ISLAM ITU MUDAH DAN SEDERHANA (SIMPLE) DAN SEMPURNA!
ISLAM ITU MUDAH DAN SEDERHANA (SIMPLE) DAN SEMPURNA!
Al Quran yang Mudah, Lengkap, Lurus, Terperinci, Sempurna dan Penuh Hikmah
Dasar memahami al Quran itu ialah kita harus beriman dan mempercayai al Quran seratus persen tanpa ada keraguan. Yang paling
penting justru kita harus menghapus kepercayaan yang sudah mendalam bahwa al Quran itu sulit (bahkan ada yang percaya tidak
bisa ditafsirkan) untuk dimengerti atau tidak jelas sehingga perlu dibimbing seorang imam/uztaz agar tidak salah faham/keliru. Jika
demikian maka bagaimana dengan ayat-ayat dibawah ini?
Anda percaya ke pada Allah? (Believe and trust in God) Maka anda wajib percaya bahwa: Al Quran itu mudah [54:17,22,32,40 (al
Qamar)], .. Kami mudahkan al Quran dalam bahasamu [44:58 (Ad Dukhan)], Allah yang mengajarkan al Quran [55:2 (Ar Rahman)], al Quran itu lengkap [6:38 (al An‟nam)], Sempurna [18:1-2 (al Kahfi)] dan terperinci [6:114-116 (al An‟am)], [7:1-3
(al A‟raf)]. Al Quran tidak ada keraguan [10:37 (Yunus)]. Al Quran benar-benar dari Tuhan semesta Alam [69:38-47 (al Haqqah)].
Allah yang menjelaskan al Quran [75:16-19 (al Qiyamah)]
“Ini ada sebuah Kitab di mana ayat-ayatnya disempurnakan kemudian dijelaskan secara terperinci. Ianya diturunkan dari Yang Maha Bijaksana, Maha Mengetahui ….‖ [11:01 (Hud)]. ―Kitab sebagai rahmat dan petunjuk..” [7:52 (al A‟raf)]. Al Quran dalam
bahasa Arab yang lurus tidak ada yang tidak jelas… [39:28 (az Zumar)], bacalah juga 14:24-27 dan 14:52 (Ibrahim) dan “(Al Quran) Ini adalah penjelasan yang sempurna bagi manusia, dan supaya mereka diberi peringatan dengannya, dan supaya mereka mengetahui bahawasanya Dia adalah Tuhan Yang Maha Esa dan agar orang-orang yang berakal mengambil
pelajaran ” 14:52 (Ibrahim). Seterusnya “ Dan sungguh, Kami telah menurunkan ayat-ayat yang jelas ke padamu, dan tidaklah ada orang yang mengingkarinya/menentangnya selain orang-orang fasik.” [2: 99 (al Baqarah)].
Allah mengatakan kitabNya TERPERINCI. 6:114 afagaira(apakah selain) Allaahi(Allah)
abtagii(aku mencari) hakaman(hakim) wahuwa(sedang Dia)
al-lazii(yang) anzala(menurunkan) ilaikumu(kepadamu) al-kitaaba(Kitab) mufassalan(terperinci)? 6:114 Apakah selain Allah aku mencari hakim sedang Dia yang menurunkan kepadamu Kitab terperinci?
Coba anda baca terjemahan yang anda punya dan perhatikan bagaimana ahli tafsir/ahli kitab merubah makna ayat tersebut. => ―…Dia yang menurunkan Kitab kepadamu secara terperinci?‖ Jika kita memahami terjemahan rata-rata al Quran yang ada, makna ayat ini bukan lagi Kitab terperinci, tetapi cara Kitab itu diturunkan yang terperinci. Caranya yang terperinci bukan Kitabnya yang terperinci.
Dari sini, kita sadar bahwa SATU saja tambahan kata, makna ayat tersebut berubah TOTAL. Coba bayangkan bagaimana hadis (selain al Quran) yang ditulis 2 sehingga 3 abad setelah Nabi wafat bisa utuh 100 persen? Sedangkan al Quran yang utuh (ditulis lengkap sebelum Nabi wafat, kemudian dikumpul dan dibukukan dizaman khalifa Uthman) dan dijaga, terjemahannya bisa dirubah total dengan tambahan SATU KATA SAJA.
Tidak ragu lagi Allah di ayat 6:114 mengatakan KitabNya terperinci. Dan bacalah ayat selanjutnya: 6:115 Telah lengkap kalimat Tuhanmu
dengan kebenaran dan keadilan.
Tidak ada yang bisa membatalkan
kata-kataNya. Dia Maha Mendengar Maha Mengetahui. 6:115 Wa tammat kalimatu Rabbika...
Kata ‘tammat‘ berasal dari kata tamma -> lengkap, selesai. Kebanyakan terjemahan menggunakan kata ‘sempurna‘. Sempurna juga bisa menjelaskan bahwa kalimat Allah telah sempurna, yang juga berarti, lengkap dan rinci. Dengan ayat 6:114 yang
mengatakan ‟Kitab Terperinci‟, maka didukung dengan ayat 6:115 ‟Telah Lengkap‟, jadi kesimpulannya bahwa Kitab Allah itu, yaitu al Quran, Terperinci dan Lengkap, dan semua yang Allah perlu sampaikan untuk umat manusia telah SELESAI DAN LENGKAP DAN TERPERINCI.
Jika kita perhatikan terjemahan Yusuf Ali, seorang ahli al Quran yang amat diakui karena yang pertama menterjemahkan al Quran ke bahasa Inggeris,
6:115 The word of thy Lord doth find its fulfilment in truth and in justice: None can change His words: for He is the one who heareth and knoweth all. (terjemahan Yusuf Ali)
Bahasa Indonesianya ‖Kalimat Tuhanmu telah terpenuhi dengan benar dan adil. Tidak ada yang bisa mengubah kata-kataNya: karena Dia yang Maha Mendengar dan Maha Mengetahui .‖
Perhatikan terjemahan beliau dengan menggunakan kata ‘terpenuhi‘. Terpenuhi maksudnya sudah komplit dan lengkap, dan tidak perlu ditambah lagi. Perhatikan Allah mengatakan Dia Maha Mengetahui. Maka Allah-lah yang Maha Mengetahui kebutuhan kita dan keperluan kita untuk selamat dunia dan akhirat. Maka apabila Allah mengatakan ayat-ayatnya lengkap, sempurna ataupun terpenuhi, mereka yang percaya tidak akan membantah ayat ini dan tidak akan merubah, menambah apa-apa-pun sehingga membatalkan ayatNya. Perhatikan begitu banyaknya hadis-hadis yang menambah-nambah ketentuan agama dan banyak pula ingin membatalkan ayat-ayat Allah. Semua hadis-hadis ini telah melanggar 6:114-115.
Di perkuat lagi dengan ayat 6:38 ‖...Tidak ada yang Kami alpakan dari Kitab ini sesuatu pun...‖
‘Alpakan‘ sering digunakan dalam banyak terjemahan. ‘Alpa‘ maksudnya, tinggalkan, lupakan, luputkan, hilangkan, keluarkan. Jadi maksud ayat ini bahwa Kitab al Quran ini lengkap, karena tidak ada yang ditinggalkan, atau tidak ada yang dialpakan.
Cukuplah al Quran itu saja untuk kita. 6:153, 17:46, 18:1-2. Malah, agama yang telah Allah sempurnakan dengan turunnya al Quran yang sempurna lagi terperinci, akan hilang
kesempurnaannya (agama tersebut) jika ditambah-tambah. Karena itu, agama Islam yang dikenali sekarang telah banyak berubah menjadi agama yang tidak pernah mendapat mandat atau otorisasi dari Allah.
42:21 Mereka mempunyai sekutu-sekutu/rekanan yang menetapkan hukum agama yang tidak pernah diberi otorisasi dari Allah.
Perhatikan terjemahan anda. Banyak terjemahan bahasa Indonesia menggunakan kata sembahan-sembahan, padahal ayat Allah mengatakan rekanan atau sekutu (bukan sembahan) yang menetapkan hukum agama. Terjemahan Muhammad Pickthal dan Yusuf Ali akurat menggunakan kata ‘partners‘ untuk menterjemahkan kata ‖syurakaa‘u‖ yang artinya rekanan atau sekutu.
Ayat 42:21 ini ada dua makna yang jelas.
1. Hukum dan ketetapan agama hanya dari Allah. 6:114, 153, 5:42-49.
2. Mereka yang menetapkan hukum syariat yang tidak ada dasar perintah/izin dari Allah ini dianggap sebagai rekanan atau sekutu- sekutu Allah. Baca juga 30:31-32. Perbedaan syariat Islam di dunia ini sekarang tergantung pada mazhab-mazhab yang berbeda dan syariat-syariat tersebut ditetapkan oleh pemimpin-pemimpin mazhab tersebut, dan dengan demikian, syariat-syariat tersebut yang tidak ada dasarnya dari al Quran (ataupun berdasarkan penyelewengan makna suci al Quran) adalah ketetapan yang tidak
pernah ada izin dari Allah, dan mereka-mereka yang termasuk dalam golongan mazhab-mazhab ini dengan otomatis didefinisikan sebagai yang menyekutukan Allah. Dan pemimpin-pemimpin agama ini dengan otomatis, menjadi sekutu- sekutu Allah.
Kita tidak hanya wajib percaya Allah itu ada, tapi kita wajib mempercayaiNya (percaya ke padaNya): wajib percaya Kebijakan- kebijakanNya, wajib percaya Cara (strategi)Nya, percaya bahwa apa yang telah Dia Turunkan itu Sempurna, wajib percaya bahwa Dia-lah yang Maha Mengetahui, wajib percaya bahwa Dia tidak lupa, wajib percaya bahwa kita hanya bisa mendapat petunjuk dengan izinNya, wajib percaya bahwa Allah itulah yang Benar, wajib percaya semua yang telah direncanakan-Nya itu sempurna dan ada sebab-sebabnya walaupun banyak yang kita tidak fahami. Wajib percaya bahwa SEMUANYA DIKENDALIKAN-NYA. Kita wajib untuk tidak meragukan Allah. KEYAKINAN KITA TERHADAP ALLAH, HARUSLAH MUTLAK!
Dengan mengatakan kita memerlukan kitab tambahan di samping al Quran akan melanggar ketetapan al Quran itu sendiri. Ini
sama seperti kita menyatakan bahwa Allah memerlukan seseorang/ tuhan lain di sisiNya untuk mengatur semuanya. Ini adalah kemusyrikan yang amat besar. [18:102, 110 (al Kahfi), dll] Dengan menganggap al Quran tidak cukup (karena mengambil sumber lain untuk ketetapan syariat Islam), berarti ini sama seperti percaya Allah itu ada, tetapi tidak mempercayaiNya.
Allah yang mencipatakan alam semesta yang begitu luasnya, dan menyempurnakan langit dan bumi, Yang menetapkan semua undang- undang alam, langit dan bumi, Yang mencipatakan semua kehidupan dan Sadar terhadap semuanya dari sesuatu yang lebih kecil dari atom sehingga sebesar semua alam semesta, langit dan bumi dan lebih lagi, Yang mengetahui isi hati kita melebihi pengetahuan pribadi
kita sendiri. Apakah mungkin Tuhan yang menciptakan dan menyempurnakan semua yang terlihat dan yang ghaib itu menurunkuan Kitab yang tidak lengkap dan tidak sempurna untuk keselamatan umat manusia dunia dan akhirat, sehingga memerlukan hadis-hadis tambahan??
Allah TIDAK LUPA 19:64, dan TIDAK KEKURANGAN TINTA 18:109.
Bagaimana kita bisa beriman ke pada Allah yang kita percayakan itu sempurna jika Dia menurunkan Kitab yang tidak sempurna dan terperinci.?? Karena itu Allah amat murka terhadap manusia yang tidak percaya penuh terhadap al Quran ini sebagai kitab yang sempurna,
lengkap dan terperinci. Hadis-hadis yang diambil menjadi pedamping dan kononnya pelengkap al Quran adalah PERNGHINAAN TERHADAP ALLAH YANG SEMPURNA.
Al-Fatihah: 1: Dengan nama Allah yang Maha Pemurah, Maha Penyayang; 2: Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam; 3: Yang Maha Pemurah, Maha Penyayang; 4: Yang Berkuasa di hari Kebangkitan; 5: Hanya Engkau yang kami sembah dan hanya ke pada Engkau kami mohon perlindungan; 6: Tunjukkan kami jalan yang lurus; 7: Jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat; bukan mereka yang dimurkai dan bukan mereka yang sesat.
Surah (Kunci/Pembuka) Al Fatihah cukup menjelaskan bahwa semuanya di Tangan Allah. Ayat 6: Tunjukkan kami jalan yang lurus – jika anda menarik garis lurus dari ayat ini maka anda akan menyadari bahwa seluruh ayat-ayat Quran itu adalah satu garis lurus dari atas ke bawah atau dari kanan ke kiri. Dan diatasnya (yang pertama disebut) adalah Basmallah yang terdiri dari
19 (baca halaman Mukjizat Matematika) huruf Arab. Pada ayat 7: kita memohon untuk ditunjukkan jalan orang-orang yang diberikan nikmat. Siapakah mereka? Mereka adalah orang-orang yang beriman dengan benar khususnya rasul-rasul dan nabi-nabiNya yang telah dijamin Allah dan menjadi contoh orang-orang yang diberikan nikmat. Apakah jalan lurus yang mereka ambil ini? Di dalam al Quran para rasul-rasul dan nabi-nabi adalah contoh-contoh terbaik orang-orang yang mengikuti wahyu-wahyu Allah sebaik-baiknya. Dan orang-orang yang melanggar wahyu- wahyuNya adalah orang-orang yang diMurkaiNya dan dianggap sesat olehNya! Hanya Allah yang bisa menyelamatkan kita dengan bimbinganNya dan hanya Dialah yang mempunyai semua Kekuasaan. Oleh karena itu, untuk keselamatan kita, kita harus meletakkan SEMUA kepercayaan dan keyakinan ke pada Allah dengan sepenuhnya.
ISLAM adalah sebuah kata yang berarti : Menyerahkan diri hanya ke pada Allah saja dengan sepenuhnya. Islam bukanlah sebuah organisasi, atau badan perkumpulan. Islam adalah kepercayaan dan keyakinan ke pada Allah yang Maha
Esa.(Bukan hanya percaya Dia wujud). Kata ini telah diambil menjadi nama agama (22:78 (al Hajj)) Kita harus juga memahami bahwa Allah mewahyukan ayat-ayat-Nya melalui seorang Nabi dan dia menyebutkan ayat-ayat tersebut dengan
mulutnya sendiri, dan jika dia menuliskan wahyu tersebut, dia membacakan ayat-ayat tersebut. Untuk beriman ke pada al Quran, kita harus mempercayai ayat-ayat yang dilafazkan Nabi Muhammad dan kita harus percaya bahwa Nabi itu benar-benar seorang utusan Allah yang menyampaikan al Quran.
Jadi beriman ke pada Rasul, berarti mempercayai apa yang diwahyukan melaluinya. Untuk beriman ke pada Allah dan RasulNya, kita wajib beriman dan percaya pada apa yang telah diwahyukan Allah lewat Rasul tersebut. Ini sejajar dengan menerima al Quran sepenuhnya. Kalau kita tidak beriman ke pada al Quran, berarti, kita tidak percaya ke pada RasulNya. Fikirkan ayat-ayat dibawah ini:
―Allah menyediakan bagi mereka azab yang keras, maka bertakwalah ke pada Allah hai
orang-orang yang mempunyai akal; orang-orang yang
beriman. Sesungguhnya Allah
telah menurunkan peringatan
ke padamu ” 65:10 (at Talaq). ―seorang Rasul yang
membacakan ke padamu ayat-
ayat Allah yang menerangkan supaya Dia mengeluarkan orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal yang saleh dari kegelapan ke pada cahaya. Dan barang siapa beriman ke pada Allah dan mengerjakan amal kebajikan, niscaya Allah akan memasukkannya ke dalam syurga-syurga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Sesungguhnya Allah memberi rezeki yang baik ke padanya ― 65:11 (at Talaq).
“..ayat-ayat Allah yang menerangkan…” kalimat ini berarti ayat-ayat al Quran dengan sendirinya cukup jelas untuk menerangkan. Sehingga tugas seorang Rasul hanya menyampaikan saja. Orang-orang yang percaya penuh ke pada Allah (bukan hanya mengakui “..ayat-ayat Allah yang menerangkan…” kalimat ini berarti ayat-ayat al Quran dengan sendirinya cukup jelas untuk menerangkan. Sehingga tugas seorang Rasul hanya menyampaikan saja. Orang-orang yang percaya penuh ke pada Allah (bukan hanya mengakui
makna-makna yang tersembunyi ini adalah suatu pengertian tambahan saja. Sekiranya kita tidak melihatnya kita masih akan dapat memahami arti harfiah ayat-ayatnya apa adanya. Sehingga memahami apa yang tersembunyi ini tidaklah mempengaruhi pokok- pokok iman dan ketetapan-ketetapan utama untuk keselamatan kita dunia dan akhirat, dan tidak perlu khawatir sehingga menganggap al Quran ini ghaib semuanya!.
Ayat-ayat al Quran yang jelas maknanya dapat difahami oleh orang-orang awam yang percaya ke pada Allah tanpa banyak masalah. Ironisnya justru yang menjadi masalah sekarang adalah kebanyakan orang khawatir membaca dan mempelajari (tafsir/terjemahan) al Quran sendiri (y ang kami maksudkan bukan ‗mengaji‘ tapi mengkaji). Mereka sering diajarkan agama oleh seorang guru dan tidak pernah mempelajari sendiri al Quran ini karena diajarkan bahwa membaca tafsir harus ada guru, ustaz atau ulama pembimbing.. Sehingga mayoritas orang-orang awam mempunyai pengertian yang menyimpang tentang al Quran yaitu bahwa al Quran ini sulit untuk difahami, dan hanya ulama-ulama elit saja yang bisa memahami al Quran. Kebanyakan orang-orang ‗muslim‘ telah di cuci otak / ‗brain-wash‘ atau didoktrin mengenai isu-isu ini, sedangkan Allah sendiri menegaskan sebaliknya. ‗Iliterasi al Quran‘ (Quran illiteracy) atau ‗buta al Quran‘ terlihat seperti suatu isu yang didukung/disengajakan secara tidak langsung agar orang-orang Islam hanya mengaji al Quran (dalam tulisan Arabnya) tanpa menekankan bahwa maknanya lebih penting untuk difahami. Para ulama/ustaz tidak mendorong umat Islam untuk membaca tafsir al Quran, dengan alasan tafsir bisa salah (memang benar banyak tafsir yang salah, tapi kita bisa memilih/membedakan mana yang benar). Kalau kebanyakkannya salah tentu pemerintah tidak akan mengizinkan penerbitannya. KITA HARUS INGAT BAHWA KALAU NIAT KITA MEMANG MENCARI KEBENARAN DARI ALLAH DAN BERPIHAK KEPADA ALLAH MELALUI KITABNYA BUKAN DEMI ATAU UNTUK ORANG, PIHAK2 DAN KESEPAKATAN TERTENTU MAKA PERCAYALAH ALLAH AKAN MEMBERI PETUNJUKNYA DAN DIALAH YANG TAHU BAGAIMANA CARANYA. Allah tau niat anda, ikhlas atau sebaliknya. Demi kebenaran yang nyata saja atau untuk mencari sela demi ‟membenarkan‟ doktrin yang belum tentu benar. Bahasa Indonesia cukup sempurna untuk menterjemahkan al Quran secara baik, sekarang dijual dengan harga yang murah. Tetapi kitab suci yang maha penting itu tetap dijauhi dari umat Islam dengan mengatakan ―Belajarlah dari ustaz-ustaz, dari ahli-ahli tafsir yang faham bahasa Arab. Anda tidak tahu bahasa Arab jangan coba- coba mengerti al Quran, titik.‖ Sampai kapan umat Islam bisa keluar dari kebodohan indoktrinasi itu?
