Faktor yang Memengaruhi Solidaritas Sosial diantara Warga

106 diganti oleh masyarakat Cina yang juga beragama Buddha. Sumbangan diberikan oleh masyarakat tersebut bagi para penjaga vihara seperti beras, susu, aqua, teh sehingga para penjaga vihara tersebut dapat menjaga kesehatannya dalam usaha mereka untuk membersihkan vihara yang kotor. Masyarakat yang tinggal di lingkungan III memang terdiri dari beberapa etnis, namun mereka selalu menerapkan sikap saling menghargai antara satu dengan yang lain dan sikap yang tidak membeda- bedakan setiap orang yang ada di lingkungan mereka. Karena hal tersebut, solidaritas yang ada diantara masyarakat etnis India, Cina, dan Karo serta etnis lainnya seperti Jawa dan Melayu semakin kuat dalam menghadapi banjir besar yang terjadi 01 April 2011 lalu.

5.3. Faktor yang Memengaruhi Solidaritas Sosial diantara Warga

Solidaritas yang terjadi di lingkungan kehidupan bermasyarakat biasanya akan semakin dikuatkan oleh beberapa faktor yang memengaruhinya. Lingkungan III yang merupakan kawasan tempat tinggal yang masyarakatnya terdiri dari beragam suku, seperti Karo, India, dan Cina serta suku lainnya juga dipengaruhi oleh beberapa faktor yang membuat solidaritas diantara warga semakin kuat. Adapun faktor- faktor tersebut, yaitu : 1. Komunikasi yang intens Manusia sebagai makhluk sosial berarti bahwa manusia merupakan makhluk hidup yang tidak dapat hidup sendiri dan memerlukan orang lain di dalam kehidupannya sehari- hari. Manusia di dalam kehidupan sehari- hari membutuhkan orang lain untuk berinteraksi dan berkomunikasi antara satu dengan yang lain. Di lingkungan III, hal inilah yang membuat hubungan diantara warga yang satu dengan yang lain semakin akrab. Kondisi tempat tinggal warga yang ditempati oleh keluarga yang berasal dari beragam suku membuat warga yang tinggal di lingkungan tersebut menjadi berbaur dengan masyarakat lain. Hal itu dianggap sebagai suatu keharusan bagi Universitas Sumatera Utara 107 setiap warga karena mereka sadar bahwa sebagai manusia mereka membutuhkan orang lain di dalam kehidupannya sehari- hari. Banyak warga yang telah lama tinggal di lingkungan III, bahkan semenjak mereka kecil dan ikut dengan orangtuanya, yang menyatakan hal tersebut. Warga lingkungan III yang saling berbaur dan berkomunikasi antara satu dengan yang lain bukan merupakan hal yang baru di lingkungan tersebut. Biasanya pada sore hari atau pada hari libur warga akan berkumpul di suatu tempat seperti warung – warung atau tempat duduk yang di dekat rumah mereka. Hal yang secara rutin mereka lakukan tersebut membuat hubungan yang terjalin diantara warga semakin baik sehingga solidaritas yang ditimbulkan akibat hubungan tersebut semakin kuat. Banyak hal yang dibicarakan oleh warga lingkungan III pada saat berkumpul dengan tetangga mereka baik warga yang sama dan berbeda etnis. Misalnya, berbicara seputar kegiatan yang telah mereka jalani selama satu hari, pekerjaan mereka, bahkan bertukar cerita mengenai keluarga mereka. Kepercayaan yang ada diantara warga tersebut semakin kuat karena setiap warga merasa diberi kepercayaan apabila ada tetangganya yang mau bercerita dan menanyakan pendapat atas masalah yang diceritakan. Akibat hal tersebut, warga pun semakin sering bertukar cerita sehingga hubungan yang terjalin semakin kuat, apalagi warga yang tinggal di lingkungan III pada umumnya telah tinggal di lingkungan tersebut dalam kurun waktu cukup lama. Perbedaan suku yang terdapat di lingkungan III tidak membuat warga merasa tidak nyaman untuk bercerita dengan tetangganya yang berbeda etnis, seperti pendapat Ibu Aswan berikut : “…Disini kalau sudah sore memang rame, soalnya semua warga yang pulang ngantor biasanya berkumpul di depan rumah salah satu warga untuk bercerita. Bahkan ada sebutan untuk lingkungan ini yaitu lingkungan “recok” karena keadaan yg ribut kalo semua pada ngumpul…” Universitas Sumatera Utara 108 Banyak masyarakat yang tinggal di lingkungan III tersebut merasakan hal yang sama. Solidaritas yang semakin kuat diakibatkan oleh seringnya warga bertemu dengan warga yang lain sehingga sering terjalin interaksi diantara warga. 