Angka Kejadian Depresi Pasca Bencana Sinabung pada Lansia di Posko Pengungsian Universitas Karo (UKA) Kabupaten Karo

(1)

LAMPIRAN 1

Lembar Persetujuan Menjadi Responden

Nama saya adalah Herti Tri Yulita Sigalingging/141121079, mahasisiwi Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, Medan. Saat ini saya sedang melakukan penelitian tentang “Angka Kejadian Depresi Pasca Bencana Sinabung pada Lansia di Posko Pengungsian UKA Kabupaten Karo”. Penelitian ini merupakan salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir di Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Adapun tujuan saya melakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui Angka Kejadian Depresi Pasca Bencana Sinabung pada Lansia di Posko Pengungsian UKA Kabupaten Karo. Penelitian ini dilakukan selama 1 bulan yaitu mulai bulan Agustus sampai September. Jika ada hal yang kurang dipahami dalam mengisi kuesioner ini, Bapak/Ibu boleh bertanya kepada peneliti.

Berdasarkan hal diatas, saya mengharapkan kesediaan Bapak/Ibu untuk berpartisipasi dalam penelitian ini dimana penelitian ini tidak akan memberi dampak yang membahayakan. Jika Bapak/Ibu bersedia, silahkan menandatangani lembar persetujuan ini sebagai bukti kesukarelaan Bapak/Ibu. Semua informasi yang Bapak/Ibu berikan akan dirahasiakan dan hanya akan dipergunakan dalam penelitian ini. Atas partisipasi Bapak/Ibu, saya mengucapakan terimakasih.

Medan, Agustus 2015 Responden


(2)

LAMPIRAN 2

KUESIONER DATA DEMOGRAFI

Berikut dibawah ini mengenai data demografi Anda, jawablah setiap pernyataan yang tersedia dengan memberikan tanda checklist (√) atau mengisi jawaban pada tempat yang telah disediakan!

1. nomor responden (diisi oleh peneliti) : ……… 2. Usia : 60-74 thn 75-90 thn

>90 thn

3. Jenis kelamin : Laki-laki Perempuan

4. Agama : Islam Katolik Protestan

Hindu Budha

5. Suku : Jawa Minang Batak Cina Aceh dll 6. Pendidikan terakhir: SD SMP SMA Diploma Sarjana

Tidak Sekolah

7. Pekerjaan sebelumnya: PNS Pegawai Swasta Petani Buruh/karyawan Tidak bekerja

8. Status perkawinan : Menikah Tidak menikah Janda Duda

9. Riwayat Kesehatan : Hipertensi Rematik

Gangguan pendengaran m Diabetes Melitus


(3)

GERIATRIC DEPRESSION SCALE (GDS)

Pilihlah jawaban yang paling tepat tentang apa yang telah anda di minggu terakhir. Berikan tanda checklist (√) pada kolom Ya atau Tidak.

No Pertanyaan Ya Tidak

1 Apakah anda benar-benar puas dengan kehidupan Anda?

2 Apakah anda telah menghentikan banyak aktifitas dan minat anda?

3 Apakah anda merasa bahwa hidup anda hampa? 4 Apakah anda sering merasa bosan?

5 Apakah anda bersemangat sepanjang waktu?

6 Apakah anda merasa khawatir bahwa sesuatu yang buruk bakal terjadi pada anda?

7 Apakah anda merasa bahagia sepanjang waktu? 8 Apakah Anda sering merasa tidak memiliki daya? 9 Apakah Anda lebih suka tinggal di rumah daripada

keluar rumah dan mengerjakan hal-hal yang baru? 10 Apakah anda merasa anda mempunyai lebih banyak

masalah daya ingat anda daripada lainnya?

11 Apakah anda merasa bersyukur karena anda masih diberi kesempatan untuk hidup sekarang?

12 Apakah anda merasa tidak berharga dengan cara hidup anda sekarang?

13 Apakah anda merasa sangat bertenaga?

14 Apakah anda merasa situasi anda sekarang ini tidak memiliki harapan?

15 Apakah anda mengira bahwa hampir semua orang hidupnya lebih bahagia dari anda?


(4)

GERIATRIC DEPRESSION SCALE (GDS) Choose the best answer for how you have felt over the past week.

Number Questions Yes No

1 Are you basically satisfied with your life?

2 Have you dropped many your activities and interests?

3 Do you feel that your life is empty? 4 Do you often get bored?

5 Are you in good spirits most of the time?

6 Are you afraid that something bad is going to happen to you?

7 Do you feel happy most of the time? 8 Do you often feel helpless?

9 Do you prefer to stay at home, rather than going out and doing new things?

10 Do you feel you have more problems with memory than most?

11 Do you think it is wonderful to be alive now? 12 Do you feel pretty worthless the way you are now? 13 Do you feel full of energy?

14 Do you feel that your situation is hopeless?

15 Do you think that most people are better off than you are?


(5)

LAMPIRAN 3

Data Demografi Lansia No USIA

JENIS

KELAMIN AGAMA SUKU

PENDIDIKAN

TERAKHIR PEKERJAAN SEBELUMNYA

STATUS PERKAWINAN

RIWAYAT KESEHATAN

1 1 2 1 3 2 3 3 2

2 3 2 1 3 1 3 3 1

3 1 1 3 3 3 3 1 2

4 3 2 1 3 6 3 3 2

5 2 2 3 3 1 3 3 1

6 2 2 1 3 1 3 3 1

7 1 1 3 3 2 3 1 1

8 2 2 1 3 1 3 3 1

9 2 2 1 3 1 5 1 2

10 1 2 1 3 1 5 3 1

11 1 1 3 3 1 3 1 1

12 2 2 3 3 3 3 3 2

13 1 2 3 3 1 3 1 2

14 1 2 3 3 1 3 3 1

15 1 2 3 3 1 3 1 1

16 1 1 3 3 1 3 1 1

17 1 2 3 3 1 3 3 1

18 1 2 1 3 1 3 3 1

19 1 2 3 3 3 3 3 1

20 1 2 3 3 1 3 3 1

21 3 1 3 3 6 3 4 1


(6)

No USIA

JENIS

KELAMIN AGAMA SUKU

PENDIDIKAN

TERAKHIR PEKERJAAN SEBELUMNYA

STATUS PERKAWINAN

RIWAYAT KESEHATAN

22 2 1 3 3 2 3 1 1

23 1 1 3 3 1 3 1 1

24 1 1 1 3 1 3 1 1

25 1 2 3 3 2 4 1 1

26 2 1 1 3 1 3 1 2

27 2 1 3 3 1 3 4 1

28 1 1 1 3 3 3 1 1

29 1 2 2 3 1 3 3 1


(7)

Data Depresi Lansia

No P 1 P 2 P 3 P 4 P 5 P 6 P 7 P 8 P 9 P 10 P 11 P 12 P 13 P 14 P 15 Skor

1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 4

2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 14

3 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 8

4 0 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 9

5 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 7

6 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 5

7 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 3

8 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 4

9 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 10

10 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 1 11

11 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 1 8

12 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4

13 1 0 0 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 6

14 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 4

15 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 0 1 9

16 1 0 0 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 5

17 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 7

18 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 11

19 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 11

20 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 8

21 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 5

22 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 6


(8)

