Bentuk Solidaritas Sesama Masyarakat

85 100 yang terdiri dari 10 responden etnis Cina, 10 responden etnis India, dan 10 responden etnis Karo menyatakan mereka setuju dengan kalimata yang menyataka n “tetangga adalah keluarga yang terdekat”. Pernyataan tersebut didasarkan pada kenyataan yang terjadi di tengah- tengah bermasyarakat. Menurut mereka, pada saat terjadi masalah pada mereka, tetangga yang akan terlebih dahulu dimintai pertolongan karena jarak yang paling dekat dengan warga yang mengalami masalah tersebut. Keluarga yang tidak tinggal dekat dengannya membuat warga masyarakat sulit untuk meminta bantuan secara cepat. Hal tersebut juga terjadi ketika menghadapi banjir yang sering terjadi di lingkungan tempat tinggal mereka. Pada saat banjir datang, tetanggalah yang akan lebih cepat membantu warga yang membutuhkan pertolongan pada saat itu.

5.2. Bentuk Solidaritas Sesama Masyarakat

5.2.1. Solidaritas Sesama Masyarakat India Solidaritas yang terjadi pada warga India yang berada di sekitar kawasan tempat tinggal terlihat pada kehidupan mereka sehari- hari, terutama saat mereka menghadapi banjir. Ketika banjir besar pada awal April 2011 lalu terjadi masyarakat India segera mengamankan barang- barang yang ada di rumah mereka. Dalam memindahkan barang- barang tersebut ke tempat yang aman, warga saling membantu karena akan sulit untuk memindahkan barang tersebut sendirian. Setelah itu, warga juga segera mengungsi ke tempat yang aman menurut mereka. Banyak warga yang membantu anggota keluarga yang sudah tua dan yang masih anak- anak untuk keluar dari rumah karena arus air yang sangat kencang dapat membuat warga tersebut jatuh ketika berusaha keluar dari rumah. Warga India yang tinggal di kawasan tersebut kebanyakan beragama Buddha. Mereka mengungsi untuk sementara waktu di vihara yang ada di dekat tempat tinggal mereka. Vihara yang ada didekat kawasan tempat tinggal masyarakat ada 2, yaitu vihara Bodhi Gaya dan Universitas Sumatera Utara 86 Lokal Shanti. Namun, vihara Lokal Shanti pada saat itu terendam air lebih tinggi dibanding vihara Bodhi Gaya. Parit besar yang ada di belakang vihara Lokal Shanti meluap ketika banjir terjadi tahun 2011 lalu. Banyak sampah yang terdapat di dalam parit besar itu sehingga pada saat hujan turun terus – menerus menyebabkan air dan lumpur yang berasal dari parit besar tersebut menggenangi vihara. Foto 9. Parit besar yang berada di belakang Vihara Lokal Shanti. Air yang menggenangi vihara berasal dari parit besar ini Universitas Sumatera Utara 87 Foto 10. Bekas banjir yang terjadi di vihara Lokal Shanti awal April 2011 lalu. Tanda yang nampak pada dinding di vihara yang menunjukkan seberapa tinggi air yang menggenangi vihara tersebut. Kondisi vihara Lokal Shanti tidak memungkinkan untuk warga mengungsi pada saat itu. Tingginya air yang menggenangi vihara tersebut tidak membuat vihara tersebut menjadi tempat untuk mengungsi bagi warga India di lingkungan tersebut. Melihat kondisi yang terjadi, warga pun mengungsi ke vihara yang lainnya, yaitu Vihara Bodhi Gaya. Vihara ini terkena banjir tetapi tidak setinggi banjir yang terkena di vihara Lokal Shanti. Akhirnya Ibu Mani Magelay yang merupakan pendeta di vihara tersebut, beliau meminta para pengurus vihara untuk mempersiapkan aula yang ada di belakang vihara agar dijadikan sebagai tempat untuk mengungsi. Ibu Nyano selaku penjaga di vihara tersebut juga membereskan vihara seadanya sehingga warga bisa mengungsi di vihara Bodhi Gaya tersebut. Universitas Sumatera Utara 88 Foto 11. Vihara Bodhi Gaya yang digunakan sebagai tempat mengungsi masyarakat India pada banjir April 01042011 Di dalam vihara tersebut warga India saling berkumpul dan mereka saling mengingatkan warga India yang lain untuk memastikan apakah sudah semua warga mengungsi ke vihara tersebut. Tempat ibadah tersebut dirasakan aman oleh warga yang beretnis India dan membuat warga yang sedang mengalami musibah banjir merasa lebih tenang dalam menghadapi banjir telah terjadi. Hal tersebut dikarenakan mereka dapat saling berkomunikasi antara satu dengan yang lain. Warga yang satu dengan warga yang lainnya saling bertukar cerita mengenai kondisi rumah mereka yang terkena banjir pada saat itu.. Diantara para warga yang sedang bertukar cerita itu, ada juga beberapa orang warga yang terlihat sangat panik dengan keadaan yang sedang berlangsung. Banyak warga masyarakat yang khawatir dengan kondisi rumah tempat tinggal mereka. Melihat keadaan tersebut, banyak warga sesama etnis India yang mencoba Universitas Sumatera Utara 89 menenangkan warga yang panik sehingga beban mental yang dialami oleh warga tersebut berkurang. Masyarakat India yang tinggal di kawasan itu memang sudah mengenal antara satu dengan yang lain. Jumlah