Al Imam Adz Dzahabi berkata dalam biografinya (Muslim Al Mulla’i) :

Al Imam Adz Dzahabi berkata dalam biografinya (Muslim Al Mulla’i) :

(Dari Ats Tsauri, dan Waki’ Ibnu Al Jarrah Ibnu Mulaih, Al Fallas berkata : Matrukul Hadits. Ahmad berkata : Laa yuktabu hadutsuhu (haditsnya tidak usah ditulis). Yahya berkata : Tidak tsiqah. Al Bukhari berkata : Mereka memperbincangkannya. Yahya berkata lagi : Mereka mengklaim bahwa dia telah ngawur (ikhtilath). Dan Yahya Al Qathan berkata : Hafsh Ibnu Giyats memberitahuku, dia berkata : saya berkata kepada Muslim Al Mulla’i : Dari siapa engkau mendengar ini ? Dia berkata : Dari Ibrahim dari Alqamah,” Kami berkata : Alqamah dari siapa ? Dia berkata : Dari Abdullah,” kami berkata : Abdullah dari siapa ? Dia berkata : Dari Aisyah,” An Nasa’i berkata : Matrukul Hadits. 209 ) Saya katakan : Isnad ini gugur (saqith) tidak layak untuk menjadi mutaba’at dan syawahid sebagaimana yang tidak samar lagi bagi orang yang berkecimpung dalam bidang ilmu yang mulia ini. Al Imam Al Hafidz Al Baihaqi berkata dalam As Sunan Al Kubra : Telah memberitahukan kepadaku Abu Abdillah Al Hafidz dan Abu Said Ibnu Abi Amr, keduanya berkata : Telah memberitahukan kepada kami Abu Al Abbas Muhammad Ibnu Yaqub, telah memberitahukan kepada kami Ahmad Ibnu Abdil Jabbar, telah memberitahukan kepada kami Hafsh Ibnu Ghiyats dari Abdullah Ibnu Muslim Ibnu

Hurmuz dari Said Ibnu Jubai dari Ibnu Abbas, beliau berkata : َّ لِإ ن َّ هَُتَنْيزِ نَْيدِْبُي َلوَ

اه َ ْنمِ رَهََظ امَ (dan janganlah mereka menampakan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya) beliau berkata : Apa yang ada di telapak tangan dan wajah.” 210

Saya katakan : Isnadnya Mudhlim dlaif (gelap lagi lemah), karena dlaifnya dua

orang perawi yaitu :

1. Ahmad Ibnu Abdil Jabbar Al ‘Aththaridiy .

Al Imam Adz Dzahabi berkata : Ahmad Ibnu Abdil Jabbar Al ‘Aththaridiy meriwayatkan dari Abu Bakar Ibnu ‘Iyasy dan orang-orang yang sethabaqah dengannya, didlaifkan oleh banyak ulama. Ibnu ‘Addi berkata : Saya melihat mereka ijma atas kedlaifannya, dan saya tidak melihat dia memiliki hadits munkar, sebab mereka mendlaifkannya karena dia tidak pernah bertemu dengan orang yang dia meriwayatkan hadits dari mereka.

Ibnu Mathin berkata : Dia suka berdusta. Abu Hatim berkata : Tidak kuat (laisa bilqawiyy). Anaknya Abdul Rahman berkata : Dulu saya mengambil hadis darinya, dan kemudian tidak mengambilnya karena orang-orang mempermasalahkan.

208 Tahdzib Al Kamal 7/663. 209 Mizanul I’tidal 4/106. 210 As Sunan Al Kubra 2/225, 7/852, Dan Syaikh Manshur Ibnu Idris Al Bahutiy rahimahullah berkata :

اه َ ْنمِ رَهََظ امَ َّلِإ نَّهَُتَنْيزِ نَْيدِْبُي َلوَ (dan janganlah mereka menampakan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya) Ibnu Abbas dan Aisyah berkata : Wajah dan kedua telapak tangannya, diriwayatkan oleh Al Baihaqi, dan dalam sanadnya ada kelemahan, dan ini berlawanan dengan Ibnu Masud. Dari Kitab kasyful Qina’ 1/243.

Ibnu ‘Addi : Ibnu ‘Uqdah tidak mau meriwayatkan hadits darinya, dan dia menyebutkan bahwa dia memiliki qimathrun (wadah dimana buku dijaga) sehingga dia

tidak segan-segan menyampaikan hadits dari siapa saja, meninggal tahun 272 H 211 . Dan Al Hafidz berkata dalam At Taqrib : Dlaif. 212

2. Begitu juga ada dalam isnad Al Imam Al Baihaqi perawi yang bernama Abdullah Ibnu Muslim Ibnu Hurmuz Al Makki dari Mujahid dan yang lainnya.

Al Hafidz Adz Dzahabi berkata : Dia dianggap dlaif oleh Ibnu Main, dan dia berkata : Dia suka memarfu’kan banyak sesuatu. Abu Hatim berkata : Tidak kuat (laisa bilqawiyy). Ibnu Al Madiniy berkata : Dia itu dlaif (dua kali) menurut kami, dan beliau berkata lagi : Dlaif. Dan begitu juga dianggap dlaif oleh An Nasai. 213 Al Hafidz berkata dalam At Taqrib : Dlaif. 214

Saya berkata : Dua isnad ini keadaannya sangat jelek, hingga sampai pada derajat yang jauh yang menjadikannya tidak tidak bisa dijadikan hujjah dan tidak usah ditulis, dan di sini masih ada beberapa isnad yang derajat kedlaifan dan kemungkarannya tidak jauh berbeda dengan yang tadi, sehingga bisa dikatakan bahwa penisbatan ini tidak

benar kepada Ibnu Abbas , dan seandainya juga benar penyandaran ini kepadanya tentu tidak bisa dijadikan sebagai hujjah menurut ulama ahli hadits, apalagi keadaannya seperti ini. Dan sungguh telah sah sanad-sanad kepada saudara sepupu Al

Mushthafa (Ibnu Abbas, maksudnya)dan kepada sahabat yang lainnya sebaliknya dari makna yang diriwayatkan oleh Ibnu Jarir Ath Thabari dalam tafsirnya, Al Baihaqi dalam Sunannya, serta Ibnu Abi Hatim dalam tafsirnya. Ditambah apa yang telah tsabit dengan sanad-sanad yang shahihah dari Rasulullah sebagaimana yang akan ada penjelasannya tentang perintah beliau agar wanita berhijab dan menutupi diri. Dan inilah yang pertama yang saya hadirkan kepada para pembaca, yaitu atsar yang bersumber dari sebagian para sahabat , diantaranya Abdullah Ibnu Masud sebagaimana yang diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dalam tafsirnya, beliau rahimahullah berkata : Telah menceritakan kepada saya Yunus, dia berkata telah memberitahukan kepada kami Ibnu Wahb, dia berkata berkata telah memberitahukan kepada kami Ats Tsauri dari Abu Ishaq Al Hamadaniy, dari Abi Al Ahwash dari Ibnu Masud, beliau berkata :( اه َ ْنمِ رَهََظ امَ َّلِإ نَّهَُتَنْيزِ نَْيدِْبُي َلوَ) (dan janganlah mereka menampakan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya) beliau berkata : Pakaian,” 215