No P 1 P 2 P 3 P 4 P 5 P 6 P 7 P 8 P 9 P 10 P 11 P 12 P 13 P 14 P 15 Skor

23 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 6

24 1 1 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 6

25 1 0 0 1 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 1 7

26 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 10

27 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 4

28 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 5

29 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 9


(9)

Frequencies

Statistics

P 1 P 2 P 3 P 4 P 5

N Valid 30 30 30 30 30

Missing 0 0 0 0 0

Mean .87 .60 .43 .90 .43

Std. Deviation .346 .498 .504 .305 .504

Statistics

P 6 P 7 P 8 P 9 P 10

N Valid 30 30 30 30 30

Missing 0 0 0 0 0

Mean .37 .60 .33 .07 .67

Std. Deviation .490 .498 .479 .254 .479

Statistics

P 11 P 12 P 13 P 14 P15

N Valid 30 30 30 30 30

Missing 0 0 0 0 0

Mean .03 .23 .57 .30 .60

Std. Deviation .183 .430 .504 .466 .498


(10)

Frequency Table

Pertanyaan 1

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 0 4 13.3 13.3 13.3

1 26 86.7 86.7 100.0

Total 30 100.0 100.0

Pertanyaan 2

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 0 12 40.0 40.0 40.0

1 18 60.0 60.0 100.0

Total 30 100.0 100.0

Pertanyaan 3

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 0 17 56.7 56.7 56.7

1 13 43.3 43.3 100.0

Total 30 100.0 100.0

Pertanyaan 4

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 0 3 10.0 10.0 10.0

1 27 90.0 90.0 100.0


(11)

Pertanyaan 5

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 0 17 56.7 56.7 56.7

1 13 43.3 43.3 100.0

Total 30 100.0 100.0

Pertanyaan 6

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 0 19 63.3 63.3 63.3

1 11 36.7 36.7 100.0

Total 30 100.0 100.0

Pertanyaan 7

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 0 12 40.0 40.0 40.0

1 18 60.0 60.0 100.0

Total 30 100.0 100.0

Pertanyaan 8

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 0 20 66.7 66.7 66.7

1 10 33.3 33.3 100.0

Total 30 100.0 100.0


(12)

Pertanyaan 9

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 0 28 93.3 93.3 93.3

1 2 6.7 6.7 100.0

Total 30 100.0 100.0

Pertanyaan 10

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 0 10 33.3 33.3 33.3

1 20 66.7 66.7 100.0

Total 30 100.0 100.0

Pertanyaan 11

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 0 29 96.7 96.7 96.7

1 1 3.3 3.3 100.0

Total 30 100.0 100.0

Pertanyaan 12

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 0 23 76.7 76.7 76.7

1 7 23.3 23.3 100.0


(13)

Pertanyaan 13

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 0 13 43.3 43.3 43.3

1 17 56.7 56.7 100.0

Total 30 100.0 100.0

Pertanyaan 14

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 0 21 70.0 70.0 70.0

1 9 30.0 30.0 100.0

Total 30 100.0 100.0

Pertanyaan 15

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 0 12 40.0 40.0 40.0

1 18 60.0 60.0 100.0

Total 30 100.0 100.0

Statistics Hasil

N Valid 30

Missing 0

Mean 2.10

Std. Deviation .803


(14)

HASIL

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid TIDAK DEPRESI 7 23.3 23.3 23.3

DEPRESI RINGAN 14 46.7 46.7 70.0

DEPRESI SEDANG 8 26.7 26.7 96.7

DEPRESI BERAT 1 3.3 3.3 100.0

Total 30 100.0 100.0

Frequencies

Statistics JENIS

KELAMIN AGAMA SUKU PENDIDIKAN TERAKHIR

N Valid 30 30 30 30

Missing 0 0 0 0

Mean 1.60 2.17 3.00 1.73

Std. Deviation .498 .986 .000 1.363

Statistics PEKERJAAN

SEBELUMNYA

STATUS

PERKAWINAN USIA

RIWAYAT KESEHATAN

N Valid 30 30 30 30

Missing 0 0 0 0

Mean 3.17 2.13 1.90 1.23


(15)

Frequency Table

JENIS KELAMIN

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid LAKI-LAKI 12 40.0 40.0 40.0

PEREMPUAN 18 60.0 60.0 100.0

Total 30 100.0 100.0

AGAMA

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid ISLAM 12 40.0 40.0 40.0

KATOLIK 1 3.3 3.3 43.3

PROTESTAN 17 56.7 56.7 100.0

Total 30 100.0 100.0

SUKU

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid BATAK 30 100.0 100.0 100.0

PENDIDIKAN TERAKHIR

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid SD 20 66.7 66.7 66.7

SMP 4 13.3 13.3 80.0

SMA 4 13.3 13.3 93.3

TIDAK SEKOLAH 2 6.7 6.7 100.0

Total 30 100.0 100.0


(16)

PEKERJAAN SEBELUMNYA

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid PETANI 27 90.0 90.0 90.0

BURUH/KARYAWAN 1 3.3 3.3 93.3

TIDAK BEKERJA 2 6.7 6.7 100.0

Total 30 100.0 100.0

STATUS PERKAWINAN

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid MENIKAH 14 46.7 46.7 46.7

JANDA 14 46.7 46.7 93.3

DUDA 2 6.7 6.7 100.0

Total 30 100.0 100.0

USIA

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 60-74 Tahun 19 63.3 63.3 63.3

75-90 Tahun 8 26.7 26.7 90.0

>80 Tahun 3 10.0 10.0 100.0

Total 30 100.0 100.0

RIWAYAT KESEHATAN

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 0-2 23 76.7 76.7 76.7

>2 7 23.3 23.3 100.0


(17)

Crosstabs

Case Processing Summary Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

J.KELAMIN * HASIL 30 100.0% 0 .0% 30 100.0%

JENIS KELAMIN * HASIL Crosstabulation KODING TOTAL TIDAK DEPRESI DEPRESI RINGAN DEPRESI SEDANG DEPRESI BERAT JENIS KELAMIN

LAKI-LAKI Count 3 8 1 0 12

Expected Count 2.8 5.6 3.2 .4 12.0

% within J.KELAMIN 25.0% 66.7% 8.3% .0% 100.0%

% within HASIL 42.9% 57.1% 12.5% .0% 40.0%

% of Total 10.0% 26.7% 3.3% .0% 40.0%

PEREMPUAN Count 4 6 7 1 18

Expected Count 4.2 8.4 4.8 .6 18.0

% within J.KELAMIN 22.2% 33.3% 38.9% 5.6% 100.0%

% within HASIL 57.1% 42.9% 87.5% 100.0% 60.0%

% of Total 13.3% 20.0% 23.3% 3.3% 60.0%

Total Count 7 14 8 1 30

Expected Count 7.0 14.0 8.0 1.0 30.0

% within J.KELAMIN 23.3% 46.7% 26.7% 3.3% 100.0%

% within HASIL 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 23.3% 46.7% 26.7% 3.3% 100.0%