mereka yang tergolong banyak membuat solidaritas yang terjalin diantara mereka semakin nampak. Banyak masyarakat yang berdoa di dalam vihara pada saat itu dan kemudian kembali ke aula. Selain itu, mereka juga membuat dapur umum ketika banjir terjadi. Dapur umum dibuat agar setiap warga yang sedang mengungsi dapat tetap mendapatkan makanan. Masyarakat India yang terlibat di dalam pelaksanaan dapur umum ini saling membantu antara satu dengan yang lain sehingga segala sesuatu yang mereka lakukan akan lebih mudah untuk dikerjakan. Segala biaya bahan untuk membuat makanan diperoleh oleh sumbangan Kepala Lingkungan Kepling III dan sumbangan sukarela yang diberikan oleh warga masyarakat India. Sumbangan sukarela yang diberikan oleh setiap warga pada saat itu tergolong banyak. Hal tersebut dikarenakan banyak pihak yang turut berempati dengan keadaan yang terjadi pada warga masyarakat yang beretnis India. Setelah biaya untuk membeli bahan makanan terkumpul, beberapa warga masyarakat yang terdiri dari ibu- ibu dan beberapa anak remaja yang ikut untuk membantu membawa bahan- bahan makanan yang dibeli pun pergi ke pasar. Sangat sulit untuk pergi membeli bahan makanan karena banjir yang terjadi cukup tinggi. Selain itu banyak kendaraan yang memotong jalan melewati kawasan tempat tinggal warga sehingga sangat sulit untuk warga yang mau membeli bahan makanan keluar dari kemacetan yang terjadi tersebut. Selama kurang lebih 1 jam warga yang hendak membeli bahan makanan pada saat itu harus menunggu. Sementara itu, masyarakat etnis India yang mengungsi di vihara tersebut tetap berkumpul pada vihara tersebut dan semakin lama semakin banyak warga yang datang ke vihara tersebut. Universitas Sumatera Utara 90 Setelah warga yang ditugaskan untuk membeli bahan makanan kembali, kemudian dibagi beberapa tim yang terdiri dari ibu- ibu dan remaja putri untuk memasak bahan makanan tersebut. Ketika banjir besar tersebut terjadi, makanan yang dikonsumsi oleh masyarakat adalah makanan yang mudah untuk dimasak dan bahan makanan yang digunakan mudah untuk dicari. Makanan yang dimasak seperti nasi, sayur- sayuran, indomie dan telur goreng. Dalam memasak makanan tersebut warga tidak kesulitan untuk memperoleh bahan yang diperlukan sehingga makanan yang disediakan di dapur umum dapat segera disajikan kepada para korban banjir. Air minum yang ada dimanfaatkan juga oleh warga untuk dibagikan bagi warga etnis India yang lain. Sebagai tambahan, warga masyarakat juga merebus air agar dapat diminum oleh seluruh warga yang mengungsi. Pada siang hari, warga makan secara bergantian dikarenakan piring dan gelas yang digunakan pada saat itu sangat terbatas sementara jumlah warga yang mengungsi banyak. Meskipun demikian, banyak warga yang tetap semangat dan berharap air yang masuk ke dalam rumah mereka cepat surut sehingga mereka dapat kembali ke rumah tersebut. Sebagian masyarakat India tersebut tetap memperhatikan banjir yang terjadi di lingkungan tersebut. Mereka juga tidak segan untuk kembali ke rumah mereka demi melihat keadaaan rumah mereka. Beberapa pemuda yang mengungsi di vihara tersebut memutuskan untuk melihat bagaimana keadaan rumah mereka. Ternyata air yang menggenangi rumah warga cukup tinggi. Meskipun para pemuda tersebut mengalami kesulitan untuk masuk ke dalam rumah dikarenakan arus air yang sangat kencang, tetapi mereka tidak mengurungkan niat tersebut. Mereka mendatangi satu rumah ke rumah yang lain untuk melihat barang- barang yang dapat diselamatkan. Kursi dan meja yang ada di rumah warga sudah tergenang oleh air, dan ada beberapa kursi yang telah terbawa arus air yang deras. Melihat hal tersebut, mereka segera mengamankan kursi yang memungkinkan untuk diletakkan di tempat yang lebih tinggi seperti Universitas Sumatera Utara 91 lemari, karena apabila mereka memindahkan kursi tersebut ke luar akan menimbulkan dampak yang sama karena keadaan di luar rumah yang juga tergenang air pada saat itu. Beberapa alat elektronik seperti kulkas yang tersambung ke listrik juga diamankan oleh warga tersebut. Mereka mencabut colokan kulkas yang masih tersambung karena akan berbahaya apabila terkena air. Selain itu, warga yang memeriksa keadaan rumah tersebut pun menemukan benda elektronik yaitu handphone yang tertinggal di rumah pemiliknya. Menurutnya, pemilik barang elektronik tersebut panik ketika banjir besar terjadi pada pagi hari sehingga barang tersebut tertinggal. Kemudian pemuda tersebut bergabung dengan beberapa warga India yang lain yang juga sedang memindahkan barang- barang yang bisa diamankan. Tindakan mereka tersebut didasarkan karena kepedulian yang sangat besar kepada warga India lain yang tinggal di kawasan tersebut. Di dalam kegiatan sehari- hari yang mereka lakukan dengan warga