5-10

faktor-faktor kelemahan internal

OPPORTUNITIES (O)  Tentukan 5-10

faktor peluang eksternal

STRATEGI SO Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang

STRATEGI WO Ciptakan strategi yang meminimkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang

TREATS (T)  Tentukan 5-10 faktor ancaman eksternal

STRATEGI ST Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman

STRATEGI WT Ciptakan strategi yang meminimkan kelemahan dan menghindari

ancaman Sumber : Freddy Rangkuti, 2006:31

a. Strategi SO

Strategi ini dibuat dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya. Apabila di dalam kajian terlihat peluang-peluang yang tersedia ternyata juga memiliki posisi internal yang kuat, maka sektor tersebut dianggap memiliki keunggulan komparatif. Dua elemen sektor industri eksternal dan internal yang baik ini tidak boleh dilepaskan begitu saja, tetapi akan menjadi isu utama pengembangan. Meskipun demikian dalam proses pengkajiannya tidak boleh dilupakan adanya berbagai kendala dan ancaman perubahan, kondisi lingkungan yang terdapat di sekitarnya


(53)

untuk digunakan sebagai usaha untuk mempertahankan keunggulan komparatif tersebut.

b. Strategi ST

Strategi ini mempertemukan interaksi antara ancaman atau tantangan dari luar yang diidentifikasikan untuk memperlunak ancaman atau tantangan tersebut, dan sedapat mungkin merubahnya menjadi peluang bagi pengembangan selanjutnya. Ini adalah strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk mengatasi ancaman.

c. Strategi WO

Strategi ini merupakan kajian yang menuntut adanya kepastian dari berbagai peluang dan kekurangan yang ada. Peluang yang besar di sini akan dihadapi oleh kurangnya kemampuan sektor untuk menangkapnya. Pertumbuhan harus dilakukan secara hati-hati untuk memilih dan menerima peluang tersebut. Khususnya dikaitkan dengan keterbatasan potensi kawasan. Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada.

d. Strategi WT

Merupakan tempat menggali berbagai kelemahan yang akan dihadapi sektor industri kecil dalam pengembangannya. Hal ini dapat dilihat dari pertemuan antara ancaman dan tantangan dari luar dengan kelemahan yang terdapat di dalam kawasan. Strategi yang harus ditempuh adalah mengambil keputusan untuk mengendalikan kerugian


(54)

40

yang akan dialami dengan sedikit membenahi sumber daya internal yang ada. Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensive dan berusaha meminimalkan yang ada serta menghindari ancaman.


(55)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian

Hasil penelitin meliputi deskripsi profil industri konveksi, analisis kelayakan usaha industri konveksi dan strategi pengembangan industri konveksi di Desa Tambakboyo Kecamatan Pedan Kabupaten Klaten.

4.1.1 Profil Industri Konveksi Desa Tambakboyo Kecamatan Pedan Kabupaten Klaten

Profil industri konveksi adalah deksripsi tentang latar belakang yang mencakup hal-hal yang berkaitan dengan usaha industri konveksi di Desa Tambakboyo Kecamatan Pedan Kabupaten Klaten. Profil industri konveksi Desa Tambakboyo Kecamatan Pedan Kabupaten Klaten meliputi:

a. Berdirinya Industri Konveksi

Industri konveksi di Desa Tambakboyo sudah cukup lama berkembang. Berdasarkan hasil wawancara di lapangan diketahui bahwa usaha industri konveksi ini berdiri sejak puluhan tahun yang lalu. Akan tetapi pada waktu itu usaha yang dilakukan adalah pembuatan karung dan kain tenun pada tahun 1980an dan dalam perkembangannya usaha tersebut berubah menjadi industri konveksi pada tahun 1990an.