(18)

Case Processing Summary Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

USIA * HASIL 30 100.0% 0 .0% 30 100.0%

USIA * HASIL Crosstabulation HASIL

Total TIDAK

DEPRESI

DEPRESI RINGAN

DEPRESI SEDANG

DEPRESI BERAT

USIA 60-74 Tahun Count 4 10 5 0 19

% within USIA 21.1% 52.6% 26.3% .0% 100.0% % within HASIL 57.1% 71.4% 62.5% .0% 63.3%

% of Total 13.3% 33.3% 16.7% .0% 63.3%

75-90Tahun Count 3 3 2 0 8

% within USIA 37.5% 37.5% 25.0% .0% 100.0% % within HASIL 42.9% 21.4% 25.0% .0% 26.7%

% of Total 10.0% 10.0% 6.7% .0% 26.7%

>90 Tahun Count 0 1 1 1 3

% within USIA .0% 33.3% 33.3% 33.3% 100.0% % within HASIL .0% 7.1% 12.5% 100.0% 10.0%

% of Total .0% 3.3% 3.3% 3.3% 10.0%

Total Count 7 14 8 1 30

% within USIA 23.3% 46.7% 26.7% 3.3% 100.0% % within HASIL 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% % of Total 23.3% 46.7% 26.7% 3.3% 100.0%


(19)

(20)

LAMPIRAN 4

JADWAL TENTATIF PENELITIAN

No Kegiatan Maret April Mei Juni Agustus Sept Okt Nov Des Jan Feb

2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1

1

Mengajukan judul dan Acc judul

proposal penelitian

2

Penyelesaian Proposal

Penelitian

3 Sidang Proposal

4

Revisi Proposal

Penelitian

5

Mengajukan izin

pengumpulan data

6

Pengumpulan data

penelitian

7 Analisa Data

8

Penyusunan laporan

penelitian

9

Seminar hasil


(21)

LAMPIRAN 5

TAKSASI DANA

1. Persiapan Proposal dan Perbaikan Proposal

a. Kertas dan tinta print Rp 100.000

b. Fotocopy sumber-sumber tinjauan pustaka Rp 50.000

c. Biaya internet Rp 50.000

d. Perbanyak proposal dan penjilidan Rp 100.000

e. Konsumsi saat sidang proposal Rp 200.000

2. Pengumpulan Data dan Pengolahan Data

a. Penggandaan Kuesioner Rp 15.000

b. Transportasi Rp 500.000

c. Soufenir Rp 100.000

3. Persiapan Skripsi

a. Kertas dan tinta print Rp 150.000

b. Penggandaan skripsi dan penjilidan Rp 150.000

c. CD Rp 10.000

d. Konsumsi saat sidang skripsi Rp 200.000

4. Biaya ta terduga Rp 162.500

Jumlah Rp 1.787.500


(22)

(23)

(24)

(25)

(26)

SKALA DEPRESI GERIATRIK: BENTUK SINGKAT

Pilih jawaban yang paling tepat tentang apa yang telah anda rasakan di minggu terakhir: 1. Apakah anda benar-benar puas dengan kehidupan anda? Ya/Tidak

2. Apakah anda telah menghentikan banyak aktifitas dan minat anda? Ya/Tidak 3. Apakah anda merasa bahwa hidup anda hampa? Ya/Tidak

4. Apakah anda sering merasa bosan? Ya/Tidak

5. Apakah anda tetap bersemangat sepanjang waktu? Ya/Tidak

6. Apakah anda merasa khawatir sesuatu yang buruk bakal terjadi pada diri anda?

Ya/Tidak

7. Apakah anda merasa bahagia sepanjang waktu? Ya/Tidak 8. Apakah anda sering merasa tidak memiliki daya? Ya/Tidak

9. Apakah anda lebih suka tinggal di rumah daripada keluar rumah dan mengerjakan hal-hal yang baru? Ya/Tidak

10. Apakah anda merasa anda memiliki lebih banyak masalah dengan daya ingat anda daripada lainnya? Ya/Tidak

11. Apakah anda merasa bersyukur karena anda masih diberi kesempatan untuk hidup sekarang? Ya/Tidak

12. Apakah anda merasa tidak berharga dengan cara hidup anda sekarang? Ya/Tidak 13. Apakah anda merasa sangat bertenaga? Ya/Tidak

14. Apakah anda merasa situasi anda sekarang ini tidak memiliki harapan? Ya/Tidak 15. Apakah anda mengira bahwa hampir semua orang hidupnya lebih bahagia dari anda?

Ya/Tidak

Jawaban yang ditebalkan menunjukkan dipresi. Beri nilai 1 untuk setiap jawaban yang ditebalkan.

Nilai > 5 menunjukkan dipresi

Nilai ≥ 10 hampir senantiasa menunjukkan dipresi Nilai > 5 diingatkan untuk pemeriksaan


(27)

(28)

(29)

(30)

(31)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Herti Tri Yulita Sigalingging Tempat Tanggal Lahir: Pangururan, 20 Februari 1994 Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Kristen Protestan

Alamat : Jln. Jamin Ginting Gg. Sempurna No. 9, Padang Bulan Riwayat Pendidikan :

1. 1998- 2004 : SD Negeri No. 175832 Buhit, Pangururan 2. 2004 - 2007 : SMP Swasta Budi Mulia Pangururan 3. 2007 - 2010 : SMA Negeri 1 Matauli Pandan 4. 2011 - 2014 : D-III Keperawatan USU

5. 2014- Sekarang : S-1 Keperawatan Ekstensi USU


(32)

DAFTAR PUSTAKA

BPS.(2014).Penduduk lanjut usia. Diambil dari http://www.menegpp.go.id /v2/index.php/datadaninformasi/kependudukan

Dwi & Fitrah. (2010). Memahami kesehatan pada lansia. Jakarta: TIM.

Firdawati & Riyadi. (2014). Hubungan terapi musik keroncong dengan tingkat depresi pada lansia di panti wredha budhi dharma yogyakarta 2014. Diambil dari http://ejournal.stikes-yogyakarta.ac.id/index.php/jksi/article/ download /9/10

Hastono, S. P.(2007). Analisa Data Kesehatan. Jakarta: UI Press.

Hawari, H. D. (2013). Manajemen stress, cemas dan depresi. Jakarta: Balai Penerbit FK UI.

Hidayat, D. R.(2009). Ilmu perilaku manusia pengantar psikologi untuk tenaga kesehatan. Jakarta: TIM.

Hurlock, E.B. (2004). Psikologi perkembangan suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan. Jakarta: Erlangga.

Jia, et al. (2010) Are the elderly more vulnerable to psychological impact of

natural disaster? A population-based survey of adult survivors of the 2008 Sichuan earthquake. Diambil dari http://bmcpublichealth .biomedcentral .com/articles/10.1186/1471-2458-10-172

Kaplan & Sadock. (2010). Buku ajaran psikiatri klinis.Edisi 2. Jakarta : EGC. Maryam, dkk. (2008). Mengenal usia lanjut dan perawatannya. Jakarta: Salemba

Medika.