India lainnya yang membuat hubungan mereka erat tidak hanya disaat suka tetapi juga disaat- saat sulit seperti ketika mereka menghadapi banjir yang melanda kawasan tempat tinggal mereka. Sementara beberapa warga India berusaha untuk menyelamatkan barang- barang yang ada di rumah mereka dan juga yang ada di sekitar tempat tinggal mereka, para warga yang mengungsi di vihara juga melakukan beberapa kegiatan. Kegiatan yang mereka lakukan seperti membereskan piring dan gelas yang telah dipakai untuk makan pada siang hari. Selain itu, masyarakat yang beretnis India tersebut juga berdoa secara bersama- sama di vihara tersebut agar banjir besar yang terjadi di kawasan tempat tinggal mereka segera surut dan rumah tempat tinggal warga tidak mengalami kerusakan akibat banjir besar tersebut. Pada saat banjir terjadi ada warga yang sedang sakit ikut mengungsi ke vihara. Warga yang sedang sakit tersebut pun dirawat oleh beberapa warga karena kondisi yang tidak memungkinkan bagi warga tersebut untuk berada di rumah yang telah tergenang air cukup Universitas Sumatera Utara 92 dalam. Warga masyarakat secara bergantian menemani ibu tersebut dan bersedia merawat ibu yang tergeletak sakit itu. Tidak ada warga yang merasa keberatan ketika harus memberikan tempat yang lebih bagi ibu tersebut untuk berbaring. Sikap saling peduli dan saling memperhatikan yang terjadi diantara masyarakat yang beretnis India itu bukan hal yang baru terjadi. Masyarakat yang beretnis India yang tinggal di lingkungan tersebut sangat peduli dengan kondisi tetangga yang tinggal di dekat kawasan tempat tinggal mereka. Setiap warga merasa bahwa tetangga adalah keluarga yang paling dekat dengan mereka sehingga hubungan yang baik diantara setiap warga harus dijalin dan dipertahankan agar kehidupan sehari- hari berjalan dengan damai dan harmonis. Berbagai masalah yang dapat timbul diantara warga dijadikan sebagai pelajaran bagi setiap warga agar dapat menyelesaikan masalah dan tidak berujung dengan konflik. Solidaritas yang terjadi diantara masyarakat yang beretnis India di lingkungan III lah yang membuat warga nyaman untuk tinggal di lingkungan tersebut. Selain itu, hubungan yang terjalin dengan baik antara sesama warga juga diterapkan bagi anak- anak yang ada di keluarga mereka sehingga kebiasaan yang baik tersebut dapat dipertahankan. Warga mengungsi selama 2 hari di vihara tersebut karena mereka takut banjir besar akan datang kembali ke kawasan tempat tinggal mereka itu. Pada hari yang ke- 3, masyarat India yang berada di kawasan tempat tinggal itu mulai kembali ke rumah masing- masing, bahkan ada juga yang telah kembali ke rumahnya pada hari yang ke- 2 setelah banjir besar terjadi. Setelah banjir mulai surut, penjaga vihara mulai kesulitan untuk membersihkan vihara tersebut karena patung- patung yang berserakan akibat terbawa arus air dan banyaknya sampah yang terbawa oleh banjir. Namun, Persatuan Seksi Wanita Buddha yang ada di vihara tersebut dan banyak masyarakat yang berada di sekitar lingkungan yang ikut membantu penjaga vihara agar pekerjaan yang dilakukan dapat lebih ringan dan bisa selesai dalam jangka waktu yang cepat. Universitas Sumatera Utara 93 5.2.2. Solidaritas Sesama Masyarakat Cina Pada saat terjadi banjir di kawasan tempat tinggal mereka, masyarakat Cina biasanya akan mengungsi di tempat warga yang tidak terkena banjir dan ada beberapa keluarga yang menginap di hotel yang dekat dengan lokasi terjadinya banjir. Meskipun tidak tinggal di dalam satu lingkungan yang berdekatan, ketika banjir tiba seperti banjir yang terjadi pada bulan April 2011 lalu masyarakat Cina yang berada di lingkungan lain akan mengajak warga masyarakat yang menjadi korban banjir untuk mengungsi ke rumah mereka. Beberapa rumah yang tidak terkena dampak banjir besar yang terjadi segera menghubungi kerabatnya yang berada di lingkungan yang terkena banjir. Warga tersebut didatangi ke rumahnya atau ke tempat dimana warga yang terkena banjir mengungsi sementara waktu. Kekerabatan yang terjadi diantara warga telah ditanam sejak lama melalu kegiatan yang warga masyarakat Cina lakukan seperti arisan yang secara rutin mereka adakan diantara sesama warga Cina. Melalui kegiatan tersebutlah setiap warga semakin dekat dan kompak sehingga begitu mendengar banjir besar melanda rumah warga yang lain, ada respon yang diberikan oleh warga Cina lainnya. Ada beberapa warga yang memilih untuk mengungsi di tempat yang ditawarkan oleh warga lain yang tidak terkena dampak banjir yang terlalu besar. Warga masyarakat ini terlebih dahulu mengutamakan untuk memindahkan barang- barang yang berada di rumah mereka ke tempat yang dianggap aman, setelah itu mereka juga tidak lupa untuk mengamankan surat- surat berharga yang mereka miliki. Bahkan