(56)

42

Tabel 4.1

Tahun Berdiri dan Lama Usaha

Industri Konveksi Kelompok Industri Rumah Tangga No No. Responden Tahun Berdiri Lama Usaha (tahun)

1 R1 1989 21

2 R4 2006 4

3 R5 2004 6

4 R6 1996 14

5 R7 2003 7

6 R11 2000 10

7 R14 2001 9

8 R15 2002 8

9 R16 1997 13

10 R17 2000 10

11 R19 1993 17

12 R21 1994 16

13 R23 2001 9

14 R27 1990 20

15 R28 1994 16

16 R31 1992 18

17 R33 1996 14

18 R34 2001 9

19 R39 1995 15

20 R43 2002 8

21 R44 2000 10

22 R47 1991 19

23 R49 2003 7

24 R51 1995 15

25 R52 1994 16

26 R53 1995 15

27 R55 1990 20

28 R56 1991 19

29 R57 1989 21

30 R58 1989 21

31 R59 2000 10

32 R60 1990 20

33 R61 1995 15

34 R62 1993 17

35 R63 2002 8

Rata-Rata 13,62


(57)

Industri konveksi kelompok industri kecil tahun berdiri dan lama usaha dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.2

Tahun Berdiri dan Lama Usaha

Industri Konveksi Kelompok Industri Rumah Tangga No No. Responden Tahun Berdiri Lama Usaha (tahun)

1 R2 2004 6

2 R3 1991 19

3 R8 1994 16

4 R9 2002 8

5 R10 1998 12

6 R12 2005 5

7 R13 1989 21

8 R18 1994 16

9 R20 2001 9

10 R22 1995 15

11 R24 2006 4

12 R25 1992 18

13 R26 1998 12

14 R29 1996 14

15 R30 1998 12

16 R32 1994 16

17 R35 1993 17

18 R36 1990 20

19 R37 1995 15

20 R38 1994 16

21 R40 1991 19

22 R41 2003 7

23 R42 1992 18

24 R45 2004 6

25 R46 2000 10

26 R48 2004 6

27 R50 1995 15

28 R54 1994 16

Rata-Rata 13,14

Sumber:data diolah

Pada waktu itu hanya beberapa orang pengusaha yang membuka usaha konveksi, kemudian masyarakat sekitar ikut bekerja setelah


(58)

44

beberapa lama kemudian mereka membuka usaha konveksi sendiri. Usaha konveksi ini kemudian menjadi berkembang dan menjadi mata pencaharian masyarakat. Rata-rata responden telah menjalankan usahanya selama 13 sampai 14 tahun. Usaha yang dijalankan paling lama telah berdiri selama 21 tahun sejak tahun 1989, sedangkan usaha yang paling baru berdiri yaitu 4 tahun atau sejak tahun 2006.

b. Jenis Industri

Penggolongan jenis industri konveksi di Desa Tambakboyo berdasarkan jumlah tenaga kerja. Industri konveksi di Desa Tambakboyo masuk dalam kategori industri rumah tangga dan industri kecil dan tidak ada yang masuk dalam kategori industri sedang dan industri besar. Sentra industri konveksi di Desa Tambakboyo jumlah tenaga kerja paling sedikit 2 orang dan paling banyak 16 orang. Pengelompokkan jenis industri dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

Tabel 4.3

Jenis Industri Konveksi di Desa Tambakboyo No Jenis Industri Jumlah Persentase (%)

1 Industri Rumah Tangga 35 56

2 Industri Kecil 28 44

Total 63 100


(59)

Berdasarkan hasil penelitian, jumlah unit industri rumah tangga sebanyak 35 unit industri dan kelompok industri kecil sebanyak 28 unit industri. Hal ini menunjukkan kelompok industri rumah tangga lebih banyak dari pada kelompok industri kecil. Perbandingan antara jenis industri kelompok industri rumah tangga dan industri kecil dapat dilihat pada grafik sebagai berikut:

Grafik 4.1

Jenis Industri Konveksi di Desa Tambakboyo

c. Status Pemilikan Izin Usaha

Sebuah industri harusnya memiliki izin usaha yaitu bentuk pengesahan suatu usaha pada waktu pendirian yang dilakukan oleh instansi pemerintah (instansi terkait) yang diperkuat dengan bukti tertulis atau akta. Akan tetapi kebanyakan industri kecil tidak memiliki izin usaha. Berikut ini merupakan tabel mengenai status kepemilikan izin usaha industri konveksi dari Desa Tambakboyo.