2. Hubungan Timbal Balik Hubungan yang terjalin diantara warga yang berbeda etnis di lingkungan III juga semakin kuat dengan adanya hubungan timbal- balik diantara warga. Dalam kehidupan bertetangga sehari- hari warga sudah terbiasa dengan sikap tolong- menolong yang diterapkan warga sejak dulu. Menurut warga, mulai dari mereka pindah ke lingkungan III dan daerah yang belum mengalami perubahan kondisi lingkungan seperti sekarang, warga akan saling menolong apabila ada warga yang mengalami masalah. Mulai dari masalah yang sederhana seperti meminjam alat- alat rumah tangga apabila peralatan rumah tangga yang mereka miliki rusak. Hal kecil tersebut yang dirasakan warga sebagai bentuk perhatian yang nyata di dalam kehidupan bermasyarakat. Mulai dari hal kecil tersebut, tindakan tolong- menolong pun dilanjutkan apabila ada warga lain yang memerlukan bantuan. Lingkungan III yang merupakan daerah rawan banjir apabila terjadi hujan membuat warga yang tinggal di lingkungan tersebut merasa memiliki persamaan dalam menghadapi sesuatu, terutama apabila hujan deras terjadi di lingkungan tersebut. Banjir yang terjadi pada April 2011 lalu merupakan salah satu contoh banjir yang paling besar yang dialami oleh warga yang tinggal di lingkungan III. Sikap tolong- menolong yang terbiasa diterapkan oleh warga lingkungan III membuat mereka merasa lebih ringan dalam menghadapi bencana banjir yang dihadapi ketika itu. Meskipun setiap keluarga terlebih dahulu menyelamatkan anggota keluarga mereka, setelah itu warga tidak akan lupa untuk membantu tetangganya tanpa membeda- bedakan antara suku yang satu dengan yang lain. Akibat dari tindakan mereka, setiap warga yang ditolong mempunyai keinginan untuk membalas tindakan tersebut. Hubungan Universitas Sumatera Utara 109 timbal- balik yang terjadi diantara kehidupan bermasyarakat yang membuat warga yang tinggal di lingkungan III merasakan bahwa hubungan solidaritas yang terjadi diantara mereka semakin kuat. 3. Agama Masyarakat yang terdiri dari beragam suku yang tinggal di lingkungan III menganut kepercayaan yang berbeda di dalam beragama. Masyarakat Karo, India, Cina, dan masyarakat lain seperti Jawa dan Padang memiliki keberagaman dalam beragama. Namun, perbedaan tersebut tidak membuat warga menjadi jauh antara satu dengan yang lain atau membatasi warga dalam berinteraksi. Perbedaan yang ada diantara warga malah membuat warga yang tinggal lingkungan III semakin belajar untuk dapat menerima perbedaan yang ada di tengah- tengah kehidupan bermasyarakat mereka. Selain itu, warga juga semakin menghargai akan perbedaan yang ada diantara mereka. Misalnya seperti apabila diadakan wirit di rumah salah satu warga yang beragama Muslim, warga yang beragama lain akan berusaha untuk tidak membuat keributan di depan atau sekitar rumah warga tersebut. Tidak hanya itu, bahkan warga yang sudah saling mengenal antara satu dengan yang lain di lingkungan tersebut tidak segan untuk membantu mempersiapkan acara wirit tersebut. Kegiatan seperti yang telah dipaparkan di atas adalah kegiatan yang sudah sering terjadi di lingkungan tersebut. Begitu pula halnya dengan warga yang beragama lain ketika mengadakan acara keagamaan di rumah mereka. Rasa segan yang awalnya muncul di dalam diri setiap individu berhasil dikalahkan dengan rasa yang ingin saling