ada beberapa warga yang membawa surat- surat berharga itu untuk menghindari berbagai kemungkinan buruk yang dapat terjadi. Surat berharga diletakkan ke dalam plastik agar tidak basah atau sobek jika terjatuh ke dalam air. Hal tersebut dilakukan mengingat kemungkinan bagi warga yang melewati arus yang deras pada saat itu dan Universitas Sumatera Utara 94 kemungkinan surat – surat yang berharga tersebut dapat jatuh ke dalam arus air yang masuk ke rumah. Pada awal terjadinya banjir, warga terbangun karena suara peringatan yang diteriakkan oleh orang- orang di sekitar rumah mereka. Langkah awal yang dilakukan oleh masyarakat Cina adalah membangunkan seluruh anggota keluarga yang masih tidur. Setelah itu mereka segera mengamankan barang- barang pribadai miliknya agar kerugian yang mereka alami tidak terlalu besar. Masyarakat Cina tidak punya pilihan lain ketika banjir terjadi kecuali mengungsi ke tempat yang aman. Semakin siang air yang masuk ke rumah mereka semaki banyak dan menyebabkan anggota keluarga menjadi panik. Selain menyelamatkan barang- barang yang ada di rumah mereka, masyarakat Cina juga membantu masyarakat Cina lainnya yang berada di lingkungan tersebut untuk keluar dari rumah mereka. Banyak warga yang masih belum bangun ketika peringatan banjir diteriakkan. Akhirnya warga yang telah menyelamatkan barang- barang dan mengungsikan anggota keluarga mereka pun ikut membangunkan warga Cina yang lain yang belum terbangun. Menurut mereka ada perasaan khawatir yang sangat besar ketika mengetahui masyarakat Cina yang belum terbangun pada saat itu. Mereka khawatir akan terjadi hal- hal yang buruk karena tidak ada yang dapat memperkirakan berapa besar arus air yang masuk ke dalam rumah dan kapan banjir tersebut akan surut. Akhirnya setelah warga berhasil dibangunkan mereka segera bergegas untuk mengungsikan keluarga dari rumah. Perasaan yang sudah menganggap masyarakat Cina lainnya yang tinggal di kawasan tersebut seperti keluarga sendiri yang membuat begitu besar kepedulian yang terjalin antar sesama etnis Cina. Banjir yang melanda kawasan tempat tinggal mereka dihadapi secara bersama karena bencana banjir tersebut akan terasa lebih ringan, hal ini yang dirasakan oleh masyarakat Cina yang tinggal di lingkungan III . Universitas Sumatera Utara 95 Pada kondisi banjir seperti yang terjadi tahun 2011 lalu, masyarakat yang mengalami banjir mengalami kesulitan untuk membeli makanan bagi diri dan keluarga mereka. Kondisi rumah yang terendam banjir membuat masyarakat tidak dapat mengambil uang yang berada di dalam lemari. Begitu banjir datang yang ada di dalam pikiran setiap warga adalah menyelamatkan keluarga sehingga warga tidak ingat untuk mengambil uang yang ada diletakkan di lemari mereka. Namun, meskipun kondisi tersebut mereka alami, beberapa warga yang ikut dalam arisan yang rutin mereka lakukan berinisiatif untuk menggunakan uang arisan tersebut untuk sementara dan dipakai untuk membeli makanan bagi masyarakat Cina yang terkena banjir. Banjir yang menyebabkan jalanan menjadi macet membuat warga yang membeli konsumsi bagi warga Cina yang telah berkumpul di tempat mereka hanya membeli makanan yang dekat dengan lokasi tempat tinggal. Setelah makanan dibeli oleh beberapa orang, makanan tersebut dibagikan bagi masyarakat Cina yang berkumpul di satu tempat. Tindakan dengan menggunakan uang arisan terlebih dahulu merupakan langkah yang cepat untuk menanggapi korban banjir yang ada saat itu. Kepercayaan dan sikap yang peduli antar sesama etnis Cina membuat mereka tidak berpikir lama untuk memakai uang arisan tersebut. Masyarakat Cina yang berbaur dengan sesama etnis pun menyantap makanan yang telah disediakan sambil mengobrol dengan tetangga lainnya. Dalam obrolan mereka mengungkapkan betapa khawatirnya mereka di dalam menghadapi banjir yang tiba- tiba datang ke kawasan tempat tinggal mereka. Biasanya banjir yang terjadi tidak pernah sebesar yang telah terjadi pada awal April 2011 lalu. Warga Cina lain saling bertukar pikiran serta mengeluarkan keluh kesah yang ada sehingga mereka tidak merasa sendirian dalam menghadapai banjir yang terjadi. Universitas Sumatera Utara 96 Setelah siang, banjir yang melanda rumah warga belum surut juga. Ada beberapa warga yang telah mengungsi namun ingin ke rumahnya dikarenakan belum sempat mengamankan barang- barang yang ada di rumahnya. Salah satunya adalah seorang ibu yang ingin kembali ke rumahnya karena belum mengamankan komputer- komputer yang merupakan benda berharga karena computer tersebut merupakan bagian dari usaha warnet yang dibukanya. Melihat hal itu, tentu ibu tersebut dilarang karena kondisi lingkungan yang belum memungkinkan. Namun, karena melihat kekhawatiran ibu tersebut membuat beberapa warga memutuskan