Maulida. (2012). Gambaran tingkat depresi pada lanjut usia (lansia) di panti sosial tresna wreda budi mulia 01 dan 03 jakarta timur. Diambil dari lib.ui.ac.id/file?file=digital_20308713-S432105-Gambaran tingkat fulltext .pdf

Mubarak, dkk. (2006). Buku ajar ilmu keperawatan komunitas 2.Jakarta: Sagung Seto.

Nasir & Muhith. (2011). Dasar-dasar keperawatan jiwa. Jakarta: Salemba Medika.


(33)

45

Nugroho, H. W. (2008). Keperawatan gerontik & geriatrik. Edisi 3. Jakarta: EGC. Nurhasanah., et al. (2009) Hubungan tingkat depresi dengan kualitas hidup pada

masyarakat daerah bencana pasca gempa bumi di kabupaten sleman tahun 2008. Diambil dari http://jurnal.ugm.ac.id/bkm.

Nursalam.(2013). Metodologi penelitian ilmu keperawatan pendekatan praktis.Edisi 3. Jakarta: Salemba Medika.

Pieter, dkk. (2011). Pengantar psikopatologi untuk keperawatan. Jakarta: Kencana.

Potter & Perry. (2009). Fundamental keperawatan. Edisi 7. Jakarta: Salemba Medika.

Rochdiat, W. (2012). Hubungan antara tingkat hipertensi dengan tingkat depresi pada lanjut usia di panti sosial tresna wredha abiyoso pakem daerah istimewa yogyakarta. Diambil dari http://journal.respati.ac.id/index.php /ilmukeperawatan/article/download/186/161

Saragih, E.C. (2010). Gambaran depresi pada lanjut usia. Diambil dari http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/22288.pdf

Sembiring, S.M. (2013). Hubungan dukungan sosial keluarga dengan gejala depresi pada lansia di UPT pelayanan sosial wilayah binjai medan. Diambil dari http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/46257.pdf

Siahaan, M.C.N. (2013). Gambaran tingkat depresi pada lansia di unit pelayanan terpadu sosial lanjut usia dan anak balita wilayah binjai dan medan 2013. Diambil dari http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/40392.

Stanley & Beare. (2006). Buku ajar keperawatan gerontik. Edisi 2. Jakarta: EGC. Tamher & Noorkasiani. (2009). Keperawatan usia lanjut dengan pendekatan

asuhan keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Werdiningsih, E. (2010). Pengaruh humor perminan kearifan budaya local terhadap kualitas tidur pada lanjut usia dengan depresi di hunian sementara gondang 1 sleman yogyakarta. Diambil dari http://etd.repository.ugm.ac.id/index.php?mod=penelitian_detail&sub=Penelitian Detail&act=view&typ=html&buku_id=61355

Wulandari, A.F.S. (2011). Kejadian tingkat depresi pada lanjut uisa: studi perbandingan di panti wreda dan komunitas. Diambil dari http://core.ac.uk/download/pdf/11731848.pdf


(34)

BAB 3

KERANGKA PENELITIAN 3.1KERANGKA PENELITIAN

Kerangka penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi Angka Kejadian Depresi Pasca Bencana Sinabung pada Lansia di Posko Pengungsian UKA Kabupaten Karo. Instrumen dalam penelitian ini dibuat dalam bentuk kuesioner untuk mengidentifikasi angka kejadian depresi pasca bencana Sinabung pada lansia di posko pengungsian UKA Kabupaten Karo.

Skema 1. Kerangka Penelitian Angka Kejadian Depresi Pasca Bencana Sinabung pada Lansia di Posko Pengungsian UKA Kabupaten Karo

Depresi pada Lansia

Kategori Tingkat Depresi:

a. Tidak Depresi b. Ringan c. Sedang d. berat


(35)

23

3.2DEFENISI OPERASIONAL Tabel 3.1 Definisi Operasional No Variabel/

sub variabel

Definisi Operasional

Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur 1 Variabel

Dependen: Depresi Perasaan yang tidak menyenangkan meliputi: sedih, pesimis, merasa gagal, bersalah, dihukum, membenci diri sendiri, mengkritik diri sendiri, keinginan bunuh diri, menangis, gelisah, tidak bertenanga, masalah tidur, merasa hidup tidak berharga, tidak nafsu makan, tidak ada minat terhadap aktivitas, dan tidak dapat

berkonsentrasi yang dialami lansia di posko pengungsian UKA Kabupaten Karo. Kuesioner depresi dinilai menggunakan Geriatric Depression Scale (GDS) terdiri dari 15 item pertanyaan dengan metode pengisian kuesioner menggunakan jawaban “Ya”

atau “Tidak” dengan penilaian jika jawaban pertanyaan sesuai indikasi dinilai poin 1 (nilai 1 poin untuk setiap respons yang cocok dengan jawaban ya atau tidak).

1. Tidak Depresi (0-4) 2. Ringan

(5-8) 3. Sedang

(9-11) 4. Berat

(12-15)

Ordinal


(36)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui angka kejadian depresi pasca bencana Sinabung pada lansia di posko pengungsian UKA Kabupaten Karo.

4.2 Populasi, Sampel Penelitian dan Teknik Sampling 4.2.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek yang diteliti (Notoatmodjo, 2010). Populasi dalam penelitian ini adalah lansia yang berusia 60 tahun ke atas yang berada di posko pengungsian UKA Kabupaten Karo. Jumlah pengungsi yang berada di posko adalah 400 orang, dengan lansia 30 Orang.

4.2.2 Sampel

Sampel adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2010). Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 30 orang.

4.2.3 Teknik Sampling

Cara pengambilan sampel penelitian ini dengan menggunakan teknik total sampling yaitu sampel yang diambil meliputi keseluruhan unsur populasi.

4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian telah dilakukan di posko pengungsian UKA Kabupaten Karo. Pengungsi terdiri dari beberapa desa yaitu Desa Bekerah, Desa Simacem, Desa Suka Meriah, dan Desa Huta Tonggal. Penelitian tentang angka kejadian depresi


(37)

25

pasca bencana Sinabung pada lansia yang telah dilakukan pada Agustus- September 2015.

4.4 Pertimbangan Etik

Penelitian ini memperhatikan pertimbangan etik dalam melakukan penelitian. Penelitian ini dilakukan setelah mendapat izin dari Komisi Etik Penelitian Kesehatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan izin dari pihak posko pengungsian UKA.

Pertimbangan etik yang perlu diperhatikan menurut Nursalam (2013) yaitu peneliti memberi kebebasan kepada responden untuk menentukan apakah bersedia atau tidak untuk mengikuti penelitian (self determination), peneliti menanyakan kesediaan menjadi responden setelah peneliti memperkenalkan diri, menjelaskan tujuan, dan manfaat penelitian, jika responden bersedia menjadi peserta penelitian maka responden diminta menandatangani lembar persetujuan (informed concent), peneliti tidak mencantumkan nama responden pada lembar pengumpulan data, tetapi akan memberikan kode pada masing-masing lembar persetujuan (anonimity), dan peneliti menjamin kerahasiaan informasi responden dan kelompok data tertentu yang dilaporkan sebagai hasil penelitian (confidentiality). 4.5 Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan oleh peneliti untuk pengumpulan data berupa kuesioner. Instrumen yang digunakan ada dua bagian yaitu kuesioner data demografi dan kuesioner depresi.