(60)

46

Tabel 4.4

Status Kepemilikan Izin Usaha Industri Konveksi Di Desa Tambakboyo

No Jenis

Industri

Status Kepemilikan Usaha Jumlah (unit) Milik Izin Belum Izin

1 Industri RT 35 - 35 35

2 Industri Kecil 28 10 18 28

Total 10 53 63

Persentase 16% 84% 100%

Sumber : Data Primer diolah 2011

Tabel Status Kepemilikan Izin Usaha menunjukkan dari 63 unit industri konveksi, sebanyak 53 unit industri konveksi (84%) belum memiliki izin usaha dan dan hanya 10 unit industri konveksi (16%) yang sudah memiliki izin usaha. Masih minimnya industri konveksi yang belum memiliki izin usaha menandakan bahwa kesadaran pemilik usaha masih kurang. Tidak ada konsekuensi bagi para pemilik industri konveksi jika tidak memiliki izin usaha, karena tanpa memiliki izin usaha merekapun masih tetap bisa berjalan.

Berdasarkan hasil penelitian, status kepemilikan izin usaha kelompok indsutri rumah tangga belum memiliki izin usaha sebanyak 35 unit dan tidak ada yang memiliki izin usaha. Kelompok industri kecil yang memiliki izin usaha sebanyak 18 unit dan yang memiliki izin usaha sebanyak 10 unit. Hal ini menunjukkan rata-rata industri


(61)

konveksi di Desa Tambakboyo belum memiliki izin usaha. Dapat dilihat pada grafik sebagai berikut:

Grafik 4.2

Status Kepemilikan Izin Usaha Industri Konveksi Desa Tambakboyo

d. Peralatan

Pada awalnya, dalam memproduksi usaha konveksi masih menggunakan mesin yang kecil, akan tetapi dengan perkembangan zaman yang semakin maju dan banyak alat-alat baru yang dijual dipasaran pada tahun 1990an. Para pengusaha mulai menambah dan mengganti alat-alat untuk memproduksi, seperti gunting diganti mesin potong yang lebih mudah untuk memotong kain, mesin jahit kecil dan mesin obras diganti mesin obras yang bisa langsung jahit tanpa dua kali proses produksi walaupun mesin jahit masih digunakan untuk produksi yang lain.


(62)

48

Alat-alat yang digunakan untuk memproduksi konveksi Desa Tambakboyo antara lain : gunting, mesin potong, mesin jahit, mesin obras, mesin itik, mesin overdeck dan lain-lain. Penggunaan mesin-mesin baru bertujuan untuk meningkatkan hasil dan kualitas produksi konveksi.

e. Modal Usaha

Industri konveksi Desa Tambakboyo Kecamatan Pedan Kabupaten Klaten merupakan kelompok industri rumah tangga dan industri kecil. Untuk mengetahui modal yang dibutuhkan usaha konveksi dapat dilihat tabel berikut.

Tabel 4.5

Modal Usaha Industri Konveksi di Desa Tambakboyo Kecamatan Pedan Kabupaten Klaten

Sumber : Data Primer diolah 2011

Berdasarkan hasil penelitian, jumlah unit industri yang paling banyak berdasarkan modal usahanya adalah Rp 20.000.000-Rp No Jenis Industri

Modal Usaha (dalam jutaan)

Jumlah (unit) >40 31-40 20-30 < 20

1 Industri RT 35 - 3 16 16 35

2 Industri Kecil 28 14 8 6 - 28

Jumlah Total 14 11 22 16 63


(63)

30.000.000 dengan rincian kelompok industri rumah tangga sebanyak 16 unit dan kelompok industri kecil 6 unit. Sedangkan jumlah unit yang paling sedikit berdasarkan besar modal adalah Rp31.000.000-Rp 40.000.000 dengan rincian kelompok rumah tangga 3 unit dan kelompok industri kecil 8 unit. Modal industri yang paling besar yaitu di atas Rp 40.000.000 pada kelompok industri kecil sebanyak 14 unit dan modal paling kecil di bawah Rp 20.000.000 pada kelompok industri rumah tangga sebanyak 16 unit. Rincian tersebut dapat dilihat pada grafik 4.3. Semakin besar modal semakin besar skala industri tersebut.

