Al Imam Abu Abdillah Muhammad Ibnu Ahmad Al Anshari Al Qurthubi

Al Imam Abu Abdillah Muhammad Ibnu Ahmad Al Anshari Al Qurthubi

Al Maliki rahimahullah : Dalam ayat ini ada dalil bahwa Allah memberikan izin untuk meminta sesuatu baik kebutuhan atau fatwa kepada mereka dari balik hijab, dan termasuk dalam hal ini adalah seluruh wanita berdasarkan makna (yang terkandung) dan berdasarkan kandungan Ushul Syari’ah bahwa wanita itu seluruh (tubuh)nya adalah aurat, badan dan suaranya sebagaimana yang lalu, maka tidak boleh membukanya sedikitpun kecuali karena kebutuhan seperti persaksian atasnya atau penyakit di badannya atau menanyakan kepadanya tentang sesuatu yang hanya ada pada dia. 151

Dan yang menguatkan keumuman ayat hijab ini dan bahwa ayat ini tidak khusus bagi Ummahat Al Mu’minin radliyallahu ‘anhunna saja adalah firman-

Nya sesudahnya :

149 Ahkam Al Qur’an 3/369-370. 150 Ahkam Al Qur’an 3/1578-1579. 151 Al Jami’ Li Ahkam Al Qur’an 14/227.

Artinya : Tidak ada dosa atas mereka (untuk berjumpa tanpa tabir) dengan babak-bapak mereka, anak-anak laki-laki mereka, saudara laki-laki mereka, anak laki-laki dari saudara laki-laki mereka, anak laki-laki dari saudara mereka yang perempuan, perempuan-perempuan yang beriman dan hamba sahaya yang mereka miliki, dan bertaqwalah kalian kepada Allah. Sesungguhnya Allah maha menyaksikan segala sesuatu.(Al Ahzab 55)

Al Hafidz Ibnu Katsir rahimahullah berkata : Tatkala Allah memerintahkan kaum wanita untuk berhujab dari laki-laki yang bukan mahram maka Dia menjelaskan bahwa kerabat-kerabat (yang disebutkan) itu tidak wajib atas wanita untuk berihtijab dari mereka, sebagaimana Dia telah mengecualikan

mereka di dalam surat An Nur dalam pembahasan firmanNya ن

ن َّ هِِتَلوْعُُبِل َّلِإ ن َّ هَُتَنْيزِ . An Nasafi rahimahullah berkata dalam tafsirnya : Tatkala ayat hijab ini turun

para bapak, anak-anak laki-laki, dan para kerabat berkata : Wahai Rasulullah apakah kami juga harus mengajak bicara mereka dari belakang tabir ? Maka turun : Tidak ada dosa atas mereka (untuk berjumpa tanpa tabir) dengan babak-bapak mereka, anak-anak laki-laki mereka, saudara laki-laki mereka, anak laki-laki dari saudar laki-laki mereka, anak laki-laki dari saudara mereka yang perempuan, perempuan-perempuan yang beriman,” yaitu wanita- wanita mu’minah,” dan hamba sahaya yang mereka miliki,” yaitu tidak ada dosa atas mereka untuk tidak berhijab dari mereka. 153

Syaikh Ismail Haqqa Al Barausawa rahimahullah : ,” Apabila kamu meminta sesuatu (keperluan) kepada mereka (isteri-isteri Nabi),”alat-alat yang berguna (ma’un) dan yang lainnya,” maka mintalah dari belakang tabir,”dari belakang penghalang, dan dikatakan dari luar pintu,” Cara yang demikian itu,” yaitu meminta suatu kebutuhan dari belakang tabir adalah ,” lebih suci bagi hatimu dan hati mereka,”yaitu lebih mensucikan dari hasrat jiwa dan khayalan syaithani, karena masing-masing dari laki-laki dan perempuan bila tidak melihat yang lainnya tidak terjadi apa-apa di dalam hatinya, berkata dalam Kasyful Asrar : (Dia) memindahkan mereka dari kebiasaan adat kepada kebiasaan syari’at dan kebiasaan ibadah, dan menjelaskan bahwa manusia itu tetap manusia, meskipun mereka itu dari golongan sahabat dan isteri-isteri Nabi

, seorang pun dari laki-laki dan wanita tidak merasa aman atas dirinya, dan oleh sebab itu peraturan syari’at sangat memperketat yaitu janganlah laki-laki berkhalwat dengan seorang wanita yang tidak ada hubungan kemahraman di

antara keduanya, sebagaimana sabdanya : janganlah sekali-kali seorang laki- laki berkhalwat dengan seorang wanita, karena sesungguhnya yang ketiga adalah syaitan,” Dan Umar menginginkan sekali hijab dipasang terhadap mereka, dan beliau sering menyebutkannya, serta beliau mengharapkan adanya ayat yang turun tentang hal ini, beliau pernah berkata : Seandainya saya ditaati dalam hal kalian tentu kalian tidak akan dilihat oleh satu mata pun,” dan pernah berkata juga,”Adalah para wanita sebelum turun ayat ini mereka

152 Tafsir Al Qur’an Al ‘Adhim 3/503. 153 Madarikut Tanzil Wa Haqa’iqut Ta’wil.

tampak di hadapan laki-laki. 154 ”yaitu firman-Nya ,’ اع ً اَتمَ ن َّ هُوْمُُتْلَأس َ اَذِإوَ

ن َّ هِِبوُْلقُوَ مُْكِبوُْلقُِل رُهَْطَأ مُْكِلَذ بٍاجَحِ ءِارَوَ ن ْ مِ ن َّ هُوُْلَأس ْ اف َ. Al Imam Muhammad Ibnu Ali Ibnu Muhammad Asy Syaukani

rahimahullah berkata : Dan isyarat dengan firman-Nya م ْ ُكِلَذ(Cara yang demikian itu) kembali pada meminta kebutuhan kepada mereka dari belakang hijab, dan dikatakan juga : Isyarat itu kembali pada semua yang disebutkan yaitu tidak masuk tanpa ada izin, tidak lama-lama ngobrol di saat masuk, dan meminta kebutuhan. Namun pendapat yang pertama adalah yang lebih utama.