BEBERAPA KAJIAN PUSTAKA TENTANG SOLIDARITAS SOSIAL DAN

33

BAB II BEBERAPA KAJIAN PUSTAKA TENTANG SOLIDARITAS SOSIAL DAN

PENGALAMAN MASYARAKAT KELURAHAN POLONIA DALAM MENGHADAPI BANJIR 2.1. Solidaritas Sosial 2.1.1. Gambaran Solidaritas Sosial Pada Masyarakat Majemuk . Indonesia terdiri dari masyarakat majemuk yang multikultural yaitu masyarakat yang terdiri dari kelompok-kelompok yang berbeda latar belakang budaya. Kemajemukan tersebut ditandai oleh adanya suku-suku bangsa yang mempunyai cara hidup atau kebudayaan yang berlaku dalam masyarakat suku bangsanya sehingga mencerminkan adanya perbedaan dan pemisahan antara etnik yang satu dengan etnik lainnya. Dalam kajiannya Suparlan menyebutkan bahwa perbedaan tersebut pada hakekatnya adalah perbedaan-perbedaan yang disebabkan oleh sejarah perkembangan kebudayaan masing-masing. Corak kemajemukan masyarakat Indonesia yang Bhinneka Tunggal Ika menjadi lebih kompleks karena adanya sejumlah masyarakat Indonesia yang tergolong sebagai keturunan asing yang hidup dan menjadi sebagian dari masyarakat Indonesia. Keturunan asing yang paling kuat kedudukannya dalam masyarakat Indonesia antara lain adalah orang Cina. Telah menjadi ciri khas bahwa hampir di semua tempat di Indonesia terdapat WNI keturunan Cina yang telah bermukim secara turun temurun. Durkheim membedakan masyarakat menjadi dua tipe dasar yaitu masyarakat dengan pertumbuhan mekanis kelompok- kelompok kekerabatan dan masyarakat yang diorganisir didasarkan pada pembagian kerja dengan spesialisasi fungsi. Teori ini dapat dilihat dalam penelitian Susiyanto yang membahas mengenai solidaritas sosial yang terjadi di antara Cina Muslim dan non- Muslim yang ada di Bengkulu. Di dalam kehidupan sosialnya sehari- hari, Universitas Sumatera Utara 34 masyarakat etnis Cina ini cenderung hidup berkelompok dan hubungan dengan etnis lain yang ada di kota tersebut sangat terbatas. Hal ini juga terlihat dari kebanyakan masyarakat Cina yang menggunakan bahasa Cina di dalam percakapan sehari- hari meskipun ada tetangga yang ada di sekitar lingkungan tempat tinggal mereka merupakan warga pribumi. Kondisi masyarakat Bengkulu ini menggambarkan bahwa masyarakatnya lebih membangun hubungan solidaritas dengan satu etnisnya saja. Melalui proses asimilasi dan akulturasi yang diharapkan dapat membuat proses pembauran dapat terjadi juga tidak menjamin adanya solidaritas antar etnis karena hal tersebut kembali lagi pada kesadaran setiap individu. Susiyanto juga menyebutkan dalam kajiannya bahwa berdasarkan data BPS tahun 2000,etnis Cina ada sekitar 14.187 0,06 jiwa dari 237.202 jiwa penduduk yang ada di kota Bengkulu. Dari jumlah etnis Cina tersebut ada sekitar seribu 1,2 yang beragama Islam. Meskipun terdapat perbedaan keyakinan di antara masyaraka Cina yang ada di Bengkulu tidak membuat solidaritas yang ada di antara mereka menurun. Struktur kehidupan sosial masyarakat etnis Cina sangat terikat oleh marga dan sistem sosial yang diterapkan bersifat tradisional, tertutup, serta tidak berlaku pada etnis yang lain. Solidaritas yang kuat antara etnis Cina Muslim dan non Muslim yang ada di kota Bengkulu dipengaruhi oleh faktor keluarga. Menurut teori solidaritas mekanik Durkheim, solidaritas yang terjadi di antara masyarakat Cina terjadi karena adanya kesamaan dalam masyarakat yang homogen. Persamaan yang ada tersebut merupakan ikatan kepercayaan bersama, cita- cita, serta komitmen moral. Selain itu, kesamaan persepsi oleh budaya yang dimiliki, persamaan etnis, kegiatan keagamaan yaitu pemujaan terhadap leluhur, dan kongsi dalam dalam kegiatan ekonomi yang memperkuat solidaritas yang terjadi di antara masyarakat Cina di kota Bengkulu. Peranan keluarga sangat berpengaruh dalam pembentukan pribadi etnis Cina sehingga mereka memiliki kepekaaan sosial terhadap keluarga satu klan yang sangat tinggi. Universitas Sumatera Utara 35 Sistem kekerabatan masyarakat Cina muslim yaitu pada saat menggunakan sistem kekerabatan masyarakat Cina dan pada saat lain menggunakan sistem kekerabatan etnik lain sesuai situasi yang sedang dihadapi. Hubungan keterikatan yang terjadi di antara masyarakat Cina masih sangat dekat dengan pihak keluarga maupun orang Cina yang lainnya karena mereka merasa masih sebagai orang Cina. Orang Cina Muslim menempatkan dirinya yang masih terikat dengan tradisi dan ikatan kekerabatannya, tetapi di sisi yang lain mereka menyesuaikan pola sikap mereka dengan ajaran agama Islam yang telah mereka anut dan mereka membina hubungan serta pergaulan yang baik dengan masyarakat Muslim lainnya di Kota Bengkulu tersebut. Selain faktor keluarga, agama sangat berperan penting dalam ikatan solidaritas. Fungsi sosial agama dapat memperkuat struktur sosial dan prinsip- prinsip moral masyarakat. Demikian pula Khaldun dalam penelitian Susiyanto menyatakan bahwa