STRATEGI PENGEMBANGAN SENTRA INDUSTRI BREM DI KECAMATAN NGUNTORONADI KABUPATEN WONOGIRI
commit to user
i
STRATEGI PENGEMBANGAN SENTRA INDUSTRI BREM
DI KECAMATAN NGUNTORONADI
KABUPATEN WONOGIRI
SKRIPSI
Oleh : Ari Gusnanto
H 0306041
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA 2011
(2)
commit to user
ii
STRATEGI PENGEMBANGAN SENTRA INDUSTRI BREM DI
KECAMATAN NGUNTORONADI
KABUPATEN WONOGIRI
Skripsi
Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret
Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis
Oleh : Ari Gusnanto
H 0306041
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA 2011
(3)
commit to user
iii
STRATEGI PENGEMBANGAN SENTRA INDUSTRI BREM DI
KECAMATAN NGUNTORONADI
KABUPATEN WONOGIRI
Oleh :Ari Gusnanto H 0306041
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal, 29 April 2011
dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Susunan Dewan Penguji Penguji I
Dr. Ir. Mohd.Harisudin, M.Si NIP. 196710121993021001
Penguji II
Ir. Agustono, MSi NIP. 19640801199031004
Penguji III
Prof. Dr. Ir. Darsono, M. Si.MP NIP. 19660611199031002
Surakarta, April 2011 Mengetahui,
Universitas Sebelas Maret Fakultas Pertanian
Dekan
Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, MS NIP. 19560225 198601 1 001
(4)
commit to user
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga Penulis dapat melaksanakan penelitian kemudian menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan baik. Penulis menyusun skripsi berjudul “Strategi Pengembangan Sentra Industri Brem di Kecamatan Nguntoronadi Kabupaten Wonogiri” ini untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Pelaksanaan penelitian serta proses penyelesaian skripsi ini dapat terlaksana berkat dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, MS selaku Dekan Fakultas
Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Bapak Ir. Agustono, M.Si selaku Ketua Jurusan Sosial Ekonomi
Pertanian/Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta sekaligus Pembimbing Akademik dan Pembimbing Pendamping skripsi yang telah begitu sabar memberikan nasehat dan bimbingan yang sangat berharga bagi Penulis.
3. Bapak Dr. Ir. Mohd. Harisudin. M.Si selaku Dosen Pembimbing Utama skripsi
yang telah membimbing, memotivasi dan mendidik penulis dengan sabar sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan baik.
4. Bapak Prof. Dr. Ir. Darsono, M.Si selaku Dosen Penguji Tamu yang telah
memberikan saran untuk perbaikan penulisan skripsi ini.
5. Kesbangpolinmas, BPS, Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi
Kabupaten Wonogiri, dan semua responden yang telah memberikan ijin kepada Penulis untuk melakukan penelitian dan membantu dalam menyediakan data yang dibutuhkan bagi Penulis.
(5)
commit to user
v
6. Seluruh Dosen Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta yang
telah mengajarkan ilmu dan pengetahuan yang bermanfaat bagi Penulis.
7. Mbak Iriawati, S. Sos, Bapak Mandimin dan Bapak Syamsuri yang dengan
sabar membantu menyelesaikan segala urusan administrasi berkenaan dengan studi dan skripsi penulis.
8. Bapak dan Ibuku tercinta, Bapak Siyono almarhum dan Ibu Suratni, atas
segenap cinta, kasih sayang, dukungan, do’a dan perjuangan sepanjang jalan yang tiada pernah berakhir.
9. Nenekku tersayang, Simbok Suratun yang selalu mengajarkan kebenaran,
kesabaran dan keyakinan.
10.Adikku Bayu Dwi Nurcahya yang selalu menjadi inspirasi dan motivasi bagi
penulis terima kasih atas do’a, dukungan, kasih sayang dan keceriaannya.
11.Teman-teman mahasiswa Agrobisnis angkatan 2006 yang siap sukses
terimakasih atas kebersamaan dan kekeluargaan yang akan selalu jadi kenangan terindah.
12.Saudaraku, Kang Setyawan DH, Adhi Santoso, Bagus SP dan Eky Wahyu
Hidayat, terima kasih untuk pelajaran hidupnya.
13.Teman seperjuangan Agus Eko, Lukas Setyo, Joko Wibiwo, Hanif, Habib,
Vika, Prawita, Roro, Laksita dan Amel, terima kasih semangat dan dukungannya.
14.Teman-temanku Agrobisnis angkatan 2007 dan 2008, 2009 dan seluruh
teman-teman Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta terimakasih atas kebersamaannya
15.Semua pihak yang tidak dapat Penulis sebutkan satu persatu, terimakasih.
Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca.
Surakarta, April 2011
(6)
commit to user
vi
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI... vi
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN... ... xi
RINGKASAN... xii
SUMMARY... xiii
I. PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Perumusan Masalah ... 3
C. Tujuan Penelitian ... 5
D. Kegunaan Penelitian ... 5
II. LANDASAN TEORI ... 6
A. Penelitian Terdahulu ... 6
B. Tinjauan Pustaka ... 7
C. Kerangka Teori Pendekatan Masalah ... 20
D. Definisi Operasional dan Konsep Pengukuran Variabel ... 24
E. Pembatasan Masalah ... 26
III. METODE PENELITIAN ... 27
A. Metode Dasar Penelitian ... 27
B. Metode Penentuan Sampel ... 27
C. Jenis dan Sumber Data ... 30
D. Teknik Pengumpulan Data ... 30
E. Metode Analisis Data ... 31
IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN ... 36
A. Keadaan Alam ... 36
B. Keadaan Penduduk ... 38
C. Keadaan Sarana Perekonomian... 41
D. Keadaan Pertanian ... 42
E. Keadaan Perindustrian ... 44
V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 46
A. Keragaan Industri Brem di Kecamatan Nguntoronadi ... 46
1. Identitas Responden ... 46
2. Proses Produksi Brem ... 48
3. Biaya, Penerimaan dan Pendapatan ... 51
B. Perumusan Strategi ... 56
(7)
commit to user
vii
2. Identifikasi Faktor Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman 63
3. Alternatif Strategi ... 74
C. Prioritas Strategi ... 77
VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 81
A. Kesimpulan ... 81
B. Saran ... 83
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
(8)
commit to user
viii
DAFTARTABEL
Nomor Judul Halaman
3.1 Jenis Industri di Setiap Desa di Kecamatan
Nguntoronadi ... 27
3.2 Jumlah Perajin Brem di Setiap Dusun di Kecamatan
Nguntoronadi ... 28
3.3 Matriks SWOT ... 33
3.4 Matriks QSP ... 34
4.1 Luas Wilayah Kabupaten Wonogiri Berdasarkan
Ketinggian dari Permukaan Laut ... 37
4.2 Jumlah Curah Hujan dan Hari Hujan di Kabupaten
Wonogiri tahun 2008 ... 37
4.3 Keadaan Penduduk Kecamatan Nguntoronadi menurut
Umur Tahun 2008 ... 38
4.4 Keadaan Penduduk menurut Tingkat Pendidikan
Kecamatan Nguntoronadi Tahun 2008 ... 39
4.5 Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian di
Kecamatan Nguntoronadi Tahun 2008 ... 40
4.6 Panjang Jalan Menurut Status Jalan, Jenis Permukaan
dan Kondisi Jalan di Kabupaten Wonogiri Tahun 2008 .. 41
4.7 Sarana Perdagangan di Kabupaten Wonogiri Tahun
2008... 42
4.8 Penggunaan Lahan di Kecamatan Nguntoronadi Tahun
2008... 43
4.9 Data Kelompok Industri Kecil Potensial di Kabupaten
Wonogiri Tahun 2007 ... 44
4.10 Data Jenis dan Jumlah Unit Usaha Industri Kecil
Potensial di Kecamatan Nguntoronadi Tahun 2007 ... 45
5.1 Umur dan Pengalaman Usaha Responden Pengrajin
(9)
commit to user
ix
5.2 Lama Pendidikan Formal, Jumlah Anggota Keluarga
dan Jumlah Anggota Keluarga yang Aktif dalam Usaha Industri Brem pada Sentra Industri Brem Kecamatan
Nguntoronadi ... 47
5.3 Rata-Rata Biaya yang Dikeluarkan Pengrajin Brem pada
Sentra Industri Brem Kecamatan Nguntoronadi Selama
Bulan Agustus 2010... 51
5.4 Hasil Produksi Rata–Rata Rumah Tangga Industri pada
Sentra Industri Brem di Kecamatan Nguntoronadi Bulan
Agustus 2010... 54
5.5 Pendapatan Rata-Rata Rumah Tangga Industri pada
Sentra Industri Brem di Kecamatan Nguntoronadi Bulan
Agustus 2010... 55
5.6 Identifikasi Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan
Ancaman dalam Pengembangan Sentra Industri Brem di
Kecamatan Nguntoronadi... 73
5.7 Alternatif Strategi Matriks SWOT Pengembangan
Sentra Industri Brem di Kecamatan Nguntoronadi... 76
5.8 Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM) Pengembangan Sentra Industri Brem di Kecamatan
(10)
commit to user
x
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
1. Kurva Daur Siklus Sentra ... 20
(11)
commit to user
xii
STRATEGI PENGEMBANGAN SENTRA INDUSTRI BREM DI KECAMATAN NGUNTORONADI KABUPATEN WONOGIRI
ARI GUSNANTO H0306041 RINGKASAN
Sentra industri brem di Kecamatan Nguntoronadi potensial dikembangkan menjadi salah satu kearifan lokal yang dimiliki Kabupaten Wonogiri. Eksistensi sentra ini berkontribusi terhadap pembangunan daerah dalam penyerapan tenaga kerja dan memicu tumbuh kembang beberapa bentuk usaha pendukung terkait. Upaya pengambangan terhadap sentra ini sangat diperlukan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor internal dan eksternal yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang serta ancaman dalam pengembangan sentra industri brem di Kecamatan Nguntoronadi Kabupaten Wonogiri, kemudian merumuskan alternatif strategi dan menentukan prioritas strategi yang dapat diterapkan dalam pengembangan sentra industri brem tersebut.
Metode dasar yang digunakan dalam penelitian adalah metode deskriptif
analitis. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara purposive (sengaja), di Desa
Bumiharjo dan Desa Gebang, Kecamatan Nguntoronadi, Kabupaten Wonogiri. Di dua desa inilah terdapat satu-satunya sentra industri brem di lingkup wilayah Kabupaten Wonogiri. Jenis data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Metode analisis data yang digunakan adalah (1) analisis SWOT untuk mengidentifikasi faktor internal dan eksternal, (2) matriks SWOT digunakan untuk merumuskan alternatif strategi pengembangan sentra industri brem, dan (3) matriks QSP untuk menentukan prioritas strategi pengembangan sentra industri brem.