untuk mengamankan computer tersebut sekaligus melihat kondisi rumah mereka. Hubungan yang baik antar sesama warga Cina di lingkungan tempat tinggal mereka yang membuat setiap warga mau melalukan hal tersebut bahkan mau memeriksa keadaan rumah tetangganya padahal banjir masih belum surut. Sesampainya di rumah ibu tersebut, warga yang masuk ke dalam rumah segera memindahkan komputer yang ada ke tempat yang lebih tinggi dan mengamankan kabel- kabel yang ada di dekat komputer agar tidak terjadi hal- hal yang tidak diinginkan. Setelah itu, beberapa warga tersebut ikut membantu masyarakat etnis Cina lainnya yang tampak sedang memindahkan barang- barang miliknya. Solidaritas yang tampak di antara sesama etnis tersebut berlangsung sejak dulu ketika mereka pindah ke lingkungan ini. Alasan setiap warga membantu sesama etnis mereka dalam menghadapi banjir adalah adalah apabila nanti kita membutuhkan bantuan di kemudian hari, orang- orang tidak akan segan untuk menolong karena mereka merasa nyaman dengan apa yang dilakukan terhadap mereka. Alasan yang dipaparkan di atas diterapkan oleh masyarakat Cina dalam berinteraksi dengan sesama etnis di kehidupan mereka sehari- hari. Universitas Sumatera Utara 97 Banjir yang dihadapi oleh masyarakat Cina pada awal April 2011 lalu memang menjadi pengalaman yang tidak terlupakan bagi masyarakat yang mengalaminya. Namun, setiap warga sadar bahwa dengan menghadapi masalah dengan tenang akan lebih mudah menghadapi bencana yang terjadi. Masyarakat Cina yang lebih banyak melalukan tindakan dibanding mengeluh pun menunjukkan hal tersebut melalui perbuatan mereka. Tindakan yang mengingatkan warga sesama etnis untuk segera mengungsi, tindakan untuk menggunakan uang arisan untuk membeli makanan yang dibutuhkan oleh warga masyarakat yang terkena banjir, serta tindakan yang mau membantu sesama warga untuk mengamankan barang- barang miliknya meskipun banjir belum surut di kawasan tempat tinggal mereka. Beberapa tindakan yang mereka lakukan tersebut menunjukkan hubungan yang tidak biasa yang terjalin diantara sesama etnis. Persamaan etnis membuat mereka lebih merasakan kedekatan dengan tetangganya tersebut. Menurut masyarakat Cina yang telah mengalami banjir besar bahwa setiap manusia memang merupakan makhluk sosial sehingga mereka akan saling bergantung di dalam kehidupan sehari- hari terutama dalam menghadapai bencana banjir yang sewaktu- waktu dapat terjadi kembali di kemudian hari. Selama 2 hari warga mengungsi ke tempat yang dianggap aman untuk memastikan banjir besar yang terjadi pada hari sebelumnya sudah surut. 5.2.3. Solidaritas Sesama Warga Karo Solidaritas yang terlihat pada saat masyarakat Karo yang dalam menghadapi bencana banjir yang terjadi pada awal April 2011 yaitu ketika terjadi banjir, masyarakat Karo di lingkungan tersebut langsung bertindak cepat. Begitu mendengar suara peringatan pada pagi hari, masyarakat pun langsung dengan cepat membangunkan seluruh anggota keluarha yang masih tidur. Setelah itu, mereka segera melihat kondisi rumah yang terkena banjir yang tidak mereka perkirakan sebelumnya. Melihat arus air yang kencang membuat masyarakat karo segera bergegas mencari tempat untuk mengungsi sementara waktu. Rumah warga Karo yang berada di lingkungan sekitar dan tidak terkena banjir menjadi pilihan yang tepat bagi masyarakat Karo Universitas Sumatera Utara 98 yang mengalami banjir. Setelah menemukan tempat untuk mengungsi, masyarakat tersebut mulai memikirkan keadaan barang- barang yang ada di rumah mereka. Ketika banjir terjadi, hanya sedikit barang yang dapat diamankan oleh warga. Keadaan yang sudah takut akan banjir besar yang terjadi membuat warga tidak terlalu memikirkan barang- barang yang ada di rumah mereka pada saat itu. Di rumah tempat mereka mengungsi bersama beberapa masyarakat Karo lainnya mereka juga bertukar cerita saat mengetahui banjir besar yang terjadi. Selain itu, warga juga teringat dengan barang – barang yang ada di rumah mereka sehingga perasaan saat menceritakan hal tersebut bercampur aduk. Namun masyarakat Karo terbiasa dengan perkumpulan yang mereka lakukan selama ini dengan masyarakat Karo yang lain sehingga pada saat mereka mengungsi seperti sekarang, mereka merasa lebih tenang dan beban pikiran yang mereka alami bisa berkurang. Masyarakat Karo telah membiasakan diri mereka untuk berkumpul secara rutin. Selama ini perkumpulan yang terjadi tersebut diadakan sekali dalam seminggu. Dalam perkumpulannya mereka biasanya menghabiskan waktu dengan mengobrol serta bertukar cerita serta meminta saran apabila sedang mengalami masalah. Arisan juga merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat Karo dalam perkumpuan yang mereka lakukan secara rutin tersebut. Pada saat banjir terjadi, masyarakat