agama berperan untuk menetralisasi sifat jahat manusia. Oleh karena itu, nilai- nilai agama berperan untuk memperbaiki akhlak manusia Khaldun, 1962:28. Rumah tangga yang dijalani oleh masyarakat etnis Cina dijadikan sebagai wadah untuk melakukan aktivitas upacara- upacara religi yaitu pemujaan terhadap leluhur bagi anggota keluarga atau keluarga yang lebih besar dalam satu garis keturunan. Melalui ajaran agama masyarakat Cina diajarkan untuk tidak membedakan satu agama dengan agama lainnya. Orangtua memberikan kebebasan kepada anak- anaknya untuk memilih agama yang diyakini karena agama- agama yang dianut tersebut diyakini tidak menjadi penghalang untuk tetap melaksanakan ajaran- ajaran leluhur yang telah mereka yakini. Seperti masyarakat Cina yang menganut agama Islam sebagian besar bukan karena faktor keluarga, namun karena faktor pergaulan di lingkungan tempat tinggal yang merupakan bentuk kesadaran kehidupan religiusnya yang telah melalui proses yang panjang. Meskipun ada perbedaan agama di antara masyarakat Cina yang berada di kota Bengkulu tidak membuat ikatan solidaritas di Universitas Sumatera Utara 36 antara mereka memudar karena cara hidup, tempat tinggal, bahasa, adat istiadat menghormati leluhur masih menampakkan identitas ke-Cinaannya. Selain Cina, salah satu bangsa asing yang datang ke Indonesia yaitu masyarakat India. Masyarakat India di Indonesia mempunyai sub kelompok yakni Punjabi, Tamil, Sindhi, Telegu, Gujarat. Suku bangsa Punjabi merupakan kelompok suku bangsa Indo-Arya dari Asia Selatan. Kelompok ini berasal dari wilayah Punjab yang juga menjadi tempat beberapa peradaban tertua di dunia termasuk peradaban pertama dan tertua dunia yaitu Peradaban Lembah Indus. Di Indonesia, suku bangsa Punjabi tidak hanya terpaku dalam satu wilayah saja melainkan menyebar ke berbagai wilayah. Umumnya suku bangsa Punjabi tersebar di wilayah Jawa seperti Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Surabaya dan di wilayah Sumatera Utara seperti Medan, Binjai, Tanjung Balai, Tebing Tinggi, maupun Kisaran. Persebaran tersebut disebabkan kedatangan mereka tidak dengan cara berkelompok melainkan dengan cara sendiri-sendiri, sehingga pola pemukiman mereka tersebar di berbagai sudut kota. Walaupun suku bangsa Punjabi datang tidak secara berkelompok, hal ini tidak membuat mereka terpecah belah melainkan membentuk hubungan yang baik guna mempererat atau memperkuat hubungan antarsesama suku seperti halnya suku bangsa Punjabi di Kota Medan. Suku bangsa Punjabi mempunyai solidaritas yang sangat kuat sehingga mereka tetap eksis dalam berbagai kegiatan di Kota Medan seperti dalam bidang ekonomi, pendidikan dan keagamaan. Hal tersebut nampak dari berbagai bisnis yang mereka lakukan, seperti membuka toko yang menjual peralatan musik, dimana pemilik toko mempekerjakan orang yang beretnis India dengan maksud membantu orang tersebut untuk memenuhi kebutuhan dalam kehidupannya sehari- hari. Universitas Sumatera Utara 37 Selain pada masyarakat etnis Cina dan India yang berbaur dengan lingkungan sekitarnya, masyarakat Karo juga melakukan hal yang sama. Masyarakat Karo mengenal atau mempunyai adat istiadat sendiri yang berbeda dengan adat yang lain. Masyarakat Karo mempunyai ciri khas sendiri yang tidak dimiliki suku lain. Adat istiadat ini yang mengatur pergaulan hidup masyarakat Karo sehari-hari. Karena adat itu merupakan norma-norma sosial yang dijunjung tinggi oleh masyarakat dan mengatur tindak tanduk para warga masyarakat. Dasar hidup masyarakat Karo adalah Daliken sitelu tiga tungku perapian yang terdiri dari kalimbubu, sembuyak sukut dan anak bani yang merupakan suatu kebutuhan bagi masyarakat Karo dalam kehidupannya, maka adat istiadat Karo yang terkenal dengan merga silima, rakut sitelu, tutur siwaluh , benar-benar masyarakat dalam kebudayaan dan adat istiadat Karo. Ketiga kelompok ini merupakan perwujudan dari pemenuhan kebutuhan masyarakat Karo dalam hubungan sosialnya dengan masyarakat. Akibatnya mulailah terjadi pengelompokan dalam kehidupan bersama tersebut sesuai dengan fungsinya dalam masyarakat, khususnya masyarakat Karo. Daliken sitelu merupakan sistem sosial bagi anggota masyarakat. Dalam setiap pelaksanaan adat istiadat, ketiga kelompok masyarakat ini memegang peranan yang sangat penting dalam setiap kehidupan sosial masyarakat Karo. Masing-masing sudah memiliki fungsi dan batasan-batasan hubungan dalam berinteraksi dengan sesama atau kelompok lainnya. Fungsi sosial dalam masyarakat Karo ini dapat dilihat dalam wujud solidaritas dengan sesama warga masyarakat yang merasa senasib dan sepenanggungan untuk bekerja bersama- sama gotong royong dalam mengerjakan dan melaksanakan sesuatu. Bentuk kepercayaan dalam masyarakat Karo dapat dilihat dalam bentuk saling percaya antar sesama masyarakat. Jaringan sosial