Mengenai Rasul dan Nabi di dalam al Quran
Allah memerintahkan orang-orang yang beriman untuk mengikuti Rasul. Tentu saja Allah akan memerintahkan yang demikian karena sewaktu dia masih hidup, dia bukan hanya seorang Nabi, tetapi juga pimpinan/jenderal tentara Islam di waktu itu dan seorang pemimpin, hakim, guru dan pengkhotbah, suami dan seorang bapak. Harus diingat, cara beliau memimpin telah diperintahkan Allah supaya mengikuti apa yang diwahyukan saja, yaitu menggunakan al Quran.
Apa yang telah dicapai oleh para rasul-rasul dan nabi-nabi untuk memperjuangkan dan menyampaikan ilmu, perintah dan peringatan
dari Allah sudah cukup luarbiasa. Dalam hal Nabi Muhammad, kepribadian, kepemimpinan dan keberhasilan beliau dalam tugasnya telah dikagumi bukan hanya oleh orang-orang yang Islam tapi juga oleh banyak pemimpin-pemimpin, ilmuwan dan ahli sejarah dunia non- muslim. Kami (penulis) sangat kagum (ini tidak ada salahnya) dan juga beriman, percaya dan menghargai para rasul-rasul dan nabi-nabi Allah.. NAMUN orang-orang muslim telah berlebihan dalam membesarkan dan memuji beliau. Kita harus ingat segala sesuatu itu ada
batas-batas kewajarannya. Yaitu tidak boleh sampai menjadi musyrik walapun tidak menyadarinya! Dalam hal Nabi Muhammad, pengidolaan beliau telah melanggar batas ini. Beliau telah diangkat derajatnya oleh ahli-ahli dan pemimpin-pemimpin agama dari sejak zaman pecahnya Islam menjadi beberapa mahzab-mazhab sampai kini, sebagai perantara yang memohon keselamatan kita ke pada Tuhan!! [Ini melanggar Firman Allah pada 6:67 (al An‟am) dan banyak lagi]. Perantara itu artinya mengangkat sesorang atau sesuatu yang dianggap dapat memberikan syafaat sehingga secara langsung atau tidak, sengaja atau tidak, menjadi mitra, rekan (sekutunya) Allah. Mereka yang benar-benar mendalami arti ayat-ayat al Quran akan menyadari bahwa hanya Allah saja yang dapat memberikan syafaat. Sehingga jika kita mempercayai seseorang itu dapat memberi syafaat ke pada seluruh umat manusia maka derajat orang itu telah diangkat menjadi seseorang yang kekuasaannya amat dasyat. Bagaimana tidak? Bayangkan berapa milyar orang Islam (dari dulu sampai kiamat nanti) yang meminta syafaat/ pertolongan DENGAN MENYERU, MENYEBUT NAMA BELIAU DI SISI ALLAH. Sekarang ini saja ada lebih dari 1 milyar orang Islam. Dalam 200 tahun mendatang (sekiranya belum kiamat) akan ada puluhan milyar orang Islam – InsyaAllah. Kalaupun hanya 0.00001% saja yang berhak, bayangkan juga betapa panjang daftarnya!! Anda mau masuk nomor yang keberapa?
Ini adalah sesuatu yang tidak mungkin bisa dilakukan oleh seorang nabi. Bagaimana dan dengan kekuatan/ kemampuan apa beliau
dapat memilih-milih begitu banyak orang? Jika anda membantah dengan menyatakan bahwa Allah yang mengizinkan dan memberitahukan nabi sehingga semua itu mungkin maka kefahaman anda telah bertentangan dengan Firman-firman Allah. Apakah masuk akal, ketika seluruh umat Islam menghadap nabi di akhirat nanti, seorang nabi diperintahkan Allah untuk bertanya kembali ke padaNya satu persatu, apakah seseorang itu berhak menerima syafaat nabi??!! Dan setelah diIzinkanNya maka nabi selanjutnya memohonkan keselamatan untuk setiap orang yang berhak itu satu persatu?! Atau setelah dipilih-pilih maka dimohonkan sekaligus? Atau apa lagi alasan-alasan dan penjelasannya? Apakah ini salah satu mukjizat Nabi Muhammad? Jika ini benar mana ayat-ayatnya? Jangan mengada-adakan jawaban tanpa bukti yang mutlak dijamin Allah kebenarannya. Apakah anda tidak mengerti bahwa diakhirat nanti Nabi Muhammad hanya akan menjadi saksi terhadap umatnya, bukan untuk umatnya?
Kita telah lupa bahwa beliau juga seorang manusia! Bacalah 5:109 (al Ma‟idah), 39:30 (az-Zumar), 16:21 (an-Nahl), 35:14 (Fathir),
46:5 (al-Ahqaf) dan 72:21 (al-Jinn). Sebagai seorang manusia biasa tentunya beliau juga mempunyai sifat-sifat manusiawi. Setelah diangkat menjadi utusan Allah, para rasul-rasul masih tetap manusia dengan kegiatan-kegiatan layaknya seorang manusia biasa dengan pekerjaan/kegiatan yang mereka lakukan setiap harinya pula. Beliau juga sudah berkeluarga. Derajatnya sebagai penutup para nabi sudah sangat tinggi. Dan sebagai bukti status ini mukjizat yang diturunkan ke padanya adalah al Quran, kitab penutup yang melengkapi dan membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya. Sehingga Allah tidak perlu menurunkan mukjizat-mukjizat yang bersifat nyata dan terlihat. Bahkan banyak orang-orang kafir saat itu menuntut beliau untuk mengeluarkan mukjizat sebagai bukti kerasulannya. Justru kepimpinan, teladan dan kepribadian beliau yang terbit dari karakter moral yang tinggi [68:4 (al Qalam)] menjadi kekuatan beliau sebagai rasul. Seterusnya, dalam menjalankan tugasnya sebagai rasul, Allah menurunkan wahyu-wahyu ke padanya. Kita sudah tahu wahyu-wahyu Allah itu hanya turun pada waktu-waktu tertentu yang tidak diatur oleh Nabi. Setiap wahyu itu diperintahkan Allah untuk dicatat dan dipelajari oleh nabi Muhammad dan setelah selesai disusun menjadi kitab.
Sudah jelas yang mana adalah wahyu-wahyu Allah yang resmi. Ini dengan tegas berarti bahwa tidak mungkin setiap kata yang ucapkan beliau adalah kata-kata suci/wahyu dari Allah. Fikirkan : Muhammad juga adalah seorang manusia seperti kita [18:110 (al Kahfi), yang
bisa saja melakukan kesalahan. Di dalam al Quran, Allah telah menegur Muhammad sebanyak 6 kali karena telah melakukan
kesalahan. [8:67-68(Al-Anfal)], [9:43(At-Taubah)], [9:113-114(At-Taubah)], [33:37(Al Azhab)], [66:1(At-Tahrim)], [80:1-11(Abasa) ]
Bacalah surah 25:07 (al Furqon) dan ayat 20 (al Furqon); yang menyatakan bahwa Rasul-Rasul adalah manusia biasa yang
memakan makanan dan berjalan di pasar. Terlihat di sini bahwa rasul-rasul juga bertutur dan berinteraksi seperti manusia biasa dan mempunyai kelemahan dan kekurangan dan juga perasaan manusiawi.
Dengan mengatakan Nabi Muhammad adalah seorang manusia seperti kita, bukan berarti merendahkan derajat beliau. Ini hanya menekankan bahwa bagaimana sempurnanya-pun seorang itu, dia tetap tidak akan bisa melebihi aspek-aspek manusianya sehingga menjadi manusia ‗super‘. Para rasul-rasul telah dikaruniakan mukjizat-mukjizakt yang luarbiasa untuk membantu dalam menyampaikan risalah-risalah Allah. Tetapi mukjizat adalah sesuatu kejadian atau kondisi yang diturunkan Allah dan bukan suatu sifat atau kekuatan milik para utusan yang terbit dari tubuh mereka sendiri seperti super hero dikomik-komik atau dongeng-dongeng wali, Jaka Sembung ini dan itu. Kesalahan kita dalam mendewakan para utusan-utusanNya ini tentunya akan membuat mereka terasa jauh dari kita karena sebagai manusia biasa kita sudah pasti merasa memiliki banyak kekurangan-kekurangan sehingga timbul keraguan di hati kita untuk benar-benar bisa mengikuti wahyu-wahyu Allah.
Nabi Muhammad melakukan kesalahan dan ditegur Allah.
Surah 66.1 (Al-Tahriim) Wahai Nabi, kenapa engkau telah mengharamkan apa yang telah Allah halalkan untuk mu, hanya untuk menyenangkan isterimu? Allah Maha Pengampun Maha Pengasih.
Allah memberi contoh bahwa nabi yang Dia utus juga bisa melakukan kesalahan, maka Allah dengan tegas memberikan perintah supaya mengikuti hanya apa yang diwahyukan. 7:3, 6:114, 5:48, etc.
Karena nabi Muhammad adalah manusia biasa (18:110), yang bisa melakukan kesalahan (66:1), tidak mempunyai kekuasaan (7:188), tidak mengetahui masa depan (6:50), ditugaskan untuk menyampaikan saja 3:20, 13:40, 16:82, etc. Maka beliau tidak mungkin bisa mengada-adakan ajaran atau sunnah sendiri 69:44. Jika dia mengada-adakan ajaran selain dari al Quran dia akan dihukum sekeras-kerasnya (69:45).
Bagaimanapun kita mengagumi Nabi Ibrahim, atau Nabi Muhammad, kita tidak boleh membesarkan mereka sehingga melebihi atribut
mereka sebagai manusia ciptaan Allah. Kesempurnaan (yang sering dikatakan kebanyakan orang-orang muslim) mereka tidak ada bandingnya sama sekali dengan Kesempurnaan Allah. Bahkan, hanya Allah saja yang sempurna. Dia telah memberikan kita berbagai contoh dan pedoman bahwa rasul-rasul dan nabi-nabi yang telah diutusNya juga telah melakukan berbagai kesalahan. Kenapa? Sebagai
peringatan? Sudah tentu. Jika Rasul-rasulNya masih bisa berbuat salah apalagi orang-orang biasa seperti kita. Namun harus diingat
bahwa Allah berkehendak semua umatnya harus bisa mengikuti wahyu-wahyuNya yang telah diturunkan pada kitab-kitabNya. Sebagai manusia biasa kita harus meyakini bahwa kita juga bisa mengikuti contoh teladan para Rasul dengan mengikuti dan mempelajari
wahyu-wahyu Allah dalam al Quran dan mengaplikasikannya pada seluruh kehidupan dan ilmu manusia. Sekiranya kita terlalu mendewakan mereka, kita akan merasa bahwa mengikuti dan mempelajari al Quran ini terlalu susah/sulit. Kita akan mudah terpengaruh dengan faham-faham yang menyimpang yaitu hanya orang-orang pilihan tertentu saja yang berhak atau bisa
memahami dan mengikuti al Quran. Akhirnya, dengan memuji, mengidolakan, menyebut-nyebut nama beliau, kita menjadikan beliau sebagai sekutu Allah dan dengan itu, kita menjadi musyrik (39:45 etc), WALAUPUN KITA TIDAK MENYADARINYA dan tidak berniat begitu (tidak menyadari kesalahan yang kita lakukan tidak menjadi alasan untuk bebas dari dihakimi atau bebas dari hukuman Allah. 2:8-9, 18:57, 18:103-104) Dengan menegaskan bahwa para Rasul-rasul dan Nabi-nabinya hanya manusia biasa, Allah telah benar-benar ‗memanusiakan‘ mereka. Dengan mengakui bahwa mereka tidak sempurna, bukan berarti kita merendahkan/menghina dan kurang mencintai mereka. Malah dengan ada banyak atribut-atribut demikianlah kita bisa merasa dekat dan lebih memahami mereka dan akhirnya mencintai mereka. Kita hanya tidak boleh membesar-besarkan dan/atau memuji mereka seperti seorang makhluk yang sempurna karena hanya Allah yang sempurna. Allah memberi contoh2 di dalam al Quran bagaimana beberapa rasul dan nabiNya melakukan kesalahan, maka dengan itu, walaupun mereka diutus menjadi rasul atau nabi, MEREKA TIDAK MEMPUNYAI HAK UNTUK MENAMBAH- NAMBAHKAN AJARAN YANG TELAH ALLAH WAHYUKAN. Bagaimana sekiranya mereka menambah-nambahkan ajaran (tanpa hak dari
Allah) yang ternyata menyimpang? Kepercayaan umum sering memban tah dengan mengatakan ‖mana mungkin rasul Allah salah‖ tanpa menyadari bahwa nabi Muhammad sendiri ditegur Allah beberapa kali karena melakukan kesalahan.
Tuhan kita adalah siapapun atau apapun yang kita paling sering ingat setiap hari siang dan malam; tiap waktu. Jika kita mengingat Allah demikian, maka Allah yang menjadi Tuhan kita (2:152 3:191). Jika kita mengingat anak kita, atau pasangan kita, atau siapa-pun atau apa-pun berlebihan, maka, orang tersebut atau sesuatu itu akan menjadi tuhan kita dan kita dengan otomatis mempersekutukan Allah (8:28, 9:24, 34:37, 60:3, 63:9). Orang-orang yang benar beriman/percaya adalah mereka yang lebih sering mengingat Allah.
46:9 (Al-Ahqaf) Katakanlah, ‖saya tidak ada bedanya dari rasul-rasul yang lain. Saya tidak tahu apa yang akan terjadi kepada saya dan kepada mu. Saya hanya mengikuti apa yang telah diungkapkan kepada saya. Saya tidak lain selain dari orang yang memberi peringatan yang jelas.‖
Sekarang, kita pelajari tugas-tugas seorang Rasul.
Tugas-tugas seorang Rasul
Misi utama Nabi adalah untuk menyampaikan al Quran, seluruh al Quran, tidak yang lain melainkan al Quran saja ( Bacalah surah- surah ini, 3:20 (Ali ‗Imran); 5:48-50,92, 99 (al Ma-idah); 6:19 (al An-am); 13:40 (ar Ra‘d); 16:35, 82 (an Nahl ); 24:54 (an Nur); 29:18 (al ‗Ankabut); 42:48 (Asy Syura); 64:12 (at Tagabun). Nabi hanya mengikuti apa yang
diwahyukan [7:203 (al A‟raf)]
Dari ringkasan di atas, perhatikan juga bahwa al Quran menerangkan tugas seorang Rasul itu hanya menyampaikan
(yaitu al Quran) saja, dan perhatikan di bawah hadis yang terbaik adalah wahyu Allah. Perhatikan juga bahwa al Quranlah yang digunakan untuk menyampaikan pesan- pesan dari Allah [6:19 (al An‘am)]. Ini adalah ketetapan Allah. Sekarang kita lihat kenapa al Quran saja yang diperlukan:
Nabi dilarang mengajar agama yang di luar dari al Quran (69:38-47 (al Haqqah)). Bahkan beliau juga telah diperintahkan supaya jangan menerangkan al Quran (75:15-19 (al Qiyamah)) – Allah sajalah yang mengajarkan al Quran (55:1-2 (ar Rahman) dan al Quran adalah Hadis yang terbaik (39:23 (az Zumar) 45:6 (al Jasiah), 4:87 (an Nisa), 6:19 (al An‘am),
12:111 (Yusuf)). Bacalah teks Arabnya yang jelas menyatakan dan menggunakan kata „hadis(i)‟ di dalam ayat- ayatnya. Arti konteks ayat-ayat ini jelas – Allah telah menggunakan kata „hadis‟ supaya kita bisa membedakan hadis yang Hak dan hadis yang batil. Dari ayat-ayat al Quran, cukup jelas bahwa hadis yang Hak itu adalah al Quran dan hadis yang batil adalah hadis-hadis selain al Quran.
Sunnah yang mesti diikuti hanyalah Sunnah Allah : Bacalah [17:77 (al Isra‟), 33:38, 39 dan 62 (al Ahzab), 48:23 (al Fath), 6:114 (al An‟am), 3:137 (Ali Imran)]. Hadis yang manakah, selain dari Allah dan pesan-pesanNya, mereka
mendukung? [45:6 (al Jasiah)]. Al Quran bukanlah Hadis yang direkayasa …. Ianya menjelaskan segala-
galanya.[12:111 (Yusuf)]
Rasul mengeluh pada surah 25:30 (al Furqon) bahwa al Quran diabaikan oleh umatnya.
Ada banyak orang-orang yang mendukung Hadis yang sia-sia untuk memalingkan lainnya dari jalan Allah[31:6 (Luqman)].
Pada terjemahannya ditulis „..percakapan kosong..‟ maka bacalah bahasa Arabnya yang menggunakan kata
„hadis(i)‟ => ‗hadis yang kosong‟ ! Fikirkan kenapa Allah Menggunakan kata hadis(i) berulang kali dan bukan kata lain yang sama artinya yaitu percakapan. Fikirkan juga kenapa ahli tafsir tidak menggunakan kata hadis dalam tafsirnya sedangkan kita sudah tahu arti kata ‗hadis‘ itu. Sementara contohnya, sekiranya ada kata Arab ‗kalimat‘, ‗ mann & salwa‘, ‗sakratul maut‘ atau ‗salam‘, terjemahaan Indonesianya masih menggunakan kata ‗kalimat‘, ‗ mann & salwa‘, ‗sakratul maut‘ dan ‗salam‘.