Karo yang sedang mengungsi mendapat makanan dari warga Karo lainnya yang tergabung di dalam perkumpulan Karo tersebut dan juga sumbangan dari GBKP yang berada di sekitar lokasi banjir. Makanan yang telah disediakan berasal dari masyarakat Karo lain yang tidak terkena banjir dalam perkumpulan tersebut. Awalnya masyarakat Karo yang sedang mengungsi dihitung jumlahnya sehingga dapat dipersiapkan berapa banyak makanan yang akan dimasak pada saat itu. Makanan yang dimasak di rumah masyarakat yang tidak terkena banjir pun dilakukan menjelang siang. Beberapa ibu- ibu Universitas Sumatera Utara 99 yang ada dalam perkumpulan masyarakat Karo, yang tidak terkena banjir tersebut mulai mengumpulkan bahan makanan seadanya yang diperoleh dari pemilik rumah tempat mereka mengungsi. Keadaan yang sangat sulit untuk keluar pada saat itu membuat warga hanya menggunakan bahan makanan yang telah tersedia. Setelah itu, tugas dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu ada ibu- ibu yang membersihkan bahan makanan, ada ibu- ibu yang memasak, dan juga ada ibu- ibu yang membersihkan segala sesuatu yang barkaitan dengan proses pembuatan makanan, setelah semua warga selesai makan. Dengan adanya kerjasama yang dilakukan oleh warga masyarakat yang terkena banjir dan yang tidak, membuat pekerjaan yang dilakukan menjadi mudah. Selain itu, setiap warga masyarakat dapat mengisi tenaga mereka karena sejak pagi hari begitu banjir terjadi, warga disibukkan dengan urusan yang berkaitan dengan kondisi rumah mereka yang terkena banjir dan mengungsikan seluruh anggota keluarga mereka ke tempat yang aman bersama seluruh masyarakat Karo yang lain. Di dalam kehidupan sehari- hari, masyarakat Karo dikenal dengan kegigihan mereka dalam bekerja. Hal ini juga ditunjukkan oleh warga masyarakat yang mengungsi di tempat yang telah disediakan. Menjelang siang, banjir yang menggenangi rumah warga belum surut juga, beberapa anak- anak dan orangtua yang mengungsi beristirahat dan tidur di tempat yang telah disediakan. Ada juga beberapa warga yang memantau surutnya air yang menggenangi kawasan tempat tinggal mereka tersebut dan rumah mereka. Meskipun air masih cukup tinggi, tidak menghalangi warga untuk melihat kondisi lingkungan mereka. Selain itu beberapa warga memutuskan untuk kembali ke rumah mereka melihat kondisi berbagai perabotan yang ada di rumah mereka. Warga tersebut kembali ke rumah mereka dengan berjalan kaki karena apabila menggunakan kendaraan yang ada akan memakan waktu yang lama. Setelah sampai di lingkungan mereka, warga tersebut memutuskan untuk tidak melihat rumah mereka sendirian Universitas Sumatera Utara 100 namun bersama- sama dengan warga lain yang ikut kembali ke lingkungan tersebut. Hal itu dilakukan agar apabila ada kesulitan yang mereka temukan dalam memindahkan barang, antara warga yang satu dengan yang lain dapat saling membantu. Kebiasaan tolong- menolong yang ditanamkan dalam diri setiap masyarakat Karo telah ada sejak mereka kecil. Sebagian masyarakat yang menghabiskan masa kecilnya di kampung membuat mereka terbiasa melakukan hal tersebut. Di kampung, hampir seluruh masyarakat Karo bekerja di ladang sehingga mereka terbiasa bekerja keras dan saling membantu, tidak hanya dengan orangtua mereka, tetapi juga ikut membantu para pekerja yang ada di ladang tersebut. Kebiasaan itu yang juga mempengaruhi tindakan mereka dalam menghadapi banjir. Pada saat mereka tiba di rumah warga, mereka pun bekerja sama untuk memindahkan barang- barang yang belum sempat dipindahkan ketika banjir terjadi sejak dini hari. Benda- benda yang berat tentu dipindahkan secara bersama- sama sehingga lebih ringat mengangkatnya. Setelah memastikan setiap benda yang bisa diamankan ke tempat yang lebih tinggi dipindahkan, warga masyarakat Karo tersebut juga memeriksa apabil ada surat- surat berharga yang tercecer atau terletak di atas meja atau kursi. Masyarakat Karo yang melakukan tindakan tersebut tidak memeriksa seluruh rumah masyarakat Karo yang lain. Hal tersebut dikarenakan mereka tidak ingin ada pandangan yang tidak baik ketika mereka memeriksa kondisi di dalam rumah yang terkena banjir tanpa seizin pemilik rumah. Setelah mereka selesai memeriksa kondisi rumah tempat tinggal masyarakat Karo yang kembali ke lingkungan mereka yang terkena banjir, masyarakat Karo tersebut melihat apakah air yang menggenangi wilayah mereka tersebut telah surut atau belum pada saat itu. Masyarakat tersebut melihat banyak sampah yang ikut tergenang bersama air yang sudah menggenangi rumah warga. Masyarakat menyatakan bahwa sampah tersebut berasal dari sungai- sungai yang Universitas Sumatera Utara 101 ada di sekitar rumah warga dan ada juga yang berasal dari saluran pembuangan yang ada di depan rumah