Grafik 4.3

Modal Usaha Industri Konveksi di Desa Tambakboyo Kecamatan Pedan Kabupaten Klaten (dalam jutaan)


(64)

50

f. Tenaga Kerja

Dari 63 unit industri konveksi yang diteliti, setidaknya mampu menyerap 297 tenaga kerja. Rincian tenaga kerja menggunakan tenaga kerja tetap saja tidak termasuk tenaga kerja sambilan, hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi perhitungan ganda, karena tenaga sambilan sifatnya hanya sementara dan dapat berpindah-pindah kerja dari industri konveksi yang satu ke industri konveksi yang lain. Tenaga kerja sambilan biasanya dibutuhkan pada waktu tertentu saja.

Industri konveksi di Desa Tambakboyo Kecamatan Pedan Kabupaten Klaten berjumlah 63 unit usaha, dapat menyerap tenaga kerja sebanyak 297 orang.

1) Jenis Kelamin

Data yang diperoleh mengenai komposisi tenaga kerja industri konveksi Desa Tambakboyo Kecamatan Pedan Kabupaten Klaten menurut jenis kelamin adalah sebagai berikut :

Tabel 4.6

Tenaga Kerja Industri Konveksi Menurut Jenis Kelamin No Jenis

Industri

Jenis Kelamin Jumlah Tenaga Kerja Laki-laki Perempuan

1 Industri RT 35 4 95 99

2 Industri Kecil 28 30 168 198

Total 63 34 263 297

Persentase 11% 89% 100%


(65)

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa dari 297 tenaga kerja yang terserap, 263 orang adalah tenaga kerja perempuan dan 34 orang adalah tenaga kerja laki-laki. Hal ini disebabkan tenaga kerja perempuan sangat berperan besar dalam proses produksi konveksi yaitu sebagai penjahit untuk menghasilkan suatu barang sedangkan tenaga kerja laki-laki berperan sebagai tenaga kerja pengguntingan/pemotongan dan pengepakan. Dapat dilihat pada grafik berikut.

Kelompok industri rumah tangga jumlah tenaga kerja laki-laki sebanyak 4 orang dan perempuan 95 orang, sedangkan kelompok industri kecil jumlah tenaga kerja laki-laki sebanyak 30 orang dan perempuan 168 orang. Kelompok indsutri kecil lebih banyak menyerap tenaga kerja dibandingkan kelompok industri rumah tangga walaupun industri rumah tangga jumlah unit industrinya labih banyak dibandingkan jumlah unit industri kecil. Dapat dilihat pada grafik sebagai berikut.


(66)

52

Grafik 4.4

Tenaga Kerja Industri Konveksi Desa Tambakboyo Menurut Jenis Kelamin

2) Usia Tenaga Kerja

Usia tenaga kerja yang bekerja pada industri konveksi di Desa Tambakboyo dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.7

Tenaga Kerja Industri Konveksi Desa Tambakboyo Menurut Usia

No Jenis

Industri

Usia (tahun) Jumlah (orang) >40 31-40 21-30 ≤20

1 Industri RT 35 8 29 44 18 99

2 Industri Kecil 28 23 28 82 65 198

Total 63 31 57 126 83 297

Persentase 11% 19% 42% 28% 100%

Sumber : data primer diolah

Berdasarkan tabel di atas dapat kita lihat bahwa usia tenaga kerja pada industri konveksi di Desa Tambakboyo paling tinggi terdapat


(67)

pada kelompok umur 21-30 tahun atau sebesar 42% hal ini dikarenakan pada kelompok umur ini adalah tenaga yang produktif dalam industri konveksi dan paling sedikit pada kelompok umur > 40 tahun atau sebesar 11% dikarenakan kebanyakan tenaga kerja adalah wanita dan umur di atas 40 sudah tidak lagi produktif, sedangkan kelompok umur ≤20 tahun sebesar 28% dan kelompok umur 31-40 tahun sebesar 19%.