=> Mazhab- mazhab itu adalah perpecahan dalam Islam dan dinyatakan salah pada 6:159 (al An‟am), 30:31-32 (ar Rum), 42:14 (Asy Syura). Mengikuti mayoritas menyesatkan 6:116 (al An‟am). Jangan mengikut pemimpin selain
Allah 7:3 (al A‟raf).
Konfirmasi/teliti/kaji sendiri pesan-pesan (wahyu- wahyu) sebelum menerimanya 17:36 (al Isra‟) . Jangan asal terima saja walaupun disampaikan oleh ulama-ulama/kiyai-kiyai, teman-teman atau orang tua dan saudara-saudara !!
Nabi hanya mengikuti apa yang diwahyukan saja [10:15 (Yunus)] ; 7:203 (al A‘raf), ikutilah al Quran 10:109 (Yunus). Yang mengadili dengan wahyu Allah [4:105 (an Nisa)]
Al Quran telah meramalkan kepalsuan Hadis dan Sunnah yang datangnya dari musuh-musuh Nabi (6:112-115 (al
An‟am)) . "Tugas seorang Rasul HANYA menyampaikan pesan (wahyu)" (3:20 (Ali ‗Imran), 5:92;99 (al Ma-idah), 13:40 (ar Ra‘d), 16:35;82 (an Nahl), 24:54 (an Nur), 29:18 (al ‗Ankabut), 36:17 (Yasin), 42:48 (Asy Syura), 64:12 (at Tagabun)).
Rasul menjadi hakim dengan mengikuti al Quran. [4:105 (an Nisa)], [5:48-49 (Al Maidah)] (baca kembali ayat-ayat di pembuka artikel ini), [ 6:114 (al An‟am)]. Allah yang akan mengHakimi mereka [ 6 :57,62, 159 (al An‘am)], [10:109(Yunus)], [22:69 (al Hajj)] dan lain-lain.
[4:59(an Nisa)]
“Wahai orang- orang yang beriman! Taatilah Allah (al Quran) dan taatilah rasul (yang mengikuti al Quran (4:105, 5:48-49)) dan mereka yang berkuasa di antara kamu. Kemudian, jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ke pada Allah* dan rasul, jika kamu beriman ke pada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu, lebih utama dan lebih baik akibatnya.‖
*Ayat ini [4:59(an Nisa)] jelas mengatakan bahwa kita juga harus taat (bukan beriman ) kepada ―mereka yang berkuasa di antara kamu‖ yang berarti, secara logika kita memang harus taat kepada pemimpin kita seperti dalam tentara, atau dalam isu hukum negara, TETAPI, MASIH WAJAR JIKA KITA MEMPUNYAI PENDAPAT YANG BERBEDA (karena ayat itu sendiri mengatakan ‗jika kamu berbeda pendapat‘) terutama jika kita merasa mereka yang berkuasa tidak adil atau telah belok dari apa yang ditetapkan di dalam al Quran. Dalam urusan ini, kita haruslah mengembalikannya ke pada Allah dan rasul-rasulNya. A pabila kita ‗kembalikanlah ke pada Allah‘ berarti, Allah yang akan mengHukum mereka di Akhirat nanti [ 6 :57,62, 159 (al An‟am)], 10:109(Yunus), 22:69 (al Hajj)]. Ini juga dengan tegas memerintahkan kita untuk mengikuti hukum
Allah di dalam al Quran! Dan apabila diperintahkan untuk taat dan kembalikan ke pada rasul, ini berarti, rasul akan
berupaya menghakimi menurut apa yang diturunkan [4:105 (an Nisa)], [5:48-49 (Al Maidah)]. Ingat, pada waktu itu,
hanya rasul yang paling menguasai al Quran dan dialah yang paling berhak sebagai pemimpin dan hakim di waktu
itu. Kembalikan ke pada rasul bukan berarti sunnah beliau (pribadi) di luar sunnah Allah yang ditetapkan di dalam al Quran,
seperti yang difahami kebanyakan ahli tafsir. ALLAH SENDIRI MELARANG KITA UNTUK MENGIKUTI OPINI ATAU EGO ATAU HAWA NAFSU PRIBADI KITA SENDIRI. MEREKA YANG BERBUAT DEMIKIAN TANPA BASIS KITAB ALLAH,
DIKATAKAN SESAT. (7:176, 20:16, 28:50, 38:26 ). Maka, apakah Nabi Muhammad diberikan hak untuk mengikuti OPINI beliau sendiri di luar wahyu-wahyu Allah sehingga beliau mempunyai hadis sendiri di luar al Quran untuk menambah-
nambah dan kononnya memperlengkap al Quran? Sudah pasti TIDAK, malah, dia amat takut kepada Allah dan sudah pasti hanya mengikuti apa yang di wahyukan, sesuai perintah Allah di dalam al Quran dan tidak menambah atau
meng-ada adakan (69:44-47). Allah ingin kita bersabar jika kita tidak bisa menghakimi seseorang karena beberapa hal,
seperti, tidak ada bukti atau saksi yang bisa membuktikan dia (yang dituduh) benar-benar salah (orang yang percaya, termasuk sang rasul, tidak boleh menggunakan kecurigaan sebagai alasan untuk mengambil tindakan 49:12[al Hujurat]) . Allah-lah yang menjadi saksi dan hakim terbaik. Dia-lah yang akan menghakimi orang-orang yang lolos
dari tindakkan hukum duniawi. Jika kita tidak mampu menghakimi, janganlah kita mencari-cari ketetapan-ketetapan yang
tidak ada. Hendaklah kita bersabar dan kita harus MEMPERCAYAKAN ALLAH dan YAKIN KE PADANYA dalam semua urusan keadilan.
Jika kita perhatikan ayat-ayat al Ma‘idah itu kembali (5:43-50), setiap nabi-nabi dan rasul-rasul, diperintahkan untuk mengikuti apa yang telah diturunkan, menghakimi mengikut apa yang telah diturunkan. Ketetapan ini adalah sama
bagi semua rasul-rasul dan nabi-nabi dan Allah tidak merubah ketetapan ini. [17:77 (al Isra‟)]
6:114 (al An‟am) “Maka patutkah aku mencari hakim selain dari pada Allah, padahal Dia-lah yang telah menurunkan kepadamu Kitab TERPERINCI? Orang-orang yang telah Kami datangkan Kitab ke pada mereka sadar bahwa al Quran itu diturunkan dari Tuhanmu dengan sebenarnya. Maka janganlah kamu sekali-kali termasuk orang yang ragu-ragu. ”
Perlu dijelaskan lagi maksud ayat 6:114 (al An‟am)? Ayat-ayat al Quran cukup mudah dan jelas untuk difahami. Kecuali bagi orang-orang yang hatinya telah dikunci oleh Allah.
Jangan mengikut pemimpin selain Allah [7:3 (al A‘raf)]. Ini berarti Allah dicerminkan atau diwakilkan oleh al Quran saja. Ini mendukung ayat [17:46 (al Isra‘)] :
[17:46 (al Isra‘)] : dan Kami letakkan pembatas menutupi akal fikiran mereka, untuk menghalang mereka dari memahaminya (al Quran), dan ketulian di telinga mereka . Dan apabila engkau
menceritakan Tuhanmu menggunakan al Quran menceritakan Tuhanmu menggunakan al Quran
Tuhanmu dalam al Quran saja..
17:46 (al Isra‟) Dalam bahasa Arab makna "Saja (yang Satu)" ditujukan ke pada Allah diayat-ayat: 7:70 (al A‟raf), 39:45 (az * Zumar), 40:12 & 84 (al Mu‟min) dan 60:4 (al Mumtahanah). Jika anda jumlahkan semua nomor-nomor ini (7+70+39+45+40+12+84+60+4), anda akan mendapat 361= 19x19. Tetapi jika anda tambah 17:46 (al Isra‘), maka bilangan ini bukanlah penggandaan 19. Karena makna "Saja" di dalam ayat ini ditujukan ke pada al Quran [17:46 (al Isra‟)] bukannya Allah. (Baca halaman mengenai mukjizat matematika al Quran. Allah mengetahui bahwa banyak tafsir yang menyelewengkan makna yang benar ayat ini, jadi Allah meletakkan rumus matematika untuk menjaganya !! AllahuAkbar!).
(kata ‟dzakarta‟ dalam bahasa Arab berasal dari kata dasar dzikir yang berarti -> mengingat, menyebut, membesarkan, kotbah, mengatakan, menceritakan. Sering juga al Quran menggunakan kata dzikir untuk mengatakan kode al Quran. 15:6, 21:2, 26:5, 38:1, 38:8, 74:31. Kata wahdahuu dalam bahasa Arab berarti -> Saja)
Apa arti ‗berkotbah (tentang) Tuhanmu‘? Ini bisa juga diartikan menjadi ‗preach your Lord‟ atau ‗menerangkan tentang Tuhanmu‘. Jika kita menerangkan, menceritakan, atau berkotbah tentang Tuhan kita, ini berarti kita menceritakan, berkhotbah tentang agama Allah. 39:3,
6:153. Jadi Allah mengatakan dalam ayat 17:46 bahwa kita yang beriman seharusnya menyampaikan tentang Allah, yaitu agama
Allah (Islam) menggunakan al Quran SAJA! Tetapi kebanyakan orang-orang Islam tidak berbuat demikian, dan malah apabila kita
menyeru al Quran saja, mereka akan berpaling dari kita. Mereka ini telah didefinisikan di ayat ini sebagai mereka yang tidak dapat memahami al Quran.
Untuk menjadi pemimpin yang benar beliau harus mengikuti al Quran dengan terperinci. Dengan demikian Allah-lah yang akhirnya menjadi pemimpin. Dengan mengikuti al Quran saja (seperti mana dinyatakan dalam al Quran sendiri bahwa Rasul sendiri
mengikuti apa yang diwahyukan), orang-orang beriman dengan otomatis mengikuti Rasul dan Allah. Inilah maksudnya apabila kita diperintahkan untuk beriman ke pada Rasul-Rasul Allah. Dengan ini juga, Allah-lah yang menjadi pemimpin.
46:9 (Al-Ahqaf) Katakanlah, ‖saya tidak ada bedanya dari rasul-rasul yang lain. Saya tidak tahu apa yang akan terjadi kepada saya dan kepada mu. Saya hanya mengikuti apa yang telah diungkapkan kepada saya. Saya tidak lain selain dari orang yang memberi peringatan yang jelas .‖
Hadis yang penuh dengan kontradiksi (saling bertentangan) ditulis 200 tahun setelah wafat Nabi, dan selama Islam di bawah
pimpinan 4 para Khalifah pertama, tidak ada satu hadis pun yang ditulis, karena dilarang. Ini adalah fakta sejarah Islam! Mereka ini adalah para sahabat Nabi yang dianggap tidak bisa dipersoalkan lagi iman, kesetiaan dan kepribadiannya oleh para penulis hadis dan kita sendiri sampai sekarang. Setelah mereka tiada dan telah diganti dengan khalifah-khalifah lain, selama 200 tahun setelah Nabi wafat, akhirnya larangan ini dicabut. Ada banyak kemungkinan-kemungkinan kenapa khalifah saat itu mencabut larangan ini. Justru dalam perperangan dan perebutan kekuasaan pemerintahan wilayah-wilayah Islam oleh bani-bani tertentu, penulisan-penulisan hadis-hadis selalu
berpihak ke pada yang berkuasa. Sehingga kita harus memikirkan kenapa sahabat-sahabat terdekat beliau melarangnya? (Sedang di al Quran sendiri TIDAK ADA SATU AYAT-PUN YANG MENYURUH KITA SUPAYA BERIMAN KE PADA SAHABAT-SAHABAT NABI)
Karena baik atau buruk, hadis-hadis itu bisa menjadi fitnah terhadap Nabi Muhammad sendiri sedang al Quran menyatakan beliau diperintahkan untuk menyampaikan dan mengikuti wahyu saja. Pernahkah anda baca sendiri betapa anehnya begitu banyak hadis-nabi yang dikumpulkan? Jika semua hadis-hadis yang shahih itu benar, kenapa tidak tertulis di dalam al Quran ayat-ayat hadis itu sendiri? Siapa yang bisa membuktikan tanpa setitik keraguan bahwa hadis-hadis dan sunnah-sunnah yang ada sekarang itu seratus persen mencerminkan Muhammad? Kita sudah percaya bahwa :
Al Quran mudah [54:17 (al Qamar)]. Allah mengajar al Quran [55:2 (ar Rahman)]. Al Quran lengkap [6:38 (al An‟am)],
Sempurna [18:1-2 (al Kahfi)] dan terperinci [6:114- 116 (al An‟am)], [7:1-3 (al A‟raf)]. Al Quran tidak ada keraguan [10:37 (Yunus)]. Al Quran benar-benar dari Tuhan semesta alam [69:38-47 (al Haqqah)]. Allah menjelaskan al Quran [75:16-19 (al Qiyamah)]
―Kitab sebagai rahmat dan petunjuk..‖ [7:52 (al A‘raf)]. Al Quran dalam bahasa Arab yang lurus [39:28] (az Zumar) Kenapa kita perlu tambahan seperti hadis-hadis? Allah satu, tidak ada perlu sekutu/mitra. Al Quran satu, tidak ada perlu sekutu/mitra atau
tambahan yang lain. Allah tidak lupa dan tidak kehabisan tinta untuk kata-kataNya jika Dia kehendaki. Surah 18:109 (al Kahfi) :
Katakanlah, ―Kalau sekiranya lautan menjadi tinta untuk kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu Katakanlah, ―Kalau sekiranya lautan menjadi tinta untuk kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu
Jadi, dengan enam ribu lebih ayat, al Quran itu sempurna, lengkap, terperinci, mudah dan tidak ada keraguan. Karena itu al Quran adalah
salah satu Mukjizat yang paling besar. Dengan kitab yang tidak begitu tebal ini, orang-orang yang beriman Insya-Allah akan selamat di Akhirat nanti. Alhamdulillahi rabbil aalamiin!
Kita tidak memerlukan hadis sama sekali. Jika perlu, ternyata malah ada hadis ‗shahih‘ yang menyatakan bahwa Rasul sendiri melarang hadisnya ditulis.
Hadis yang paling shahih seperti, Muslim & Ibn Hanbali, meriwatkan bahwa Nabi menegaskan supaya tidak ada siapapun yang boleh
menuliskan sesuatupun KECUALI AL QURAN.
Satu hadis ini sebenarnya sudah cukup untuk membatalkan hadis-hadis yang lain.
Sayid Ibn Thabit (penulis wahyu Nabi yang terdekat) berkunjung ke Khalifah Mu‘aawiya (lebih dari 30 tahun setelah wafatnya Nabi), dan meriwatkan sebuah kejadian tentang sang Nabi. Mu‘aawiya terkesan dengan cerita tersebut dan memerintahkan seseorang untuk menuliskannya. Tapi Sayid berkata, “Rasulullah memerintahkan kita untuk jangan sekali-kali menulis hadisnya.” (Riwayat Ibn Hanbali)
Hadis Nabi Muhammad saat sahabatnya mau menuliskan ucapannya "Jangan menulis sesuatu selain Al Quran. Siapa yg menulis
selain Al Quran, dia harus menghapusnya" (Diriwayatkan oleh Abu Salid Al Khudri ke pada Muslim. bab 7:147, Muslim). Kenapa dilarang? Karena tugas Rasul hanya menyampaikan al Quran saja. Al Quran itu mudah untuk dipelajari jika kita berniat dengan
ikhlas untuk beriman. 54:17 (al Qamar). Mempelajari al Quran dengan hati yang tulus ikhlas dengan niat untuk beriman dengan sebenarnya, Allah (Insya Allah) sendiri akan mengajarkannya 75:16-19 (al Qiyamah). Muhammad juga adalah seorang manusia seperti kita
[18:110 (al Kahfi), 25:20 (al Furqon)], yang bisa saja melakukan kesalahan. Di dalam al Quran, Allah telah menegur Muhammad
sebanyak 6 kali karena telah melakukan kesalahan. Karena itu, kita tidak boleh menganggap setiap kata-katanya adalah wahyu dari Allah. Karena itu juga, Allah telah memerintahkan supaya orang-orang yang beriman hendaklah mempelajari kebaikan dan kebenaran dari al Quran saja. Dan ini termasuk perintah Allah ke pada Muhammad sendiri.
[5:48 (Al Maidah)] Dan Kami
telah turunkan ke padamu al Quran dengan membawa
Kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab- kitab dan batu ujian terhadap
kitab-kitab yang lain itu; maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah
turunkan dan janganlah kamu mengikuti opini mereka dengan meninggalkan Kebenaran yang telah datang ke padamu ……
[5:49 (Al Maidah)] dan hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka
menurut apa yang Diturunkan Allah dan janganlah kamu
mengikut opini mereka ……
Al Quran, Hanya al Quran, Dan Tidak Ada yang Lain Melainkan al Quran Saja.
[6:19 (al An‘am)] Katakanlah,
" Kesaksian siapakah yang
amat agung?" Katakanlah, " Kepunyaan Allah. Dia menjadi saksi di antara aku dan engkau yang al Quran ini telah diwahyukan ke padaku, untuk menyampaikannya ke pada kamu dan siapa saja yang mendapatkannya. Sesungguhnya, dapatkah kamu bersaksi bahwa ada tuhan tuhan lainnya di sisi Allah?" Katakanlah, "Aku tidak akan memberikan keterangan yang lain ke padamu; hanya satu Tuhan saja, dan aku tidak akan akui persekutuan dengan siapapun.
*6:19 (al An‟am) : pada ayat ini mengumumkan yang al Quran sajalah sumber bimbingan untuk agama Islam. Orang-orang yang mendukung lain dari al Quran, seperti Hadis & Sunnah (menggalakkan kebohongan yang ditujukan ke pada Nabi), telah didefinisikan sebagai menyekutukan Allah.
[14:52 (Ibrahim)] ini adalah penjelasan (yang sempurna) bagi
manusia, agar mereka diberi
peringatan, agar mereka mengetahui bahwa Dia adalah Tuhan Yang Maha Esa dan agar orang-orang yang berakal mengambil
pelajaran.
6:153 Inilah jalan Ku – yang lurus. Kamu hendaklah mengikutinya, dan janganlah mengikuti jalan yang lain, takutnya mereka akan menyimpang dari jalanNya. Ini adalah perintah Ku kepada mu, supaya kamu bisa diselamatkan.
Jawaban dari beberapa pertanyaan :
1. S o a l : Disurah/ayat mana di dalam al Quran dua kalimah syahadah itu dinyatakan? Tidak ada dua kalimah syahadah di dalam al Quran. Hanya ada 1 shahadah yaitu ; LAA ILAAHA ILLAA ALLAH.