Dalam pengembangan sentra industri brem di Kecamatan Nguntoronadi Kabupaten Wonogiri, faktor-faktor yang menjadi kekuatan adalah para pengusaha
yang berpengalaman, terdapat labour pool, terdapat komunitas agen
pemasaran/bakul, terdapat paguyuban pengrajin dan bakul, serta terdapat
knowledge spill-over. Faktor-faktor yang menjadi kelemahan adalah para pengusaha kurang inovatif, upaya promosi kurang, kualitas kepingan brem kurang rapi dan kurang higienis, kemasan kurang menarik, serta belum tercipta aksi bersama. Faktor-faktor yang menjadi peluang adalah permintaan tinggi, kebutuhan bahan untuk produksi terjamin, perhatian pemerintah berupa bantuan teknis dan keuangan, perkembangan teknologi pengolahan pangan, serta perkembangan teknologi informasi. Faktor-faktor yang menjadi ancaman adalah fluktuasi harga bahan baku, inovasi produk pesaing sejenis, promosi produk pesaing tak sejenis, alokasi anggaran pemerintah terbatas, serta dampak buruk musim penghujan (cuaca). Alternatif strategi yang dapat diterapkan antara lain: meningkatkan peran agen pemasaran untuk memperluas dan memperkuat jaringan pemasaran, meningkatkan kerjasama antar pengusaha dalam berbagi informasi gagasan dan pemecahan masalah bersama, serta memanfaatkan bantuan teknis dan keuangan lembaga pemerintah untuk memperbaiki kualitas SDM dan memperkuat permodalan sentra guna meningkatkan kemampuan produksi. Strategi yang mendapat prioritas utama untuk diterapkan adalah memanfaatkan bantuan teknis dan keuangan lembaga pemerintah untuk memperbaiki kualitas SDM dan memperkuat permodalan sentra guna meningkatkan kemampuan produksi.
(12)
commit to user
xiii
DEVELOPMENT STRATEGIES OF BREM INDUSTRIES CLUSTER IN NGUNTORONADI SUBDISTRICT OF WONOGIRI REGENCY
ARI GUSNANTO H0306041
SUMMARY
Brem industry cluster in Nguntoronadi Subdistrict is potential to be develop as local wisdom of Wonogiri Regency. The existence of this cluster has contribution in local building on labours absorbing and stimulate the growth and development some kind of rellevan supporting business. Development effort for this sentra is indispensable.
This research are aims to identify internal and external factors into strengths, weaknesses, opportunities and threats in the development of brem industrial cluster in Nguntoronadi Subdistrict of Wonogiri Regency, formulate alternative strategies that can be applied and set priorities that can be applied in development of brem industrial cluster in Nguntoronadi Subdistrict of Wonogiri Regency.
The basic method of this research uses descriptive analytical method. The method to determine the location of the research done by purposive, which is in Gebang and Bumiharjo Villages of Nguntoronadi Subdistrict in Wonogiri Regency. There are in both villages come across the only brem industrial cluster in around Wonogiri Regency. Data used in this study are primary and secondary data. Analysis methods of data used are (1) SWOT analysis to identify internal and external factors into strengths, weaknesses, opportunities and threats, (2) SWOT matrix is used to formulate alternative strategies for developing brem industrial cluster, and (3) matrix QSP to determine the priority of an brem industrial cluster development strategy.
On developing brem industrial cluster in Nguntoronadi Subdistrict of Wonogiri Regency, the key factors as a strengths includes experienced enterpreneurs, the disposal for labour pool, the existence of brem salesmans community, the existence of brem industrial cluster organization and the rashness for knowledge spill-over. The key factors as a weakness includes inovativeless enterpreneurs, the poorness of product promotions, the poor hygiene and punctual bend of brem piece, the bad form of brem packs and the poorness for enterpreneurs joint actions. The key factors as an opportunities includes the much of demand quantity, the disposal for productions ingredients, the government support and assistance, food manufactures technology developments and informations technology developments. The key factors as a threats includes raw materials price fluctuation, congener competitor product inovations, another kind competitors product promotions, limited government budget alocations and rainy seasons bad effects. Strategies choices that could be aplicated includes increase salesmans role to extend and strengthen marketing networks, increase entrepreneurs teamworks for informations, idea, knowledge and problem solving share, using government support and assistance for labour quality increase and capital strengthen to increase production ability. The most priorited strategy to aplicated is using the government support and assistance for labour quality increase and capital strengthen to increase production ability.
(13)
STRATEGI PENGEMBANGAN SENTRA INDUSTRI BREM DI KECAMATAN NGUNTORONADI
KABUPATEN WONOGIRI Ari gusnanto1
Dr. Ir. Mohd. Harisudin, MSi.2
Ir. Agustono, M.Si.3 ABSTRACT
This research are aims to identify internal and external factors into strengths, weaknesses, opportunities and threats in the development of brem industrial cluster in Nguntoronadi Subdistrict of Wonogiri Regency, formulate alternative strategies that can be applied and set priorities that can be applied in development of brem industrial cluster in Nguntoronadi Subdistrict of Wonogiri Regency.
On developing brem industrial cluster in Nguntoronadi Subdistrict of Wonogiri Regency, the key factors as a strengths includes experienced enterpreneurs, the disposal for labour pool, the existence of brem salesmans community, the existence of brem industrial cluster organization and the rashness for knowledge spill-over. The key factors as a weakness includes inovativeless enterpreneurs, the poorness of product promotions, the poor hygiene and punctual bend of brem piece, the bad form of brem packs and the poorness for enterpreneurs joint actions. The key factors as an opportunities includes the much of demand quantity, the disposal for productions ingredients, the government support and assistance, food manufactures technology developments and informations technology developments. The key factors as a threats includes raw materials price fluctuation, congener competitor product inovations, another kind competitors product promotions, limited government budget alocations and rainy seasons bad effects.
Strategies choices that could be aplicated includes increase salesmans role to extend and strengthen marketing networks, increase entrepreneurs teamworks for informations, idea, knowledge and problem solving share, using government support and assistance for labour quality increase and capital strengthen to increase production ability. The most priorited strategy to aplicated is using the government support and assistance for labour quality increase and capital strengthen to increase production ability.
Key Words: Strategy, Development, Brem, Wonogiri
Explanation:
1. The Department/Programme Social Economis Agricultural/Agrobusiness Agiculture Faculty Sebelas Maret University H 0306041
2. Lecture of main guide
(14)
STRATEGI PENGEMBANGAN SENTRA INDUSTRI BREM DI KECAMATAN NGUNTORONADI
KABUPATEN WONOGIRI Ari gusnanto1
Dr. Ir. Mohd. Harisudin, MSi.2
Ir. Agustono, M.Si.3 ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor internal dan eksternal yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang serta ancaman dalam pengembangan sentra industri brem di Kecamatan Nguntoronadi Kabupaten Wonogiri, kemudian merumuskan alternatif strategi dan menentukan prioritas strategi yang dapat diterapkan dalam pengembangan sentra industri brem tersebut.
Dalam pengembangan sentra industri brem di Kecamatan Nguntoronadi Kabupaten Wonogiri, faktor-faktor yang menjadi kekuatan adalah para pengusaha yang
berpengalaman, terdapat labour pool, terdapat komunitas agen pemasaran/bakul, terdapat
paguyuban pengrajin dan bakul, serta terdapat knowledge spill-over. Faktor-faktor yang
menjadi kelemahan adalah para pengusaha kurang inovatif, upaya promosi kurang, kualitas kepingan brem kurang rapi dan kurang higienis, kemasan kurang menarik, serta belum tercipta aksi bersama. Faktor-faktor yang menjadi peluang adalah permintaan tinggi, kebutuhan bahan untuk produksi terjamin, perhatian pemerintah berupa bantuan teknis dan keuangan, perkembangan teknologi pengolahan pangan, serta perkembangan teknologi informasi. Faktor-faktor yang menjadi ancaman adalah fluktuasi harga bahan baku, inovasi produk pesaing sejenis, promosi produk pesaing tak sejenis, alokasi anggaran pemerintah terbatas, serta dampak buruk musim penghujan (cuaca).
Alternatif strategi yang dapat diterapkan antara lain: meningkatkan peran agen pemasaran untuk memperluas dan memperkuat jaringan pemasaran, meningkatkan kerjasama antar pengusaha dalam berbagi informasi gagasan dan pemecahan masalah bersama, serta memanfaatkan bantuan teknis dan keuangan lembaga pemerintah untuk memperbaiki kualitas SDM dan memperkuat permodalan sentra guna meningkatkan kemampuan produksi. Strategi yang mendapat prioritas utama untuk diterapkan adalah memanfaatkan bantuan teknis dan keuangan lembaga pemerintah untuk memperbaiki kualitas SDM dan memperkuat permodalan sentra guna meningkatkan kemampuan produksi.
Kata Kunci: Strategi, Pengembangan, Brem, Wonogiri
Keterangan :
1. Mahasiswa Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta dengan NIM H 0306041
2. Dosen Pembimbing Utama
(15)
commit to user I. PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Kondisi krisis yang melanda Indonesia pada tahun 1997 menyebabkan beberapa investasi skala besar yang selama beberapa dekade mampu menopang perekonomian Indonesia kolaps. Keadaan tersebut memicu terjadinya krisis ekonomi yang diikuti berbagai permasalahan dalam negeri yang semakin kompleks. Pemerintah pusat berupaya menanggulangi dampak negatif dari kondisi tersebut dengan membuat dan memberlakukan beberapa kebijakan dan peraturan baru. Salah satunya yaitu Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 diganti dengan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah dan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 diganti dengan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah (Wasito, 2006).
Diberlakukannya undang-undang tersebut memberikan kewenangan penuh kepada pemerintah daerah untuk menggali setiap potensi yang dimiliki guna meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Kewenangan tersebut berlaku untuk setiap daerah termasuk Kabupaten Wonogiri yang merupakan salah satu kabupaten yang ada di Provinsi Jawa Tengah. Menurut Wasito (2006), sebagai perwujudan kewenangan dan tanggung jawab tersebut pemerintah Kabupaten Wonogiri mencanangkan empat pilar pembangunan yang berbasis pada pengembangan industri/agroindustri, pengembangan perdagangan, pengembangan penanaman modal dan pengembangan koperasi dan usaha kecil dan menengah.