dalam masyarakat Karo didasari oleh hubungan antar sosial antar individu yang diikat oleh rasa kepercayaan yang kuat mampu memperkuat kerja sama dan rasa senasib Universitas Sumatera Utara 38 sepenanggungan diantara masyarakat. Nilai dan norma tidak dapat dipisahkan dari jaringan dan kepercayaan. Pada masyarakat Karo norma dan nilai yang menyangkut aturan dalam masyarakat Karo yang harus dipatuhi. Salah satu variabel pendukung dan penggerak adat istiadat dalam masyarakat Karo adalah daliken si telu. Nilai-nilai yang dominan yang terdapat di dalam daliken si telu ini adalah nilai gotong royong dan kekerabatan. Daliken si telu ini merupakan alat pemersatu masyarakat Karo, sekaligus dapat mengikat atau terikat kepada hubungan perkerabatan yang sekaligus pula sebagai dasar gotong royong, dan saling hormat menghormati. Kerja tahun yang terjadi di kampung tempat masyarakat Karo tinggal setiap tahunnya merupakan kegiatan yang dinantikan oleh setiap warga. Pada kegiatan tersebut setiap orang merayakan kerja tahun yang berarti pesta atas panen yang mereka hasilkan dari kerja keras selama setahun. Kerja tahun itu juga ditandai dengan berkunjungnya setiap warga ke rumah warga lain sehingga meningkatkan solidaritas diantara masyarakat karo. 2.1.2. Keberagaman pluralitas di Indonesia Indonesia merupakan salah satu bangsa yang paling plural didunia dengan lebih dari 500 etnik dan menggunakan lebih dari 250 bahasa. Dalam kajiannya Subkhan menyatakan pluralisme tidak hanya menunjuk pada kenyataan tentang adanya kemajemukan, tetapi juga mengenai keterlibatan aktif terhadap kenyataan kemajemukan tersebut. Pluralisme etnik merupakan pengakuan terhadap kesetaraan sosial dan budaya antara beragam kelompok etnik yang ada dalam suatu masyarakat. Pluralisme etnik dianggap sebagai pandangan yang mengatakan bahwa semua kebudayaan manusia harus dihargai dan diperhatikan. Dalam kenyataannya sering ditemukan ada kebudayaan dari komunitas atau masyarakat tertentu yang tidak kita ketahui secara pasti. Pluralisme mengklaim bahwa dalam masyarakat tempat kita hidup bersama, tidak Universitas Sumatera Utara 39 ada kebudayaan yang tidak setara. Karena itu, setiap kebudayaan harus diakui, dihargai secara sosial oleh penduduk yang beragam. Sama seperti masyarakat yang tinggal di Pulau Punjung yang merupakan salah satu kecamatan dari empat kecamatan yang berada di wilayah kabupaten Dharmasraya. Sebagai bagian dari bangsa Indonesia, masyarakat Pulau Punjung menunjukan rasa kebangsaan mereka dengan nilai-nilai nasionalisme melalui penggunaan bahasa nasional dalam setiap pertemuan resmi dan menghargai pluralitas dalam kehidupan sosial budaya dan beragama. Potensi rukun juga dikembangkan dari sikap keterbukaan masyarakat lokal disana. Sebagaimana yang diyakini secara umum oleh masyarakat Minang, bahwa sikap keterbukaan merupakan bagian dari jati diri. Selanjutnya pluralitas juga terjadi pada masyarakat yang tinggal di kawasan Kecamatan Lunang Silaut. Meski secara budaya terdapat banyak perbedaan antara etnis Jawa dan Minang, namun pada prinsipnya terdapat persamaan nilai dalam kehidupan bermasyarakat. Contoh, budaya kolektivisme yang dimiliki oleh kedua etnis. Pada masyarakat Minang, budaya kolektif disimbolkan dengan rumah gadang sedangkan pada orang Jawa nilai kolektivisme disimbolkan dengan falsafah hidup mangan ora mangan ngumpul. Kesamaan nilai budaya lainnya yang mejadi potensi rukun adalah budaya santun yang dimiliki kedua kelompok. Dalam budaya Minang sikap sopan santun dan rasa hormat merupakan etika penting dalam kehidupan sosial bermasyarakat. Ajaran adat Minangkabau yang lain tentang sopan santun ini adalah ”dimana bumi dipijak, disitu langit dijunjung”. Artinya seseorang harus bisa menyesuaikan diri dan menghormati kebiasaan masyarakat setempat dimana dia tinggal. Potensi rukun lainnya adalah kesamaan agama, kebetulan agama yang dianut oleh pendatang pada umumnya adalah Islam sebagaimana agama yang diyakini oleh penduduk setempat Wanda Fitri, 2009. Universitas Sumatera Utara 40 Masyarakat yang tinggal di Kelurahan Polonia juga merupakan masyarakat yang terdiri dari beberapa etnis dan agama. Masyarakat ini mencerminkan kondisi masyarakat Indonesia yang multietnis dan memiliki keanekaragaman budaya. Namun meskipun dengan adanya perbedaan dapat memperbesar terjadinya pertentangan diantara warga masyarakat tersebut, mereka tetap lebih memilih untuk hidup dengan berbaur dengan warga yang lain meskipun berbeda etnis. Mereka hidup sama seperti masyarakat lainnya yaitu saling ketergantungan antara satu dengan yang lain, saling menghargai dan menghormati, serta saling menjaga keharmonisan antara satu dengan yang lain. Begitulah cara yang diharapkan dan dilakukan oleh warga masyarakat tersebut dalam menghadapi pluralitas yang terjadi di sekitar mereka.