7:172 (al A‟raf) Dan, ketika Tuhan-mu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil
kesaksian terhadap jiwa mereka . “Bukankah Aku ini Tuhan-mu?” Mereka menjawab, “Betul, kami menjadi saksi.” Agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan, “Sesungguhnya kami adalah orang-orang yang lalai terhadap ini.” Pada ayat ini Allah menjelaskan bahwa sebelum roh-roh ditiupkan ke tubuhnya masing-masing di dunia, seluruh manusia telah memberikan kesaksian ini. Kita telah bersaksi di hadapan Allah. Artinya kita menyaksikan keberadaan Tuhan dan KekuasaanNya yang menciptakan manusia dan alam semesta, dan dengan demikian mengakui tanpa paksaan bahwa tiada Tuhan melainkan Allah, Dia-lah Tuhan Yang Maha Esa.
Shahadah atau kesaksian yang benar, sebelum Muhammad dan sesudah Muhammad adalah sama sepanjang waktu. Penggunaan kata
Islam berasal dari Nabi Ibrahim, 22:78 (al Hajj). Dari Adam sampai Nabi Muhammad, semua hanya mengatakan LAA ILAAHA ILLAA ALLAH. Malah hadis sendiri mengatakan Nabi Muhammad hanya mengucapkan LAA ILAAHA ILLAA ALLAH dalam khotbah terakhirnya, dan banyak riwayat-riwayat lain yang jelas Nabi Muhammad mengucapkan LAA ILAAHA ILLAA ALLAH (contoh: Shahih Bukhari ayat 75. Kita sebenarnya, tidak perlu mengutip contoh satu hadis-pun untuk membuktikan, tetapi, kebanyakan orang akan lebih bisa menerima apabila sebuah hadis dibacakan untuk membuktikan; suatu contoh yang nyata bahwa banyak orang percaya adanya Tuhan, tetapi mereka tidak begitu percaya ke pada Tuhan, karena al Quran SENDIRI kurang meyakinkan mereka!!!).
Islam adalah agama Ibrahim (2:130, 135 (al Baqarah); 3:95 (Ali ‗Imran); 4:125 (an Nisa‘); 6:161 (al An‘am); 12:37-38 (Yusuf); 16:123
(an Nahl); 22:78 (al Hajj); Shahaadah haruslah " LAA ILAAHA ILLAA ALLAH (tidak ada Tuhan yang lain melainkan Allah)" Muhammad belum lahir di dunia sewaktu Ibrahim menjalankan tugasnya sebagai Nabi dan Muhammad sendiri bershahadah "LAA ILAAHA ILLAA ALLAH .‖ Ayat 3:18 (Ali „Imran) menyatakan tentang Rukun Pertama bagi Islam (Penyerahan diri dengan sepenuhnya ke pada Allah Saja): "Allah menjadi saksi bahwa tidak ada Tuhan yang lain melainkan Allah dan begitu juga bagi para malaikat dan orang-orang yang mempunyai ilmu pengetahuan." Yang menjadi saksi ketika Nabi-
Nabi diutus, hanyalah Allah 3:81 (Ali ‗Imran), 63:1 (al Munafiqun), yang lain tidak menjadi saksi. Baca juga perintah kesaksian (shahadah) "LAA ILAAHA ILLAA ALLAH.‖ ini pada surah 37: 35 (al Saffat) dan 47:19
(Muhammad). Ada 19 surah yang menyatakan shahadah ini dan bilangan semua ayat-ayatnya (jika nomor-nomor ayatnya dibilangankan) dapat dibagi
19 juga!! Allahuakbar!
Bagaimana dengan shahadah kedua? Justru satu-satunya ayat yang mendekati shahadah kedua itu hanyalah ayat [63:1 (al
Munafiqun) ] “ Apabila orang-orang musyrik datang ke padamu, mereka berkata, "Kami menjadi saksi yang engkau adalah Rasul Allah." Allah tahu yang engkau itu adalah RasulNya, dan Allah menjadi saksi bahwa orang-orang musyrik itu adalah pembohong. ” Perhatikan bahasa Arab pada ayatnya – kata „Nasyhadu‟ yang artinya menyaksikan/mengetahui. Bacalah
juga ayat 63:2-3 (al Munafiqun) yang menegaskan bahwa kesaksian ini adalah sumpah-sumpah yang dinyatakan Allah telah menyebabkan orang-orang yang tadinya beriman menjadi kafir sehingga dianggap munafik/musryik oleh Allah pada ayat 1-nya!! Orang-orang yang berpegang kepada sumpah-sumpah ini dianggap menghalangi umatNya untuk beriman dengan benar, 63:2 (al Munafiqun). Coba anda fikirkan kenapa ada ayat ini? Jika anda menyatakan shahadah kedua ini tidak ada maka para pemimpin agama atau orang-orang yang tidak menyadarinya akan menyatakan anda salah dan musyrik/murtad bukan? Dan jika anda tidak pernah mendalami al Quran, maka anda akan menerima tanggapan mereka dan tetap akan menyebutkan sumpah ini pada solat maupun pada banyak kesempatan-kesempatan lainnya. Inilah yang
menghalangi orang-orang yang beriman dan akhirnya menjadi kafir! Pada 58:16,18,19,20 (al Mujadilah) sumpah-sumpah ini menghalangi orang-orang yang beriman dan akhirnya menjadi kafir! Pada 58:16,18,19,20 (al Mujadilah) sumpah-sumpah ini
seperti itu. Duakalimahshahadah tidak ada dalam al Quran, kenapa diada-adakan? Nabi Muhammad tidak mengajarkannya, titik.
17:77 (al Isra‟) …sesuatu ketetapan (sunnah) terhadap Rasul-Rasul Kami yang Kami utus sebelum kamu dan tidak akan kamu dapati perubahan bagi Ketetapan (Sunnah) Kami.
Pesan utama Allah lewat al Quran ialah penyerahan diri ke pada Allah saja. Dan dengan penyerahan ini, berarti setiap umat di setiap zaman diwajibkan beriman dengan apa yang telah ditetapkan Allah lewat wahyu-wahyuNya. Setiap Nabi dan Rasul dari awal zaman sehingga akhir zaman mempunyai misi yang sama, yaitu menyeru umatnya untuk bertakwa ke pada Allah saja. Rukun iman yang paling utama telah diseru dan ditetapkan sejak Adam diturunkan. Kenapa setelah Nabi Muhammad, seruan ini (yaitu shahadah) jadi berbeda dan ditambahkan belakangan setelah beliau wafat? Menurut hadis, Nabi Muhammad adalah Nabi kesayangan Allah. Ini tidak benar karena bukti ini:
4:125 (an Nisa‘) Dan siapakah yang lebih baik agamanya dari
orang yang ikhlas menyerahkan dirinya ke pada
Allah, sedang diapun
mengerjakan kebaikan, dan ia mengikuti Milat (rukun beragama) Ibrahim yang lurus? Dan Allah mengambil Ibrahim menjadi
kesayanganNya. Apakah logis dengan alasan Nabi Muhammad kesayangan Allah, maka shahadah yang aslinya hanya satu, menjadi dua kalimah
shahadah? Ayat 4:125 (an Nisa‟) jelas menyatakan bahwa bukan Muhammad yang menjadi Nabi kesayangan Allah. (Hanya sumber-sumber hadis yang menyatakan bahwa Muhammad adalah kesayangan Allah. Ini satu lagi contoh hadis yang menentang al Quran. Anda masih mau percaya hadis-hadis itu?)
Karena ternyata Nabi Ibrahim dikatakan sebagai kesayangan Allah, kenapa duakali shahadah tidak menjadi ‘.... dan Ibrahim adalah Rasul Allah‘?? Ini disebabkan Nabi Ibrahim tidak mempunyai hadis beliau sendiri, dan Nabi Ibrahim sendiri sudah wafat sekitar 2000 tahun sebelum Muhammad lahir. Peninggalan Nabi Ibrahim adalah Milat Ibrahim itu sendiri, yaitu Rukun Agama Islam (3:95,96 dan baca Bagian Sholat). Semua rukun agama Islam telah wujud dan disempurnakan semenjak dari Nabi Ibrahim. 2:128, 16:123, 21:73, 22:78. Secara logika juga, jika sekarang ini kita tidak mempunyai hadis-hadis tambahan seperti kumpulan Bukhari, Muslim, Hanbali dll, kita akan
menemukan bahwa tidak ada perubahan dalam rukun Islam, terutamanya yang pertama . Shahadah tetap tidak berubah, yaitu hanya ‟La ilaaha illa Allah‟. Karena itu juga ayat 6:153 mengatakan bahwa kita diperintahkan untuk hanya mengikuti satu jalan saja, yaitu jalan Allah dari al Quran saja, ”Ini (ayat-ayat al Quran) adalah jalan Ku – jalan yang lurus. Kamu hendaklah mengikutinya, jangan mengikuti jalan- jalan yang lain (selain al Quran ini) supaya mereka (jalan2 lain itu) tidak mengalihkan kamu dari jalanNya...”
Karena kebanyakan orang ‘Islam‘ sekarang menggunakan sumber Islam selain dari al Quran, jalan mereka teralih dari jalan lurus Allah,
sehingga rukun Islam pertama-pun telah dibengkokakan. Ini amatlah fatal jika terus diikutin! Ada yang menganggap ayat 7:158 (al A‟raf) adalah bukti shahadah kedua itu ada. Coba anda baca dengan benar dengan
menggunakan akal fikiran yang sehat. Ayat ini adalah sebuah proklamasi kerasulan dan peringatan agar orang-orang beriman (yaitu PERCAYA) ke pada Allah, rasul/nabi-nabinya dan ayat-ayatNya. Bukan perintah buat umat Islam untuk memberi sumpah kesaksian atau pengakuan bahwa beliau seorang nabi atau rasul! Dari mana dan atas alasan apa ayat ini dianggap bukti shahadah kedua???!! Ini adalah contoh kefahaman yang tidak benar sehingga membaca sesuatu yang sederhana seperti ayat ini masih tetap bisa dibelokkan artinya! Anda bisa buktikan sendiri.
[2:285 (al Baqarah)] Rasul
telah beriman ke pada apa yang diwahyukan oleh Tuhannya , dan begitu juga dengan orang-orang yang beriman. Mereka beriman ke pada Allah, para malaikatNya, kitab-kitabNya, dan para RasulNya: "Kami tidak membeda-bedakan antara
seorangpun dari para RasulNya." Mereka berkata. "Kami dengar dan kami ta'at. Tuhan kami, ampunilah kami. ke padaMu sajalah tempat kembali."
2:285 (al Baqarah) Salah satu perintah perintah yang terbesar adalah: "Kamu janganlah membeda-bedakan seorangpun di antara *
Rasul Allah" (2:136 (al Baqarah), 3:84 (Ali „Imran), 4:150 (an Nisa‟). Orang-orang yang beriman akan berkata, "Kami dengar dan kami ta'at," sementara orang-orang yang menyekutukan Allah berkeras untuk membatalkan kepercayaan dan amal mereka dengan Rasul Allah" (2:136 (al Baqarah), 3:84 (Ali „Imran), 4:150 (an Nisa‟). Orang-orang yang beriman akan berkata, "Kami dengar dan kami ta'at," sementara orang-orang yang menyekutukan Allah berkeras untuk membatalkan kepercayaan dan amal mereka dengan
menyebut Muhammad apabila mengucapkan (Shahadah) dan juga sewaktu mengerjakan Sholat (lihat 72:18 (al Jin ): …mesjid- mesjid itu kepunyaan Allah, maka janganlah kamu menyeru/memanggil nama lain di sisi Allah.) Harus diingat bahwa Islam sudah lahir sejak nabi Ibrahim, jadi tidak betul bahwa nabi Muhammad yang membawa agama Islam, beliau meneruskannya dan membetulkan kesalahan-kesalahan kitab-kitab (yang telah dirubah-rubah) di era sebelumnya dan melalui wahyu Allah, menyempurnakan Islam dengan al
Quran. Ingat, kita Islam bukan karena siapa-pun. Kita mendapat petunjuk dan bimbingan, yaitu menjadi Islam, karena kehendak Allah saja. 2:272, 28:56.
22:30 (Al Hajj) Demikianlah (perintah Allah). Dan barangsiapa mengagungkan tatacara yang diperintahkan Allah maka itu adalah lebih baik baginya di sisi Tuhannya. Dan telah dihalalkan bagi kamu semua binatang ternak, terkecuali yang diterangkan kepadamu keharamannya,
maka jauhilah olehmu pujaan-pujaan yang najis itu dan jauhilah perkataan-perkataan dusta.
3:81 (Ali „Imran) : Allah telah mengambil perjanjian dengan para Nabi, dengan mengatakan, "Aku akan memberikan ke pada kamu kitab dengan hikmah (pedoman). Sesudah itu, seorang Rasul akan datang untuk membenarkan semua kitab yang ada. Kamu mesti beriman ke padanya dan mendukung dia." Dia berkata, "Apakah kamu setuju dengannya, dan bersumpah untuk memenuhi perjanjian ini?" Mereka berkata, "Kami setuju." Dia berkata, "Kamu sekarang telah menjadi para saksi, dan Aku juga bersaksi bersama-sama kamu sekalian."
Surah 3:81 (Ali ‗Imran) dengan jelas menerangkan bahwa yang menjadi saksi tentang Nabi-Nabi dan Rasul adalah Allah dan para nabi-
nabi tersebut. Orang-orang lain tidak menjadi saksi di dalam perjanjian ini, karena itu Allah menegaskan dalam surah 63:1 (al Munafiqun) bahwa orang yang mengakui bersaksi atas RasulNya adalah orang-orang musyrik.
[4:79 (an Nisa‘)] : Segala kebaikan yang datang ke padamu adalah dari Allah, dan segala kesusahan yang kamu alami adalah dari perbuatan
kamu sendiri. Kami telah mengutus ke pada kamu Rasul untuk manusia, dan cukuplah Allah sebagai saksi.**
52 (al „Ankabut) :
* Apakah tidak cukup bagi mereka bahwa Kami telah menurunkan ke padamu Kitab (Al Quran) yang dibacakan ke
pada mereka? Sungguh, dalam itu terdapat rahmat yang besar dan pelajaran bagi orang-orang yang beriman. Katakanlah (Muhammad), ―*Cukuplah Allah menjadi saksi antara aku dan engkau. Dia mengetahui apa yang di langit dan di bumi. Dan orang yang percaya ke pada yang batil dan ingkar ke pada Allah, mereka itulah orang- orang yang rugi.‖
* Allah sendiri menanyakan apakah al Quran tidak cukup?! Ini suatu ayat yang jelas bahwa al Quran ini cukup. **Dan juga, ayat 4:79 (an Nisa‘), 29:52 (al ‗Ankabut) jelas menyatakan bahwa yang menjadi saksi antara Nabi dan Rasul cukuplah Allah. Ayat-ayat ini
cukup jelas hanya Al Quran yang kita perlukan dan kalimashahadah yang kedua adalah suatu seruan dusta dan kemusyrikan karena yang menjadi saksi terhadap Rasul itu hanya Allah dan Rasul itu sendiri!
48:28- 29 (Al Fat-H) Dialah yang mengutus RasulNya dengan membawa petunjuk dan agama yang Hak agar dimenangkanNya terhadap semua agama. Dan cukuplah Allah sebagai saksi, Muhammad itu adalah utusan Allah, dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka, kamu lihat mereka ruku` dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir. Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar.
Perhatikan ayat yang digaris 48:28-29:......... ”..cukuplah Allah sebagai saksi
Muhammad itu rasul Allah.... ”
17:94-96, Dan tidak ada sesuatu yang menghalangi manusia untuk beriman tatkala datang petunjuk kepadanya, kecuali perkataan mereka: "Adakah Allah mengutus seorang manusia menjadi rasul?". Katakanlah: "Kalau seandainya ada malaikat-malaikat yang berjalan-jalan sebagai penghuni di bumi, niscaya Kami turunkan dari langit kepada mereka malaikat menjadi rasul". Katakanlah ”Cukuplah Allah menjadi saksi antara aku dan kamu. Sungguh, Dia Maha Mengetahui, Maha Melihat akan hamba- hambaNya‖. ‘
46:8.(Al Ahqaf) Bahkan mereka mengatakan: "Dia (Muhammad) telah mengada-adakannya (Al Qur'an)", Katakanlah: "Jika aku mengada-adakannya, maka kamu tiada mempunyai kuasa sedikitpun mempertahankan aku dari (azab) Allah itu. Dia lebih mengetahui apa-apa yang kamu percakapkan tentang Al Qur'an itu. Cukuplah Dia menjadi saksi antaraku dan antaramu dan Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang".
Sekali lagi. CUKUPLAH ALLAH SEBAGAI SAKSI YANG MENGUTUS RASUL-RASULNYA. Shahadah kedua, kesaksian kita bahwa Muhammad sebagai rasul Allah, adalah suatu kebohongan. Kita TIDAK MENJADI SAKSI
KETIKA RASUL ALLAH DIUTUS! Kita diwajibkan beriman/percaya bahwa beliau itu seorang rasul dengan keyakinan dan keimanan tapi bukan dengan kesaksian kita.
Di dalam beberapa tafsir al Quran, sering ahli tafsir tersebut menambah-nambahkan tafsirannya dengan menggunakan kurungan ( ). Coba kita lihat satu contoh yang amat penting:
5:83 (al Maidah): Dan apabila mereka mendengarkan apa yang diturunkan ke pada Rasul, kamu lihat mata mereka mencucurkan air mata disebabkan kebenaran yang telah mereka ketahui; seraya berkata, ―Ya Tuhan kami, kami telah beriman, maka catatlah kami bersama orang-orang yang menjadi saksi*.
*sering, setela h kata ‗saksi‘, tafsir yang kami dapati, ditambah dalam kurungan:- (atas kebenaran al Quran dan kenabian Muhammad). Saksi maksudnya: Melihat dengan jelas dan nyata tanpa setitik keraguan.
-Kata ‗saksi‘ di dalam ayat ini, jelas mengenai kesaksian terhadap Allah saja. Yaitu shahadah, ‗ashadu alla ilaha illa Allah‘. Pertama, al
Quran tidak menyatakan bahwa kita itu menjadi saksi atas Nabi Muhammad, dan dengan itu juga, kita tidak menjadi saksi ketika Allah menurunkan al Quran ke Nabi Muhammad. Kita WAJIB PERCAYA DAN BERIMAN ke pada al Quran dan rasul-Nya, tetapi, KITA TIDAK MENJADI SAKSI. Yang menjadi saksi, CUKUPLAH ALLAH. Kita diberikan cukup BUKTI untuk MEMBENARKAN AL QURAN ITU DARI ALLAH YANG MAHA ESA, dan MEMBENARKAN BAHWA ALLAH telah MENGUTUS NABI MUHAMMAD (sebagai pembawa al Quran dari Allah) dan juga RASUL-RASUL LAINNYA. Tetapi, ini tidak berarti kita menjadi saksi terhadap Nabi Muhammad. Menjadi saksi adalah makna yang amat jauh berbeda!