Terkait basis pilar pembangunan tersebut, di Kabupaten Wonogiri terdapat satu sentra agroindustri yang mengolah komoditas pertanian beras ketan menjadi makanan olahan yang disebut dengan nama brem. Sentra industri brem ini berada di Desa Bumiharjo dan Desa Gebang Kecamatan Nguntoronadi. Berdasarkan jumlah tenaga kerja, industri brem di Kecamatan Nguntornadi termasuk dalam kategori jenis industri rumah tangga. Industri rumah tangga adalah industri yang jumlah tenaga kerja berjumlah antara 1-4
(16)
commit to user
orang (Anonimb, 2006). Berdasarkan eksistensi dinamisnya, industri brem di
Kecamatan Nguntoronadi termasuk sentra industri. Sentra industri yaitu kelompok jenis industri yang dari segi satuan usaha mempunyai skala kecil tetapi membentuk suatu pengelompokan atau kawasan produksi yang terdiri dari kumpulan unit usaha yang menghasilkan barang sejenis (Azhary, 1986).
Sentra industri brem sangat potensial untuk dikembangkan menjadi salah satu kearifan lokal yang dimiliki Kabupaten Wonogiri. Sentra industri brem di Kecamatan Nguntoronadi merupakan aset yang sangat berharga bagi bangsa Indonesia karena sentra industri brem ini merupakan satu-satunya sentra industri di Indonesia yang memproduksi makanan khas yang biasa dikenal sebagai brem putih atan Brem Wonogiri yang tidak dimiliki oleh daerah-daerah lain. Berkaitan dengan pembangunan daerahpun sentra industri brem di Kecamatan Nguntoronadi memiliki peran yang cukup besar. Bentuknya yang berupa sentra industri menjadikannya sebagai salah satu sektor informal yang membantu peran pemerintah daerah dalam menyerap tenaga kerja, menyediakan lapangan pekerjaan, meningkatkan pendapatan perkapita maupun pendapatan asli daerah. Mengelompoknya agroindustri brem dalam satu wilayah juga memicu muncul dan berkembangnya berbagai peluang usaha pendukung yang ada di sekitarnya. Bentuk-bentuk usaha tersebut misalnya usaha pemasok bahan baku dan bahan produksi, budidaya tanaman bahan baku produksi, usaha pemasaran brem dan sebagainya.
Potensi internal yang dimiliki sentra industri brem di Kecamatan Nguntoronadi untuk berkembang saat ini cukup besar. Kerjasama antar unit usaha dalam sentra industri ini akan memberikan kesempatan tumbuhnya ruang belajar secara kolektif untuk meningkatkan kualitas produk dan pindah ke segmen pasar yang lebih menguntungkan. Jaringan bisnis diantara perusahaan, penyedia jasa layanan usaha (misal institusi pelatihan, sentra teknologi, dan lain-lain) dan perumus kebijakan lokal, dapat mendukung pembentukan suatu visi pengembangan lokal bersama dan memperkuat tindakan kolektif untuk meningkatkan daya saing usaha industri brem. Dengan demikian, sentra industri dapat menjadi alat yang baik untuk
(17)
commit to user
mengatasi hambatan akibat ukuran usaha industri brem dan berhasil mengatasi persaingan dalam suatu lingkungan pasar yang semakin kompetitif. Melihat begitu strategis peran dan potensi yang dimiliki sentra industri brem di Kecamatan Nguntoronadi, tentu upaya pengembangan terhadap sentra industri tersebut saat ini sangat perlu untuk dilakukan. Upaya pengembangan harus disertai dengan strategi baru yang lebih tepat untuk memetakan target-target perkembangan aktual yang ingin dicapai. Berdasarkan argumen inilah peneliti berupaya melakukan analisis terhadap sentra industri brem di Kecamatan Nguntoronadi untuk menyusun strategi yang tepat bagi pengembangan sentra industri tersebut.
B. Perumusan masalah
Menurut Surat Keputusan Menteri Negara Koperasi dan UKM No: 32/Kep/M.KUKM/IV/2002, tanggal 17 April 2002 tentang Pedoman Penumbuhan dan Pengembangan Sentra UKM, Sentra didefinisikan sebagai pusat kegiatan di kawasan/lokasi tertentu dimana terdapat UKM yang menggunakan bahan baku/sarana yang sama, menghasilkan produk yang sama/sejenis serta memiliki prospek untuk dikembangkan menjadi klaster. Sedangkan klaster adalah pusat kegiatan UKM pada sentra yang telah berkembang, ditandai oleh munculnya pengusaha-pengusaha yang lebih maju, terjadi spesialisasi proses produksi pada masing-masing UKM dan
kegiatan ekonominya saling terkait dan saling mendukung (Anonimc, 2006).
Apabila pengertian sentra dan klaster didasarkan pada uraian diatas, maka tampak perbedaan diantara keduanya bahwa sentra dipandang dengan konsep aglomerasi ekonomi sebagai sebatas pengelompokan industri secara sektoral dan secara geografis sedangkan kluster dipandang sebagai pengelompokan industri tidak hanya secara geografis namun juga secara fungsional keterkaitan antar perusahaan dalam sentra telah membentuk kerjasama yang harmonis dan saling mendukung. Berdasarkan kondisi situasional selama ini, sentra industri brem di Kecamatan Nguntoronadi lebih tepat dikategorikan sebagai aglomerasi ekonomi sejumlah industri yang
(18)
commit to user
tentunya memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi klaster. Hal ini menunjukkan bahwa permasalahan dalam penelitian ini adalah memunculkan tanda-tanda klaster dalam tubuh sentra industri brem berdasarkan posisi strategis sentra saat ini. Upaya tersebut dapat dicapai dengan strategi pengembangan.
Sebagaimana diungkapkan Rangkuti (2006), strategi merupakan respon secara terus-menerus maupun adaptif terhadap peluang dan ancaman eksternal serta kekuatan dan kelemahan internal yang dapat mempengaruhi perusahaan. Objek penelitian ini adalah sebuah sentra industri yang terdiri dari beberapa industri di dalamnya. Berdasarkan kondisi tersebut maka batasan-batasan lingkungan eksternal dan lingkungan internal yang dianalisis adalah lingkungan eksternal dan lingkungan internal sentra. Lingkungan eksternal mencakup variabel-variabel kesempatan dan ancaman yang berada di luar sentra industri brem yang merujuk pada peristiwa dan kecenderungan ekonomi, sosial, budaya, pemerintahan, teknologi, dan persaingan. Sedangkan lingkungan internal mencakup variabel-variabel kekuatan dan kelemahan sentra industri brem yang merujuk pada karakteristik sistem informasi dan manajemen sentra industri brem di Kecamatan Nguntoronadi serta karakteristik komulatif dari keseluruhan rumah tangga industri yang terdapat dalam sentra industri tersebut (manajemen keungan, sumber daya manusia, pemasaran dan operasional produksi).
Deskripsi tentang peluang, ancaman, kekuatan dan kelemahan yang dimiliki sentra industri tersebut kemudian digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam proses perumusan strategi yang hendak diciptakan. Orientasi perumusan strategi tersebut adalah memanfaatkan peluang eksternal dan menghindari atau mengurangi dampak ancaman eksternal serta berusaha menonjolkan kekuatan internal dan menghapus kelemahan internal. Berdasarkan uraian tersebut maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut:
(19)
commit to user
1. Bagaimanakah keragaan sentra industri brem di Kecamatan Nguntoronadi?
2. Lingkungan-lingkungan internal dan eksternal apa saja yang dapat menjadi
kekuatan dan kelemahan serta peluang dan ancaman bagi sentra industri brem di Kecamatan Nguntoronadi?
3. Alternatif strategi apa saja yang dapat diterapkan bagi pengembangan
sentra industri brem di Kecamatan Nguntoronadi?
4. Prioritas strategi apa yang paling tepat diterapkan untuk mengembangkan
sentra industri brem di Kecamatan Nguntoronadi?
C. Tujuan penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini, kaitannya dengan usaha industri brem skala rumah tangga di Kecamatan Nguntoronadi adalah:
1. Menganalisis keragaan sentra industri brem di Kecamatan Nguntoronadi.
2. Mengidentifikasi kondisi lingkungan internal dan eksternal yang dapat
menjadi kekuatan dan kelemahan serta peluang dan ancaman bagi sentra industri brem di Kecamatan Nguntoronadi.
3. Menentukan alternatif strategi dalam pengembangan sentra industri brem
di Kecamatan Nguntoronadi.
4. Menentukan prioritas strategi yang paling tepat diterapkan untuk
mengembangkan sentra industri brem di Kecamatan Nguntoronadi.
D. Kegunaan penelitian
1. Bagi peneliti, penelitian ini bermanfaat untuk menambah pengetahuan
serta merupakan salah satu syarat kelulusan untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Bagi pengusaha, penelitian ini diharapkan menjadi bahan pertimbangan
dalam mengambil keputusan alternatif untuk mengembangkan usahanya.
3. Bagi pihak lain, hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai
bahan pertimbangan dalam pengkajian pada masalah yang sama.
4. Bagi pemerintah daerah, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
sumbangan pemikiran terhadap penetapan kebijakan, terutama kaitannya dengan sentra industri brem di Kecamatan Nguntoronadi.
(20)
commit to user II. LANDASAN TEORI
A. Penelitian Terdahulu
Windani (2007), dalam penelitian berjudul “Strategi Pengembangan Agroindustri Amplang pada Perusahaan Mawar Sari di Kota Samarinda”. Menyatakan bahwa strategi yang dapat diterapkan dalam pengembangan agroindustri amplang pada Perusahaan Mawar Sari di Kota Samarinda antara lain:
1. Meningkatkan volume produksi dan pelayanan kepada konsumen untuk
meningkatkan penjualan.
2. Memanfaatkan pembinaan dan pelatihan dari instansi terkait dalam
pengembangan dan pengelolaan perusahaan.
3. Membina dan mempertahankan hubungan baik antara perusahaan dengan
pemasok
4. Perbaikan sistem manajemen dan kualitas sumber daya manusia untuk
meningkatkan profesionalisme dan kemampuan manajerial melalui pelatihan.
5. Menjamin kontinuitas bahan baku utama.
6. Memanfaatkan bantuan pemerintah untuk meningkatkan modal dan
promosi.
7. Mempertahankan image produk.
8. Memperluas jaringan distribusi.
9. Memperluas pengenalan produk kepada masyarakat atau konsumen.
Mumpuni (2009), melakukan penelitian dengan judul “Strategi Pengembangan Sentra Industri Kecil Emping Garut di Kecamatan Andong Kabupaten Boyolali”. Hasil analisis SWOT pada penelitian tersebut menyimpulkan alternatif strategi yang dapat diterapkan dalam usaha pengembangan Sentra Industri Kecil Emping Garut di Kecamatan Andong antara lain:
(21)
commit to user
1. Mempertahankan kualitas, hubungan dengan konsumen, jaringan distribusi
dan kemitraan untuk bertahan di pasaran.
2. Meningkatkan produktivitas dan koordinasi antara instansi yang terkait
dalam permodalan dan pengembangan budidaya tanaman garut serta sentra industri kecil emping garut.