2.1.3. Konsep Perilaku Masyarakat Coping Behaviour dalam Menghadapi Banjir

Masyarakat banjir yang mengalami kondisi banjir di sekitar lingkungan mereka memiliki perilaku yang berbeda- beda dalam menghadapi banjir yang terjadi di lingkungan mereka. Banjir yang terus menerus terjadi di sekitar lingkungan tempat tinggal masyarakat membuat masyarakat mempunyai cara atau srategi sendiri untuk mengatasi bencana banjir, salah satu tindakan yang dilakukan masyarakat adalah coping behaviour. Dalam kajiannya mengenai Coping Behaviour, Pramadi dalam Wardani,2009, menyatakan bahwa coping behaviour secara bebas diartikan sebagai suatu perilaku untuk menghadapi masalah, tekanan, atau tantangan. Selain itu merupakan respon perilaku yang bersifat perilaku psikologis untuk mengurangi tekanan yang sifatnya dinamis. Perilaku coping juga diartikan sebagai tingkah laku dimana individu melakukan interaksi dengan lingkungan sekitarnya, dengan tujuan menyelesaikan masalah. Strategi Coping Behaviour berfokus pada emosi seperti a Positive reappraisal memberi penilaian positif yaitu bereaksi dengan menciptakan makna positif yang bertujuan untuk mengembangkan diri termasuk melibatkan diri dalam hal-hal yang religius. Contohnya adalah seseorang yang melakukan coping Universitas Sumatera Utara 41 positive reappraisal akan selalu berpikir positif dan mengambil hikmahnya atas segala sesuatu yang terjadi dan tidak pernah menyalahkan orang lain serta bersyukur dengan apa yang masih dimilikinya. b Accepting responbility penekanan pada tanggung jawab, yaitu bereaksi dengan menumbuhkan kesadaran akan peran diri dalam permasalahan yang dihadapi dan berusaha meendudukkan segala sesuatu sebagaimana mestinya. Contohnya adalah seseorang yang melakukan coping accepting responbility akan menerima segala sesuatu yang sedang terjadi sebagaimana mestinya dan mampu menyesuaikan diri dengan kondisi yang sedang dialaminya. c Self controlling pengendalian diri yaitu bereaksi dengan melakukan regulasi baik dalam perasaan maupun tindakan. Contohnya adalah seseorang yang melakukan tindakan ini dalam menyelesaikan masalah akan selalu berfikir sebelum berbuat sesuatu dan menghindari untuk melakukan sesuatu tindakan secara tergesa-gesa. 4. Distancing menjaga jarak yaitu tindakan yang dilakukan agar tidak terbelenggu oleh permasalahannya. Contohnya adalah seseorang yang melakukan coping ini dalam penyelesaian masalah, hal ini tampak dari sikapnya yang kurang peduli terhadap persoalan yang sedang dihadapi, bahkan mencoba melupakannya seolah- olah tidak pernah terjadi apa- apa Mohammad Khasan dan Mochamad Widjanarko, 2011. Sikap yang diambil masyarakat dalam menghadapi bencana secara umum merupakan upaya menuju penyesuaian diri terhadap perubahan yang terjadi di lingkungannya. Sikap masyarakat berkaitan erat dengan persepsi masyarakat terhadap kejadian bencana. Partisipasi masyarakat merupakan proses teknis untuk memberi kesempatan dan wewenang lebih luas kepada masyarakat, agar masyarakat mampu memecahkan berbagai persoalan bersama-sama. Pembagian kewenangan ini dilakukan berdasarkan tingkat keikutsertaan masyarakat dalam kegiatan tersebut. Partisipasi masyarakat bertujuan untuk mencari solusi permasalahan lebih baik Universitas Sumatera Utara 42 dalam suatu komunitas, dengan membuka lebih banyak kesempatan bagi masyarakat untuk memberi kontribusi sehingga implementasi kegiatan berjalan lebih efektif, efisien, dan berkelanjutan. Beberapa tindakan juga harus dilakukan masyarakat untuk siap siaga dalam menghadapi terjadinya banjir, yaitu a Persiapan dalam pencegahan kemungkinan banjir. Untuk menghindari risiko banjir, sebaiknyamembuat bangunan di daerah yang aman seperti di dataran yang tinggi dan melakukan tindakan-tindakan pencegahan. bMengerti akan ancaman banjir - termasuk banjir yang pernah terjadi dan mengetahui letak daerah apakah cukup tinggi untuk terhindar dari banjir. cMelakukan persiapan untuk mengungsi dan melakukan latihan pengungsian. Mengetahui jalur evakuasi, jalan yang tergenang air dan yang masih bisa dilewati. Setiap orang harus mengetahui tempat evakuasi sehingga mengetahui tempat mana yang aman apabila terjadi banjir. dMengembangkan program penyuluhan untuk meningkatkan kesadaran akan ancaman banjir dan meningkatkan kesadaran masyarakat untuk memperhitungkan ancaman banjir dalam perkembangan masa depan. eMemasang tanda ancaman pada jembatan yang rendah - agar tidak dilalui orang pada saat banjir dan tentunya melakukan perbaikan pada kondisi jembatan yang kurang baik. f Menjaga agar sistem pembuangan limbah dan air kotor – tetap bekerja pada saat terjadi banjir. g Memasang tanda ketinggian air - pada saluran air, kanal, kali atau sungai yang dapat dijadikan petunjuk pada ketinggian berapa akan terjadi banjir atau petunjuk kedalaman genangan air Yayasan IDEP,2007. 