Industri konveksi di Desa Tambakboyo jumlah tenaga kerja berdasarkan usia paling banyak adalah 21-30 tahun untuk kelompok industri rumah tangga sebanyak 44 orang dan kelompok industri kecil sebanyak 82 orang. Sedangkan jumlah tenaga kerja berdasarkan usia paling sedikit adalah usia di atas 40 tahun untuk kelompok industri rumah tangga sebanyak 8 orang dan kelompok industri kecil sebanyak 31 orang. Dapat dilihat pada grafik di bawah ini.

Grafik 4.5

Tenaga Kerja Industri Konveksi Desa Tambakboyo Menurut Usia 8 23 29 28 44 82 18 65 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90

Industri Rumah Tangga Industri Kecil

>40 31-40 21-30 ≤20


(68)

54

3) Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan yang dimaksud adalah pendidikan formal yang pernah ditempuh oleh tenaga kerja. Tingkat pendidikan tenaga kerja pada industri konveksi di Desa Tambakboyo dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.8

Tenaga Kerja Industri Konveksi Desa Tambakboyo Menurut Tingkat Pendidikan

No Jenis

Industri

Tingkat Pendidikan Jumlah (orang) Tamat

SMA

Tamat SMP

Tamat SD

Tidak Sekolah

1 Industri RT 35 24 38 24 13 99

2 Industri Kecil 28 47 64 62 25 198

Jumlah total 63 71 102 86 38 297

Persentase 24% 34% 29% 13% 100%

Sumber : data primer diolah

Tabel di atas menunjukkan bahwa tingkat pendidikan tenaga kerja pada industri konveksi di Desa Tambakboyo adalah tidak sekolah sebanyak 38 orang (13%) dengan rincian kelompok industri rumah tangga sebanyak 13 orang dan kelompok industri kecil 25 orang, Tamat SD sebanyak 86 orang (29%) kelompok industri rumah tangga 24 orang dan kelompok industri kecil 62 orang, Tamat SMP sebanyak 102 orang (34%) kelompok industri rumah tangga 38 orang dan kelompok industri kecil 64 orang, dan Tamat SMA sebanyak 71 (24%)


(1)

4 Status Tenaga Kerja

a. Tenaga Kerja Tetap b. Tenaga Kerja

Sambilan

… …

5 Asal a. Dalam daerah

sendiri b. Luar daerah

… … 6. Berapa jam tenaga kerja dalam satu hari?

Jawab : …..

7. Adakah pelatihan kerja guna meningkatkan guna meningkatkan kualitas dan produktivitas tenaga kerja?

a. Ada b. Tidak ada

8. Jika ada pelatihan kerja apa yang diberikan?

No Jenis Pelatihan Tujuan Peserta Penyelenggara 1 2 3 ….. ….. ….. ….. ….. ….. ….. ….. ….. ….. ….. ….. D. Produksi

9. Berapa hasil produksi dan jenis produksinya?

Indikator Jumlah (unit/bulan)

1 Jenis Produksi a. ….. b. ….. c. ….. d. ….. e. ….. ….. ….. ….. ….. ….. …..

2 Hasil Produksi …..

E. Pemasaran

10.Berapa rata-rata jumlah produk yang dapat dipasarkan dalam satu bulan Jawab: ………. Unit


(2)

Jenis produk Harga a. …..

b. ….. c. ….. d. …..

….. ….. ….. …..