3. Meningkatkan kualitas sumber daya pengrajin secara teknis dan pemberian
motivasi usaha melalui kegiatan pembinaan untuk memaksimalkan produktivitas dan daya saing emping garut.
Berdasarkan matriks QSP dalam penelitian tersebut, alternatif strategi yang paling tepat untuk diterapkan adalah meningkatkan produktivitas dan koordinasi antara instansi yang terkait dalam permodalan dan pengembangan budidaya tanaman garut serta sentra industri kecil emping garut.
Aspek yang dianalisis dari kedua penelitian tersebut identik dengan penelitian penulis yaitu mengenai alternatif strategi pengembangan bagi usaha agroindustri. Penulis menjadikan kedua penelitian terdahulu tersebut sebagai referensi dalam penelitian penulis untuk menganalisis alternatif strategi yang tepat dalam pengembangan usaha industri brem di Kecamatan Nguntoronadi.
B. Tinjauan pustaka 1. Brem
Brem adalah makanan yang berasal dari sari ketan yang dimasak dan dikeringkan, merupakan hasil dari fermentasi ketan hitam yang diambil sarinya saja yang kemudian diendapkan dalam waktu sekitar sehari semalam.Sensasi makanan ini muncul ketika makanan dimasukkan ke dalam mulut akan langsung mencair dan lenyap meninggalkan rasa semriwing di lidah. Dikenal beberapa bentuk brem yang terdapat di pasaran, berupa makanan dan minuman. Brem berupa makanan terkenal dari Madiun dan Wonogiri, sedangkan yang berupa cairan berasal dari pulau Bali dan Nusa Tenggara (Anonim, 2010).
(22)
commit to user 2. Brem Wonogiri
Brem dari Kabupaten Wonogiri, Provinsi Jawa Tengah, berbentuk lempeng pipih bundar dengan diameter rata-rata 5 cm dan ketebalan sekitar 0,3 cm. Brem asal Wonogiri berwarna putih dan proses pengeringannya melalui dijemur langsung dibawah panas terik matahari selama tiga hari (Anonim, 2010).
Brem adalah makanan kecil yang bahannya dibuat dari kristal olahan air tape ketan. Pembuatan brem di Kabupaten Wonogiri, tumbuh menjadi industri rumah tangga warga Desa Gebang, Kecamatan Nguntoronadi (lebih kurang 25 kilometer arah selatan Kota Wonogiri) (Pur, 2003).
Pengembangan industri brem di Kabupaten Wonogiri sudah berlangsung sejak lama. Pengembangan industri ini dilakukan secara tradisional dan secara turun temurun selama puluhan tahun atau bahkan sampai ratusan tahun silam. Disamping itu, limbah industri brem ini bisa dimanfaatkan untuk makanan ternak sebagai pemacu penggemukan sapi. Oleh karena itu, hampir setiap penduduk yang menggeluti industri brem ini dipastikan juga memiliki usaha ternak. Pada proses pembuatan makanan brem, dari bahan dasar yang diproses, hanya sekitar 30% yang berhasil menjadi makanan brem. Sisanya 70% menjadi limbah yang
berupa air dan ampas beras (Anonima, 2006).
3. Industri Kecil
Menurut Azhari (1986), industri kecil mempunyai pengertian yang berbeda di berbagai negara. Di Indonesia industri kecil didefinisikan sebagai sebuah unit usaha industri yang mempekerjakan antara 5-19 orang. Berdasarkan eksistensi dinamisnya, industri kecil (dan rumah tangga) di Indonesia dapat dibagi ke dalam tiga kelompok kategori yaitu :
a. Industri lokal, yaitu kelompok jenis industri yang menggantungkan
kelangsungan hidupnya kepada pasar setempat yang terbatas, serta relatif tersebar dari segi lokasinya.
b. Industri sentra, yaitu kelompok jenis industri yang dari segi satuan
(23)
commit to user
atau kawasan produksi yang terdiri dari kumpulan unit usaha yang menghasilkan barang sejenis.
c. Industri mandiri, yaitu kelompok jenis industri yang masih mempunyai
sifat-sifat industri kecil, namun telah berkemampuan mengadakan teknologi produksi yang cukup canggih.
Menurut Anonim (2009), Industri Kecil dan Menengah (IKM) di Indonesia memegang peranan sentral dan strategis dalam pembangunan ekonomi kerakyatan dan penyerapan tenaga kerja yang cukup besar yaitu 97,85 % pada tahun 2001. Jika IKM mendapat perhatian khusus dengan pola pengembangan dan kebijakan yang terarah maka akan menjadi tulang
punggung (backbone) bangkitnya sektor riil di Daerah.
4. Industri sentra a. Definisi
Menurut Surat Keputusan Menteri Negara Koperasi dan UKM No: 32/Kep/M.KUKM/IV/2002, tanggal 17 April 2002 tentang Pedoman Penumbuhan dan Pengembangan Sentra UKM, Sentra didefinisikan sebagai pusat kegiatan di kawasan/lokasi tertentu dimana terdapat UKM yang menggunakan bahan baku/sarana yang sama, menghasilkan produk yang sama/sejenis serta memiliki prospek untuk dikembangkan menjadi klaster. Sedangkan klaster adalah pusat kegiatan UKM pada sentra yang telah berkembang, ditandai oleh munculnya pengusaha-pengusaha yang lebih maju, terjadi spesialisasi proses produksi pada masing-masing UKM dan kegiatan ekonominya saling terkait dan saling mendukung. Dari definisi ini, tampak bahwa klaster adalah bentuk lain dari sentra yang
telah berkembang dan maju (Anonimc, 2006).
b. Fungsi dan potensi
Sentra-sentra industri yang di dalamnya terdapat industri kecil dan menengah (IKM), telah memperoleh keuntungan karena berada
di dalam suatu wilayah yang berdekatan (geographical proximity). Di
(24)
commit to user
khusus dan sangat dibutuhkan oleh perusahaan-perusahaan (labour
pool) dan adanya pertukaran informasi dan gagasan (knowledge
spill-over) (Marshall dalam Marijan,2005).
Keuntungan-keuntungan yang didapat dari kedekatan dengan perusahaan-perusahaan lain itu disebut penghematan eksternal (external economies). Keuntungan demikian berbeda dengan
keuntungan akibat penghematan internal (internal economies), yakni
penghematan-penghematan biaya yang terjadi di dalam suatu unit perusahaan itu sendiri, termasuk adanya efisiensi. Hanya saja, adanya external economies itu tidak serta merta melahirkan adanya kluster industri yang dinamis (Marijan, 2005).
Schmitz dalam Marijan (2005) mengemukakan bahwa kluster industri bisa berlangsung secara dinamis dan menguntungkan unit-unit usaha yang ada di dalamnya kalau mampu melahirkan apa yang
disebut collective efficiency (efisiensi kolektif). Collective efficiency
adalah keunggulan kompetitif yang disebabkan oleh external
economies dan joint action (aksi bersama).
Menurut Marijan (2005), Efesiensi kolektif yang disebabkan oleh external economies pada dasarnya bersifat pasif. Keuntungan yang diperoleh lebih banyak disebabkan oleh lokasi yang sama. Melalui lokasi yang sama ini, perusahaan-perusahaan yang ada di dalamnya secara mudah bisa memperoleh tenaga kerja yang dibutuhkan. Lokasi yang sama juga akan memudahkan perusahaan-perusahaan itu berhubungan dengan para suppliers dan buyers. Relasi antar perusahaan yang ada di dalam kluster itu akan bersifat dinamis manakala perusahaan-perusahaan yang ada di dalamnya mengadakan aksi bersama. Aksi bersama itu, khususnya, berkaitan dengan upaya untuk mengatasi masalah bersama.
Ketika IKM itu menghadapi masalah permodalan, misalnya, mereka bisa membentuk kelompok dan membuat kerangka kerja penjaminan bersama ketika harus berhubungan dengan bank-bank
(25)
commit to user
yang akan memberi pinjaman. Demikian juga ketika menghadapi masalah-masalah lain seperti masalah teknologi dan pemasaran hasil-hasil produksi. Di dalam aksi bersama itu tidak berarti bahwa semua perusahaan-perusahaan yang ada di dalam kluster industri itu serentak melakukan hal yang sama. Aksi bersama itu bisa dilakukan oleh sekelompok kecil perusahaan. Di dalam proses produksi, misalnya, ada perusahaan-perusahaan yang melakukan penggarapan sampai
setengah jadi, sedangkan proses penyelesiannya (finishing) bisa
dilakukan oleh perusahaan-perusahaan yang lain. Dengan demikian, antara perusahaan yang satu dengan perusahaan yang lain terdapai relasi yang saling menguntungkan.
c. Tahap perkembangan
Tahap Perkembangan Sentra, menunjukkan tahapan
perkembangan sebuah sentra, mulai dari terbentuk, tumbuh, berkembang, dan Evolusi. Daur ini diadopsi dari perkembangan sentra menurut Marshall. Jika tambahan perkuatan menghasilkan penurunan produktivitas, maka diduga bahwa rata-rata sentra yang difasilitasi berada dalam tahapan yang sedang berevolusi. Ciri-ciri masing-masing tahap perkembangan adalah:
1) Sentra dalam tahap baru terbentuk baru memiliki 1 atau 2 unit
usaha innovator/pioneer yang memulai usahanya, dan Tenaga
kerja didatangkan dari daerah lain
2) Sentra tumbuh memiliki unit usaha baru yang bermunculan
meniru produk innovator, tenaga kerja berdatangan dari daerah
lain, dan tenaga kerja lokal mulai terlibat
3) Sentra berkembang dicirikan dengan termasuk ke dalam kategori
unit usaha baru bermunculan meniru produk innovator atau
menciptakan produk modifikasi, tenaga kerja menetap, banyak tenaga kerja lokal terlibat penuh, munculnya unit usaha pemasok bahan baku pembuatan produk sentra, munculnya pedagang
(26)
commit to user
pengumpul/individu yang bertindak sebagai agen penjualan, dan Pemerintah Daerah membentuk institusi pendukung.
4) Sentra berevolusi tampak dari pengusaha besar dalam sentra
mulai mencari produk baru yang lebih baik di luar produk saat ini, Perusahaan pemasok bahan baku termasuk ke dalam kategori berkembang, institusi bentukan pemerintah daerah berfungsi dengan efektif, dan daya saing produk sentra kuat dan berkelanjutan
5) Sentra sedang berevolusi (turun) jika jumlah unit usaha dalam
sentra menurun, pengusaha memilih berusaha di bidang lain, pasokan bahan baku berkurang, pemerintah daerah tidak menganggap sentra strategis, dan daya saing produk sentra berkurang.