2.2. Peristiwa banjir di Kota Medan Akibat hujan deras yang melanda Medan, ribuan rumah yang ada di lima daerah Kecamatan kota Medan terendam banjir. Debit air di pemukiman warga, terutama di bantaran Sungai Deli cenderung naik. Warga dihimbau mengungsi dan tidak bertahan di rumah mengantisipasi hal Universitas Sumatera Utara 43 yang tidak diinginkan. Imbauan untuk mengungsi telah disampaikan kepada warga di lokasi banjir di Kecamatan Medan Polonia sejak Kamis 412011 siang. Sebagai antisipasi, pihak kecamatan mendirikan tenda penampungan di sejumlah titik, termasuk di samping kantor Camat Medan Polonia. Pihak kecamatan juga mendirikan dapur umum karena peralatan masak warga ikut terendam banjir. Wilayah Kecamatan Medan Maimun menjadi kawasan terparah akibat bencana banjir besar yang melanda Kota Medan dan sekitar di Sumatera Utara. Enam kelurahan di kecamatan ini ikut diterjang luapan air Sunga Deli yang mengalir di tengah Kota Medan. Enam kelurahan tersebut adalah Kelurahan Aur, Kelurahan Kampung Baru, Kelurahan Jati, Kelurahan Sukaraja, Kelurahan Hamdan dan Kelurahan Sei Mati. Totalnya, hampir sekitar 3.000 rumah warga yang terendam banjir di wilayah ini. Kecamatan ini sebenarnya berada di tengah kota, namun dalam bencana banjir kali ini, wilayah Kecamatan Medan Maimun terkena dampak paling buruk. Sebelumnya, di akhir tahun 2010, Kelurahan Aur juga sempat terendam banjir. Saat itu, Sungai Deli yang meluap juga sempat mencapai ketinggian hingga satu meter dan merendam ratusan rumah di kawasan itu. Bahkan, Dinas Kesehatan Medan juga sempat menurunkan tim medis untuk mengantisipasi munculnya berbagai penyakit. Pada saat banjir tahun 2011 lalu terjadi puluhan posko sudah didirikan di sekitar Kecamatan Medan Maimun tersebut untuk menampung para korban banjir. Selain itu, sejumlah dapur umum juga dibuat untuk menyediakan makanan bagi para korban. Dapur umum yang terdapat di Jalan Brigjen Katamso menjadi yang terbanyak. Kota Medan dilanda banjir terbesar dalam satu dekade terakhir. Ribuan rumah warga terendam akibat luapan sungai yang tak mampu menampung debit air dari hulu. Pada peristiwa tahun lalu tersebut semua pihak diimbau lebih waspada karena potensi banjir masih Universitas Sumatera Utara 44 mengancam, menyusul tingginya tingkat curah hujan. Pemerintah pun diharapkan menyiapkan sistem peringatan dini. Peringatan yang diberikan terhadap seluruh sungai yang melintasi Kota Medan, seperti Sungai Deli,Sungai Babura, dan Sungai Belawan,meluap menggenangi sejumlah rumah dan sejumlah badan jalan. Bahkan di Kelurahan Aur dan Sei Mati,Medan Maimon, ada rumah warga yang hanya terlihat atapnya.Sebab,ketinggian air mencapai 6 meter. Banjir terparah memang terjadi di Medan Maimon. Enam kelurahan di kawasan ini digenangi air. Diperkirakan 1.200 rumah terendam air. Di Medan Polonia, yaitu Kelurahan Suka Damai, 85 rumah yang tergenang air, Kelurahan Polonia 300 rumah, dan Kelurahan Anggrung 33 rumah, Kelurahan Sari Rejo 19 rumah. Selanjutnya, di Kecamatan Medan Sunggal, banjir terparah terjadi di Kelurahan Kampung Lalang. Di kawasan ini 460 rumah terendam, sedangkan di Kelurahan Sunggal 180 rumah.Kemudian di Kecamatan Medan Helvetia, 400 rumah terendam di Kelurahan Cinta Damai,dan 250 rumah di Kelurahan Tanjung Gusta. Namun, tidak ada laporan korban jiwa akibat bencana banjir ini. Foto 5. Banjir besar yang terjadi pada 01 April 2011 yang menggenangi rumah warga di Kawasan Aur Universitas Sumatera Utara 45 Sementara itu, 86 rumah warga di Kompleks Flamboyan, Jalan Flamboyan Raya, Kelurahan Tanjung Selamat, Kecamatan Medan Tuntungan diterjang banjir. Rumah warga terendam karena tanggul yang membatasi perumahan dengan Sungai Tuntungan jebol pada pukul 01.00 WIB dini hari. Berdasarkan pantauan wartawan sekitar pukul 03.00 WIB, jejeran mobil warga yang berhasil diselamatkan berjejer di sepanjang Jalan Flamboyan Raya.Teriakan histeris korban yang lebih dulu menyelamatkan diri turut mewarnai suasana pagi di wilayah Tuntungan tersebut. Air meluap hingga ke pintu masuk perumahan. Jembatan, tembok pembatas, dan sebagian rumah hancur dihantam arus sungai. Akibatnya, warga yang menempati kompleks terjebak di dalam rumah hingga hampir 7 jam. Berdasarkan data yang dihimpun dari Bagian Administrasi Pemerintahan Umum Setda Kota Medan tercatat, berikut keterangan mengenai kecamatan di Kota Medan yang terkena banjir pada 14 April 2011 : Kecamatan Lingkungan Kelurahan Korban Banjir Medan Petisah I 40 KK 160 jiwa dan 35 rumah III 32 KK 133 jiwa dan 30 rumah VII 95 KK 300 jiwa dan 60 rumah X 11 KK 20 jiwa dan 9 rumah Medan Tuntungan III 75 rumah Medan Belawan I 243 jiwa II 85 jiwa III 353 jiwa VI 550 jiwa Medan Sunggal I 46 KK IV 185 KK X 40 KK XI 19 KK Medan Maimun Kelurahan Sukaraja 138 KK Universitas Sumatera Utara 46 Kelurahan Jati 20 KK Kelurahan Sei Mati 624 KK Kelurahan Aur 656 KK Kelurahan Hamdan 485 KK Kelurahan Kampung Baru 920 KK Medan Barat I 29 KK 291 jiwa dan 31 rumah II 180 jiwa dan 35 rumah Medan Selayang Kelurahan Beringin 105 KK Medan Polonia Kelurahan Suka Damai 145 KK 725 jiwa dan 85 rumah Kelurahan Sari Rejo 19 KK 79 jiwa dan 19 rumah Kelurahan Polonia 416 KK 1.125 jiwa dan 312 rumah Kelurahan Anggrung 34 KK 186 jiwa dan 33 rumah Kelurahan Madras Hulu 3 KK 15 jiwa dan 3 rumah Medan Baru Kelurahan Padang Bulan 417 KK Kelurahan Merdeka 187 KK Kelurahan Petisah Hulu 219 KK Kelurahan Darat Lingkungan 100 KK Kelurahan Titi Rantai Lingkungan 103 KK Medan Helvetia IV 120 KK V 115 KK VI 158 KK Kelurahan Tanjung Gusta 1989 KK Medan Johor Kelurahan Titi Kuning 8 KK Kelurahan Pangkalan Mansyur 45 KK Kelurahan Johor 157 KK Kelurahan Kwala Bekala 228 KK Medan Marelan Kelurahan Renggas Pulau 50 KK Kelurahan Labuhan Deli 136 KK Medan Deli Kelurahan Titi Papan 463 KK Medan Labuhan Kelurahan Pekan Labuhan 1624 KK Kelurahan Martubung 1038 KK Kelurahan Sei Mati 358 KK