menolong antara satu dengan yang lain. Rasa saling menghargai serta menghormati di dalam diri warga disebabkan oleh ajaran agama yang dianut oleh masing- masing warga. Warga lingkungan III menyatakan bahwa ajaran agama merupakan salah satu faktor utama yang membuat mereka semakin menghargai dan Universitas Sumatera Utara 110 menghormat perbedaan keyakinan yang ada diantara mereka. Sikap saling membantu tanpa membeda- bedakan suku dan agama dalam bertetangga merupakan bentuk dari pemahaman warga yang diperoleh dari ajaran agamanya. Hal tersebut yang membuat warga lingkungan III semakin dekat dan solidaritas yang terjadi semakin kuat sehingga tetangga yang berada di lingkungan tempat tinggal mereka dianggap seperti keluarga terdekat. 4.Kegiatan dalam Masyarakat Kegiatan yang diselenggarakan sehari- hari membuat warga lingkungan III merasa menjadi semakin mengenal dan semakin dekat antara satu dengan yang lain. Berbagai kegiatan yang diadakan berdasarkan usul dari kepala lingkungan serta pendapat dari masyarakat di lingkungan itu sendiri. Kegiatan yang rutin diadakan di lingkungan III yaitu kegiatan olahraga dan kerja bakti. Kegiatan tersebut diselenggarakan untuk seluruh warga yang tinggal di lingkungan sekitar. Melalui kegiatan itu, kedekatan antar warga semakin nampak jelas. Dulu, sekitar 4 tahun yang lalu lapangan olahraga yang berada di lingkungan III belum ada. Warga bermain bola, bulutangkis, dan olahraga lainnya di jalanan yang berada di depan rumah mereka. Setelah kepala lingkungan III, yaitu Bapak Ram Sanden melihat hal tersebut, ia pun membuat lapangan olahraga yang berada di tempat strategis, yaitu di lapangan luas yang berada di seberang rumah warga. Sejak adanya lapangan olahraga yang sudah ada selama hampir 4 tahun itu, banyak warga yang dapat menyalurkan kegemaran mereka di dalam berolahraga. Namun, tanpa mereka sadari melalui kegiatan olahraga yang rutin dilakukan tersebut, warga menjadi semakin sering berinteraksi dengan warga lainnya yang juga berolahraga di lapangan. Kerja bakti yang juga rutin dilakukan sudah lama diterapkan di lingkungan III. Hal itu dilakukan karena warga menyadari bahwa lingkungan tempat tinggal mereka perlu dijaga kebersihannya. Memang tidak semua anggota keluarga yang mau ikut dalam kerja bakti yang diselenggarakan. Universitas Sumatera Utara 111 Namun, warga yang ikut dalam kerja bakti selalu mengajak tetangganya untuk ikut membersihkan lingkungan tempat tinggal mereka. Terkadang ada warga yang tertarik melihat banyaknya masyarakat yang terlibat dalam kerja bakti, lalu mereka juga ikut bergabung untuk membersihkan lingkungan tempat tinggal. Tidak hanya lingkungan yang bersih dan nyaman saja yang didapat oleh warga. Kerjasama di dalam kegiatan membersihkan lingkungan juga nampak dan semakin kuat dirasakan oleh warga. Hal itu dikarenakan kegiatan yang rutin dilakukan tersebut . Selain kegiatan olahraga dan kerja bakti yang rutin dilakukan, warga masyarakat lingkungan III juga mempunyai STM Serikat Tolong Menolong, yaitu STM Budi Mulia. STM ini telah berdiri sejak tahun 1990. Masyarakat yang berada di sekitar lingkungan III merasa bahwa serikat tolong menolong diperlukan di dalam kehidupan sehari- hari. Awalnya STM Budi Mulia dibentuk dengan tujuan agar bisa memberikan bantuan bagi warga yang membutuhkan. Namun, STM Budi Mulia semakin berkembang karena banyak warga yang memberikan ide- ide baru di dalam serikat tolong- menolong tersebut. Ada iuran yang harus dibayar oleh anggota STM Budi Mulia setiap bulan, yaitu sebesar 50 ribu rupiah. Iuran tersebut wajib dibayar oleh warga untuk mengembangkan STM yang telah lama mereka bentuk tersebut. Iuran yang telah dikumpul oleh warga akhirnya digunakan untuk memberli