Pandangan terhadap tahap sentra menunjukkan bahwa kebanyakan sentra agribisnis yang diamati berada dalam tahapan dewasa. Sentra dalam tahapan dewasa biasanya sudah terbentuk lama, mulai kehilangan batas-batasnya dan menggunakan peralatan yang cenderung usang. Dalam kasus sentra agribisnis, maka sentra cenderung telah berusia lebih dari 15 tahun, menggunakan daya dukung lahan yang semakin menyempit dan bibit yang semakin terdegradasi. Sentra agribisnis yang ada dalam tahap dewasa sesungguhnya menyimpan potensi masalah sebesar peluang evolusi
naik yang mungkin dilakukan. (Anonimc, 2006).
d. Kelemahan
Potensi IKM di Indonesia sebenarnya sangat besar. Hanya saja, potensi yang besar itu belum termaksimalkan. Salah satu kelemahan
dari sektor industri yang mengelompok (clustered) adalah bahwa
mereka cenderung hanya menikmati keuntungan-keuntungan akibat
lokasi yang sama (external economies). Mereka belum maksimal
memanfaatkan jaringan untuk bekerjasama (joint action) guna
(27)
commit to user
IKM itu bisa terus tumbuh berkembang, langkah strategis yang perlu dilakukan adalah mendorong munculnya modal sosial di antara
pelaku usaha di kelompok kluster, upgrading teknologi dan kualitas
produk, dan networking di pasar internasional (Marijan,2005).
5. Pendapatan, Biaya dan Penerimaan
Menurut Djuwari (1994), Pendapatan usahatani dapat dianalisis dengan dua pendekatan :
a. Pendekatan pendapatan
Digunakan jika usahatani yang dikelola bersifat subsisten dan tidak berorientasi keuntungan. Pendapatan diperoleh dari mengurangi pene-rimaan dengan biaya yang secara nyata dikeluarkan untuk faktor produksi yang berasal dari luar.
b. Pendekatan keuntungan/perusahaan
Digunakan jika usahatani yang dikelola bersifat komersil atau untuk memaksimumkan keuntungan. Keuntungan merupakan selisih dari pe-nerimaan dengan biaya yang secara nyata digunakan untuk biaya fak-tor produksi yang berasal dari luar dan biaya untuk fakfak-tor produksi mi-lik sendiri misalnya sewa lahan mimi-lik petani sendiri, tenaga kerja ke-luarga dan bunga modal milik sendiri.
Menurut Simamora (1999), Biaya (cost) adalah kas atau nilai setara
kas yang dikorbankan untuk barang atau jasa yang diharapkan memberikan keuntungan pada saat ini atau di masa mendatang bagi perusahaan. Biaya berkaitan dengan segala jenis perusahaan bisnis, non-bisnis, jasa, eceran dan pabrikasi. Biaya dikeluarkan untuk menghasilkan manfaat-manfaat di masa depan. Perusahaan yang berorientasi laba, manfaat-manfaat di masa depan biasanya berarti pendapatan. Pada umumnya, jenis-jenis biaya yang dikeluarkan dan cara biaya tersebut diklasifikasikan tergantung pada jenis organisasinya.
Gasperz (1999), mengungkapkan bahwa biaya total merupakan keseluruhan biaya produksi yang dikeluarkan, yaitu merupakan penjumlahan biaya tetap dan biaya variabel. Menurut Suparmoko (2001),
(28)
commit to user
biaya tetap (fixed cost) adalah biaya produksi yang timbul karena
penggunaan faktor produksi yang tetap, sehingga biaya yang dikeluarkan untuk membiayai faktor produksi juga tetap tidak berubah walaupun julah barang yang dihasilkan berubah-ubah. Dalam jangka pendek yang termasuk biaya tetap adalah biaya untuk mesin dan peralatan, upah dan gaji tetap untuk tenaga kerja dan karyawan.
Sedangkan biaya variabel menurut Simamora (1999), adalah biaya yang jumlah keseluruhannya berubah sebanding dengan perubahan tingkat aktivitas bisnis. Dengan demikian apabila aktifitas meningkat sepuluh persen, maka jumlah biaya variabel per unit jumlahnya tetap pada saat terjadi perubahan tingkat aktivitas. Aktivitas dapat dinyatakan dalam beberapa cara, seperti unit yang dihasilkan, unit yang dijual, jasa mesin yang dioperasikan, dan seterusnya. Contoh-contoh biaya variabel dalam perusahaan fabrikan adalah biaya bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung.
Diungkapakan oleh Herlambang (2002) bahwa berdasarkan harga pasar P dan jumlah output perusahaan adalah Y, maka penerimaan total (TR) perusahaan adalah PY. Apabila terjadi perubahan jumlah output (Y) berarti memerlukan perubahan pemakaian input sama artinya dengan terjadi perubahan biaya. Selain itu akan mengakibatkan terjadinya perubahan penerimaan perusahaan.
6. Arti Penting Strategi
Strategi adalah bakal tindakan yang menuntut keputusan manajemen puncak dan sumber daya perusahaan yang banyak untuk merealisasikannya. Disamping itu, strategi juga mempengaruhi kehidupan perusahaan dalam jangka panjang, paling tidak selama lima tahun. Oleh karena itu, sifat strategi adalah berorientasi ke masa depan. Strategi mempunyai konsekuensi multifungsional dan multidivisional dan dalam perumusannya memerlukan pertimbangan faktor-faktor internal maupun eksternal yang dihadapi perusahaan (David, 2004).
(29)
commit to user
Produsen perlu memahami perubahan yang terjadi di lingkungan internal dan eksternal perusahaannya guna memperoleh keuntungan dari peluang produksi, investasi dan perdagangan saat ini serta pengaruh
peluang-peluang tersebut terhadap daya saing. Mereka dapat
mengantisipasi dan meresponnya dengan cara perencanaan secara efektif (Samad, 2009). Perencanaan memiliki tiga keuntungan pokok; identifikasi terhadap peluang dimasa depan, antisipasi dan penghindaran terhadap permasalahan-permasalahan di masa depan, perkembangan strategi dan tindakan-tindakan taktis (Anon dalam Samad, 2009). Perkembangan kemungkinan-kemungkinan alternatif strategi bergantung pada seberapa jauh kemampuan produsen dalam menganalisis lingkungan internal dan eksternalnya guna mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan daya saing, peluang dan ancaman potensial bagi usaha tersebut (Samad, 2009).
Selain itu menurut Rangkuti (2006), strategi merupakan respon secara terus-menerus maupun adaptif terhadap peluang dan ancaman eksternal serta kekuatan dan kelemahan internal yang dapat mempengaruhi perusahaan. Diungkapkan pula oleh Grant (1995), Pentingnya strategi bisnis adalah untuk menentukan cara perusahaan dalam mengembangkan sumber daya yang dimiliki dalam lingkungannya sehingga dapat mencapai sasaran jangka panjang serta bagaimana caranya mengorganisir perusahaan untuk mengimplementasikan strategi tersebut.
7. Perumusan Strategi
Perumusan strategi adalah pengembangan rencana jangka panjang
untuk manajemen efektif dari kesempatan dan ancaman lingkungan,
dilihat dari kekuatan dan kelemahan perusahaan. Strategi yang dirumuskan bersifat lebih spesifik tergantung kegiatan fungsional
manajemen (Hunger and Wheelen, 2003).
Menurut David (2004), perumusan strategi mencakup kegiatan mengembangkan visi dan misi suatu usaha, mengidentifikasi peluang dan ancaman eksternal organisasi, menentukan kekuatan dan kelemahan internal organisasi, menetapkan tujuan jangka panjang organisasi,
(30)
commit to user
membuat sejumlah strategi alternatif untuk organisasi, dan memilih strategi tertentu untuk digunakan.
Dengan demikian, perencanaan strategis merupakan bagian dari manajemen strategis. Manajemen strategis adalah seni dan ilmu untuk
pembuatan (formulating), penerapan (implementing) dan evaluasi
(evaluating) keputusan-keputusan strategis antar fungsi yang memungkinkan sebuah organisasi mencapai tujuan di masa datang. Jadi, perencanaan strategis lebih terfokus pada bagimana manajemen puncak menentukan visi, misi, falsafah, dan strategi perusahaan untuk mencapai tujuan perusahaan jangka panjang (Umar, 2003).
a. Analisis Situasi/SWOT
Analisis situasi merupakan awal proses perumusan strategi. Selain itu, analisis situasi juga mengharuskan para manajer strategis untuk menemukan kesesuaian startegis antara peluang-peluang eksternal dan kekuatan-kekuatan internal, di samping memperhatikan ancaman-ancaman eksternal dan kelemahan-kelemahan internal. (Hunger and Wheelen, 2003).
Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strengths) dan peluang (opportunities), namun secara bersamaan
dapat meminimalkan kelemahan (weaknesses) dan ancaman (threats).
Proses pengambilan keputusan strategis selalu berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan, strategi, dan kebijakan perusahaan.
Dengan demikian perencana strategis (strategic planner) harus
menganalisis faktor-faktor strategis perusahaan (kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman) dalam kondisi yang ada saat ini. Hal ini disebut dengan Analisis Situasi. Model yang paling populer untuk analisis situasi adalah Analisis SWOT (Rangkuti, 2006)
(31)
commit to user 1) Analisis Situasi Eksternal
Lingkungan eksternal terdiri dari variabel-variabel
(kesempatan dan ancaman) yang berada di luar organisasi dan tidak secara khusus ada dalam pengendalian jangka pendek dari manajemen puncak. Variabel-variabel tersebut membentuk keadaan dalam organisasi dimana organisasi ini hidup. Lingkungan eksternal memiliki dua bagian yaitu lingkungan kerja dan lingkungan sosial (Hunger and Wheelen, 2003).
Peluang dan ancaman eksternal merujuk pada peristiwa dan tren ekonomi, sosial, budaya, demografi, lingkungan, politik, hukum, pemerintahan, teknologi, dan persaingan yang dapat menguntungkan atau merugikan suatu organisasi secara berarti di masa depan. Peluang dan ancaman sebagian besar di luar kendali suatu organisasi. Perusahaan harus merumuskan strategi untuk memanfaatkan peluang-peluang eksternal dan untuk menghindari atau mengurangi dampak ancaman eksternal (David, 2004).
2) Analisis Situasi Internal
Kekuatan dan kelemahan internal adalah segala kegiatan dalam kendali organisasi yang bisa dilakukan dengan sangat baik atau buruk. Kekuatan dan kelemahan tersebut ada dalam kegiatan manajemen, pemasaran, keuangan/akutansi, produksi/operasi, penelitian dan pengembangan, serta sistem informasi manajemen di setiap perusahaan. Setiap organisasi berusaha menerapkan strategi yang menonjolkan kekuatan internal dan berusaha menghapus kelemahan internal (David, 2004).