Universitas Sumatera Utara 47 2.3. Kejadian banjir di Kelurahan Polonia Banjir merupakan keadaan dimana beberapa wilayah tergenang air dengan ketinggian tertentu. Banjir dapat disebabkan karena beberapa faktor penyebab yaitu karena curah hujan yang sangat tinggi pada wilayah tertentu dan banjir juga dapat disebabkan karena banjir tersebut merupakan banjir kiriman dari wilayah yang telah terkena banjir sebelumnya.Di daerah Kelurahan Polonia sendiri banjir sudah sering terjadi beberapa waktu terakhir ini. Namun banjir yang paling besar yang terjadi di Kelurahan Polonia tersebut adalah banjir yang terjadi pada bulan April tahun 2011. Hujan yang terjadi malam Kamis 3132011 sampai dengan Jumat 142011 pagi menyebabkan air sungai Babura meluap yang mengakibatkan berbagai daerah terendam banjir, seperti di kawasan jalan Mongonsidi- Kecamatan Polonia Medan terutama di Jalan Karya Bersama dan Karya Utama tergenang air setinggi lutut orang dewasa. Pantauan di lapangan air terus semakin meninggi menggenangi permukiman penduduk di mana sejak pukul 4.00 WIB dinihari air terus membanjiri permukiman warga dan banjir kali ini merupakan banjir terparah yang sebelumnya pada 2002 pernah mengalami banjir seperti ini. Pada tahun 2002 banjir juga menggenangi kelurahan Polonia. Akibat air yang sangat tinggi, jembatan penghubung antara pajak sore ke lingkungan 3, Kelurahan polonia, pun terputus sehingga warga di sekitar sempat menggunakan rakit yang terbuat dari bambu sehingga mereka tetap bisa beraktivitas dari satu daerah ke daerah lain. Setelah kejadian banjir 2002 tersebut, banjir yang terparah terjadi adalah banjir pada tahun 2011 seperti yang telah dipaparkan di atas. Air mulai menggenangi tempat tinggal warga Universitas Sumatera Utara 48 sejak pukul 4.00 dinihari. Dan, dalam waktu 20 menit debit air terus memasuki rumah warga. Hujan lebat yang terjadi pada malam sebelumnya dan banjir kiriman dari gunung membuat air sungai terus meluap. Pemukiman yang berada di sekitar sungai pun sudah mulai tenggelam dan pemukiman yang berada agak jauh dari sungai mulai ditinggalkan oleh para penghuninya karena mereka takut kalau air akan merendam rumah mereka. Pada saat air semakin menggenangi wilayah Kelurahan Polonia tersebut, berbagai peringatan pun dilakukan dengan cara memukul tiang listrik yang ada di daerah tersebut untuk mengingatkan warga agar segera menyelamatkan jiwa dan harta bendanya karena banjir yang terjadi pada saat itu sangat dahsyat dan diperkirakan akan merendam kawasan Medan Polonia dan sekitarnya. Selain merusak sebagian rumah, di mana barang-barang yang menjadi korban seperti kasur, berkas-berkas, lemari, kereta, mobil, peralatan rumah tangga, peralatan elektronik televisi dan kulkas dan barang-barang pecah belah, binatang ternak telah terbawa arus banjir. Selain itu pembangunan Hermes Palace Medan yang berada di wilayah tersebut yang paling besar mengalami kerugian karena bahan-bahan material bangunan banyak yang terbawa arus air dan kerugian secara dari korban banjir besar di daerah ini tercatat mencapai miliaran rupiah. wawancara dengan S.I. Ginting , tanggal 18 juni 2012 jam 20.00 wib di rumah informan 2.4. Tingkah laku penduduk Kelurahan Polonia dalam menghadapi banjir Bencana dapat terjadi karena ada dua kondisi yaitu adanya peristiwa atau gangguan yang mengancam dan merusak hazard dan kerentanan vulnerability masyarakat, yang dipengaruhi oleh faktor pemicu dan tingkat keterpaparan dari kejadian tersebut. Oleh karena banjir yang terus menerus terjadi, tentunya masyarakat mempunyai cara atau srategi sendiri untuk mengatasi bencana banjir. Hal tersebut dikenal dengan nama coping, secara teoritis coping merupakan Universitas Sumatera Utara 49 upaya seseorang baik secara kognitif , afektif, dan perilaku untuk mengelola tuntutan eksternal dan internal secara spesifik Croker,dkk, 1999. Pramadi dalam Wardani , 2009 mengatakan bahwa coping behaviour secara bebas diartikan sebagai suatu perilaku untuk menghadapi masalah, tekanan, atau tantangan, selain itu merupakan respon perilaku yang bersifat perilaku psikologis untuk mengurangi tekanan yang sifatnya dinamis. Perilaku coping juga diartikan sebagai tingkah laku dimana individu melakukan interaksi dengan lingkungan sekitarnya, dengan tujuan menyelesaikan tugas atau masalah. Chaplin dalam Wardani, 2009. Jika individu dapat menggunakan perilaku copingnya dengan baik maka ia dapat melakukan penyesuaian sosial dengan baik pula. Perilaku penduduk Kelurahan Polonia hampir sama dengan perilaku yang telah dipaparkan di atas. Di dalam menghadapi banjir yang terjadi tentu setiap individu, setiap kelompok mempunya perasaan was- was atau khawatir dengan bencana yang mereka sedang lewati. Pada saat banjir besar yang melanda penduduk Kelurahan Polonia pada bulan April tahun 2011 lalu, masyarakat sekitar berusaha untuk tidak terlalu panik karena mereka sadar apabila mereka berlaku seperti itu akan semakin membuat keadaan menjadi kacau. Perlahan- lahan warga masyarakat yang terkena musibah banjir tersebut mengamankan barang- barang berharga milik mereka lalu mencari tempat yang aman untuk keluarganya sementara waktu. Selain itu warga masyarakat Kelurahan Polonia juga berinteraksi dengan sesama warga lainnya yang tentunya terkena musibah tersebut. Interaksi itu dilakukan karena persamaan masalah yang mereka