rumah. Banyaknya sampah yang masuk ke dalam rumah masyarakat Karo membuat mereka berinisiatif untuk mengambil sampah- sampah tersebut agar ketika banjir surut, lingkungan dan rumah warga tidak terlalu kotor. Masyarakat Karo tersebut melakukan tindakan itu pada siang hari. Cuaca pada saat itu memang tidak terlalu panas sehingga air yang menggenangi jalanan dan rumah masih tinggi dan belum nampak air tersebut akan surut. Ada warga yang menggunakan celana pendek, ada pula warga yang menggunakan celana panjang karena tidak sempat mengganti pakaian mereka ketika banjir datang. Meskipun demikian, hal tersebut tidak menghalangi warga untuk melakukan tindakan agar mengurangi dampak yang merugikan lingkungan dan rumah mereka ketika banjir surut. Kekompakkan yang terjalin diantara warga juga yang membuat mereka mau melakukan hal tersebut. Sampah- sampah yang tergenang diambil oleh masyarakat dengan menggunakan plastik. Setelah itu warga meletakkan sampah tersebut didalam plastik. Tidak semua sampah dapat mereka sisihkan, sampah seperti plastik, bungkus makanan yang dapat mereka sisihkan. Selama hampir 1 jam masyarakat tersebut melakukan kegiatan itu sehingga tidka terasa air semakin lama semakin surut. Tindakan yang mereka lakukan pada saat itu agar ketika warga kembali ke rumah mereka, dampak yang timbul akibat banjir besar tidak terlalu banyak. Melalui bencana banjir yang tidak dapat diperkirakan kapan terjadinya seperti yang terjadi pada April 2011 lalu membuat solidaritas yang terjadi diantara warga tampak, termasuk masyarakat Karo yang tinggal di lingkungan III. Universitas Sumatera Utara 102 5.2.4. Solidaritas Warga dengan Etnis Lain Solidaritas pada masyarakat yang tinggal di lingkungan III tidak hanya terjadi diantara masyarakat yang memiliki etnis yang sama, seperti solidaritas yang terjadi pada masyarakat India, Cina, dan Karo. Solidaritas yang terjadi di kawasan tempat tinggal tersebut juga terjalin diantara warga yang berbeda etnis, yaitu masyarakat etnis Melayu dan Jawa. Hal tersebut terjadi karena warga sudah saling mengenal antara satu dengan yang lain dengan tetangga yang berada di lingkungannya sejak lama bahkan sejak mereka kecil. Meskipun berbeda etnis mereka tidak merasa kesulitan untuk saling berhubungan antara satu dengan yang lain. Di kawasan ini apabila melihat etnis yang satu bergaul dengan etnis yang lain sudah tidak menjadi hal yang baru lagi. Hal tersebut dipaparkan Iis, warga etnis Jawa, dalam pendapatnya : “…Kadang saya juga merasa aneh ketika berjalan dengan tetangga yg ber-etnis lain. Dari warna kulit saja kadang kami berbeda.Tapi mau gimana lagi, saya dari kecil di lingkungan ini dan berbaur dengan semua orang termasuk dengan yang seusia saya …” Selain itu, ajaran setiap keluarga yang menanamkan kepada anak- anaknya bahwa di dalam berhubungan dengan orang lain tidak selalu dengan etnis yang sama tetapi juga dengan etnis yang lain. Dalam berkomunikasi pun setiap warga di kawasan lingkungan ini tidak mengalami kesulitan karena biasanya mereka akan memakai bahasa Indonesia di dalam berbicara sehari- hari. Saling menghargai yang nampak dari tindakan di atas telah dibiasakan sejak dahulu sehingga muncul solidaritas diantara etnis India, Karo,Cina dan etnis lainya seperti Jawa dan Melayu yang tinggal di lingkungan tersebut. Saling membantu yang terjalin di lingkungan ini juga terlihat dalam kegiatan yang mereka lakukan sehari- hari. Universitas Sumatera Utara 103 Foto 12. Ibu Shanti India dan Ibu Desma Karo yang merupakan tetangga dekat Banjir yang terjadi pada awal April merupakan banjir yang paling besar yang dialami oleh warga masyarakat di lingkungan tersebut. Tidak semua warga yang mengalami banjir tersebut sadar secara langsung ketika pagi hari 01042011 air mulai masuk ke rumah warga dengan arus yang kencang. Banyak warga yang terbangun karena adanya suara peringatan yang dibuat oleh kepala lingkungan dan juga ada warga yang diingatkan bahwa banjir besar terjadi oleh tetangga, seperti pernyataan yang dipaparkan oleh Ibu Rigi Tarigan berikut : “… Saya saja tidak tau bahwa air sudah mulai masuk ke rumah. Kalau tidak diingatkan oleh tetangga saya yang keling itu, mana saya tau air makin lama makin deras yang masuk ke rumah. Habis dia teriak baru saya sadar dan mulai panik …” Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa hubungan yang terjadi antara warga yang berbeda etnis terjalin dengan baik di lingkungan tersebut. Perbedaan etnis tidak menghalangi setiap warga untuk menunjukkan perhatian mereka dengan tetangga yang berada di sekitar rumahnya. Ketika Universitas Sumatera Utara 104 terjadi banjir, setiap keluarga panik untuk mengamankan anggota keluarga mereka dan barang- barang yang berada di rumah mereka. Meskipun demikian, setiap