KESAKSIAN KITA HANYA TERHADAP ALLAH YANG MAHA ESA. [3:18 (al Imran), 7:172(al- A‟raf), 47:19(Muhammad)]. Allah menjadi saksi bahwa tidak ada Tuhan melainkan Dia, begitu juga dengan para Malaikat serta orang-orang yang mempunyai ilmu pengetahuan. Dialah Tuhan yang sebenarnya; tidak ada Tuhan melainkan Dia, yang Maha Berkuasa lagi Maha Bijaksana. (3:18)
Sebelum kita diturunkan ke Bumi, Allah telah memperlihatkan ke pada kita siapa Tuhan kita, yaitu Allah yang Esa. Jadi, kita semua sebelum diturunkan (dilahirkan) ke Bumi, kita menyaksikan tidak ada Tuhan selain Allah.
Ingatlah ayat ini, 7:172 (al A‟rah) Dan, ketika Tuhan-mu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka . “Bukankah Aku ini Tuhan-mu?” Mereka menjawab, “Betul, kami menjadi saksi.” Agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan, “Sesungguhnya kami adalah orang-orang yang lalai terhadap ini.”
Ahli tafsir, tidak bisa membuktikan dari al Quran bahwa Allah telah menyatakan kita juga menjadi saksi terhadap rasulNya. Jadi,
mereka telah mengada-adakan sesuatu yang tidak ada dengan menambah sesuatu yang tidak benar ke dalam kurungan ( ). Jika ahli tafsir menambah sesuatu dalam kurungan ( ) yang tidak bertentangan dengan kebenaran yang telah ditetapkan, tambahan ini tidak akan menjadi masalah sama sekali. Sering tambahan-tambahan yang dimasukkan adalah untuk menyambung ayat-ayatnya supaya lebih enak dibaca, seperti kata (dan), (yaitu) dan sebagainya. Tambahan demikian masih bisa diterima. Jadi, kami anjurkan supaya para
pembaca membaca tafsir/terjemahan al Quran dengan lebih berhati-hati dan teliti apabila membaca tambahan di dalam kurungan. Contoh terjemahan yang menyimpang!!
Surah 39:45 (az Zumar)
Surah 39:45 (az Zumar) seharusnya ditafsir demikian: “Dan apabila hanya nama Allah saja yang disebut, kesal-lah hati orang-orang yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat; dan
apabila yang lain disebut di sisiNya, tiba-tiba mereka bergirang hati.” (Qs. Az-Zurnar (39): 45) Coba anda baca tafsir/terjemahan yang anda pegang sekarang. Terjemahan yang beredar sekarang di pasaran, semuanya merubah
makna asli Arabnya dengan menggantikan kata ‗yang lain‘ menjadi ‗sembahan yang lain‘ atau ‗tuhan-tuhan lain‘ (aallhah). Buktikan sendiri
dengan membaca teks al Quran Arabnya satu persatu dan buka khamus jika perlu dan perhatikan makna setiap katanya. Jelas sekali
berbeda. (Sebagai uji coba; coba meminta ustaz anda, yang fasih dalam bahasa Arab, untuk menafsirkan 39:45 yang anda dapati dari buku tafsir yang anda miliki, kembali ke dalam bahasa Arab dari bahasa Indonesia (tafsir tersebut) tanpa mempelihatkan teks Arab aslinya. Kemudian, bandingkan ayat teks Arab yang ditulis ustaz tadi dengan teks Arab asli al Quran.)
Tambahan lagi, ada pula tafsir yang menghilangkan kata ‗Wahdahu‘ setelah kata Allah; ―Dan apabila yang disebut hanya nama Allah, kesal sekali hati….” Di kemanakan kata ‗Wahdahu‘ nya di dalam tafsir tersebut??????
Contoh salah satu tafsir yang kami temukan: “Dan apabila disebut nama Allah Yang Esa dan Satu-satu-Nya, terasa kesal dan ngerilah hati orang-orang yang tidak beriman dengan
akhirat itu. Akan tetapi jlka tuhan-tuhan selain-Nya disebut, tiba- tiba mereka kegirangan.” (39:45) Jika kita mencoba menerjemahkan kembali apa yang diterjemahkan ini ke dalam bahasa Arab, maka akan lahirlah teks al Quran ayat ke-45
surah Az-Zumar menjadi seperti ini (yang sudah pasti beda dari yang aslinya. Buktikan sediri dengan membuka al Quran 39:45) :
Yang di atas adalah hasil dari tafsiran bahasa Indonesia kembali ke bahasa Arabnya. Bandingkan teks asli dari al Quran di bawah:
Bagaimana? Ada beberapa sebab kenapa ayat ini ditafsirkan dengan salah. 1. Ahli tafsir ini tidak menguasai bahasa Arab. Atau 2. Ahli tafsir ini dengan sengaja merubah makna ayat ini karena tidak mau menimbulkan kontradiksi dalam kepercayaan umum orang-orang yang ‗seagama‘ atau kepercayaan populer/mainstream. Yang lebih memperihatinkan, semua tafsir dengan konsisten menambahkan kata ‗aalihah‘ yang bermakna ‗tuhan-tuhan lain‘ atau ‗sembahan lain‘, yang jelas TIDAK ADA DI DALAM AYAT INI. Jika kita selidiki, walaupun tidak menguasai bahasa Arab, kita akan sadar bahwa seharusnya bagian ini ditafsirkan menjadi ‗apabila yang lain disebut‘. Orang-orang Islam sekarang pada umumnya akan mengaku dengan tegas bahwa mereka TIDAK menyembah Nabi Muhammad, tetapi hanya menyeru atau menyebut namanya di sisi Allah. Jadi, jika mereka membaca tafsir/terjemahan al Quran yang umum, dan ketika membaca 39:45, ayat ini tidak akan mengesankan mereka karena mereka tidak akan merasa bahwa ayat ini menentang kepercayaan mereka.
Ayat ini sebenarnya menekankan bahwa apabila anda menyebut nama Allah SAJA, anda tidak boleh menyebut nama yang lain dan kebanyakan orang – terutama mereka yang meng-idolakan/menyanjung/memuji Muhammad atau Isa- akan menjadi kesal.
Dengan demikian, ayat ini berarti telah diterjemahkan secara keliru, dan ayat al Quran yang asli dalam versi bahasa Arab menekankan
kepada pembaca bahwa mengingat Allah di sini adalah mengingat/menyeru/menyebut Allah SAJA (semata),sebab tidak pantas mengingat / menyeru / menyebut Allah disertai dengan mengingat / menyeru/ menyebut yang lain di sisi-Nya baik ia adalah Muhammad atau Ibrahim, karena tidak diragukan lagi bahwa hal itu akan membuat marah orang-orang yang memuji Ibrahim atau Muhammad.
Sekarang, jika anda melafaskan (maupun di dalam hati) DUA kalimasyahadah dan beriman terhadap dua kalimasyahadah ini, ayat 39:45 menekankan bahwa anda SEBENARNYA BUKANLAH ORANG YANG BERIMAN!!
Maka, tidak ada alasan lagi bagi orang yang ingin beriman untuk tetap berpegang kepada dua kalimasyahadah. Jika anda mencari alasan dari Hadis, maka anda telah mengikuti hadis-hadis kosong atau hadis-hadis yang sia-sia seperti yang tertulis di ayat 31:6 (Luqman). Bacalah teks Arabnya dan perhatika n kata ‗haditsi‘. Dan anda menjadikan sumpah anda ini (dua kali syahadah) sebagai perisai untuk menghalang-halangi (manusia dan diri anda sendiri ) dari jalan Allah… (63:2 [al Munafiqun]). Baca kembali ayat 63:1; Mereka yang berpegang kepada kesaksian bahwa mereka bersaksi Muhammad itu adalah rasul Allah (syahadah kedua) dianggab Allah sebagai orang musyrik. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, kita tidak menjadi saksi ketika rasu-rasul Allah diangkat menjadi rasul. Dan ayat 39:45 ini menambahkan kita tidak boleh menyeru/menyebut nama-nama yang lain di sisi-Allah jika kita ingin beriman. Maka, walupun lafaz anda tidak menyebut kata ‗wasyadu‘ atau saksi, anda tetap menyeru/menyebut nama lain di sisi-Nya dan ayat ini mengatakan bahwa seruan ini
tidak pantas dilakukan bagi mereka yang beriman. Dan jika anda mati dalam keadaan musyrik, anda tidak akan bisa masuk syurga karena Allah telah mengharamkan mereka yang musyrik untuk masuk syurga. Semua amalan, ibadah dan pekerjaan anda, akan menjadi sia-sia jika anda mati dalam keadaan musyrik!!
Dengan begini banyak bukti dari al Quran, pasti orang-orang musyrik tetap saja mencari alasan-alasan untuk membenarkan sumpah dan seruan syahadah kedua mereka. Bagi orang yang benar percaya al Quran itu dari Allah, sudah pasti mereka juga sadar bahwa tidak ada satu ayat pun yang bertentangan dengan ayat lain. Jadi, dengan mudah sebenarnya kita mendeteksi penyelewangan terjemahan. Contoh yang penting:
94:4 wa rafa‘naa laka dzik‘raka 94:4 ‖Kami tinggikan bagimu sebutan/kata-kata mu.‖ ........................ 1 94:4 ‖We exalted you to an honorable position.” = ―Kami naikan kamu ke tempat yang dihormati.‖ ............. 2 Terjemahan di atas adalah terjemahan yang paling akurat. Terjemahan versi 1 dan versi 2 saling mendukung karena derajat Nabi
Muhammad diangkat ke posisi yang dihormati, karena kata-kata dia sebagai seorang Nabi yang membawa wahyu adalah kata-kata (al
Quran) yang dihormati. Baca kembali surah 69 69:40 Sesungguhnya ini adalah ucapan Rasul yang mulia,
69:41 dan ini bukanlah omongan/ucapan penyair. Sedikit sekali kamu beriman ke padanya,
69:42 Dan bukan pula ucapan tukan tenung. Sedikit sekali kamu mengambil pelajaran darinya,
69:43 Ia (al Quran) adalah wahyu yang diturunkan dari Tuhan seluruh alam.
Maka, sebutan sang Nabi adalah sebutan yang suci ketika beliau berperan sebagai seorang nabi yang sedang
mengungkapkan/membaca wahyu Allah. Karena wahyu-wahyu Allah itu dituturkan lewat mulut nabi sendiri, orang-orang yang percaya hendaklah percaya pada kata-kata (wahyu-wahyu) tersebut dan percaya bahwa Muhammad adalah seorang nabi yang diutus dan dimuliakan Allah. Karena itu Allah berfirman di ayat 94:4‖Kami tinggikan bagimu sebutan/kata-kata mu.‖ Perhatikan kembali ayat 69:43
menegaskan bahwa kata-kata yang dimaksudkan ini adalah wahyu-wahyu Allah, yaitu al Quran itu sendiri.
Tetapi, ada beberapa terjemahan menterjemahkan ayat 94:4 menjadi: 94:4‖Kami tinggikan sebutan (nama)mu, bagimu.‖ ................... 3 (terjemahan yang dibengkokan) Kemudian, ada penjelasan nota-kaki di mana si penterjemah mengambil kesimpulan karena derajat beliau ditinggikan berarti nama Nabi
juga yang ditinggikan sehingga namanya harus disebut dengan nama Allah dalam syahada! Apakah mungkin Allah bermaksud begini supaya ayat ini (terjemahan versi 3) bertentangan dengan ayat 39:45 (dan beberapa ayat lain) yang telah dijelaskan di atas?
Orang yang betul percaya terhadap Allah akan sadar bahwa terjemahan no. 3 ini tidak mungkin. Bacalah
72:18 Dan sesungguhnya mesjid-mesjid itu adalah kepunyaan Allah; jangan menyebut/memanggil nama lain di sisi Allah.
Perhatikan terjemahan Yusuf Ali: “And the places of worship are for Allah(alone): So invoke not anyone along with Allah.” - >”Dan tempat2 beribadah itu adalah untuk Allah (saja): Maka jangan menyebut sesiapapun bersamaan dengan Allah.”
20:14 ―Aku adalah Allah; tidak ada tuhan selain Aku. Kamu hendaklah menyembah Aku saja, dan dirikanlah Sholat untuk mengingat
Ku !”
Baca kembali ayat 94:4 dengan terjemahan yang lurus “Kami tinggikan bagimu sebutan/kata-kata mu.” Ini berarti kata-kata beliau, yaitu wahyu-wahyu Allah (al Quran) yang dimaksudkan di sini, BUKAN nama nabi.
TIDAK ADA SATU AYAT PUN DI DALAM AL QURAN DI MANA ALLAH MEMERINTAHKAN ORANG-ORANG YANG PERCAYA UNTUK JUGA MENGINGAT NAMA NABI DI SISINYA. SETIAP SURAH PASTI ADA BEBERAPA AYAT YANG MENYERU SUPAYA KITA MENGINGAT NAMA ALLAH DAN MEMBESARKAN NAMA-NAMANYA SAJA.
Ayat-ayat Allah itu sempurna, lengkap dan rinci. Baca terus surah 94 dan perhatikan ayat terakhir, ayat 94:8 “Hanya ke pada Tuhanmu kamu mencari jalan.” Semua jalan dan harapan itu hanya ada pada Allah,
karena itu sudah pasti Allah tidak pernah menyeru manusia untuk menyebut nama nabi (ataupun nama-nama yang lain) di sisi nama Allah.
Karena perbuatan demikian Allah telah mendefinisikan sebagai perbuatan orang-orang kafir, musyrik dan yang tidak percaya dengan Akhirat, 39:45, 63:1.
Baca kembali 63:1, mereka yang bersaksi ”Nabi Muhammad adalah rasul Allah” dianggap pendusta dan orang-orang munafik. Dan mereka menggunakan sumpah ini untuk menghalang yang lain dari jalan lurus 63:2, dan ayat 63:3 menyatakan karena mereka sebelumnya percaya kemudian menjadi tidak percaya. Orang yang pada mulanya percaya, menyeru dan menyebut nama Allah saja (contoh, La ilaaha illallah), kemudian menjadi tidak percaya karena mereka menyebut nama lain di sisi Allah, (contoh, syahadah kedua).
Jadi, ayat 63:1 jelas dengan dukungan ayat 63:2, 63:3, adalah pernyataan bahwa siapa saja yang bersaksi ‟syahada‟ kedua, adalah mereka yang didefinisikan sebagai orang yang munafik, musyrik dan tidak percaya. Mereka yang dimaksudkan pada ayat 63:1 ini pada awalnya percaya dan kemudian, apabila mereka mengatakan kesaksian ‟syahada‟ kedua, mereka menjadi pembohong dan menjadi tidak percaya, INI DIJELASKAN PADA AYAT 63:3.
2. S o a l : Disurah/ayat apa pada al Quran salawat ke pada Nabi Muhammad harus dibaca waktu shalat?
33:56 (al Ahzab): Sesungguhnya Allah dan Malaikat-malaikatNya berselawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, berselawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan ke padanya.
Ayat ini telah disalah gunakan sedemikian rupa sehingga lebih banyak orang menyeru ke pada Muhammad dibanding ke pada
Allah. [Di kebanyakan majlis taklim, umat Islam lebih banyak memuji/menyebut-nyebut Muhammad dibanding Allah, (bisa dikatakan 80% pujian-pujian pada majlis-majlis seperti ini nabi Muhammad lebih banyak diagung-agungkan) padahal nabi kita bukan hanya Muhammad]
Pertama, ayat ini di dalam konteks ketika Nabi masih hidup. Al Quran dengan konsisten (secara tetap) menggunakan kata Nabi ketika beliau masih hidup, dan tidak pernah setelah beliau wafat.
Kedua, banyak ayat yang menceritakan kejadian-kejadian sejarah ditujukan untuk pengikut-pengikut Nabi di suatu waktu tertentu. Setiap
ayat yang berkaitan dengan kata Nabi digunakan ketika beliau masih hidup di dunia. Contoh, Allah telah memerintahkan dalam surah 49: 2 (al Hujurat) supaya orang-orang yang beriman tidak mengangkat suara mereka melebihi suara Nabi. Sudah pasti kita sekarang tidak akan bisa mengikuti perintah ini. Nabi telah wafat, jadi perintah dari ayat ini tidak berlaku lagi karena sudah mustahil menjalankan perintah ayat ini sekarang.
Ketiga, kata YUSALLOON atau SALLOO atau YUSALEE atau SHOLAT semua berasal dari kata dasar WASALA, kata benda/kerjanya WASL, yaitu bersentuhan atau berhubungan atau berkontak. Kata SALLOO, artinya berhubungan dengan Nabi, mengikuti/berkumpul
dengan Nabi, bersamaan dengan dia, dan untuk mendukung dia dengan segala kemampuan/kekuatan kita. Sudah pasti, ini hanya bisa terjadi ketika beliau masih hidup. Karena itu kata NABI digunakan.
Karena al Quran sajalah peninggalan Nabi Muhammad yang mendapat jaminan dan otorisasi Allah, maka, jika kita menegakkan Islam menggunakan al Quran saja, kita dengan otomatis mendukung terus misi Nabi Muhammad, dan dengan itu kita sebenarnya bersalawat ke pada nya. Inilah maksud salawat yang sebenarnya.
Kebanyakan orang Islam percaya bahwa salawat itu maksudnya berdoa untuk keselamatan Nabi. Sudah pasti ini adalah salah satu cara kita mendukung beliau ketika beliau masih hidup. Karena dia sudah wafat, tidak ada gunanya lagi untuk kita berdoa demikian (keselamatan beliau di Akhirat sudah dijamin Allah karena beliau sudah wafat). Tetapi, kebanyakan orang Islam terus sehingga sekarang berdoa dan menyeru nama beliau. (Lihat bagian sholat di makalah ini)
Kebanyakan orang Islam, dengan kekeliruan mereka tentang makna salawat itu, percaya bahwa dengan bersalawat ke Rasul,
mereka akan mendapat syafaat darinya. Ini adalah satu kekeliruan.