sedang hadapi, yaitu banjir. Selain itu melalui interaksi yang dilakukan masyarakat Kelurahan Polonia yang sedang mengalami musibah banjir pada saat itu adalah untuk mengurangi perasaan penat yang mereka alami saat itu. Dengan berinteraksi dengan orang lain warga masyarakat Kecamatan Polonia akan merasa lebih sabar dan tabah dalam menghadapi banjir yang terjadi pada saat itu 01042011. Universitas Sumatera Utara 50 2.5. Karakteristik banjir Sungai Deli di Kecamatan Medan Polonia Pembuangan limbah langsung ke sungai sudah merupakan hal yang sangat sering terjadi di dalam kehidupan sehari- hari, terutama di kota Medan. Akibat dari pencemaran sungai ini menyebabkan sungai tidak berfungsi lagi sebagaimana mestinya yang justru menimbulkan penyakit apabila digunakan, dan dapat berakibat lebih jauh bila ternyata limbah yang dibuang mengandung B3 Bahan Berbahaya dan Beracun. Disamping itu banyaknya limbah dan sampah di sungai dapat membuat sungai berbau busuk dan terjadinya banjir. Sungai-sungai utama yang berada di kota Medan yaitu sungai Deli, sungai Percut, dan sungai Belawan. Seiring berjalannya waktu dari hari ke hari jumlah debit air yang ada di sungai Deli semakin lama semakin bertambah, dengan begitu diperlukan adanya normalisasi pada sungai Deli tersebut. Namun dikarenakan sungai Deli berada atau melintasi pusat pemerintahan dan melintasi pusat pemukiman kota Medan, maka sangat sulit dilakukannya normalisasi sungai. Pada banjir yang terjadi pada April tahun 2011 lalu, sungai Deli pun meluap ke lingkungan yang ada di sekitarnya serta membanjiri rumah- rumah disekitarnya tersebut. Berikut gambar Sungai Deli yang meluap tahun lalu 01042011. Foto 6. Gambar warga yang berusaha mengungsi di tengah luapan air dari Sungai Deli yang mengalir sangat deras Universitas Sumatera Utara 51 2.6. Aktivitas Masyarakat Pluralis Dalam Menghadapi Bencana Alam 2.6.1. Masyarakat Cina Istilah Cina berasal dari nama dinasti Chin abad ketiga sebelum Masehi yang berkuasa di Cina selama lebih dari dua ribu tahun sampai pada tahun 1913. Bencana banjir, kelaparan, dan peperangan memaksa orang-orang bangsa Chin ini merantau ke seluruh dunia. Kira-kira pada abad ke tujuh orang-orang ini mulai masuk ke Indonesia. Pada abad ke sebelas, ratusan ribu bangsa Chin mulai berdiam di kawasan Indonesia, terutama di pesisir timur Sumatera dan di Kalimantan Barat. Bangsa Chin yang merantau dari Cina ini di Indonesia lalu disebut dengan cina perantauan. Orang-orang Cina perantauan ini mudah bergaul dengan penduduk lokal sehingga mereka bisa diterima dengan baik. Para perantau yang membawa keluarga mereka kemudian membentuk perkampungan yang disebut dengan Kampung Cina. Cina menganut Confucianism menjadi maju karena ajarannya yang tidak menyukai kekerasan. Salah satu hal penting yang diajarkan ialah Janganlah berbuat sesuatu yang kau tak inginkan orang berbuat kepadamu. Ajaran penting lainnya ialah Selalu hormatilah orang yang lebih tua, lebih-lebih orang tuamu. Prinsip lainnya adalah Kalau kamu hidup mampu, jangan sampai saudara- saudaramu hidup berkekurangan. Itulah salah satu prinsip yang menyebabkan keluarga keturunan Cina selalu memperhatikan saudara-saudara, jadi kalau yang satu kaya akan membantu yang kekurangan: memberikan pekerjaan, membantu secara moral dan finansial. Hal- hal yang telah dipaparkan di atas dilakukan masyarakat Cina dalam menghadapi berbagai bencana alam yang terjadi di sekitar lingkungannya termasuk dalam menghadapi banjir. Masyarakat Cina biasa tidak panik di dalam menghadapi bencana alam seperti pula bencana banjir yang terjadi yang sering terjadi beberapa kurun waktu terakhir. Masyarakat Cina pun Universitas Sumatera Utara 52 cenderung bersikap ulet di dalam menghadapi bencana banjir. Mereka menghadapi bencana yang banjir dengan segera bertindak dibanding mengeluh. Seperti pada kejadian banjir besar yang terjadi pada tahun 2011 lalu 0104 di Jalan Karya Bersama, Lingkungan III,Kelurahan Polonia, masyarakat Cina yang mengetahui bahwa air mulai masuk ke dalam rumah segera mengambil tindakan agar tidak terjebak di dalam banjir yang bisa dikatakan merupakan banjir yang paling parah dalam beberapa kurun waktu terakhir. Mereka cenderung segera melakukan berbagai tindakan penyelamatan terhadap anggota keluarga. Mereka langsung mengingatkan dan juga mempersiapkan hal- hal lain yang berhubungan dengan dampak yang bisa ditimbulkan dalam menghadapi bencana banjir. Selain itu, mereka cenderung tidak mengeluh karena mereka menyadari bahwa dengan mengeluh hanya akan memperlambat proses berjalannya penyelamatan diri dan keluarganya dalam menghadapi banjir. Masyarakat Cina juga tidak segan membantu orang lain di luar dari lingkungan keluarga mereka. Alasannya adalah masyarakat Cina percaya bahwa apa yang mereka lakukan terhadap orang lain juga akan mereka terima di dalam perlakuan masyarakat di dalam kehidupan sehari- hari. Sikap yang mau menolong tidak hanya pada keluarga sendiri yang membuat masyarakat ini juga akan mendapat bantuan apabila ada bencana yang datang secara tidak terduga. Jadi masyarakat Cina yang terkenal ahli di dalam perdagangan pun memiliki keahlian tertentu di dalam kehidupan sehari- hari. Setiap manusia adalah makhluk sosial yang selalu membutuhkan orang lain di dalam kehidupannya, karena masyarakat ini juga menerapkan prinsip tersebut di dalam kehidupan sehari- hari, termasuk di dalam menghadapi berbagai bencana alam yang bisa dating sewaktu- waktu tanpa bisa diperkirakan. 