Lingkungan internal terdiri dari variabel-variabel (kekuatan dan kelemahan) yang ada di dalam organisasi tetapi biasanya tidak dalam pengendalian jangka pendek dari manajemen puncak. Variabel-variabel tersebut merupakan bentuk suasana dimana pekerjaan dilakukan. Variabel-variabel itu meliputi struktur, budaya, dan sumber daya organisasi (Hunger and Wheelen, 2003).
(32)
commit to user b. Analisis Strategi
Teknik-teknik perumusan strategi yang penting dapat
diintegrasikan ke dalam kerangka pembuatan keputusan tiga tahap. Tahap 1 dari kerangka perumusan terdiri dari Matriks EFE, Matriks
EFI, dan Matriks Profil Kompetitif (Competitive Profil Matrix-CPM)
disebut Tahap Masukan (Input Stage). Tahap 1 meringkas informasi
masukan dasar yang diperlukan untuk merumuskan strategi.
Tahap 2 disebut Tahap Pencocokan (Matching Stage), fokus pada
upaya menghasilkan strategi alternatif yang dapat dijalankan (feasible)
dengan memadukan faktor-faktor eksternal dan internal. Teknik-teknik
tahap 2 terdiri dari Matriks Threats Opportunities Weaknesses
Strengths (TOWS) atau Ancaman Peluang Kelemahan Kekuatan,
Matriks BCG (Boston ConsultingGroup), Matriks Internal Eksternal
(IE), dan Matriks Grand Strategy (Strategi Induk).
Tahap 3 disebut Tahap Keputusan (Decision Stage),
menggunakan satu macam teknik, yaitu Quantitative Strategic
Planning Matrix (QSPM). QSPM menggunakan informasi masukan dari Tahap 1 untuk secara objektif mengevaluasi strategi alternatif dapat dijalankan yang diidentifikasi dalam Tahap 2. QSPM mengungkap daya tarik relatif dari strategi alternatif dan karena itu menjadi dasar objektif untuk memilih strategi spesifik (David, 2004)
1) Matriks SWOT
Matriks SWOT merupakan matching tool yang penting untuk
membantu para manajer mengembangkan 4 tipe strategi. Keempat
strategi yang dimaksud adalah strategi SO (Strength-Opportunity),
strategi WO (Weakness-Opportunity), strategi ST (
Strength-Threat) dan strategi WT (Weakness-Threat). Pada matriks ini,
menentukan key success factors untuk lingkungan internal dan
eksternal merupakan bagian yang sulit sehingga dibutuhkan judgement yang baik (Umar, 2003).
(33)
commit to user
Strategi SO atau strategi kekuatan-peluang menggunakan kekuatan internal perusahaan untuk memanfaatkan peluang eksternal. Strategi WO atau strategi kelemahan-peluang bertujuan untuk memperbaiki kelemahan dengan memanfaatkan peluang
eksternal. Strategi ST atau strategi kekuatan-ancaman
menggunakan kekuatan perusahaan untuk menghindari atau mengurangi dampak ancaman eksternal. Strategi WT atau strategi kelemahan-ancaman merupakan taktik defensif yang diarahkan untuk mengurangi kelemahan internal dan menghindari ancaman eksternal (David, 2004).
2) QSPM
QSPM menentukan daya tarik relatif dari berbagai strategi yang didasarkan sampai seberapa jauh faktor-faktor keberhasilan kritis eksternal dan internal kunci dimanfaatkan atau ditingkatkan. Daya tarik relatif dari masing-masing strategi dihitung dengan menentukan dampak kumulatif dari masing-masing faktor keberhasilan kritis internal dan eksternal (David,2004).
QSPM adalah alat yang direkomendasikan bagi para ahli strategi untuk melakukan evaluasi pilihan strategi alternatif secara
objektif, berdasarkan key success factors internal-eksternal yang
telah diidentifikasikan sebelumnya. Jadi secara konseptual, tujuan
QSPM adalah untuk menetapkan ketertarikan relatif (relative
attractiveness) dari strategi-strategi yang bervariasi yang telah dipilih, untuk menentukan strategi mana yang dianggap paling baik
untuk diimplementasikan. Seperti alat analisis untuk
memformulasikan strategi lainnya, QSPM juga membutuhkan intuitive judgement yang baik (Umar, 2003).
(34)
commit to user C. Kerangka teori pendekatan masalah
Teori daur siklus sentra menyatakan bahwa pertumbuhan sebuah sentra akan mengikuti sebuah daur yang tetap yaitu perkenalan, tumbuh, dewasa, dan menurun. Perpindahan antar tahapan ini, salah satunya, dicirikan oleh perubahan arah pertambahan penjualan. Pada awal pertumbuhan dan perkembangannya, penjualan biasanya memiliki pertambahan yang positif-meningkat, sedangkan pada tahap dewasa dan menurun, biasanya memiliki pertambahan penjualan yang semakin menurun bahkan negatif. Jika secara rata-rata produktifitas sentra menurun setelah mendapat perkuatan, maka salah satu kemungkinannya adalah karena sentra yang diperkuat sebenarnya
telah berada dalam tahap siklus yang dewasa atau menurun (Anonimc, 2006)
Gambar 1. Kurva Daur Siklus Sentra
Penelitian dimulai dengan mengetahui deskripsi umum dari sentra industri brem di Kecamatan Nguntoronadi. Kemudian untuk mengetahui
faktor kunci perusahaan, dilakukan analisis Strength, Weakness,
Opportunities and Threats (SWOT) dengan mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan lingkungan internal serta peluang dan ancaman lingkungan eksternal. Analisis lingkungan internal dilakukan untuk memperoleh informasi mengenai sumber daya manusia, pemasaran, produksi dan keuangan yang merupakan kekuatan dan kelemahan perusahaan. Sedangkan
(35)
commit to user
Analisis lingkungan eksternal dilakukan untuk memperoleh informasi mengenai teknologi, persaingan, kondisi sosial budaya dan kebijakan pemerintah yang merupakan peluang dan ancaman bagi perusahaan.
Dengan mencocokkan faktor-faktor kunci yang menjadi peluang, ancaman, kekuatan dan kelemahan perusahaan menggunakan matriks Strength, Weakness, Opportunities and Threats (SWOT) maka akan dirumuskan alternatif strategi bagi perusahaan. Analisis alternatif strategi dengan matriks SWOT digambarkan dalam bentuk matriks dengan empat kemungkinan alternatif, strategi penyesuaian kekuatan dengan peluang (S-O), kelemahan dengan peluang (W-O), kekuatan dengan ancaman (S-T) dan strategi penyesuaian kelemahan dengan ancaman (W-T).
Matriks SWOT terdiri atas sembilan sel, empat sel masing-masing
untuk faktor kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman serta satu sel
kosong yang terletak di pojok kiri atas. Empat sel sisanya merupakan pengembangan dari sel kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang berguna untuk menghasilkan kemungkinan alternatif strategi, yaitu strategi S-O, strategi W-S-O, strategi W-T dan strategi S-T.
Dengan demikian, ada delapan tahapan penentuan alternatif strategi dengan menggunakan matriks SWOT:
1. Menentukan faktor-faktor peluang eksternal usaha industri brem.
2. Menentukan faktor-faktor ancaman eksternal usaha industri brem.
3. Menentukan faktor-faktor kekuatan internal usaha industri brem.
4. Menentukan faktor-faktor kelemahan internal usaha industri brem.
5. Menyesuaikan kekuatan internal dengan peluang eksternal untuk
mendapatkan strategi S-O.
6. Menyesuaikan kelemahan internal dengan peluang eksternal untuk
memperoleh strategi W-O.
7. Menyesuaikan kekuatan internal dengan ancaman eksternal untuk
merumuskan strategi S-T.
8. Menyesuaikan kelemahan internal dengan ancaman eksternal untuk
(36)
commit to user
Kemudian aternatif strategi hasil Matriks SWOT tersebut diolah dengan analisis yang lebih objektif dan intuisi yang baik dalam matriks QSP untuk mengevaluasi dan memilih strategi terbaik yang paling cocok dengan lingkungan eksternal dan internal perusahaan. Alternatif strategi yang memiliki nilai total terbesar pada matriks QSP merupakan strategi yang paling baik untuk diterapkan pada perusahaan.
Dari uraian di atas dapat disusun dalam bagan kerangka teori pendekatan masalah dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut :
(37)
commit to user
Gambar 2. Bagan Kerangka Pemikiran Penelitian Sentra industri brem
di Kecamatan Nguntoronadi
Formulasi Strategi Perusahaan (Matriks SWOT)
Matriks Quantitive Strategic
Planning (QSP) Lingkungan internal
a. Kondisi keuangan
b. Sumber daya
manusia
c. Pemasaran
d. Produksi/operasion
Lingkungan eksternal
a. Kondisi perekonomian
b. Persaingan
c. Kondisi sosial budaya
d. Pemerintahan
e. Teknologi
Analisis SWOT
(Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman)
Strategi pengembangan paling tepat
Keragaan (baseline penelitian)
(38)
commit to user
D. Definisi Operasional dan Konsep Pengukuran Variabel
1. Usaha industri brem di Kecamatan Nguntoronadi adalah usaha
agroindustri berskala rumah tangga yang berbentuk sentra industri di Kecamatan Nguntoronadi yang mengolah produk pertanian beras ketan menjadi produk olahan brem.
2. Agroindustri adalah suatu unit usaha yang mengubah produk pertanian
menjadi barang yang lebih berguna bagi masyarakat.
3. Sentra industri brem di Kecamatan Nguntoronadi adalah sekelompok
UKM yang bergerak pada usaha industri yang dari segi output menghasilkan produk sejenis yaitu brem putih yang membentuk suatu pengelompokan atau kawasan produksi di lingkup wilayah Kecamatan Nguntoronadi.
4. Strategi adalah respon yang bersifat kontinu dan adaptif terhadap peluang
dan ancaman faktor eksternal serta kekuatan dan kelemahan faktor internal yang berpengaruh terhadap tumbuh kembang sentra industri.
5. Pengembangan adalah suatu proses pembangunan secara bertahap dan
teratur dalam meningkatkan efisiensi dan efektifitas manajemen strategis pada sentra industri sehingga terjadi perubahan secara positif dari segi kualitas dan kuantitas hasil produksi.
6. Srategi pengembangan usaha dilakukan melalui analisis kekuatan
(srength), kelemahan (weakness), peluang (opportunities) dan ancaman (threats) pada setiap subsistem sentra industri.
7. Biaya yang diperhitungkan dalam penelitian ini adalah biaya yang
benar-benar dikeluarkan oleh pengusaha brem mulai dari pembelian bahan baku hingga penjualan produk selama bulan agustus 2010. Pengukuran
variabel biaya dilakukan dengan menghitung nilai mean dari hasil
penjumlahan biaya bahan baku, biaya operasional dan biaya penjualan masing-masing rumah tangga industri.