(38)

26

4.5.1 Kuesioner Data Demografi

Kuesioner data demografi yang digunakan untuk mengkaji data demografi lansia meliputi nomor responden, usia, jenis kelamin, agama, suku, pendidikan terakhir, pekerjaan sebelumnya, dan status pernikahan.

4.5.2 Kuesioner Depresi

Instrumen yang atau alat ukur yang digunakan untuk memperoleh data yang dibutuhkan adalah Geriatric Depression Scale (GDS) yang menggunakan jenis skala ordinal. Kuesioner ini diterjemahkan ke Bahasa Indonesia di Pusat Bahasa Universitas Sumatera Utara (USU). Responden dibacakan dan dibimbing dalam pengisian kuesioner dengan memilih 2 jawaban yang tersedia, yaitu “ya” atau

“tidak”.

Penilaian GDS, jawaban ”tidak” untuk butir no. 1,5,7,11,13 mendapat skor 1 (satu) dan jawaban ”ya” untuk butir no. 2,3,4,6,8,9,10,12,14,15 mendapat skor

1 (satu). Hasil ukur dinilai berdasarkan skor yang didapat, yaitu 0-4 tidak depresi, 5-8 depresi ringan, 9-11 depresi sedang dan 12-15 depresi berat.

4.6 Validitas dan Reliabilitas

Prinsip penyusunan instrumen penelitian adalah validitas (kesahihan) dan reliabilitas (keandalan). Validitas (kesahihan) adalah menyatakan apa yang seharusnya diukur dan reliabilitas (keandalan) adalah adanya suatu kesamaan hasil apabila pengukuran dilaksanakan oleh orang yang berbeda ataupun waktu yang berbeda (Nursalam, 2013).


(39)

27

reliabilitas. Kuesioner Geriatric Depression Scale (GDS) digunakan khusus untuk mengukur derajat depresi pada usia lanjut dan telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia serta divalidasi secara internasional baik dalam penelitian klinik maupun epidemologik. GDS terdiri dari 15 item pertanyaan dengan pemberian skor berdasarkan nomor pertanyaan dan jawaban yang diberikan lansia. Menurut Nasrun (2009, dalam Saragih 2010) instrumen ini memiliki sensitivitas 90,19% dan spesifitas 83,67% dalam menilai tingkat depresi. Validitas dan realibilitas dari alat telah didukung melalui kedua praktek klinis dan penelitian dengan nilai r = 0,84 dan p < 0. 001.

4.7 Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan setelah peneliti menerima surat izin pelaksanaan penelitian dari institusi pendidikan Fakultas Keperawatan USU. Pada saat penelitian peneliti akan menjelaskan terlebih dahulu tujuan, manfaat, dan prosedur pelaksanaan penelitian. Pada penelitian ini kuesioner terdiri dari dua bagian. Kuesioner ini akan ditanyakan oleh peneliti langsung kepada lansia dengan cara tanya jawab (wawancara) menggunakan Bahasa Karo yang dibantu oleh penerjemah. Sebelum melakukan penelitian, peneliti melakukan bina hubungan saling percaya terlebih dahulu kepada calon responden. Pada tahap ini, peneliti menjelaskan identitas diri, berkenalan dengan calon responden, tujuan datang ke posko, bagaimana cara mengambil data, lama proses wawancara, dan menanyakan kesediaan calon responden. Jika lansia setuju, baru dilakukan wawancara.


(40)

28

Lansia bebas untuk memilih ikut serta atau tidak dalam suatu penelitian, tanpa ada paksaan dari peneliti. Lansia yang tidak bersedia menjawab pertanyaan dari kuesioner penelitian karena berbagai macam alasan ataupun tidak ada alasan merupakan hak mereka. Peneliti tidak punya hak ataupun wewenang untuk memaksa lansia tersebut untuk ikut serta (menjawab pertanyaan yang diajukan oleh peneliti) dalam penelitian ini.

Lansia berhak untuk menentukan waktu, cara/alat dan kebebasan untuk memberikan informasi kepada peneliti. Jika lansia mengajukan beberapa syarat ataupun kondisi dalam menentukan tempat, waktu, cara, dan alat yang digunakan dalam mengisi kuesioner maka peneliti harus menyetujui selama tidak bertentangan dengan hukum dan agama apapun. Lansia yang menjadi responden dapat memberikan informasi yang dia mau dengan bebas baik semuanya maupun sebagian saja dari informasi yang diperlukan oleh peneliti untuk kepentingan penelitian.

Peneliti melindungi lansia sebagai responden dari rasa tidak nyaman baik terhadap kuesioner yang diajukan oleh peneliti. Lansia yang tidak mau melanjutkan pengisian kuesioner akibat pertanyaan penelitian yang tidak dapat diterima (tidak mengerti, marah, tersinggung, dan tidak berminat) tidak dipaksa untuk mengisi kuesioner sampai selesai. Peneliti juga melindungi lansia dari ketidaknyamanan terkait kondisi kesehatan pada lansia. Jika kondisi lansia tidak memungkinkan (tidur setelah minum obat, waktu istirahat siang, waktu makan, waktu beribadah dan lain-lain) maka lansia tidak dipaksa untuk mengikuti


(41)

29

Peneliti menjaga kerahasiaan semua informasi yang diberikan responden seperti identitas lansia dan hasil GDS yang diperoleh dari lansia serta hanya menggunakan data tersebut untuk kepentingan penelitian. Selain itu, lansia yang ingin disamarkan identitasnya juga dibolehkan dalam penelitian. Untuk hal ini, nama lansia akan ditulis menjadi inisial saja sehingga identitas lansia tersebut tidak diketahui orang lain dengan jelas.

Setiap lansia akan mendapat selembar kertas yang disebut Informed consent. Ini diberikan kepada lansia sebagai lembar persetujuan antara peneliti dengan lansia sebagai responden. Lansia yang setuju melakukan wawancara dengan peneliti menandatangani informed consent yang telah disediakan. Bukti bahwa lansia menyetujui untuk melakukan wawancara penelitian dengan tanda tangan. Setelah sampel terkumpul sesuai dengan sampel yang dibutuhkan peneliti maka dilanjutkan untuk analisa data.

