6
BAB 2 TINJAUAN TEORI
2.1 DEPRESI 2.1.1 Pengertian Depresi
Depresi adalah perasaan sedih, ketidakberdayaan, dan pesimis, yang berhubungan dengan suatu penderitaan. Dapat berupa serangan yang ditujukan
kepada diri sendiri atau perasaan marah yang dalam Nugroho, 2008. Depresi merupakan gangguan mental yang sering terjadi dalam kehidupan seseorang yang
ditandai dengan emosi, motivasi, fungsional gerakan tingkah laku, dan kognitif Pieter dkk, 2011. Depresi adalah keadaan emosional yang ditandai kesedihan
yang sangat, perasaan bersalah dan tidak berharga, menarik diri dari orang lain, serta kehilangan minat untuk tidur dan melakukan hubungan seks juga hal-hal
menyenangkan lainnya Nasir Muhith, 2011. Depresi adalah perasaan sedih, pesimis, dan merasa sendirian yang merupakan bagian dari depresi mayor dan
gangguan mood lainnya Kaplan Sadock, 2010.
2.1.2 Etiologi Depresi
Dalam Kaplan Sadock 2010, penyebab terjadinya depresi adalah: a.
Faktor Biologis Banyak penelitian melaporkan abnormalitas metabolit amin biogenik seperti
asam 5-hidroksiindolasetat 5-HIAA, asam homovanilat HVA dan 3 metoksi-4- hidroksifenilglikol MHPG- di dalam darah, urine dan cairan serebrospinalis
pasien dengan gangguan mood. Laporan data ini paling konsisten dengan
Universitas Sumatera Utara
hipotesis bahwa gangguan mood disebabkan oleh disregulasi heterogen amin biogenik.
b. Faktor Neurokimia
Walaupun data belum meyakinkan, neurotransmitter asam amino dan peptide neuroaktif telah dilibatkan dalam patofisiologi gangguan mood. Sejumlah peneliti
telah mengajukan bahwa sistem messengers kedua- seperti regulasi kalsium, adenilat siklase, dan fosfatidilinositol- dapat menjadi penyebab. Asam amino
glutamate dan glisin tampaknya menjadi neurotransmitter eksitasi utama pada sistem saraf pusat. Glutamat dan glisin berikatan dengan reseptor N-Metil-D-
Aspartat NMDA, jika berlebihan dapat memiliki efek neurotoksik. Hipokampus memiliki konsentrasi reseptor NMDA yang tinggi sehingga mungkin jika
glutamate bersama dengan hiperkortisolemia memerantarai efek neurokognitif pada stres kronis. Terdapat bukti yang baru muncul bahwa obat yang menjadi
antagonis reseptor NMDA memiliki efek antidepresan. c.
Faktor Genetik Data genetik dengan kuat menunjukkan bahwa faktor genetik yang signifikan
terlibat dalam timbulnya gangguan mood tetapi pola pewarisan genetik terjadi melalui mekanisme yang kompleks. Tidak hanya menyingkirkan pengaruh
psikososial tetapi faktor nongenetik mungkin memiliki peranan kausatid di dalam timbulnya gangguan mood pada beberapa orang. Komponen genetik memiliki
peranan yang bermakna di dalam gangguan bipolar I daripada gangguan depresi berat.
Universitas Sumatera Utara
d. Faktor Psikososial
Peristiwa hidup dan penuh tekanan lebih sering timbul mendahului episode gangguan mood yang mengikuti. Hubungan ini telah dilaporkan untuk pasien
gangguan depresif berat dan gangguan depresif I. Sebuah teori yang diajukan untuk menerangkan pengamatan ini adalah bahwa stres yang menyertai episode
pertama mengakibatkan perubahan yang bertahan lama di dalam biologi otak. Perubahan yang bertahan lama ini dapat menghasilkan perubahan keadaan
fungsional berbagai neurotransmitter dan sistem pemberian sinyal intraneuron, perubahan yang bahkan mencakup hilangnya neuron dan berkurangnya kontak
sinaps yang berlebihan. Akibatnya seseorang memiliki resiko tinggi mengalami episode gangguan mood berikutnya, bahkan tanpa stressor eksternal.
Sejumlah klinisi yakin bahwa peristiwa hidup memegang peranan utama dalam depresi. Klinisi lain menunjukkan bahwa peristiwa hidup hanya memegang
peranan terbatas dalam awitan dan waktu depresi. Data yang paling meyakinkan menunjukkan bahwa peristiwa hidup yang paling sering menyebabkan timbulnya
depresi dikemudian hari pada seseorang adalah kehilangan orang tua sebelum usia 11 tahun. Stresor lingkungan yang paling sering meyebabkan timbulnya awitan
depresi adalah kematian pasangan. Faktor resiko lain adalah PHK- seseorang yang keluar dari pekerjaan sebanyak tiga kali lebih cenderung memberikan laporan
gejala episode depresif berat daripada orang yang bekerja.