Al Quran telah mengumumkan ―Segala perantaraan (jaminan) kepunyaan Allah‖ (39:44 (Az Zumar), dan sesungguhnya “Tidak akan
ada jaminan (Shafa‟at) di Hari Pengadilan” kelak (2:254 (al Baqarah)). Syafaat tidak berguna [10:18 (Yunus), 2:48, 123, 254 (al Baqarah), 6:7 0,94 (al An‟am)]. Nabi tidak berdaya [ 7:188 (al A‟raf), 10:46 (Yunus), 18:110 (al Kahfi), 41:6 (Fussilat), 72:21 (al Jinn) ]
[2:254 (al Baqarah)] Wahai orang-orang yang beriman, sumbangkanlah sebagian dari rezeki yang kami berikan ke pada kamu, sebelum hari di mana tidak ada lagi jual beli, tidak juga pihak memihak untuk saudara (nepotism), dan juga tidak ada perantaraan (syafa‟at). Orang-orang yang ingkar itulah yang zalim.
18:102 (al Kahfi) Maka apakah orang kafir menyangka bahwa
mereka (dapat) mengambil hamba-hambaKu menjadi
penolong selain Aku? Sungguh, Kami telah menyediakan Jahanam sebagai tempat tinggal bagi orang-orang kafir.
4:125 (an Nisa‘): Dan siapakah yang lebih baik agamanya
daripada orang yang ikhlas menyerahkan dirinya ke pada
Allah, sedang dia juga mengerjakan kebaikan, dan ia mengikuti agama (milat) Ibrahim yang lurus? Dan Allah mengambil Ibrahim menjadi kesayanganNya.
*4:125 (an Nisa‘): Semua Rasul dari Adam telah mengajarkan satu agama yang sama. Ibrahim adalah Rasul yang pertama yang
menamakan "Islam" (22:78 (al Hajj)). "Islam" bukanlah nama tetapi adalah suatu keyakinan untuk menekankan maknanya "Penyerahan
diri ke pada Allah saja dengan sepenuhnya." Ayat ini menetapkan bahwa di sisi Allah, Nabi Ibrahimlah kesayangan Allah. Sebaliknya, Nabi Muhammad telah disanjung dan diangkat sedemikian rupa sehingga banyak hadis yang mengatakan kebesaran Muhammad melebihi semua Nabi. Ini adalah kontradiksi (bertentangan) yang besar dengan al Quran. Kenapa tidak Nabi Ibrahim yang diangkat (disanjung)?
Hanya Allah-lah yang berhak untuk membedakan antara mereka, tetapi bagi manusia, kita diperintahkan untuk tidak membedakan
antara satu Nabi/Rasul dengan yang lain (2:136, 2:285, 3:84, 4:152). Banyak orang yang menerangkan bahwa dengan salawat ke pada Rasul, mereka berdoa ke Allah untuk mendukung atau menyelamatkan
Rasul. Dengan doa-doa mereka, Allah akan memperkenankan doa-doa tersebut dan kemudian memberi syafaat ke mereka yang berdoa itu. Mari kita perhatikan lagi ayat-ayat al Quran
Rasul-Rasul Allah adalah orang-orang yang saleh. Mengerjakan perintah Allah dan bertakwa ke padaNya sepenuhnya. Al Quran mengatakan bahwa orang- orang yang beriman dan bertakwa ke pada Allah akan selamat di akhirat kelak [4:51 (an Nisa‘), 5:69 (al Ma-idah), 2:62 (al Baqarah)]. Dengan ini, Rasul-Rasul Allah sudah mendapat jaminan Allah sendiri untuk keselamatan mereka di akhirat kelak. Tugas dan ujian mereka (yang telah wafat) di dunia telah selesai dan Allah telah menjamin keselamatan mereka dan juga keselamatan semua orang-orang yang beriman di akhirat kelak. Jaminan ini adalah dari Allah, dan tidak memerlukan pertolongan kita. ( Al Fatihah, ayat 5)
Al Quran ini adalah pesan wahyu untuk semua orang-orang yang ingin selamat. Al Quran ini ditujukan ke pada kita semua untuk
keselamatan setiap orang yang beriman. Kita sendirilah yang perlu bantuan (bukan para Rasul-Rasul yang sudah terjamin keselamatan mereka) untuk keselamatan kita di akhirat kelak. Siapakah yang akan menjadi Tuan/Hakim di hari kebangkitan/pengadilan kelak? Hanya Allah saja. ( Al Fatihah, ayat 4)
[40:51 (al Mu‟min)]: Pasti sekali, kami akan memberikan kemenangan ke pada para Rasul kami dan ke pada orang-orang yang percaya, baik di dunia ini dan di hari apabila para saksi dihimpunkan.
Ini sudah cukup membuktikan bahwa ayat [33:56 (al Ahzab)] hanya berlaku ketika Muhammad masih hidup.
Beriman adalah tanggung jawab sendiri. Seorang ibu tidak boleh menjamin keselamatan anaknya di akhirat nanti. Seorang anak tidak boleh menjamin keselamatan ibunya di akhirat nanti. Nabi Ibrahim sendiri berdoa ke Allah untuk mengampunkan dosa
ayahnya, tetapi, dia sendiri tidak bisa menjamin ayahnya [9:114 (at Taubah)], nabi Nuh tidak dapat menjamin anaknya [11:46 (Hud)], nabi Muhammad tidak dapat menjamin pamannya [111:1-3 (al Lahab)] ataupun saudaranya [9:80 (at Taubah)].
[1:5 (al Fatehah)] Hanya Engkau yang kami sembah dan hanya ke pada Engkau kami mohon perlindungan; dari surah pertama saja kita juga sudah mengakui hanya ke padaNya sajalah kita memohon bantuan dan perlindungan. Secara logis ini berarti kita tidak bisa meminta syafaat ke pada siapa pun!!
Anda harus mempelajari surah-surah : 2:48, 123 (al Baqarah), 6:51, 70, 94 (al An‘am); 7:53 (al A‘raf); 10:3 (Yunus); 19:87 (Maryam); 26:100 (al Syu‘ara); 30:13 (ar Rum); 32:4 (As Sajdah); 36:23 (Yasin); 39:44 (Az Zumar; 40:18 (al Mu‘min); 43:86 (Az Zukhruf); 53:26 (An Najm) & 74:48 (al Muddassir)
[2:48 (al Baqarah) :] Waspadalah pada hari yang mana satu jiwapun tidak akan dapat membela jiwa yang
lainnya, dan tidak ada syafaat
dapat diterima daripadanya, tidak ada tebusan yang bisa dibayar, maka tidak ada siapa yang boleh menolong. [6:51al Anam] Dan
peringatkanlah dengan
(Quran) ini kepada mereka yang mengingat hari di mana akan dikumpulkan semuanya di
hadapan Tuhan mereka, tidak ada Tuhan selain Dia, tidak ada pelindung dan pemberi syafaat, supaya mereka mendapat keselamatan
Allah Yang Maha Mengetahui dan Yang Maha Adil. Hanya Dialah yang akan menghakimi dan yang mengetahui siapa yang layak selamat. Orang-orang yang layak selamat adalah juga orang-orang yang layak menerima syafaat [20:109 (Taha)]. Jadi, jika seorang anak berdoa ke Allah untuk keselamatan ibunya, Allah hanya memperkenankan doanya jika ibunya itu layak menerima syafaat itu. Jika ibunya itu ternyata sesat, maka syafaat anaknya tidak berguna. Karena itu, mengharapkan syafaat adalah sia-sia kecuali kita menyerahkan semua harapan kita ke pada Allah dengan sepenuhnya; yaitu Islam dengan sebenar-benarnya. Orang-orang yang benar beriman dan bertakwa ke pada Allah, sesungguhnya, Allah akan menyelamatkan mereka. Caranya? Pelajarilah al Quran dengan sebaik-baiknya.
PERINTAH PALING PENTING BAGI KITA YANG PERCAYA. 72:18 Dan sesungguhnya mesjid-mesjid itu adalah kepunyaan Allah; jangan menyebut/memanggil nama lain di sisi Allah. (Perhatikan
bahwa Allah tidak menggunakan kata ‗menyembah‘ dalam ayatNya. Cek sendiri bahasa Arabnya.) 20:14 ―Aku adalah Allah; tidak ada tuhan selain Aku. Kamu hendaklah menyembah Aku saja, dan dirikanlah Sholat untuk mengingat
Ku !”
CUKUP AYAT-AYAT DI ATAS INI MEMERINTAHKAN SUPAYA KITA MENDIRIKAN SHOLAT HANYA UNTUK MENYEMBAH DAN MENGINGAT ALLAH SAJA! TIDAK ADA PERINTAH SUPAYA KITA MENGINGAT NAMA NABI DI SISI NAMA ALLAH!
3. S o a l : Apakah ada surah dalam al Quran yang menyatakan kita harus mengikut Hadis dan sunnah?
77:50 fa bi ayyi haditsim ba‟dahuu yu‟minuun [77:50 (Al Mursalaat)] : Maka ke pada Hadis apakah selain (al Quran) ini mereka akan beriman?
Tidak ada perintah di dalam al Quran untuk mengikut hadis dan/sunnah selain al Quran. Malah, al Quran menguji kita untuk melihat mana yang hak dan mana yang batil. Sekali lagi, semua jawaban di atas jelas menerangkan bahwa hanya al Quran sajalah yang
diperlukan. Hadis-hadis dikumpulkan 200 tahun setelah wafatnya nabi Muhammad bukanlah karena umat Islam atau bangsa Quraish saat beliau masih hidup buta huruf. Justru karya-karya tulisan oleh penulis-penulis yang hidup saat itu cukup banyak. Jangan lupa bahwa al Quran ini telah dituliskan, tersusun dan terkumpul lengkap sebelum beliau wafat! Pembukuannya telah dilakukan pada zaman Syaidina Usman. Alasan bahwa hadis-hadis tidak dituliskan sebelumnya karena tingkat literasi (tulis baca) bangsa Quraish saat itu rendah sangat tidak rasional. Ini adalah fakta sejarah yang tidaklah sulit untuk anda buktikan sendiri.
Renungkan ayat 47:2, 3 (Muhammad): [47:2 (Muhammad)] Dan
orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal yang saleh serta beriman ke pada apa yang diturunkan ke pada Muhammad dan itulah yang
Hak dari Tuhan mereka, Allah menghapuskan kesalahan-
kesalahan mereka dan memperbaiki keadaan mereka. [47:3 (Muhammad)] Yang demikian adalah karena sesungguhnya orang-orang kafir mengikuti yang batil dan sesungguhnya orang-orang beriman mengikuti yang Hak dari Tuhan mereka. Demikianlah Allah
lakukan untuk manusia perbandingan-perbandingan bagi mereka. Ayat-ayat ini jelas menyatakan yang Hak adalah dari Allah, yang diturunkan ke pada Muhammad, yaitu al Quran.
Surah 69 (al Haqqah):
38: Maka Aku bersumpah demi apa yang kamu lihat,
39: dan demi apa yang tidak kamu lihat,
40: Sesungguhnya ini adalah ucapan Rasul yang mulia,
41: dan ini bukanlah omongan ucapan penyair. Sedikit sekali kamu beriman ke padanya,
42: Dan bukan pula ucapan tukan tenung. Sedikit sekali kamu mengambil pelajaran darinya,
43: Ia (al Quran) adalah wahyu yang diturunkan dari Tuhan seluruh alam.
44: Dan sekiranya dia mengada-adakan sebagian perkataan (ajaran) atas (nama) Kami,
45: pasti Kami pegang dia pada tangan kanannya. (Kami akan menghukum dia sekeras-kerasnya)
46: Kemudian Kami potong pembuluh jantungnya, (Kami akan menghentikan turunnya wahyu-wahyu kepada dia)
47: Maka tidak seorangpun dari kamu yang dapat membantunya.
48: Dan sungguh, al Quran itu pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa.
Ayat 69: 44-48 membuktikan bahwa hadis-hadis yang penuh kontradiksi dengan al Quran tidak mungkin datang dari Nabi Muhammad.
Beberapa buku panduan ‗Islam‘ memberi beberapa alasan dari al Quran untuk membernarkan hadis. Contoh dari ‗Buku Pintar Agama Islam oleh Syamsul Rijal Hamid‘: Kita buktikan bahwa alasan-alasan yang telah mereka berikan adalah kekeliruan belaka.
Alasan no. 1 : [59:7 (al Hasyr)] Apa yang diberikan oleh Rasul ke padamu, terimalah. Dan apa yang dilarang bagimu, tinggalkanlah.
Sayangnya, pengarang buku ini telah memotong ayatnya. Coba buka al Quran dan baca tafsir ayat [59:7 (al Hasyr)] sepenuhnya. Ayat ini menjelaskan tentang harta rampasan, bukan tentang hadis!
Alasan no. 2 : [33:21 (al Ahzab)] : Sungguh, telah ada pada Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu bagi orang yang mengharap Allah dan hari Kiamat dan yang banyak mengingat Allah.
Ayat ini telah disalah gunakan dengan hebatnya sehingga Muhammad diagung-agungkan melebihi semua manusia dan Nabi-Nabi dan
Rasul-Rasul lain yang pernah diutus Allah (ketahuilah bahwa membeda-bedakan antara Nabi-Nabi melanggar perintah Allah [2:136 (al Baqarah), 3:84 (Ali „Imran), 4:152 (an Nisa‟)].
Masalahnya adalah sebagus apapun hadis-hadis dari kitab-kitab hadis yang ada, kita tidak dapat membuktikan dengan jaminan yang
mutlak bahwa Nabi Muhammad pernah berbuat atau mengucapkannya walaupun ada hadis-hadis yang tidak melanggar ayat-ayat al
Quran (ingat, hadis-hadis ditulis 200 tahun setelah Nabi wafat). Contohnya: Nabi bersabda ‘Mereka yang betul-betul beriman adalah mereka yang percaya kepada Allah, hari Akhirat, para Malaikat, dan
para nabi; senantiasa berbuat baik, membayar zakat, mendirikan sholat,... dll‘ Jika kita perhatikan, jika Nabi pernah bersabda demikian, ini adalah suatu kemungkinan (bukan suatu kepastian mutlak), karena ini tidak
melanggar ketetapan Allah. Pertanyaannya, KENAPA KITA HARUS MENCARI-CARI HADIS NABI YANG DEMIKIAN SEHINGGA KITA MENYERU DENGAN ‘NABI BERSABDA‘. PADAHAL PERINTAH INI BISA KITA TEMUKAN DI BEBERAPA AYAT ALLAH??
KENAPA KITA TIDAK LANGSUNG SAJA BERKATA. ‖Allah berfirman di surah al Baqarah ayat 177 ‘ Kebaikan bukanlah dengan menghadap wajah-wajah mu ke timur atau ke barat. Kebaikan adalah mereka yang percaya terhadap Allah, hari Akhirat, para Malaikat, kitab, dan para nabi-nabi; dan mereka memberi uang dengan ikhlas, ke saudara-saudara, anak yatim, yang fakir, yang musafir (mereka yang dalam perjalanan), yang meminta-minta, dan mereka yang membebaskan hamba sahaya; dan mereka mendirikan Sholat, dan memberi sedekah wajib (Zakat); dan mereka menepati janji setelah mereka berjanji; dan mereka sabar dalam menghadapi penganiyayaan, kesulitan dan perang. Mereka inilah yang benar; merekalah yang benar bertakwa. ‘ ‖ .. ?
Bukankah kita telah lebih baik mengatakan demikian dengan menggunakan dan membacakan ayat-ayat Allah secara langsung
dengan akurat? Bukankah ini lebih terjamin tidak salah? Dan kita tidak akan terjerumus ke dalam kesesatan karena mengatas namakan Muhammad dengan hadis yang tidak ada jaminan siapa-pun karena ditulis 2-3 abad setelah beliau wafat.
Coba kita lihat perbandingan : Contoh; ‖Allah berfirman di dalam al Quran ayat.....‖...‖...‖ –> yang dijamin Allah. Allah yang menciptakan semua yang terlihat dan yang tidak terlihat.
Ada dukungan dan bukti-bukti mukjizat matematika dan ilmiah membenarkan al Quran itu benar-benar dari Allah saja. Kebanding ‖Nabi pernah bersabda, ‖.........‖ ‖ riwayat Abu Huraira – shohih Bukrhari. (tanggal lahir Bukhari sekitar tahun Hjr 192. Abu Huraira?? Siapa
ya??). Sumbernya penuh tanda tanya, prasangka, dan spekulasi belaka.
Yang mana yang lebih baik? Walaupun, sekiranya keduanya kelihatan tidak bertentangan, bukankah lebih baik kita menyeru
dengan contoh yang pertama, dengan langsung menggunakan ayat-ayat Allah? Masalah contoh kedua ini, kita perhatikan sebenarnya semua hadis-hadis itu diriwatkan oleh si A ke si B, kemudian ke si C, terus -> D -> F, dan tidak tahu berapa banyak lagi perantara yang tidak jelas, terus baru ke sang Bukhari, yang akhirnya menuliskannya dan mengumpuklannya. Kita sendiri tidak kenal Bukhari ini, kecuali dengan catatan sejarah yang juga adalah sumber tulisan manusia juga. Kemudian, siapa pula Abu Huraira ini?? Abu Huraira, menurut catatan (yang sumbernya tidak juga bisa dipastikan), mengikuti Nabi Muhammad selama 2 tahun. Kemudian dia mengoleksikan sehingga 4000 lebih hadis, yang tidak dia tulis, tetapi dia kononnya hafal. Kemudian dari sini, barulah hadis tersebut diriwayatkan mulut ke mulut ke generasi-genarasi selanjutnya, yang kita sendiri sebenarnya kehilangan jejak-jejak perjalanan bagaimana hadis itu akhirnya sampe ke telinga sang Bukhari. Terus lebih banyak pula hadis-hadis yang katanya berasal dari Abu Huraira (yang mengikuti Muhammad hanya selama 2 tahun saja), kebanding dari Abu Bakar, Aisya, dan lain-lain secara keseluruhan, yang jauh lebih lama mendamping Muhammad!!
Melihat ke pada ayat 17:36 (al Isra‟) ―Jangan mengikuti sesuatu yang tidak kamu ketahui (kebenarannya). Kamu telah diberikan pendengaran, penglihatan dan akal fikiran dan sesungguhnya kamu akan dipertanggungjawabkan.”, kita tidak bisa menghindar jika nanti ditanya Allah kenapa kita masih mengikuti sesuatu yang tidak akan pernah bisa dibuktikan dengan mutlak kebenarannya!
Seterusnya, ayat 6:112 (al An‟am) , “ Dan demikian bagi setiap Nabi Kami menjadikan musuh yang terdiri dari setan-setan manusia dan jin, sebagian mereka membisikkan ke pada sebagian yang lain perkataan- perkataan indah sebagai tipuan…..”. Jadi walaupun terdengar indah dan contoh yang luarbiasa bagi kita dan sangat mungkin Nabi Muhammad melakukannya, ada
kemungkinan juga bahwa beliau tidak melakukan atau tidak mengucapkannya seperti yang tertulis di hadis. Bisa saja sedikit berbeda dan tidak akurat. Mungkinkan? Maka bukankah itu walaupun dengan niat yang baik dan contoh yang baik pula tetap saja bisa
menjadi fitnah? Bagaimanapun kita memikirkannya sangat mungkin kesalahan-kesalahan itu ada. Ini bukan main-main, ini Nabi Muhammad yang kita atas namakan tanpa jaminan.