8. Penerimaan usaha industri brem adalah nilai produk total dari usaha
industri brem yang diterima oleh pengusaha brem yang merupakan jumlah antara margin produksi dengan biaya pembelian bahan baku
(39)
commit to user
produk selama bulan agustus 2010. Pengukuran variabel biaya dilakukan
dengan menghitung nilai mean dari hasil mengalikan jumlah produk
brem dengan harga jual brem masing-masing rumah tangga industri.
9. Pendapatan usaha industri brem adalah selisih antara total penerimaan
pengusaha industri brem dengan total biaya mengusahakan yang dikeluarkan dalam kegiatan usaha industri brem selama bulan agustus 2010. Pengukuran variabel pendapatan dilakukan dengan menghitung
nilai mean dari hasil mengurangkan biaya terhadap pendapatan
masing-masing rumah tangga industri.
10. Lingkungan internal meliputi SDM, pemasaran, produksi dan teamwork
pengusaha merupakan variabel-variabel internal sentra industri yang dapat mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan perusahaan.
11. Lingkungan eksternal meliputi keadaan ekonomi, persaingan,
pemerintahan, kondisi alam dan teknologi berperan sebagai variabel-variabel di luar sentra industri yang menentukan peluang dan ancaman bagi sentra industri.
12. Kekuatan dari faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam
sentra industri dan merupakan keunggulan bagi pelaksanaan pengembangan sentra industri tersebut.
13. Kelemahan dari faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari
dalam sentra industri dan merupakan keterbatasan atau kekurangan bagi pelaksanaan pengembangan sentra industri.
14. Peluang dari faktor eksternal adalah faktor-faktor yang berasal dari luar
sentra industri dan bersifat menguntungkan bagi pelaksanaan pengembangan sentra industri.
15. Ancaman dari faktor eksternal adalah faktor-faktor yang berasal dari luar
sentra industri dan bersifat mengganggu keberlangsungan pelaksanaan pengembangan sentra industri yang tidak dapat dikendalikan pengusaha.
16. Analisis SWOT adalah merupakan suatu analisis situasi yang mencakup
(40)
commit to user
17. Matriks Strength, Weakness, Opportunity and Threats (Matriks SWOT) adalah matriks yang akan digunakan untuk menyusun berbagai alternatif strategi pengembangan usaha agroindustri melalui strategi SO, WO, ST, dan WT.
18. Quantitive Strategic Planning Matrix (QSPM) adalah matriks yang digunakan untuk menentukan daya tarik relatif dari berbagai strategi yang didasarkan pada seberapa jauh faktor-faktor kunci internal dan eksternal dimanfaatkan atau ditingkatkan. Pengukuran variabel daya tarik relatif dilakukan dengan cara menghitung dampak komulatif dari masing-masing faktor kunci internal dan eksternal berdasarkan nilai modus dari jawaban responden.
E. Pembatasan Masalah
1. Penelitian ini dilakukan pada sentra industri brem di Kecamatan
Nguntoronadi.
2. Analisis usaha yang dibahas meliputi analisis biaya, penerimaan dan
pendapatan usaha.
3. Lingkungan eksternal yang dibahas meliputi kondisi perekonomian,
persaingan, pemerintahan, kondisi alam dan teknologi.
4. Lingkungan internal yang dibahas meliputi sumber daya manusia,
pemasaran, produksi/operasional dan teamwork antar pengusaha.
5. Alat analisis yang digunakan terdiri dari analisis usaha, analisis SWOT
(41)
commit to user
III. METODE PENELITIAN
A. Metode Dasar Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode dasar deskriptif analitis. Metode ini memusatkan diri pada pemecahan-pemecahan masalah yang ada pada masa sekarang dan bertitik tolak pada data yang dikumpulkan. Data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan kemudian dianalisis berdasarkan teori-teori yang relevan (Surakhmad, 1994).
B. Metode Penentuan Sampel 1. Metode Penentuan Lokasi
Lokasi penelitian ditentukan dengan sengaja/purposive oleh
peneliti. Metode purposive yaitu penentuan daerah diambil secara
sengaja berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu sesuai dengan tujuan penelitian (Singarimbun dan Effendi, 1995).
Lokasi penelitian yaitu di Desa Bumiharjo dan Desa Gebang, Kecamatan Nguntoronadi. Alasan penentuan lokasi penelitian ini adalah karena berdasarkan data sekunder dari Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UKM Kabupaten Wonogiri, sentra industri brem di lingkup Kecamatan Nguntoronadi hanya terdapat di dua desa tersebut.
Tabel 3.1 Jenis Industri di Setiap Desa di Kecamatan Nguntoronadi.
No Desa/Kelurahan Jenis Industri
1. Gebang Brem, Tempe.
2. Pondoksari Tempe, Mebel.
3. Semin Pati pohong, Tempe, Mebel.
4. Bulurejo Anyaman bambu, Tempe.
5. Kulurejo Tempe.
6. Beji Tempe.
7. Bumiharjo Tempe, Brem.
8. Kedungrejo Tempe, Penjahit.
9. Ngadipiro Tempe.
10. Wonoharjo Tempe, Mebel.
Sumber : Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UKM Kabupaten Wonogiri Tahun 2007.
(42)
commit to user 2. Metode Penentuan Responden
a. Penentuan Responden Untuk Analisis Usaha (Biaya, Penerimaan dan
Pendapatan)
Responden dalam analisis usaha pada penelitian ini adalah keseluruhan pengusaha industri brem yang masih aktif berproduksi yang ada pada sentra industri brem di Kecamatan Nguntoronadi. Berdasarkan data dari Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UKM Kabupaten Wonogiri, terdapat dua puluh tujuh pengusaha industri brem di Kecamatan Nguntoronadi.
Tabel 3.2 Jumlah Perajin Brem di Setiap Dusun di Kecamatan Nguntoronadi.
No Desa Dusun Jumlah perajin brem
1. Gebang Tenggar Lor 10
Tenggar Kidul 6
Tanjung 4
2. Bumiharjo Kedungbanteng 1
Tukluk 6
Jumlah 27
Sumber : Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UKM Kabupaten Wonogiri Tahun 2007
Pengambilan responden dilakukan dengan cara sensus yakni dengan cara mencatat semua elemen (responden) yang diselidiki. Hasil dari sensus adalah nilai karakteristik yang sesungguhnya (true value). Kumpulan dari seluruh elemen (responden) tersebut
dinamakan populasi atau universe (Marzuki, 2002).
b. Penentuan Sampel /Responden Untuk Perumusan Strategi
1) Penentuan Faktor-Faktor Kunci Strategis
Dalam penelitian ini faktor-faktor kunci strategis diperoleh
dari responden yang disebut dengan informan kunci (key
informant) yang sarat informasi sesuai dengan fokus penelitian.
Kriteria Informan kunci (key informant) yaitu merupakan subyek
yang telah cukup lama dan intensif menyatu dengan kegiatan yang
(43)
commit to user
lingkungan atau kegiatan yang bersangkutan, serta masih terlibat secara penuh/aktif pada kegiatan yang menjadi perhatian peneliti. Informasi mengenai faktor-faktor internal dan eksternal diperoleh
melalui wawancara secara mendalam (indepth interview) dengan
informan kunci. Informasi tersebut kemudian diidentifikasikan menjadi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dalam mengembangkan usaha industri Brem Wonogiri.
Sesuai kriteria tersebut, informan kunci dalam penelitian ini
ditentukan secara purposive. Informan kunci dalam penelitian ini
adalah enam orang pengusaha brem yang memiliki pengalaman produksi paling lama di Desa Gebang dan Desa Bumiharjo. Demi memperdalam informasi tentang faktor kunci strategis tersebut, maka diambil dua orang responden masing-masing satu orang dari
lembaga pemasaran yaitu bakul brem di Desa Gebang dan Desa
Bumiharjo, serta satu orang dari lembaga pemerintah yaitu Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UKM Kabupaten Wonogiri yang mampu menjelaskan secara mendalam faktor-faktor internal dan eksternal sentra industri brem di Kecamatan Nguntoronadi.
2) Penentuan Bobot dan Nilai Daya Tarik dalam Matriks QSP
Penentuan bobot dan Nilai Daya Tarik dilakukan dengan terlebih dahulu menyusun kuisioner yang berisi faktor-faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan ekternal (peluang dan ancaman) serta alternatif strategi yang akan dipertimbangkan untuk menjadi prioritas strategi dalam mengembangkan sentra industri brem di Kecamatan Nguntoronadi. Pemilihan responden dilakukan
(44)
commit to user
a) Untuk menentukan bobot diperlukan responden yang
mengetahui dan memahami kondisi internal dan eksternal perusahaan. Dalam hal ini, responden yang paling tepat untuk menentukan bobot adalah delapan orang responden yang
sebelumnya merupakan key informant dalam penentuan faktor
kunci strategis.
b) Sedangkan responden yang paling tepat untuk menentukan
Nilai Daya Tarik adalah calon pengguna strategi yaitu seluruh pengusaha brem yang terdapat dalam sentra industri brem di Kecamatan Nguntoronadi.
C. Jenis dan Sumber Data 1. Data Primer
Merupakan data yang diperolah secara langsung dari responden yaitu pengusaha industri sentra brem di Kecamatan Nguntoronadi baik melalui wawancara maupun pengamatan langsung di lokasi penelitian.
2. Data Sekunder
Merupakan data yang diperoleh dari instansi atau lembaga yang terkait dengan penelitian, antara lain BPS dan Dinas Perindustrian dan Perdagangan. Pengumpulan data ini dapat dilakukan dengan cara pencatatan.
D. Teknik Pengumpulan Data 1. Wawancara
Teknik ini digunakan untuk mengumpulkan data primer dengan melakukan wawancara langsung kepada responden yang berdasarkan
daftar pertanyaan (questionnaire) yang telah dipersiapkan sebelumnya.
Selain teknik wawancara (interview), digunakan pula teknik wawancara
mendalam (indepth interview) untuk memperoleh informasi mengenai
(1)
commit to user
peluang yang ada. Suplemen telah ada dan sangat poensial untuk dimanfaatkan yaitu perhatian khusus dari lembaga pemerintah yang berwujud bimbingan dan bantuan teknis maupun finansial.