kursi dan berbagai peralatan masak. Pembelian barang- barang tersebut dimulai sejak tahun 2000, dan sampai sekarang sudah banyak perabotan yang telah diganti karena sudah rusak. Tujuan warga melakukan hal tersebut adalah agar perabotan yang diletakkan di STM Budi Mulia tersebut dapat digunakan oleh seluruh anggota. Selama ini sudah banyak warga yang menggunakan perabotan tersebut, misalnya untuk dipakai warga yang mengadakan acara anggota keluarganya yang meninggal, acara wiritan, acara kebaktian, bahkan acara perkawinan. Melihat hal tersebut memang jumlah perabotan yang Universitas Sumatera Utara 112 ada di STM Budi Mulia cukup lengkap. Pengurus STM membuat peraturan bahwa yang dapat menggunakan berbagai perabotan yang ada hanya anggota STM itu sendiri, dan apabila ada warga yang tidak terdaftar sebagai anggota akan dikenakan biaya apabila meminjam perabotan tersebut. Pengurus STM Budi Mulia mengharapkan agar seluruh warga lingkungan III dapat bergabung dalam serikat tersebut. Serikat tolong- menolong itu sekarang sudah beranggotakan 120 orang yang terdiri dari berbagai suku yang ada di lingkungan III, yaitu suku India, Karo, Cina, Jawa, dan suku- suku lainnya yang tinggal di lingkungan itu. Bagi yang tidak terdaftar sebagai anggota STM Budi Mulia memang akan terkena biaya apabila ingin meminjam perabotan yang ada. Namun, hal itu tidak berlaku bagi warga yang meminjam perabotan untuk dipakai pada acara dukacita. Pengurus dan anggota STM Budi Mulia mengaku bahwa dengan meminjamkan perabotan secara gratis bagi warga yang bukan anggota dan ingin memakai perabotan untuk acara dukacita, merupakan bentuk dari rasa bela sungkawa yang ditunjukkan oleh pengurus dan anggota STM tersebut. Banyak warga yang semakin hari menjadi semakin dekat dan nyaman untuk tinggal di lingkungan III karena adanya kegiatan seperti STM Budi Mulia ini. Banyak warga yang merasakan manfaat dan sangat terbantu apabila membutuhkan pertolongan serta perabotan yang ingin dipakai pada acara tertentu. Pengurus STM ini juga terus berganti karena warga yang tergabung dalam serikat tolong menolong ini menilai siapa pengurus yang benar- benar dapat memajukan STM dan memberikan kemajuan bagi STM tersebut. Harapan warga lingkungan III adalah agar STM Budi Mulia dapat semakin baik di dalam tujuannya dan semakin mempererat solidaritas diantara warga yang berbeda etnis di lingkungan tersebut. Universitas Sumatera Utara 113 Asimilasi di antara warga pluralis Perkawinan antara 2 etnis yang berbeda terjadi di tengah-tengah kehidupan masyarakat pluralis yang ada di lingkungan III. Perbedaan etnis yang disatukan menjadi satu dalam sebuah keluarga akibat solidaritas yang kuat di antara masyarakat pluralis. Foto 13. Keluarga Ibu Bobby India yang menikah dengan bapak Hermanto Cina sejak tahun 1995 Seperti yang terjadi pada Ibu Bobby yang menikah dengan Bapak Hermanto yang berbeda etnis dengan dirinya yaitu Cina. Perbedaan budaya yaitu India dan Cina tidak menjadi suatu hal yang besar bagi keluarga ini. Lingkungan tempat tinggal yang terdiri dari masyarakat pluralis merupakan alasan utama asimilasi terjadi di dalam keluarga mereka. Hubungan yang telah terjalin dengan baik dan saling mengenal di antara warga membuat setiap orang yang tinggal di lingkungan III telah terbiasa dengan perbedaan suku dan budaya yang mereka alami. Bagi keluarga yang mengalami asimilasi di lingkungan ini, hubungan dengan warga lain yang berbeda etnis semakin kuat karena anggota keluarga yang bertambah dan berasal dari etnis lain. Sikap saling menghargai juga sangat dijunjung tinggi dalam menghadapi berbagai perbedaan dalam kehidupan sehari- hari. Universitas Sumatera Utara 114

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN