Investasi adalah penyebab utama mengapa pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Gunungkidul adalah yang terendah di wilayah Provinsi DIY. Faktor
penghambat investasi adalah minimnya sumber daya alam dan kualitas sumber daya manusia serta sarana prasarana air bersih. Potensi yang bisa dikembangkan
untuk bisa menarik investor adalah sektor pertanian, karena sektor ini masih memberikan kontribusi terbesar untuk PDRB dan 70 penduduknya adalah
petani. Potensi lain adalah kelautan, yang meliputi keindahan pantai dan potensi perikanan di dalamnya.
4.1.2 Tenaga Kerja
Masalah ketenagakerjaan yang terjadi karena adanya ketidakseimbangan antara penawaran supply dan permintaan demand, sehingga terjadi akumulasi
pencari kerja karena tidak adanya lapangan kerja maupun tidak terpenuhinya syarat keterampilan yang dibutuhkan. Banyak pencari kerja memilih sektor
informal karena hanya sektor ini mereka bisa mencari penghasilan atau melakukan migrasi. Migrasi banyak dilakukan oleh sebagian besar penduduk usia
produktif, sehingga tenaga kerja yang ada adalah penduduk yang sudah kurang produktif dan usia lanjut. Pascakrisis ekonomi yang terjadi juga menyebabkan
belum pulihnya pertumbuhan lapangan kerja. Upaya penciptaan lapangan kerja menjadi terganggu menyebabkan kondisi pertumbuhan ekonomi yang melambat.
Tingkat partisipasi angkatan kerja pada tahun 2006 adalah 78,58 meningkat dari tahun 2005 yaitu 76,88. Dibandingkan dengan wilayah lain,
tingkat partisipasi angkatan kerja termasuk tinggi dan angkatan kerja yang
mencari pekerjaan relatif sedikit, seperti terlihat pada Tabel. III.3. Hal ini disebabkan penduduk usia 15 tahun ke atas lebih memilih bekerja daripada
melanjutkan tingkat pendidikan untuk mengurangi beban ekonomi keluarga. Tingkat pengangguran juga termasuk rendah pada Gambar 4.3 dan Gambar 4.4,
karena angkatan kerja yang mencari kerja tidak segan-segan untuk terjun ke sektor informal. Dengan tingkat pendidikan rendah dan terjun di sektor informal
menyebabkan pendapatan yang diterima juga rendah, sehingga pendapatan masyarakat juga rendah, dan kemampuan daya beli masyarakat yang terbatas
menyebabkan pertumbuhan ekonomi berjalan lambat. Tingkat pendidikan masyarakat Gunungkidul termasuk rendah di Provinsi
DIY. Penduduk yang berpendidikan di Universitas sangat sedikit 3,17, yang berpendidikan SD lebih dari 68, SLTP 17,73 dan SLTA 11,41 Tabel III.2.
Kondisi tingkat pendidikan sesuai dengan Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Gunungkidul juga merupakan yang terendah di Provinsi DIY Tabel
III.6. Jumlah angkatan kerja di Kabupaten Gunungkidul yang bekerja pada
tahun 2002, 2003, 2005 dan 2006 adalah 97,77, 94,38, 94,72 dan 94,33. Jumlah penganggur 2,23 , 5,62, 5,28 dan 5,67 seperti pada Tabel III.4 dan
Tabel III.5 serta Gambar 4.5. Dari gambaran ketenagakerjaan, variabel tenaga kerja menjadi determinan
kedua setelah investasi, karena meskipun kebanyakan bekerja di sektor pertanian dan informal, pengangguran yang terjadi relatif rendah jika dibandingkan dengan
wilayah lain.
0.00 2.00
4.00 6.00
8.00 10.00
12.00 14.00
16.00
2002 2003
2005 2006
Tahun P
ro s
en ta
se
Kulon Progo Bantul
Gunungkidul Sleman
Kota Yogyakarta Propinsi DIY
Sumber: Hasil Analisis, 2008
GAMBAR 4.3 ANGKATAN KERJA YANG MENGANGGUR DI PROVINSI DIY
TAHUN 2002, 2003, 2005 DAN 2006
Sumber: Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DIY, 2006
GAMBAR 4.4 PETA PENGANGGURAN DI PROVINSI DIY TAHUN 2006
75.00 80.00
85.00 90.00
95.00 100.00
2002 2003
2005 2006
Tahun P
ro sen
tase
Kulon Progo Bantul
Gunungkidul Sleman
Kota Yogyakarta Propinsi DIY
Sumber: Hasil Analisis, 2008
GAMBAR 4.5 ANGKATAN KERJA YANG BEKERJA DI PROVINSI DIY
TAHUN 2002, 2003, 2005 DAN 2006
Pengaruh variabel tenaga kerja pada pertumbuhan ekonomi terletak pada aspek rendahnya pendidikan dan keterampilan tenaga kerja, sehingga pendapatan
yang diterima masyarakat relatif lebih sedikit dibandingkan dengan masyarakat dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Sesuai dengan pendapat Graff
1999, perekonomian dengan kekuatan tenaga kerja terdidik yang lebih baik mampu berproduksi sebaik tenaga kerja berpengetahuan teknik teknologi yang
relevan. Disamping itu, sektor pertanian yang menjadi tumpuan perekonomian
kekurangan tenaga produktif karena banyak yang melakukan migrasi. Akibatnya, pertanian dikelola oleh tenaga kerja yang sudah tidak produktif lagi. Hal inilah
yang menyebabkan pertanian kurang berkembang dan kontribusinya melaju lambat.
4.1.3 Teknologi