4.8 Pengolahan dan Analisa Data 4.8.1 Pengolahan Data

Setelah data terkumpul dari hasil pengumpulan data, peneliti melakukan pengolahan data yang terdiri dari beberapa tahap yaitu editing dilakukan untuk memeriksa atau mengoreksi data yang telah dikumpulkan, dapat dilakukan pada tahap pengumpulan data atau setelah data terkumpul. Coding adalah mengklasifikasikan jawaban-jawaban dari para responden kedalam kategori, biasanya diklasifikasi dilakukan dengan cara memberi tanda/kode berbentuk angka pada masing-masing jawaban. Data yang sudah dilakukan coding mempermudah peneliti dalam melakukan analisa data dan mempercepat


(42)

30

pemasukan data penelitian. Selanjutnya dilakukan kegiatan pengolahan data dengan menggunakan program komputer. Setelah melalui proses editing dan coding, data hasil editing dimasukkan ke komputer dengan sistem komputerisasi. Setelah data hasil penelitian yang sudah melalui proses editing, coding dan telah dimasukkan ke komputer (processing), maka peneliti harus mengecek kembali kelengkapan data yang sudah dimasukkan ke dalam komputer.

4.8.2 Analisa Data

Setelah dilakukan pengolahan data, untuk menganalisa data digunakan analisa univariat. Tujuan analisa univariat adalah untuk mendeskriptifkan karakter masing-masing variabel yang diteliti. Dalam analisis data kuantitatif dihadapkan pada kumpulan data yang besar/banyak yang belum jelas maknanya. Fungsi analisis adalah menyederhanakan atau meringkas kumpulan data hasil pengukuran sedemikian rupa sehingga kumpulan data tersebut berubah menjadi informasi yang berguna (Hastono, 2007). Pada penelitian ini, analisa univariat digunakan untuk menganalisa data demografi dan kuesioner depresi. Analisa univariat tersebut akan ditampilkan berupa distribusi frekuensi.


(43)

31 BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 HASIL PENELITIAN

Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian mengenai angka kejadian depresi pada lansia yang tinggal di Posko Pengungsian UKA Kabupaten Karo melalui proses pengumpulan data yang telah dilakukan Agustus-September 2015 terhadap lansia berusia 60 tahun ke atas. Pengumpulan data telah dilakukan Agustus-September 2015 dengan responden berjumlah 30 orang. Berikut ini akan dijelaskan karakteristik dari responden yang diteliti dan penjelasan statistik deskriptif dari depresi pada lansia.

5.1.1 Data Demografi Responden

Tabel 5.1 Distribusi Karakteristik Responden pada Lansia di Posko Pengungsian UKA Kabupaten Karo (n=30)

Karakteristik Responden Frekuensi Persentase Usia

a. 60-74 b. 75-90 c. > 90 Jenis Kelamin

a. Laki-laki b. Perempuan Agama

a. Islam b. Katolik c. Protestan Suku

a. Batak

Pendidikan Terakhir a. SD

b. SMP c. SMA

d. Tidak Sekolah

19 8 3 12 18 12 1 17 30 20 4 4 2 63,3 26,7 10,0 40 60 40,0 3,3 56,7 100 66,7 13,3 13,3 6,7


(44)

32

Responden dalam penelitian ini adalah lanjut usia dengan umur 60 tahun ke atas, dan tinggal di Posko Pengungsian UKA Kabupaten Karo. Jumlah seluruh responden dalam penelitian ini adalah 30 orang lanjut usia. Adapun distribusi responden pada penelitian ini mencakup usia, jenis kelamin, agama, suku, pendidikan terakhir, pekerjaan sebelumnya, status pernikahan dan riwayat penyakit.

Berdasarkan tabel 5.1 hasil penelitian menunjukkan mayoritas responden berada pada kelompok umur 60-74 tahun yaitu ada 19 orang (63,3%) dan mayoritas adalah perempuan sebanyak 18 orang (60%). Di posko pengungsian tersebut sebagian besar lansia beragama Protestan sebanyak 17 orang (56,7%), semua responden bersuku Batak, sebagian besar pendidikan terakhir rata-rata adalah SD sebanyak 20 orang (66,7%), pekerjaan lansia sebelumnya sebagian besar adalah petani yaitu 27 orang (90%), kebanyakan dari lansia tersebut telah kehilangan pasangannya, janda sebanyak 14 orang (46,7%) dan duda 2 orang (6,6%), dan sebagian besar riwayat kesehatan lansia memiliki 0-2 penyakit Karakteristik Responden Frekuensi Persentase Pekerjaan Sebelumnya

a. Petani

b. Buruh/karyawan c. Tidak Bekerja Status Perkawinan

a. Menikah b. Janda c. Duda

Riwayat Kesehatan a. 0-2 penyakit b. >2 penyakit

27 1 2 14 14 2 23 7 90,0 3,3 6,7 46,7 46,7 6,6 76,7 23,3


(45)

33

5.1.2 Distribusi Tingkat Depresi pada Lansia

Tabel 5.2 Distribusi Tingkat Depresi Lansia di Posko Pengungsian UKA Kabupaten Karo 2014 (n=30)

Tingkat Depresi Jumlah Persentase (%)

Tidak Depresi 7 23,3

Ringan 14 46,7

Sedang 8 26,7

Berat 1 3,3

Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah lansia di Posko Pengungsian UKA mengalami depresi ringan sebanyak 14 orang (46,7%), depresi sedang 8 orang (26,7%), depresi berat 1 orang (3,3%), sementara lansia yang tidak mengalami depresi berjumlah 7 orang (23,3%).

Tabel 5.3 Distribusi Tingkat Depresi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin, Umur di Posko Pengungsian UKA Kabupaten Karo (n=30)

Karakteristik Tingkat Depresi Total

Tidak Depresi

Ringan Sedang Berat

% % % %

Jenis Kelamin

Laki-laki 3

(25) 8 (66,7) 1 (8,3) 0 (0) 12

Perempuan 4

(22,2) 6 (33,3) 7 (38,9) 1 (5,6) 18 Umur

60-74 tahun 4 (21,1) 10 (52,6) 5 (26,3) 0 (0) 19 75-90 tahun 3

(37,5) 3 (37,5) 2 (25) 0 (0) 8 >90 tahun 0

(0) 1 (33,3) 1 (33,3) 1 (33,3) 3


(46)

34

Berdasarkan tabel diatas bahwa dari 30 orang lansia terdapat lansia yang depresi dari kriteria jenis kelamin yaitu laki-laki tidak depresi 25% (3 orang), ringan 66,7% (8 orang), sedang 8,3% (1 orang) dan berat 0% (0 orang) sedangkan perempuan yang tidak mengalami depresi 22,2% (4 orang), ringan 33,3% (6 orang), sedang 38,9% (7 orang) dan berat 5,6% (1 orang).

Kriteria umur dari lansia yang mengalami depresi yaitu usia 60-74 tahun yang tidak depresi 21,1% (4 orang), ringan 52,6% (10 orang), sedang 26,3% (5 orang) dan berat 0% (0 orang). Usia 75-90 tahun tidak depresi 37,5% (3 orang), ringan 37,5% (3 orang), sedang 25% (2 orang) dan berat 0% (0 orang). Usia >90 tahun tidak depresi 0% (0 orang), ringan 33,3% (1 orang), sedang 33,3% (1 orang) dan berat 33,3% (1 orang).