2.6.2. Masyarakat India Universitas Sumatera Utara 53 Ada beberapa kelompok suku India-Indonesia yang telah lama menetap di Indonesia. Kelompok suku masyarakat Tamil dari India Selatan banyak terdapat di daerah Sumatera Utara Medan, Pematang Siantar, dll. Masyarakat India adalah masyarakat yang menjunjung tinggi nilai- nilai kebudayaan. Mereka tidak pernah melupakan kebudayaannya, walaupun kebudayaan di India bersifat mencampurkan berbagai macam elemen yang bertentangan, namun hal tersebut yang membuat masyarakatnya semakin bangga terhadap kebudayaan yang mereka miliki. Di dalam kehidupan bermasyarakat, India mengenal sistem kasta yaitu sistem dimana ada pembagian masyarakat secara bertingkat di dalam sistem kasta tersebut. Di dalam kehidupan sosial masyarakat India memang mengenal adanya tingkatan di dalam sistem sosial mereka, tetapi karena adanya pembauran antara budaya India dengan budaya yang lain dan tidak meninggalkan budaya yang lama sehingga kebudayaan mereka semakin lengkap. Hal tersebut pula yang mendasari terjadinya interaksi yang baik di dalam masyarakat India dalam menghadapi bencana alam, seperti banjir. Semenjak masyarakat India menyebar di dalam berbagai lingkungan, mereka berbaur antara satu dengan yang lain. Sama halnya dengan masyarakat India yang berada di Medan yang mengalami banjir besar pada tahun 2011 lalu 0104. Mereka sangat menjunjung tinggi komunikasi antara satu dengan yang lain.Pada saat bencana banjir mulai datangm masyarakat India akan saling bekerjasama untuk menanggulangi segala dampak yang timbul dari bencana alam yang terjadi. Masyarakat India yang disatu sisi sangat tegas di dalam mempertahankan kebudayaannya pun akan saling membantu apabila bencana alam terjadi. Seperti yang terjadi tahun lalu, sebuah keluarga India yang rumahnya terendam banjir diminta oleh masyarakat India yang lain, yang pada saat terjadi bencana alam tidak mengalami dampak yang terlalu parah pada saat terjadi banjir, untuk tinggal sementara sampai air surut dengan keluarga mereka. Padahal pada kenyataannya kedua keluarga tersebut Universitas Sumatera Utara 54 hanya sekedar mempunyai persamaan sebagai masyarakat etnis India dan tidak memiliki hubungan keluarga. Dari hal di atas dapat kita lihat bahwa di dalam menghadapi bencana alam masyarakat India memiliki tingkat solidaritas yang tinggi diantara sesama mereka. Meskipun tidak memiliki hubungan keluarga, antara masyarakat India bisa memberikan bantuan di dalam menghadapi bencana alam secara luar biasa yakni dengan memberikan tumpangan sementara bagi mereka yang mengalami kerugian dari dampak bencana alam yang terjadi. Walaupun tidak memiliki dasar hubungan yang erat, persamaan sebagai masyarat India yang membuat adanya hubungan interaksi diantara masyarakat yang satu dengan masyarakat yang lain. Dalam menghadapi bencana banjir juga masyarakat India cenderung tertutup dan tidak banyak mengemukakan segala keluhan yang berkaitan dengan bencana alam, seperti banjir, yang mereka alami. Biasanya masyarakat India lebih suka bertindak pada saat menghadapi bencana alam yang terjadi. Begitu ada bencana alam yang terjadi mereka langsung memikirkan hal- hal mana yang pertama harus dilakukan agar apabila bencana alam tersebut selesai tidak akan mengganggu kelangsungan kehidupan mereka selanjutnya. Selain itu juga dapat meminimalisir segala bentuk kerugian yang bisa terjadi di dalam menghadapi bencana alam di sekitar mereka dan tidak dapat diperkirakan waktu dari bencana alam tersebut. 2.6.3. Masyarakat Karo Masyarakat Karo merupakan kelompok masyarakat pribumi yang banyak menempati wilayah di Sumatera Utara dan sekitarnya. Di setiap wilayah yang berada di Medan hampir di setiap daerah ditempati oleh masyarakat Karo. Suku Karo memiliki sistem kemasyarakatan atau Universitas Sumatera Utara 55 adat yang cukup kental. Di dalam kehidupan bekerja sehari- hari, suku Karo ini terkenal dengan kegigihan dan pantang menyerahnya. Hal tersebut apabila dikaitkan dengan bagaimana cara mereka menghadapi banjir tentu akan berpengaruh juga. Apabila bencana alam tiba, seperti misalkan meletusnya gunung dan banjir, biasanya suku Karo akan bertindak cepat dalam menghadapi bencana alam tersebut. Mereka menggunakan waktu dengan sebaik mungkin untuk mempersiapkan segala sesuatu yang mungkin terjadi di saat bencana alam terjadi. Pada umumnya juga masyarakat Karo akan saling melengkapi dengan satu yang lain di antara masyarakat yang mengalami bencana alam. Misalnya pada saat terjadi bencana alam, masyarakat karo yang tidak mengalami bencana alam akan membantu membuat makanan bagi masyarakat yang mengalami bencana banjir. Kebutuhan akan makanan tentu sangadat diperlukan bagi setiap orang terutama disaat terjadi bencana seperti bencana banjir. Makanan yang dibuat pun dapat dibuat dalam jumlah yang banyak agar bisa dikonsumsi oleh banyak orang yang sedang mengalami banjir. Sekalipun tidak terlalu dekat hubungan kekerabatan diantara mereka namun pada umumnya antara masyarat Karo yang satu dengan yang lain akan terjalin hubungan yang erat dikarenakan budaya masyarakat Karo yang sangat menjunjung tinggi persamaan suku diantara sesamanya. Universitas Sumatera Utara 11

BAB I PENDAHULUAN