Hanya keshahihan saja jaminan anda? Itu cuma jaminan pribadi dari si penulis hadis yang memaksakan kita percaya sumber-sumbernya itu sempurna iman dan ingatannya!! Anda mau beli HP hanya dengan jaminan mulut dari orang salesnya kalau dia bilang ― Bos gw yang Hanya keshahihan saja jaminan anda? Itu cuma jaminan pribadi dari si penulis hadis yang memaksakan kita percaya sumber-sumbernya itu sempurna iman dan ingatannya!! Anda mau beli HP hanya dengan jaminan mulut dari orang salesnya kalau dia bilang ― Bos gw yang
Lihat berapa banyak innovasi-inovasi (penemuan) syariat/undang-undang Islam yang diklaim berasal dari mulut Nabi sendiri sedangkan
undang-undang tersebut jelas melanggar ketetapan al Quran yang sempurna, serba lengkap dan rinci. Sudah jelas konflik antara hadis dan Quran itu membuktikan bahwa tidak mungkin Muhammad mengada-adakan ketetapan agama di luar apa yang di wahyukan
(Nabi dilarang untuk mengada-adakan [69: 38-47 (al Haqqah)]). Ini berarti, banyak hadis-hadis adalah kebohongan teradap Muhammad dan Allah.
Contoh: Syariat-syariat Islam berdasarkan hadis melarang laki-laki memakai emas dan/atau baju sutra ke mesjid. Allah tidak melarang yang demikian di dalam al Quran, dan Allah menegaskan di ayat:
[7:32 (al A‘raf)] Katakanlah,
“Siapa yang mengharamkan perhiasan (kecantikan) dari Allah untuk hamba- hambaNya, dan keperluan-
keperluan yang baik?” Katakanlah, ―Semua itu seharusnya dinikmati bagi kehidupan di dunia oleh orang-orang beriman. Dan selanjutnya, bekalan-bekalan yang baik akan jadi milik mereka secara khusus di Akhirat.‖ Demikianlah Kami menjelaskan ayat-ayat itu untuk orang- orang yang mengetahui.
Bacalah seterusnya ayat [7:33 (al A‟raf)] : “Tuhan hanya mengharamkan perbuatan yang keji, baik yang nampak atau yang
tersembunyi dan … [6:21 (al An‟am)] : Siapakah yang lebih
zalim dari mereka yang membuat kebohongan terhadap Allah, ataupun mengingkari ayat-ayatNya? Orang-orang yang melampaui batas itu tidak akan berhasil.
16:35 (an Nahl) Dan orang musyri k berkata, ‖Jika Allah mengkehendaki, kami tidak akan menyembah sesuatu/sesiapa-pun di sisi Dia, baik kami maupun bapak-bapak kami dan tidak pula kami mengharamkan sesuatupun selain apa yang Dia haramkan .‖ Orang-orang
sebelum mereka telah melakukan yang sama. Apakah seorang rasul bisa melakukan yang lain selain dari menyampaikan dengan sempurna?
Ayat ini jelas mengatakan bahwa mereka-mereka yang mengharamkan sesuatu selain apa yang Allah haramkan (menambah- nambahkan), adalah mereka yang tidak akan berhasil. Dan Allah menyatakan bahwa tidak mungkin seorang rasul itu tidak sempurna menyampaikan pesan-pesan Allah, sehingga mereka ini terpaksa menambah-nambahkan haramnya sesuatu itu, ataupun menambah-nambah ketetapan agama, termasuk rukunnya dan ibadah-ibadah agamaNya. Sempurna maksudnya, komplit, lengkap, telah selesai menyampaikan semua yang harus dia sampaikan. Jadi Allah sendiri mengatakan TIDAK MUNGKIN seorang rasul itu meninggal/wafat sebelum dia menyelesaikan tugasnya untuk menyampaikan semua pesan-pesan Allah.
Dan Allah mengatakan bahwa al Quran ini terperinci 6:114, sempurna 6:115, lengkap 6:38, menjelaskan segala-segalanya 12:111, Hadis terbaik 39:23. Dan menurut ayat 16:35 ini juga mengatakan, sudah pasti Nabi Muhammad telah menyampaikan wahyu-wahyu Allah dengan sempurna dan lengkap (komplit). Karena itu TIDAK MUNGKIN SESUATU KETETAPAN (contohnya halal dan haram) AGAMA ALLAH ITU PERLU DITAMBAH-TAMBAH. Baca juga 69:38-46, terutama ayat 44 ”Jika dia menuturkan ajaran lain atas (nama) Kami. ” 45: ”Dia (Muhammad) akan dihukum sekeras-kerasnya.”!! Nabi sendiri diberi peringatan keras supaya dia tidak menambah-nambahkan apa yang Allah turunkan ke pada beliau!!
Allah juga mengatakan bahwa Nabi Ibrahim adalah contoh teladan juga.
[16:120 (an Nahl)]: Ibrahim sesungguhnya contoh teladan yang mulia sebagai pelopor dalam penyerahannya ke pada Allah, monoteis yang tidak pernah menyekutukan (Allah).
Al Quran dengan konsisten (secara tetap) menyatakan bahwa Nabi-Nabi dan Rasul-Rasulnya adalah orang-orang yang harus dipercayai
dan diikuti. Dan Allah telah menegaskan supaya kita tidak membeda-bedakan mereka. KENAPA HANYA NABI MUHAMMAD SAJA yang disebut-sebut dan yang disanjung terus? Dan sudah jadi kebiasaan ummat Islam lebih banyak memuja beliau dari memuja
Allah? Kenapa? Ajaran siapakah ini? Hadis yang manakah yang dijadikan teladan dan panduan? Baca ayat 17:77 (al- Isra‘) yang Allah? Kenapa? Ajaran siapakah ini? Hadis yang manakah yang dijadikan teladan dan panduan? Baca ayat 17:77 (al- Isra‘) yang
[39:27 (az Zumar)] : Kami telah tunjukkan ke pada
mereka berbagai macam contoh teladan di dalam al
Quran ini, supaya mereka dapat pelajaran.
[39:28 (az Zumar)] : Sebuah al Quran berbahasa Arab, tidak ada yang tidak jelas
(tidak ada kebengkokan), supaya mereka menjadi orang-orang yang benar. Al Quran adalah contoh teladan yang penuh kebenaran dan kebaikan. Ia adalah satu-satunya panduan kehidupan manusia yang
penuh kebenaran yang amat jelas dan lurus. Tidak ada satu pun buku ciptaan manusia yang dapat mendekati kehebatan al Quran dari segi semua ilmu maupun pengetahuan manusia. Bukan hanya karena keindahan bahasa, atau dengan adanya informasi-informasi yang terbukti benar setelah diteliti atau dibandingkan dengan ilmu sains, maupun karena begitu banyak aspek-aspek sosiologi, psikologi, hukum, akhlak, dan ilmu agama yang terkandung di dalamnya. Kita tahu orang-orang kafir dan orang-orang berilmu (yang tidak percaya) bahkan orang-orang beragama ‗Islam‘ sendiri masih saja bisa menganggap semua itu hanya kebetulan belaka karena mereka tetap berpendapat al Quran itu ditulis manusia. Justru di samping alasan-alasan di atas yang biasanya menjadi contoh mukjizat al Quran, ada satu lagi bukti yang terkuat!!
Mukjizat Matematika
Kita sudah tahu bahwa matematika adalah ilmu pasti yang murni dalam logika dan kepastian yang mutlak untuk membuktikan rumus-rumus serta perhitungan-perhitungannya. Maka dari sisi itu matematika dianggap oleh semua ilmuwan sebagai ilmu, ukuran dan hitungan yang paling objektif dibandingkan dengan ilmu-ilmu lain. Hitungan yang pasti itu bebas dari pendapat, emosi maupun prasangka. Kalau sudah angka yang berbicara tidak jadi soal di mana dan siapa orangnya. Kita tahu 2 x 2 = 4, di manapun di alam semesta ini. Untuk menemukan rumus E=mc2, Einstein harus mencari pembuktian matematis yang mutlak bagi teori relativitasnya itu. Tidak cukup hanya dengan logika fikiran saja betapa hebatnya pun logika Einstein itu sebagai ilmuwan besar dunia. Setelah aspek matematikanya dinilai benar, barulah ilmuwan-ilmuwan yang lain mau meriset apakah kesimpulan dari rumus itu dapat kita perhatikan/buktikan di alam semesta ini.
Perlu diingat bahwa nomor, ukuran, bilangan dan logika akal fikiran adalah ciptaan Allah juga dan semua ciptaanNya di alam semesta ini telah ditetapkan dengan ukuran yang tepat oleh Allah sendiri. Manusia tidak menciptakan matematika, justru hanya menemukannya saja dengan memerhatikan apa yang ada di alam ciptaanNya dan menggunakan akal fikiran untuk menentukan simbol-simbol bilangan. Bilangan-bilangan sederhana ini berkembang menjadi ilmu hitungan dan tumbuh menjadi ilmu matematika yang menjadi dasar geometri dan azas logika ilmiah lainnya. Maka tentunya Allah mengetahui hal ini dan menetapkan bahwa manusia akan bisa membuktikan melalui matematika bahwa al Quran ini adalah mukjizatnya yang besar.
Pembuktian matematis ini tidak akan dapat dibantah lagi oleh siapapun yang berfikir dengan logis!! Ia juga akan membuktikan
bahwa Allah itu benar-benar ada secara ilmiah karena hanya Dia yang dapat menciptakan al Quran! Adanya Allah itu fakta. Bukan hanya
dari iman! Jadi manusia dapat beriman ke pada Allah, melalui agama dan bukti ilmiah. Bahkan orang kafir sekalipun harus menerima kenyataan bahwa tidak mungkin al Quran ini ciptaan manusia. Lalu bagaimanakah mereka dapat menjelaskan bukti ini sekiranya tidak ada Tuhan? Apakah mungkin mahluk asing yang menurunkannya? Justru ini juga sangat tidak mungkin. Sehingga bagi yang tidak ber ‗iman‘ sekalipun akan tahu adanya Tuhan!! Inilah salah satu maksud ayat-ayat di mana Allah menyatakan bahwa Dia telah menurunkan bukti-
bukti nyata ke pada manusia. [surah 74:30-31 (Al Muddassir)]
Bagaimana caranya Allah mengajarkan kita bukti matematika ini di al Quran? Pertama anda harus mengetahui bahwa bilangan-bilangan, penempatan-penempatan serta jarak setiap huruf, kata, kalimat, ayat-ayat, surah-surah dan penomorannya pada Al Quran telah disusun dengan ukuran-ukuran dan hitungan-hitungan matematika yang amat luarbiasa untuk menjaga keasliannya dan untuk membenarkan bahwa al Quran ini tidak mungkin diciptakan oleh manusia (walaupun dibantu dengan jin dan super komputer mutakhir). Untuk detail- detail mengenai mukjizat matematika al Quran, semuanya ada di situs:
http://www.submission.org (dan lihat juga contoh-contoh sederhana dibawah ini.) dan pada halaman tambahan yang komplit di bagian terakhir makalah ini.
Fikirkan: 96:3,4 & 5 (Al-Alaq) Bacalah dan Tuhanmulah yang Mencipatakan. Yang Mengajar dengan pena. Dia Mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya. dan 55:1,2 & 3 (Ar Rahman) (Allah) Yang Maha Pengasih. Yang Mengajarkan al Quran. Dia Menciptakan manusia, Mengajarkannya pandai bicara.
Allah telah menjelaskan di dalam ayat-ayat al Quran bahwa al Quran ini mudah dan lurus. Tapi, Allah juga menjelaskan bahwa ada banyak ayat-ayat al Quran yang makna-maknanya mendalam dan mengandung informasi-informasi lain sehingga tidak semua orang bisa melihat atau memahaminya . Kecuali bagi orang-orang yang berakal dan berilmu. Maka bagi orang-orang yang Islam (orang-orang yang menyerahkan dirinya hanya ke pada Allah) dengan tegas diperintahkan oleh Allah untuk bertanggung jawab mendalami al Quran Allah telah menjelaskan di dalam ayat-ayat al Quran bahwa al Quran ini mudah dan lurus. Tapi, Allah juga menjelaskan bahwa ada banyak ayat-ayat al Quran yang makna-maknanya mendalam dan mengandung informasi-informasi lain sehingga tidak semua orang bisa melihat atau memahaminya . Kecuali bagi orang-orang yang berakal dan berilmu. Maka bagi orang-orang yang Islam (orang-orang yang menyerahkan dirinya hanya ke pada Allah) dengan tegas diperintahkan oleh Allah untuk bertanggung jawab mendalami al Quran
Kita, orang-orang awam sendiri, bisa membuktikan keajaiban matematika yang tersusun rapi di dalam al Quran. Beberapa hitungan- hitungannya bisa kita hitung sendiri tanpa bantuan komputer. Dan banyak pula hitungan-hitungannya yang memerlukan komputer untuk membuktikannya karena harus menghitung sampai dengan deretan puluhan ribu angka!! Karena hitungan-hitungannya bisa kita buktikan sendiri, keajaiban ini tidaklah tersembunyi lagi. Namun Allah telah merahasiakan mukjizat matematika ini selama 1400 tahun, dan akhirnya mengizinkannya terungkap pada tahun 1974 karena sudah ada mesin komputer yang dapat membantu dalam pembuktiannya dan ada seorang ilmuwan asal Mesir, anak seorang ahli sufi terkemuka di sana yang, sebelum berhasil pada tahun itu, telah bertahun-tahun mencoba untuk mencarinya. Rahasia Fawatih-Ashwar (kata-kata pendahuluan di beberapa surah-surah al Quran dimulai dengan Alif Lam
Mim, Alif Lam Ra, dll, yang selama 1400 tahun, tidak seorangpun yang tahu maknanya) akhirnya terungkap (oleh Dr. Rashad Khalifah)!
Coba anda fikirkan, Basmallah (Bismillahirahmanirahim) saja secara matematis tidak mungkin telah disusun oleh manusia!! Belum lagi Al Fatihah dan seluruh al Quran!!!
Hadis-hadis yang ditulis 200 tahun setelah wafatnya Muhammad, tidak memiliki jaminan dari Allah. Tidak ada cara rasional yang dapat membuktikan secara mutlak bahwa semuanya 100% benar, 100% akurat dan 100% terjamin tidak pernah berubah sehingga 100% utuh
kesempurnaannya karena penulis-penulisnya bukan pula rasul-rasul yang dijamin Allah dan juga tidak mungkin 100% sempurna.
Hanya Allah saja yang sempurna dan hanya Dia saja yang tahu tingkat keimanan seorang manusia dan yang menilainya. Itu adalah penentuan yang ghaib sifatnya dan bukan hak manusia. Bukhari dan para ulama-ulama serta imam-imam besar mengesahkan shahihnya
hadis-hadis itu dengan menyatakan mereka yang diriwayatkan hadis-hadis itu sempurna iman dan ingatannya . Bagaimana para periwayat-ayat ini diuji kesempurnaan ingatan-ingatannya? Sedangkan riwayat-ayat itu juga diturunkan dari orang-orang yang
sudah lama meninggal. Setiap orang dites? Ini jelas keputusan berdasarkan sesuatu yang ghaib. Padahal pada 72:26-27 (al Jinn) Allah hanya menunjukkan yang ghaib hanya ke pada Rasul-rasul yang dikehendakiNya. Jadi bagaimana kita bisa menerima argumen ini secara rasional?
Anda itu siapa, hingga anda tahu hadis-hadis itu pasti 100% benar dan penulisnya 100% sempurna? Bukankah anda hanya mempercayai kata-kata ustaz, ulama, orang tua atau pemimpin-pemimpin agama anda? Pernahkah anda mengkaji dan mencari sendiri bukti kebenarannya? Kami yakin anda malah belum tentu pernah melihat apa lagi membaca sendiri kitab hadis Bukhari atau yang lainnya. Paling
kutipan2 hadis dalam buku2 ringkas atau waktu masih sekolah dulu. Bukan mau menghina atau meremehkan. Tapi hanya mengingatkan
ke ayat 17:36 & 49:6 yang intinya kita wajib mengetahui sendiri semua informasi dan pengetahuan itu. Perintah tegas yang ga bisa di negosiasikan lagi atau ada dalih yang lain untuk membantahnya. Jadi walaupun anda percaya kepada ulama2, kyai2 atau pemimpin agama negara ini, ingat ada perintah ini. Kita juga diperintahkan hanya untuk beriman (yang artinya percaya- cek aja di kamus) kepada Allah, Quran & rasul2Nya makanya harus kita cek sendiri sumber pengetahuan itu apalagi mengenai agama! Coba anda tanya pada diri anda sendiri kenapa lebih banyak orang percaya kebenaran-kebenaran tertentu yang disampaikan al Quran hanya setelah membaca hadis-hadis yang mendukungnya?! Ini telah kami buktikan sendiri!. Bagaimana kalau tidak ketemu hadisnya? Lantas menganggap belum cukup atau kurang afdol atau malah belum jelas al Quran itu? Katanya beriman dan percaya ke pada Allah. Maka bukankah seharusnya terbalik caranya? Yaitu membandingkan hadis-hadis lain itu dengan al Quran dan setelah melihat bahwa banyak darinya tidak konsisten dan mengkontradiksi al Quran dengan tegas menilai bahwa seluruh kitab hadis mau itu Bukhari, Muslim, Daud atau siapapun itu tidak sempurna, cacat maka justru tidak layak dianggap pelengkap agama dan pendamping al Quran. Bagaimana mungkin sesuatu yang jauh dari sempurna menjadi pelengkap Kitab ciptaan Allah yang telah berkali-kali diFirmankan (dengan sangat jelas) itu sempurna dan lengkap? Walaupun anda anggap mungkin ada manfaatnya dan ada kebaikannya, mengatas namakan Nabi Muhammad seperti itu tidak masuk akal dan tidak rasional sama sekali.
Sedangkan dari al Quran, dengan rumus-rumus matematika yang diungkapkan dari ayat-ayatNya, kita bisa membuktikan kebenaran hukum-hukum alam yang telah kita ketahui. Contohnya; kecepatan cahaya bisa dirumuskan dan dibuktikan melalui al
Quran. Di bumi ini rasio laut (sungai-sungai,danau-danau, lautan, dll) dengan daratan, bisa dihitung dengan akurat secara ilmiah; yaitu 29% daratan dan 71% lautan. Dan rasio dari persentase ini sama dengan rasio bilangan kata laut dan daratan di dalam al Quran! Setiap
kata-kata, ayat-ayat dan surah-surah dijaga ketat dengan rumus matematika ini. Jika ada sedikitpun yang dirubah, akan merusak keindahan dan ketetapan hitungan-hitungan matematikanya. Inilah keajaiban yang dijanjikan Allah. Al Quran adalah ”Buku yang disusun dengan angka” 83:9 (al Mutaffifiin).