Tabel 5.8 Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM) Pengembangan Sentra Industri Brem di Kecamatan Nguntorornadi
FAKTOR-FAKTOR STRATEGIS Bobot
alternatif strategi
1 2 3
AS TAS AS TAS AS TAS
Faktor Kunci Internal
1. Para pengusaha yang berpengalaman 0,14 1 0,14 3 0,41 4 0,55
2. Terdapat tenaga kerja yang terampil 0,13 2 0,26 3 0,39 4 0,52
3. Terdapat komunitas agen pemasaran/bakul 0,09 4 0,35 3 0,26 1 0,09
4. Terdapat paguyuban pengrajin dan bakul 0,09 2 0,18 4 0,37 3 0,28
5. Mudahnya pertukaran informasi dan gagasan 0,10 1 0,10 4 0,38 2 0,19
6. Para pengusaha kurang inovatif 0,09 1 0,09 3 0,28 4 0,37
7. Upaya promosi kurang 0,08 4 0,34 2 0,17 3 0,25
8. Kualitas kepingan brem kurang rapi dan
higienis 0,10 1 0,10 3 0,31 4 0,42
9. Kemasan kurang menarik 0,10 1 0,10 2 0,19 4 0,39
10. Belum tercipta aksi bersama 0,08 1 0,08 4 0,32 2 0,16
Total Bobot 1,00
Faktor Kunci Eksternal
1. Permintaan tinggi 0,11 1 0,11 4 0,46 2 0,23
2. Kebutuhan bahan untuk produksi terjamin 0,15 1 0,15 3 0,44 4 0,59
3. Perhatian Pemerintah (teknis dan keuangan) 0,07 1 0,07 3 0,20 4 0,27
4. Perkembangan teknologi pengolahan pangan 0,14 1 0,14 2 0,28 4 0,56
5. Perkembangan teknologi informasi 0,08 2 0,16 1 0,08 3 0,25
6. Fluktuasi harga bahan baku 0,10 1 0,10 4 0,39 3 0,29
7. Inovasi produk pesaing sejenis 0,10 4 0,42 2 0,21 3 0,31
8. Promosi produk pesaing tak sejenis 0,07 4 0,29 2 0,15 3 0,22
9. Alokasi anggaran pemerintah terbatas 0,07 1 0,07 4 0,27 0 0,00
10. Musim penghujan (cuaca) 0,11 1 0,11 4 0,44 2 0,22
Total Bobot 1,00
Total Nilai Daya Tarik 3,35 5,99 6,14
Tipe Strategi S-O W-T S-O
(2)
commit to user
Data nilai daya tarik / Attractiveness Score (AS) pada Tabel 5.8 merupakan data nilai daya tarik hasil penelitian yang telah dimodifikasi demi memenuhi kaidah QSPM. Berdasarkan hasil analisis menggunakan Matriks QSP, total nilai daya tarik tertinggi dimiliki oleh alternatif strategi 3 sebesar 6,14 Hal ini menunjukkan bahwa pada saat ini alternatif strategi 3 yaitu memanfaatkan bantuan teknis dan keuangan lembaga pemerintah untuk memperbaiki kualitas SDM dan memperkuat permodalan sentra guna meningkatkan kemampuan produksi, merupakan alternatif strategi yang diprioritaskan untuk diterapkan dalam rangka pengembangan sentra industri brem di Kecamatan Nguntoronadi. Pelaksanaan ketiga alternatif strategi tersebut nantinya dapat dilakukan secara berurutan berdasarkan urutan total nilai daya tarik masing-masimg strategi dari yang terbesar hingga yang terkecil.
Penerapan strategi sesuai hasil analisis matriks QSP diharapkan nantinya mampu mendongkrak perkembangan sentra industri brem menjadi lebih progresif. Kelemahan-kelemahan internal dapat dikurangi dan kekuatan-kekuatan yang ada dapat ditingkatkan untuk kemudian diarahkan guna memanfaatkan berbagai peluang secara optimal dan mengatasi ancaman-ancaman yang ada. Perbaikan kualitas SDM akan menumbuhkan individu-individu yang inovatif, kreatif, cerdas dan berpengetahuan luas. Apabila hal ini dapat diwujudkan, munculnya pengusaha-pengusaha yang lebih maju di dalam sentra industri brem menjadi hal yang sangat mungkin untuk terjadi. Bantuan finansial akan termanfaatkan dengan strategi yang efektif untuk target yang jelas. Kreatifitas, kecerdasan dan pengetahuan yang dimiliki para pengusaha akan membuat mereka berpikir kritis, melakukan berbagai perbaikan manajemen, merencanakan spesialisasi produksi dan kegiatan ekonomi yang saling terkait dan saling mendukung sehingga sentra industri brem yang telah berada pada tahap dewasa dapat melakukan evolusi naik.
(3)
commit to user
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai Strategi Pengembangan Sentra Industri Brem di Kecamatan Nguntoronadi Kabupaten Wonogiri dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Berdasarkan uraian keragaan objek penelitian, usaha industri brem pada sentra industri brem di Kecamatan Nguntoronadi ternyata mampu mendatangkan pendapatan bagi para pengrajin yaitu rata-rata sebesar Rp.3.664.002,17. Usaha tersebut juga memiliki keunggulan berupa limbah produksi yang bermanfaat sebagai makanan penggemuk ternak lembu sehingga usaha industri brem dan beternak lembu bersifat saling melengkapi. Karena itulah sentra industri brem di Kecamatan Nguntoronadi prospektif untuk dikembangkan.
2. Faktor-faktor strategis dalam pengembangan sentra industri brem di Kecamatan Nguntoronadi meliputi :
a. Kekuatan : para pengusaha yang berpengalaman memproduksi brem, terdapat labour pool, terdapat komunitas agen pemasaran, terdapat paguyuban pengrajin dan bakul, serta terdapat knowledge spill-over. b. Kelemahan : para pengusaha kurang inovatif, upaya promosi kurang,
kualitas kepingan brem kurang rapi dan kurang higienis, kemasan kurang menarik, serta belum tercipta aksi bersama.
c. Peluang : permintaan tinggi, kebutuhan bahan untuk produksi terjamin, perhatian pemerintah berupa bantuan teknis dan keuangan, perkembangan teknologi pengolahan pangan, serta perkembangan teknologi informasi.
d. Ancaman : fluktuasi harga bahan baku, inovasi produk pesaing sejenis, promosi produk pesaing tak sejenis, alokasi anggaran pemerintah terbatas, serta dampak buruk musim penghujan (cuaca).
(4)
commit to user
3. Alternatif strategi yang dapat diterapkan dalam mengembangkan sentra industri brem di Kecamatan Nguntoronadi yaitu
a. Strategi S-O (Strength-Opportunity)
1) Memanfaatkan bantuan teknis dan keuangan lembaga pemerintah untuk memperbaiki kualitas SDM dan memperkuat permodalan sentra guna meningkatkan kemampuan produksi.
2) Meningkatkan peran agen pemasaran untuk memperluas dan memperkuat jaringan pemasaran.
b. Strategi W-O (Weakness-Opportunity)
1) Meningkatkan upaya promosi memanfaatkan berbagai media melalui kerjasama dengan lembaga pemerintah
2) Memperbaiki kualitas produk sentra dengan cara mengadopsi perkembangan teknologi pengolahan pangan yang sesuai
c. Strategi S-T (Strength-Threat)
1) Menetapkan standar kualitas produk sentra melalui aspirasi anggota untuk menjaga daya saing.
1) Menciptakan spesialisasi produksi pada sentra untuk meningkatkan efisiensi penggunaan sumber daya sentra.
d. Strategi W-T (Weakness-Threat)
1) Meningkatkan kerjasama antar pengusaha dalam berbagi informasi gagasan dan pemecahan masalah bersama.
2) Melakukan upaya promosi, inovasi dan menghimpun dana usaha secara mandiri
4. Berdasarkan analisis matriks QSP, menunjukkan bahwa strategi yang mendapatkan prioritas utama untuk diterapkan dalam mengembangkan sentra industri brem di Kecamatan Nguntoronadi adalah dengan memanfaatkan bantuan teknis dan keuangan lembaga pemerintah untuk memperbaiki kualitas SDM dan memperkuat permodalan sentra guna meningkatkan kemampuan produksi.
(5)
commit to user
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan dari penelitian ini dapat diberikan saran kepada pihak-pihak sebagai berikut :
1. Pemerintah daerah setempat
a. Sebaiknya pemerintah mengadakan program pembimbingan dan penyuluhan yang lebih intensif tentang manajemen usaha dan tentang program bantuan finansial yang disediakan pemerintah kepada sentra industri brem melalui Paguyuban Mekar Sari.
b. Sebaiknya pemerintah memfasilitasi kerjasama yang memungkinkan diterapkan pada paguyuban dengan pihak-pihak swasta yang potensial.
2. Sentra industri brem / Paguyuban Mekar Sari
a. Paguyuban sebaiknya aktif berkonsultasi dengan lembaga pemerintah terkait permasalahan-permasalahan yang tengah dihadapi sentra industri brem.
b. Paguyuban sebaiknya menyaring dan memanfaatkan bentuk-bentuk program pinjaman kredit yang ditawarkan pihak perbankan untuk menopang modal finansial sentra.
c. Paguyuban sebaiknya mulai melibatkan lebih banyak generasi muda dalam berbagai kegiatan untuk mempersiapkan regenerasi sentra industri brem dan menyerap inovasi serta promosi memanfaatkan perkembangan teknologi informasi.
d. Paguyuban sebaiknya lebih intensif melakukan pertemuan anggota dalam rangka musyawarah membahas permasalahan sentra dan pengembangan sentra.
3. Perbankan
a. Pihak-pihak perbankan di sekitar sentra sebaiknya lebih giat dan serius dalam membentuk dan membina kerjasama dengan sentra industri brem mengingat pihak perbankan berpeluang menyokong finansial
(6)
commit to user
sentra sedangkan sentra industri brem merupakan sentra yang cukup prospektif untuk dikembangkan
4. Swasta
a. Pihak-pihak swasta sebaiknya mulai berinfestasi pada usaha industri brem di Kecamatan Nguntoronadi sehingga dengan pengelolaan yang lebih baik dari pihak-pihak swasta tersebut usaha industri brem akan lebih menguntungkan dan perkembangan sentra menjadi lebih progresif.
5. Sumber inovasi
a. Penelitian-penelitian pada jurusan-jurusan dan program studi terkait sebaiknya mulai diarahkan untuk menciptakan inovasi-inovasi yang relevan bagi perbaikan dan pengembangan sentra industri brem di Kecamatan Nguntoronadi.
b. Hasil-hasil inovasi yang layak dan sesuai hendaknya segera dipublikasikan dan diterapkan pada sentra industri brem di Kecamatan Nguntoronadi.
C. Keterbatasan Penelitian
Prioritas strategi hasil penelitian ini merupakan modus dari jawaban para pengusaha brem yang terdapat pada sentra industri brem di Kecamatan Nguntoronadi. Hasil penelitian ini tidak sesuai untuk diterapkan oleh masing-masing pengusaha akan tetapi dapat diterapkan oleh lembaga pemerintah terkait dalam rangka pengembangan sentra industri brem di Kecamatan Nguntoronadi.