Universitas Sumatera Utara
e. Faktor Kepribadian
Tidak ada satupun ciri bawaan atau jenis kepribadian yang secara khas merupakan predisposisi seseorang mengalami depresi dibawah situasi yang sesuai.
Orang dengan gangguan kepribadian tertentu- objektif kompulsif, histrionik dan borderline- mungkin memiliki resiko yang lebih besar untuk mengalami depresi
daripada orang dengan gangguan kepribadian antisosial atau paranoid. Gangguan kepribadian paranoid dapat menggunakan mekanisme defense proyeksi dan
mekanisme eksternalisasi lainnya untuk melindungi diri mereka dari kemarahan di dalam dirinya. Tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa gangguan kepribadian
tertentu terkait dengan timbulnya gangguan bipolar I dikemudian hari; meskipun demikian, orang dengan gangguan distemik dan siklotimik memiliki resiko
gangguan depresi berat atau gangguan bipolar I kemudian hari. f.
Faktor Psikodinamik Depresi Pemahaman psikodinamik depresi yang dijelaskan oleh Sigmund Freud dan
dikembangkan Karl Abraham dikenal dengan pandangan klasik mengenai depresi. Teori ini memiliki 4 poin penting: 1 gangguan hubungan ibu-bayi selama fase
oral 10-18 bulan pertama kehidupan menjadi predisposisi kerentanan selanjutnya terhadap depresi; 2 depresi dapat terkait dengan kehilangan objek
yang nyata atau khayalan; 3 introyeksi objek yang meninggal adalah mekanisme pertahanan yang dilakukan untuk menghadapi penderitaan akibat kehilangan
objek; 4 kehilangan objek dianggap sebagai campuran cinta dan benci sehingga rasa marah diarahkan kedalam diri sendiri.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Stuart dan Sundeen 1998, dalam Azizah 2011, faktor penyebab depresi adalah:
a. Faktor Predisposisi
1. Faktor genetik, dianggap mempengaruhi transmisi gangguan afektif
melalui riwayat keluarga dan keturunan. 2.
Teori agresi menyerang ke dalam, menunjukkan bahwa depresi terjadi karena perasaan marah yang ditunjukkan kepada diri sendiri.
3. Teori kehilangan obyek, menunjuk kepada perpisahan traumatika individu
dengan benda atau yang sangat berarti. 4.
Teori organisasi kepribadian, menguraikan bagaimana konsep diri yang negatif dan harga diri rendah mempengaruhi sistem keyakinan dan
penilaian seseorang terhadap stressor. 5.
Model kognitif, menyatakan bahwa depresi merupakan masalah kognitif yang didominasi oleh evaluasi negatif seseorang terhadap diri seseorang,
dunia seseorang, dan masa depan seseorang. 6.
Model ketidakberdayaan yang dipelajari learned helplessness, menunjukkan bahwa bukan semata-mata trauma menyebabkan depresi
tetapi keyakinan bahwa seseorang tidak mempunyai kendali terhadap hasil yang penting dalam kehidupannya, oleh karena itu ia mengulang respon
yang tidak adaptif. 7.
Model perilaku, berkembang dari kerangka teori belajar sosial, yang mengasumsi penyebab depresi terletak pada kurangnya keinginan positif
dalam berinteraksi dengan lingkungan.
Universitas Sumatera Utara
8. Model biologik, menguraikan perubahan kimia dalam tubuh yang terjadi
selama depresi, termasuk defisiensi katekolamin, disfungsi endokrin, hipersekresi kortisol, dan variasi periodik dalam irama biologis.
b. Stresor Pencetus
Ada empat sumber utama stressor yang dapat mencetuskan gangguan alam perasaan depresi yaitu:
1. Kehilangan keterikatan yang nyata atau dibayangkan, termasuk kehilangan
cinta, seseorang, fungsi fisik, kedudukan, atau harga diri. Karena elemen aktual dan simbolik melibatkan konsep kehilangan, maka persepsi
seseorang merupakan hal yang sangat penting. 2.
Persitiwa besar dalam kehidupan, hal ini sering dilaporkan sebagai pendahulu episode depresi dan mempunyai dampak terhadap masalah-
masalah yang dihadapi sekarang dan kemampuan menyelesaikan masalah. 3.
Peran dan
ketegangan peran
telah dilaporkan
mempengaruhi perkembangan depresi, terutama pada wanita.
4. Perubahan fisiologik diakibatkan oleh obat-obatan atau berbagai penyakit
fisik, seperti infeksi, neoplasma, dan gangguan keseimbangan metabolik, dapat mencetuskan gangguan alam perasaan. Diantara obat-obatan tersebut
terdapat obat anti hipertensi dan penyalahgunaan zat yang menyebakan kecanduan. Kebanyakan penyakit kronik melemahkan tubuh juga sering
disertai depresi.
Universitas Sumatera Utara
2.1.3 Gejala Depresi