5.2 Pembahasan

Berdasarkan hasil observasi ketika melakukan penelitian di posko pengungsian, peneliti mengamati situasi dan kegiatan para lansia secara umum disana. Lansia yang masih produktif akan bekerja untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Namun, lansia yang sudah tidak mampu lagi melakukan aktivitas hanya dapat berdiam diri di posko dan mengharapkan bantuan dari pemerintah saja untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari. Mayoritas lansia masih dapat memenuhi kebutuhan dasar mereka seperti memasak nasi, mandi, dan mencuci. Namun, perbandingan kamar mandi dan air yang tersedia di posko tidak sesuai dengan jumlah pengungsi. Sehingga lansia dapat memenuhi kebutuhan dasarnya


(47)

35

bekerja. Secara umum lingkungan posko pengungsian kurang tertata rapi, ventilasinya juga kurang memadai dan sebagian ruangan kapasitas pengungsinya terlalu banyak untuk satu ruangan. Hal ini dapat menyebabkan ketidaknyamanan lansia untuk tetap tinggal di posko pengungsian.

Hasil penelitian menunjukkan distribusi perbandingan antara laki-laki dan perempuan di posko pengungsian menunjukkan bahwa jumlah lansia perempuan lebih banyak dari laki-laki, namun perbedaannya tidak terlalu besar. Data perbandingan laki-laki dan perempuan dari hasil Susenas tahun 2013 menyatakan di Indonesia terdapat 9,38 juta lansia laki-laki sedangkan lansia perempuan berjumlah 10,67 juta orang pada tahun 2013 (BPS, 2014). Hal ini menunjukkan bahwa lansia perempuan secara umum di tingkat nasional memiliki usia harapan hidup lebih besar dari laki-laki. Hal ini juga sama dengan keadaan di Posko Pengungsian UKA Kabupaten Karo.

Dilihat dari karakteristik umur, terdapat klasifikasi batasan umur menurut WHO yaitu elderly (60-74 tahun), old (75-90 tahun) dan very old (lebih dari 90 tahun). Lansia di posko pengungsian paling banyak berada di dalam klasifikasi elderly. Namun lansia yang berumur antara 75-90 tahun hampir mencapai setengah dari elderly. Bahkan ada lansia di posko pengungsian yang sudah mencapai tahap very old yaitu lebih dari 90 tahun. Ini berarti secara umum usia harapan hidup lansia cukup tinggi. Semakin tua, keadaan fisik dan fungsional lansia akan menurun. Hal ini akan menambah resiko depresi ketika terpapar oleh penyebab dan faktor resiko depresi lainnya. Teori perkembangan Erikson menjelaskan bahwa lansia pada tahap usia ini akan mengalami integrity versus


(48)

36

despair. Lansia cenderung melakukan cerminan diri terhadap masa lalu. Mereka yang tidak berhasil pada fase ini, akan merasa bahwa hidupnya percuma dan mengalami banyak penyesalan. Individu akan merasa kepahitan hidup dan putus asa. Mereka yang berhasil melewati tahap ini, berarti ia dapat mencerminkan keberhasilan dan kegagalan yang pernah dialami. Individu ini akan mencapai kebijaksanaan, meskipun saat menghadapi kematian.

Hasil penelitian menunjukkan angka terbanyak menderita depresi adalah pada umur elderly age (60-74 tahun) yaitu 63,3% (19 orang). Hal ini sama dengan penelitian Siahaan (2013), dimana yang lansia yang mengalami depresi paling banyak terjadi pada tingkat elderly age yaitu 67,48% (83 orang). Hal tersebut sesuai dengan pendapat bahwa semakin bertambah usia seseorang, semakin siap pula dalam menerima cobaan, hal ini didukung oleh teori aktivitas yang menyatakan bahwa hubungan antara sistem sosial dengan individu bertahan stabil pada saat individu bergerak dari usia pertengahan menuju usia tua (Cox dalam Tamher dan Noorkasiani, 2009).

Pada segi agama, sebagian besar lansia beragama Kristen Protestan (56,7%). Selain Kristen Protestan ada juga yang menganut agama Islam (40%) dan sebagian kecil menganut agama Katolik (3,3%). Hal ini menunjukkan bahwa orang Indonesia memiliki agama yang beragam dan tetap berbaur dalam suatu komunitas. Dari data tersebut juga diketahui bahwa semua lansia yang menjadi responden penelitian masing-masing memiliki agama yang di anutnya. Pihak posko menyediakan satu ruangan khusus untuk agama Kristen Protestan untuk


(49)

37

dikarenakan pihak posko tidak memfasilitasi kegiatan keagaamaan tersebut. Pengajian rutin untuk Islam juga tidak ada. Sehingga lansia tidak dapat mengisi waktunya dengan beribadah yang seharusnya dapat menambah kematangan spiritual lansia dan dapat mencegah depresi.

Berdasarkan hasil penelitian, dapat diketahui rata-rata tingkat pendidikan lansia adalah lulusan SD sebesar 66,7% (20 orang). Pendidikan bisa mempengaruhi seseorang dalam menerima informasi, kemampuan mendengar, gaya hidup, perilaku, dan kemampuan menyelesaikan masalah. Lansia yang tinggal di posko mayoritas berpendidikan rendah oleh karena itu kemampuan lansia mendengar, menerima dan memahami informasi, gaya hidup (kebiasaan), serta cara menyelesaikan masalah terkait kesehatan juga rendah. Masalah kesehatan kerap terjadi pada masa lansia. Lansia yang tidak tahu dan paham terhadap perubahan tersebut akan kesulitan beradaptasi dan hal ini bisa menjadi stresor yang memicu depresi pada lansia. Hal ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Rochdiat (2012) dilihat dari faktor pendidikan diketahui sebagian besar responden bependidikan SD sebesar 66,7%. Hal ini sesuai dengan teori Tamher dan Noorkasiani (2009) bahwa tingkat pendidikan juga merupakan hal terpenting dalam menghadapi masalah. Semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin banyak pengalaman hidup yang dilaluinya, sehingga akan lebih siap dalam menghadapi masalah yang terjadi. Hal ini juga sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Hawari (2011) yang menyatakan seseorang yang tidak memiliki pendidikan memiliki wawasan yang kurang, sehingga dalam proses mengatasi sebuah permasalahan, dapat menyebabkan stress dan depresi.


(50)

38

Depresi juga dapat disebabkan karena ketidakberdayaan status sosial ekonomi yang rendah. Responden penelitain ini sebagian besar pernah bekerja sebagai petani sebanyak 90% (27 orang), hal ini karena dipengaruhi oleh letak geografis Karo yang dekat dengan pegunungan dengan tanah subur sangat cocok ditanami sayur-sayuran dan buah-buahan. Namun, setelah tinggal di posko pengungsian sebagian lansia yang masih produktif harus mencari pekerjaan supaya dapat memenuhi kebutuhannya, karena bantuan dari pemerintah tidak cukup. Kondisi ekonomi yang rendah menyebabkan timbulnya rasa ketidakberdayaan karena hilangnya kemampuan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Hal ini menjadi salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya depresi.