warga juga saling menolong warga yang lain ketika banjir terjadi karena mereka sadar apabila mereka menghadapi banjir bersama- sama tentu akan semakin ringan kesulitan yang mereka hadapi pada saat itu. Masyarakat etnis lain seperti Jawa dan Melayu yang tinggal di daerah tersebut juga merasakan solidaritas yang terjadi diantara ketiga etnis yang mendominasi di lingkungan tempat tinggal mereka. Mereka menyatakan bahwa ketika banjir besar terjadi, beberapa diantara mereka diingatkan oleh warga etnis lain karena mereka sendiri tidak sadar bahwa arus air yang deras sudah memasuki rumah mereka. Setelah itu, ketika terjadi banjir mereka bingung menentukan tempat untuk mengungsi sementara waktu. Menurut pernyataan warga etnis yang lain yaitu ada masyarakat India yang juga mengajak mereka untuk mengungsi di vihara tempat mereka mengungsi. Sebagian warga Jawa dan Melayu tersebut mau ikut ke vihara karena mereka ingin mengungsi ke tempat yang lebih aman. Sebagian warga etnis lainnya memilih untuk tetap tinggal di rumah untuk melihat bagaimana kondisi rumah mereka. Di vihara semua masyarakat berbaur dengan masyarakat yang lain. Dalam kehidupan sehari- hari interkasi yang terjadi diantara warga yang berbeda etnis telah terjadi di lingkungan ini. Akibatnya ketika terjadi bencana, seperti bencana banjir yang besar saat itu, menimbulkan kepedulian karena hubungan yang telah terjalin selama bertahun- tahun diantara warga. Tidak hanya mendapat ajakan dari masyarakat etnis India, beberapa warga Jawa dan Melayu yang terkena banjir di lingkungan itu mendapat ajakan untuk mengungsi dari masyarakat Karo yang mengungsi di rumah masyarakat Karo lainnya yang cukup jauh dari kawasan tempat tinggal mereka. Sebagian warga terbagi menjadi beberapa kelompok karena tempat untuk mengungsi yang terbatas sementara jumlah mereka yang banyak. Setelah warga merasa aman Universitas Sumatera Utara 105 dengan mengungsi di tempat- tempat yang tidak terkena dampak banjir yang terlalu parah, warga yang mengungsi juga mendapat makanan. Meskipun makanan yang ada terbatas, setiap warga mendapat makanan pada siang hari. Melalui tindakan yang membagikan makanan meskipun tidak terlalu banyak, namun dibagikan secara merata tanpa membeda- bedakan etnis yang lain membuat solidaritas semakin nampak di lingkungan ini. Hubungan baik yang mereka jalin sebagai tetangga menunjukkan bahwa masyarakat yang terdiri dari berbagai etnis di lingkungan tersebut saling berhubungan disaat yang baik tetapi juga disaat menghadapi banjir besar seperti yang terjadi awal April 2011. Solidaritas antar etnis juga nampak dari tindakan saling membantu ketika banjir terjadi. Masyarakat etnis Cina, India, dan Karo yang sedang mengamankan barang- barang mereka pada saat terjadi banjir juga membantu masyarakat etnis lainnya seperti masyarakat etnis Cina dan Melayu ketika mengalamai kesulitan untuk mengamankan barang- barang milik mereka. Tanpa memandang perbedaan diantara mereka, masyarakat yang ada di lingkungan III saling bahu- membahu memindahkan barang- barang yang ingin diamankan. Tindakan yang mereka lakukan tersebut lebih ringan dan mudah serta tidak memakan waktu yang lama untuk memindahkannya. Masyarakat yang ada di kawasan banjir itu juga membersihkan sampah- sampah yang bertebaran di jalan secara bersama-sama. Kelelahan yang timbul akibat melakukan berbagai kegiatan yang berhubungan dengan banjir besar yang terjadi tersebut tidak terlalu dirasakan oleh warga yang bekerja secara bersama- sama. Menurut mereka apabila pekerjaan diselesaikan dengan gotong royong antar warga tanpa membeda-bedakan orang yang terlibat dalam gotong royong tersebut akan membuat pekerjaan yang mereka lakukan tersebut terasa lebih ringan. Selain itu, pada vihara tempat mengungsi tidak hanya bagi masyarakat India tetapi terbuka bagi semua masyarakat yang ada di kawasan lokasi banjir, patung yang telah rusak akibat banjir yang terjadi Universitas Sumatera Utara 106 diganti oleh masyarakat Cina yang juga beragama Buddha. Sumbangan diberikan oleh masyarakat tersebut bagi para penjaga vihara seperti beras, susu, aqua, teh sehingga para penjaga vihara tersebut dapat menjaga kesehatannya dalam usaha mereka untuk membersihkan vihara yang kotor. Masyarakat yang tinggal di lingkungan III memang terdiri dari beberapa etnis, namun mereka selalu menerapkan sikap saling menghargai antara satu dengan yang lain dan sikap yang tidak membeda- bedakan setiap orang yang ada di lingkungan mereka. Karena hal tersebut, solidaritas yang ada diantara masyarakat etnis India, Cina, dan Karo serta etnis lainnya seperti Jawa dan Melayu semakin kuat dalam menghadapi banjir besar yang terjadi 01 April 2011 lalu.

5.3. Faktor yang Memengaruhi Solidaritas Sosial diantara Warga