12.Sifat pemasaran produknya? a. Massal

b. Pesanan

c. Massal dan pesanan

13.Daerah manakah pemasaran produknya? a. Luar Negeri

b. Luar Jawa Tengah

c. Luar Daerah Kabupaten Klaten d. Di Daerah Kabupaten Klaten 14.Bagaimana mempromosikan produk?

a. Mengikuti Pameran

b. Membuat poster, pamphlet, spanduk, papan nama c. Promosi secara lisan dari orang ke orang

d. Lainnya, …..

15.Bagaimana memasarkan hasil produksi? a. Dijual sendiri

b. Dijual melalui agen c. Dijual melalui koperasi d. Lainnya, …..

16.Dalam pemasarannya apakah menjalin kemitraan/kerjasama? a. Ya

b. Tidak

17.Jika ada dengan siapa menjalin kemitraan/kerjasama? a. Kerjasama dengan pemerintah


(3)

b. Kerjasama dengan pengusaha konveksi c. Kerjasama dengan koperasi

d. Tidak ada

18.Kendala apa yang dihadapi dalam pemasaran? Jawab : …..

F. Peralatan dan Bahan Baku

19.Peralatan apa saja yang digunakan dalam kegiatan produksi?

No Peralatan Jumlah Harga (Rp) Umur

ekonomis

Nilai sisa (Rp)

... ….. …. …. … ….

20.Bahan baku apa saja yang anda gunakan dalam kegiatan produksi?

No Peralatan Jumlah Harga/satuan

(Rp)

Total (Rp)


(4)

G. Pendapatan

21.Berapa besar pendapatan usaha anda? No Tahun

Produksi

Jenis Harga

Satuan (Rp)

Penjualan (unit)

Pendapatan (Rp)

1 2007 a.

b. c. d.

2 2008 a.

b. c. d.

3 2009 a.

b. c. d.

4 2010 a.

b. c. d.

H. Profit/Keuntungan

22.Berapa besar keuntungan usaha anda?

No Keterangan 2007 2008 2009 2010

1 Pendapatan 2 Biaya

Beaya variabel -upah tenaga kerja -bahan baku

-transportasi -lain-lain Biaya tetap

-biaya penyusutan -perawatan

peralatan

-pajak, retribusi dan lain-lain 3 Profit (1-2)


(5)

I. Strategi Pengembangan

Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strength) dan peluang (opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weakness) dan ancaman (treaths). Hal ini disebut dengan analisis situasi. Tentukan rating dari masing-masing faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan faktor eksternal (peluang dan ancaman) berikut ini dengan dengan menggunakan tanda (x) pada pilihan Saudara yang dianggap paling sesui.

Pilihan rating (untuk kekuatan dan peluang) pada isian berikut terdiri dari: Rating 4 : sangat tinggi

Rating 3 : tinggi Rating 2 : rendah

Rating 1 : sangat rendah

Pilihan rating (untuk kelemahan dan ancaman) pada isian beriktu teridri dari: Rating 1 : sangat tinggi

Rating 2 : tinggi Rating 3 : rendah

Rating 4 : sangat rendah

A. Rating Faktor Internal 4 3 2 1

1. Kekuatan

a. Bahan baku yang mudah didapat b. Potensi SDM

c. Kualitas yang terjaga

d. Ciri khas produk dan segmentasi pasar

e. Produktivitas yang cukup tinggi

2. Kelemahan a. Keterbatasan modal

b. Kurangnya kreativitas dalam desain produk

c. Kurangnya kemampuan promosi dan distribusi

d. Keterbatasan keterampilan dan teknologi


(6)

B. Rating Faktor Eksternal 1. Peluang

a. Dukungan dan perhatian

b. Peluang pasar yang cukup tinggi c. Pengembangan klaster industri

konveksi

d. Kondisi social yang cukup kondusif e. Meningkatkan pesanan untuk jenis

produk

2. Ancaman

a. Meningkatnya isu lingkungan

b. Meningkatnya persaingan regional dan nasional

c. Pasar yang semakin selektif d. Kontinuitas bahan baku