Al Quran disusun dengan dasar hitungan angka 19 [surah 74:30-31 (Al Muddassir)]. Contoh mudah; Bismillahirrahmanirrahim ada
19 huruf Arab; Al Quran ada 114 surah = 19X6; Surah 96 (al Alaq) ada 304 huruf = 19x16; Wahyu terakhir, surah 110 (An Nashr), terdiri dari 19 kata. Kalimat „Laa ilaaha ilallah‟ ada dalam 19 surah. Dan begitu banyak lagi pembuktian-pembuktian susunan berdasarkan 19.
Contoh Fawatih Aswar Alif Lam Miim. Surah Bilangan yang muncul No.
―A‖ ―L‖ ―M‖ Total.
2 (al baqarah) 4502 3202 2195 9899 ( 19x521)
3 (ali imran) 2521 1892 1249 5662 ( 19x298)
29 (al ankabut) 774 554 344 1672 ( 19x88)
30 (ar rum) 544 393 317 1254 ( 19x66)
31 (luqman) 347 297 173 817 ( 19x43)
32 (asy sajdah) 257 155 158 570 ( 19x30)
8945 6493 4436 1987 (19x1046)
Banyak lagi hitungan-hitungan berdasarkan 19 dan perlu puluhan halaman untuk menulisnya semua. Dengan contoh sederhana ini saja kita bisa melihat bahwa manusia tidak punya kemampuan untuk menyusun 6 surah saja yang begitu rapi dan sempurna. Allah yang Maha Bijaksana, memberi kita bukti-bukti yang berlipat kali ganda melebihi kemampuan makhluk apa pun yang telah diciptakanNya. Contoh- contoh kecil lagi…
Surah Kekerapan Sebutan
No.
“A” “L” “R” Total
A.L.M.R (Alef Laam Mim Ra)
Huruf permulaan ini satu surah, No. 13, dan total kekerapan sebutan bagi empat huruf huruf Adalah 1482, ataupun 19x78. Huruf ―A‖ disebut sebanyak 605 kali, ―L‖ disebut sebanyak 480 kali, ―M‖ disebut sebanyak 260 kali, dan ―R‖ disebut sebanyak 137 kali.
Sebutan bagi Huruf huruf permulaan Quran “H.,” “T.H.” “T.S.” Dan “T.S.M.,”
dan surah surah mereka.
Surah Kekerapan bagi
(Lihat halaman Appendix 1, untuk pembuktian Mukjizat Matematika al Quran yang lebih komplit) Unsur-unsur elemen kimia ternyata telah diciptakan Allah juga dengan dasar bilangan 19!! Sehingga ahli kimia terkemuka Jerman
bernama Dr. Peter Plichta yang tidak mengetahui mengenai mukjizat angka 19 ada dalam al Quran, telah menyusun sendiri sebuah tabel unsur-unsur elemen kimia (Periodic Table of natural elements) berdasarkan bilangan ini. (http://www.submission.org/miracle/q- code19.html).
Hubungan erat antara alam dengan al Quran menunjukkan bukti nyata tanda-tanda Ciptaan Allah. Ini juga menunjukkan bahwa dasar logika dan rasionalitas adalah bagian yang tidak boleh dipisahkan dari agama. Sehingga keimanan bukanlah lagi hak eksklusif sebuah
keyakinan yang dasarnya ghaib semata. Kita tidak bisa menjelaskan mukjizat-mukjizat yang membuktikan al Quran ini ciptaan Tuhan
tanpa logika dan rasionalisasi. Bukti yang mutlak dan secara jelas menjadikan nyata adanya Tuhan. Dulu kita berpegang hanya dengan keyakinan saja. Terlalu banyak ajaran agama kita berdasarkan hadis ini ghaib sifatnya sehingga kita melupakan logika dan tanpa logika dan rasionalisasi. Bukti yang mutlak dan secara jelas menjadikan nyata adanya Tuhan. Dulu kita berpegang hanya dengan keyakinan saja. Terlalu banyak ajaran agama kita berdasarkan hadis ini ghaib sifatnya sehingga kita melupakan logika dan
sebagai ilmu-ilmu orang-orang yang kafir, atheis dan sebagainya sedangkan yang salah itu orangnya bukan ilmunya. Sekiranya ilmunya membuat seorang itu jadi kafir atau atheis itu adalah pilihan pribadi berdasarkan logika dirinya sendiri. Kita sebagai orang yang Islam tidak perlu begitu. Justru kita harus mengimbangi ilmu agama dengan ilmu berdasarkan logika dan rasionalitas. Kita diizinkan Allah untuk dapat memahami sebagian dari yang telah Dia Ciptakan dan inilah yang diperintahkan Allah untuk diperhatikan umatNya. Tidak semuanya itu ghaib sifatnya sehingga harus dijelaskan dengan ilmu yang tidak jelas apa dasar pemikirannya.
Kita sudah tahu bahwa Injil yang sekarang ini sudah tidak mungkin wahyu Allah yang asli karena banyak ayat-ayat mereka yang
bertentangan antara satu dengan yang lainnya dan rumus-rumus matematikanya telah luput akibat perubahan-perubahan yang dibuat
manusia. Oleh karena itu, walaupun banyak pesan Injil itu baik dan berguna, kita tidak boleh berpegang ke pada Injil lagi. Allah Yang
Maha Mengetahui, sudah pasti tahu dan karena itu al Quran diwahyukan untuk membenarkan kitab-kitab sebelumnya. Jika kita tidak boleh menerima versi Injil, Taurat dan Zabur yang sekarang ini (karena sudah banyak dirubah dari aslinya sejak ribuan tahun
yang lalu), kenapa kita menerima hadis-hadis Nabi yang sekarang ini? Dengan logika yang sama, berarti akal yang lurus akan bisa
melihat bahwa hadis-hadis itu tidak boleh dijadikan panduan untuk ketetapan agama. Dan tidak benar bahwa kita perlu hadis-hadis
untuk memperlengkap al Quran. Sedang Allah sudah mengatakan bahwa al Quran itu sendiri lengkap 6:38‖..tidak ada yang dialpakan dari kitab ini..‖ Apakah ada hadis yang membenarkan masalah-masalah ilmiah yang telah kita ketemukan sekarang sebagai fakta?
Kita diajarkan bahwa hadis-hadis & sunnah itu menjelaskan al Quran. Tahukah anda bahwa kitab-kitab Bukhari (yang digunakan untuk menjelaskan al Quran) tidak menjelaskan sebanyak 28 surah-surah al Quran? Bukhari sendiri coba menjelaskan hanya 50 ayat dari surah al Baqarah. Bagaimana dengan ayat-ayat yang lain, atau 28 surah-surah yang tidak dia jelaskan? Dengan ini, siapapun yang mengklaim bahwa kita perlu hadis-hadis untuk menjelaskan al Quran, telah keliru, salah besar. Kitab ini adalah volume ke-6 yang ditulis Bukhari. Silahkan cari dan baca sendiri.
Karena itu, berdoalah ke pada Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, supaya kita diberi petunjuk dan bimbingan ketika membaca al Quran (bagi yang tidak mengerti bahasa Arab, bacalah tafsirnya). InsyAllah, Dia akan mengajar kita makna-makna al Quran itu sendiri.
Alasan no. 3. Banyak ayat-ayat al Quran yang menyatakan untuk mengikuti/mempercayai Nabi. Ayat ini digunakan bagi pendukung hadis bahwa yang dimaksudkan ini adalah mengikuti hadis nabi.
Al Quran mewajibkan kita beriman ke pada Allah dan rasul-rasulnya. Tapi tidak ada di dalam al Quran itu bahwa kita harus
beriman/percaya ke pada orang-orang yang telah meriwayatkan hadis-hadis itu turun-temurun. Karena hadis tidak bisa dibuktikan
secara nyata (100 persen) benar berasal dari Nabi Muhammad tanpa ada perubahan setitikpun , orang-orang yang menerima hadis (aSunnah, ahlu Sunnah, kebanyakan orang-orang Islam) berarti percaya/BERIMAN ke pada orang-orang yang telah meriwayatkan dan menuliskan hadis-hadis bukan dengan bukti fakta tetapi dengan iman! Apakah kita harus beriman/percaya ke pada orang- orang lain selain rasul Allah? Apakah kita wajib mempercayai/beriman ke pada Bukhari, Muslim, Hanbali dan lain-lain, yaitu orang-orang yang telah menuliskan hadis-hadis itu 200 tahun setelah Nabi Muhammad wafat?? Apakah mereka itu semua rasul- rasul sehingga kita wajib percaya ke pada mereka dan wajib menerima hadis-hadis tersebut? Di sinilah letak masalahnya!! Anda harus memahami bahwa hadis-hadis itu hanyalah riwayat-riwayat yang diturunkan generasi ke generasi, MULUT KE MULUT oleh orang-orang yang bukan rasul. Dan jika anda beriman dengan hadis-hadis itu, ini berarti, anda beriman ke pada orang-orang yang menurunkan hadis-hadis itu (selain Nabi Muhammad), dan beriman ke pada orang-orang yang menulis riwayat-riwayat tersebut. Orang-orang ini, bukanlah rasul-rasul Allah!! Kita hanya wajib beriman ke pada Allah dan rasul-rasul Nya. Bukan ke pada orang- orang yang membawa hadis-hadis itu, bukan ke pada ulama-ulama, ustaz-ustaz atau pun imam-imam.
Malah dengan ketetapan kita wajib „Beriman ke pada Allah dan rasul-rasulNya‟, kita sudah pasti tidak boleh beriman ke pada orang-orang selain rasul-rasul Allah. Ini termasuk sahabat-sahabat Nabi juga!
Dengan ini juga, kami akan faham jika anda tidak langsung menerima pernyataan kami sebelum anda membuktikan sendiri dengan al Quran itu. Malah, kami menggalakkan anda untuk membuka dan pelajari al Quran itu dan membuktikan apakah kami (penulis) salah atau benar.
Sudah banyak di atas dan di bawah menjelaskan bahwa Nabi diperintahkan untuk mengikuti apa yang diwahyukan yaitu al Quran (5:43-49,
7:3, 10:15, 6:114, dll). Jadi, jelas secara logika, satu-satunya cara untuk mengikuti Nabi yang sudah 1400 tahun wafat, adalah mengikuti
wahyu yang telah sempurna diturunkan yaitu al Quran.
Al Quran sering mengatakan “percaya ke pada Allah dan percaya/ikuti Rasul”. Tetapi al Quran TIDAK PERNAH MENGATAKAN “percaya ke pada Allah dan ikuti Muhammad.”
Semua ayat- ayat yang menyuruh kita „ikut‟ atau „taat‟ ditujukan ke Allah dan Rasul, (dan tidak pernah menggunakan nama Muhammad).
Kata Rasul dalam bahasa Arab maksudnya: Utusan dan PesanNya. Keduanya TIDAK BOLEH DIPISAHKAN. Jadi, Muhammad tanpa Pesan (dan Muhammad adalah seorang nabi karena dia membawa kitab, yaitu al Quran, 3:79,81, 6:89, 19:30, etc) adalah manusia biasa, yang tidak sempurna. Maka apabila al Quran menggunakan kata Rasul, ini berarti Utusan Allah yang membawa Pesan/Wahyu, bukan Kata Rasul dalam bahasa Arab maksudnya: Utusan dan PesanNya. Keduanya TIDAK BOLEH DIPISAHKAN. Jadi, Muhammad tanpa Pesan (dan Muhammad adalah seorang nabi karena dia membawa kitab, yaitu al Quran, 3:79,81, 6:89, 19:30, etc) adalah manusia biasa, yang tidak sempurna. Maka apabila al Quran menggunakan kata Rasul, ini berarti Utusan Allah yang membawa Pesan/Wahyu, bukan
Sewaktu zaman Nabi Muhammad, hanya Nabi Muhammad, dan beberapa sahabat dekat saja yang menghafal al Quran (al Quran dikumpulkan dan dibukukan mengikut perintah Muhammad, setelah beliau wafat), yang lain tidak. Allah memerintahkan orang-orang
beriman untuk mengikuti dan taat ke pada Rasul (ingat, Utusan dan Wahyu) karena, hanya dialah yang paling berilmu dalam isi
kandungan al Quran sewaktu itu (sahabat-sahabat rasul yang menghafal Quran tidak berarti mereka menguasai dan diberi otorisasi untuk diikuti seperti layaknya seorang rasul). Rasul, apabila menjadi hakim dan pemimpin, dia berusaha mengikuti apa yang telah diwahyukan ke padanya sebagai panduan utama dan satu-satunya yang benar. 5:43-49, 6:114, 7:3, dll.
Sekarang, Muhammad telah wafat, dan Allah telah menyempurnakan Islam dengan al Quran yang sempurna. Jadi, makna kata Rasul itu sendiri, menjadi apa yang ditinggalkan beliau yaitu Wahyu Allah, yaitu al Quran. Hadis yang ditulis 200 tahun setelah dia wafat, tidak mengikut perintah beliau. Malah ada beberapa riwayat yang melarang orang-orang untuk menulis hadis Muhammad (selain dari al Quran). Jika Muhammad memerintahkan pengikutnya untuk menulis hadis pribadinya (selain al Quran), mengapa baru 200 tahun kemudian itu
terjadi? Ini berarti, penulisan hadis-hadis (selain al Quran) yang mengatas namakan Muhammad dan Islam adalah keingkaran
perintah sang Rasul dan al Quran itu sendiri. Jauh sebelum nabi, sastra Arab telah berkembang, orang-orang sudah melek huruf. Jadi kalau nabi memerintahkan menuliskan al Quran, kenapa beliau tidak memerintahkan pada waktu yang sama menuliskan hadis- hadis/sunnahnya? Bukankah menuliskannya 200 tahun kemudian suatu sikap pande-pandean?
Misi utama Nabi adalah untuk menyampaikan al Quran, seluruh al Quran, tidak yang lain melainkan al Quran Saja (3:20 (Ali „Imran); 5:48-50,92, 99 (al Ma-idah); 6:19 (al An‟am); 13:40 (Yusuf); 16:35, 82 (an Nahl), ; 24:54 (an Nur); 29:18 (al „Ankabut); 42:48 (Asy Syura); 64:12 (at Tagabun)). Nabi hanya mengikuti apa yang diwahyukan [7:203 (al A‟raf)]
Jadi, mengikuti apa yang diwahyukan (al Quran) berarti mengikuti Rasul. Maka, perintah Allah ke pada kita untuk mengikuti Rasul adalah dengan mengikuti al Quran saja. Karena, Rasul sudah wafat dan dia tidak bisa membimbing kita lagi (dan ini bukanlah tanggungjawab beliau juga 2:272). Allah menjamin orang-orang yang beriman tentang kebenaran al Quran dan sesungguhnya, Nabi juga sewaktu beliau hidup bersungguh-sungguh mengikuti apa yang diwahyukan. Dengan itu, Allah berulang kali menegaskan kita dan Rasulnya untuk mengikuti apa yang diwahyukan saja (bukan dari sumber-sumber lain, atau dengan opini pribadi).
[2:272 (al Baqarah)] : Bukanlah tanggung jawab kamu untuk membimbing siapapun. Hanya Allah sajalah yang membimbing siapa yang dipilihNya. Bagi setiap sumbangan yang kamu berikan adalah untuk kebaikan kamu sendiri. Tiap-tiap sumbangan yang kamu berikan mestilah karena Allah. Setiap sumbangan yang kamu berikan akan dibayarkan kembali ke pada kamu tanpa sedikitpun kerugian.
[10:108 (Yunus)] Katakanlah, ―Wahai manusia! Telah datang ke padamu kebenaran (al Quran) dari Tuhanmu, sebab itu barang siapa
mendapat petunjuk, maka sebenarnya untuk dirinya sendiri. Dan barang siapa sesat, sesungguhnya kesesatannya itu dirinya
sendiri. Dan aku bukanlah pemelihara dirimu. ‖
[10:109 (Yunus)] Dan ikutilah apa yang diwahyukan ke padamu, dan bersabarlah hingga Allah memberi keputusan. Dialah hakim yang terbaik [95: 8 (at Tin)].
*[10:109 (Yunus)] : Nabi sendiri diperintahkan untuk mengikut apa yang wahyukan Allah. Jadi, orang yang beriman yang mengikuti al
Quran saja, berarti, mereka sama seperti mengikuti Nabi sendiri. Mengikuti Nabi, berarti mengikut hadith yang sempurna, yaitu al Quran. Bukan hadis-hadis lain yang tidak berasas yang ditulis 200 tahun setelah wafatnya Nabi Muhammad.
[7:3 (al A‟raf)] : Ikutilah apa yang diturunkan ke padamu (al Quran) dari Tuhanmu dan janganlah kamu mengikuti idola-idola di sisiNya. Amat sedikitlah kamu mengambil pelajaran.
*7:3 jelas menerangkan kepada kita supaya hanya mengikuti apa yang ada di al Quraun saja, dan kita tidak boleh mengikuti orang-orang lain walaupun mereka-mereka ini adalah orang-orang yang kita kagumi, dengan kata lain, orang-orang yang kita idolakan dan menjadi
panutan, seperti pemimpin-pemimpin atau siapa pun itu. Dengan mengatakan bahwa ‟saya mengkagumi Nabi Muhammad dan mengidolakannya‟, anda dengan otomatis, walaupun tidak sadar, telah mempersekutukan Allah, dan dosa besar ini tidak akan diampunkan jika dibawa sampe mati! Yang lebih memprihatinkan lagi, mereka-mereka yang mengagumi, mengidolakan dan mengagungkan Muhammad, berbuat demikian berdasarkan cerita-cerita, dan riwayat-riwayat yang sumbernya dari hadis-hadis panutan, seperti pemimpin-pemimpin atau siapa pun itu. Dengan mengatakan bahwa ‟saya mengkagumi Nabi Muhammad dan mengidolakannya‟, anda dengan otomatis, walaupun tidak sadar, telah mempersekutukan Allah, dan dosa besar ini tidak akan diampunkan jika dibawa sampe mati! Yang lebih memprihatinkan lagi, mereka-mereka yang mengagumi, mengidolakan dan mengagungkan Muhammad, berbuat demikian berdasarkan cerita-cerita, dan riwayat-riwayat yang sumbernya dari hadis-hadis