Faktor psikologis dan sosial ekonomi dipengaruhi berbagai peristiwa kehidupan antara lain lansia perempuan lebih sering kehilangan pasangan hidup pada masa tuanya, kehilangan sumber penghasilan dan mengalami perubahan lingkungan hidup setelah menjadi janda. Hal inilah yang dapat mengakibatkan lansia kehilangan dukungan secara psikologis, sosial dan ekonomi dan merasa kesepian. Menurut Nolen-Hoeksema, Morrow dan Frederickson 1991 dalam buku Kaplan & Sadock 2010 bahwa perbedaan dalam gaya koping juga dapat membantu menjelaskan mengenai besarnya kerentanan wanita untuk terkena depresi. Terlepas dari apakah faktor yang memicu depresi itu biologi, psikologis, atau sosial: respon koping seseorang menambah atau mengurangi keparahan dan durasi dari episode depresi. Pria lebih cenderung untuk mengalihkan pikiran saat depresi dengan merenungkan, duduk diam dan berpikir.


(51)

39

Terdapat berbagai keluhan yang dimiliki oleh lansia. Depresi pada lansia sangat dipengaruhi oleh penurunan status kesehatan. Ada berbagai keluhan kesehatan yang dimiliki oleh lansia. Pada tabel distribusi terlihat bahwa banyak lansia yang memiliki riwayat kesehatan 0-2 penyakit. Hal ini terjadi akibat kemunduran-kemunduran fisik yang dialami oleh setiap orang yang memasuki usia lansia. Penyakit yang bersifat kronik dan bersifat nyeri sangat berpotensi menjadi stressor. Begitu juga dengan ketidakmampuan fisik yang menimbulkan ketergantungan pada orang lain dan menjadi tidak berdaya. Hal ini lebih memperbesar risiko depresi pada lansia. Stanley dan Beare (2006), mengatakan bahwa dalam teori penurunan imunitas juga berperan penting terhadap terjadinya berbagai penyakit dalam tubuh lansia. Dalam teori imunitas, saat seseorang bertambah usia, pertahanan terhadap organisme asing juga mengalami penurunan sehingga mengakibatkan kelompok usia lanjut menjadi rentan terhadap berbagai penyakit seperti kanker dan infeksi. Seorang dengan berkurangnya sistem imun, maka terjadilah peningkatan dalam respon autoimun pada lansia seperti arthritir rheumatoid dan alergi terhadap makanan dan faktor lingkungan yang lain.

Pada masa lansia, kematian pasangan hidup kerap sering terjadi. Kematian pasangan dan perceraian merupakan salah satu faktor resiko terjadinya depresi pada lansia. Pada penelitian ini didapatkan bahwa dari 30 orang lansia yang dengan kriteria janda/duda yaitu 53,3% (16 orang). Menjadi sendiri lagi setelah kematian pasangan di usia senja akan berdampak besar pada psikologis lansia karena kehilangan dukungan baik emosional, penghargaan, informasi dan instrumental. Bencana alam juga membuat lansia diharuskan tinggal di posko


(52)

40

pengungsian yang mengharapkan bantuan dari pemerintah. Hidup di posko dengan keadaan seperti itu bisa memicu depresi pada lansia di akhir kehidupannya. Menurut hasil penelitian Rochdiat (2012) diketahui sebagian besar responden berstatus janda/duda sebesar 66,7%. Hal ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Wulandari (2011) bahwa sebanyak 50 dari 52 subyek lanjut usia dari yang diteliti berstatus duda/janda/belum menikah dan 34,8% mengalami depresi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa angka depresi lansia di posko pengungsian UKA yang mengalami depresi cukup mencengangkan. Perbandingan antara lansia yang tidak mengalami depresi sebesar 23,3% (7 orang) dan yang depresi sebesar 76,7% (23 orang). Angka ini menunjukkan bahwa angka kejadian depresi pada lansia cukup tinggi, yaitu hampir seluruh lansia mengalami depresi. Berdasarkan hasil pengamatan tempat penelitian, sebagian besar lansia tidak memiliki banyak aktivitas, tidak mampu melakukan pekerjaan, kehilangan pekerjaan, sudah tidak memiliki pasangan hidup, kehilangan peran sosial dan hal itu merupakan faktor pemicu terjadinya depresi pada lansia. Dari hasil penelitian bahwa 14 responden (46,7%) termasuk kategori depresi ringan. Hasil ini dipengaruhi oleh mekanisme koping pada usia lanjut yaitu faktor-faktor usia, jenis kelamin, jenis pekerjaan, tingkat pendidikan dan dukungan keluarga sesuai dengan teori Tamher dan Noorkasiani (2009). Penelitian yang dilakukan Werdiningsih (2010) menemukan bahwa 40% lansia korban erupsi Merapi di Kabupaten Sleman mengalami depresi. Hal tersebut menunjukkan bahwa pada


(53)

41

korban letusan gunung merapi, maka tingkat depresi mereka akan lebih tinggi lagi.

Persebaran lansia jika dilihat dari distribusi frekuensi ternyata lansia perempuan lebih banyak menderita depresi daripada lansia laki-laki yaitu jika dilihat dari tingkatannya lansia perempuan yang mengalami depresi berat 5,6% (1 orang). Hal ini dikarenakan perbedaan gender juga dapat merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi psikologis lansia, sehingga akan berdampak pada bentuk adaptasi yang digunakan. Hal ini sesuai dengan penelitian Siahaan (2013) bahwa angka kejadian depresi pada lansia lebih tinggi pada perempuan yaitu 8,42% (8 orang) sedangkan laki-laki 10,76% (3 orang). Hal ini berlawanan dengan penelitian Saragih (2010) yang menyatakan bahwa lansia dengan jenis kelamin laki-laki lebih banyak mengalami depresi yaitu 33,3% daripada lansia berjenis kelamin perempuan 20,7%. Darmojo (1999) menyatakan hasil penelitian mereka yang memaparkan bahwa ternyata keadaan psikososial lansia di Indonesia secara umum masih lebih baik dibandingkan lansia di negara maju, antara lain tanda-tanda depresi (pria 4,3% dan wanita 4,2%) dapat diasumsikan bahwa wanita lebih mampu menghadapi masalah daripada kaum lelaki yang cenderung lebih emosional (Tamher & Noorkasiani, 2009).

Hasil penelitian mayoritas responden lebih banyak memilih pernyataan yang ke sebelas yaitu lansia merasa bersyukur karena masih diberi kesempatan untuk hidup sekarang (96,7%), hal ini menunjukkan spiritualitas lansia di posko pengungsian UKA baik dan pernyataan ke sembilan yaitu lansia lebih suka mengerjakan hal-hal baru daripada tinggal dirumah (93,3%), hal ini disebabkan


(54)

42

oleh kondisi pengungsian yang kurang baik buat kesehatan karena ventilasi kurang memadai, terlalu banyak barang memenuhi posko dan jumlah pengungsi yang banyak dalam satu ruangan. Namun, pada pernyataan ke empat lansia merasa bosan (90%) hal ini dikarenakan lansia sudah tidak dapat melakukan aktivitas yang biasa dilakukannya sebelum terjadinya bencana. Lansia pada umumnya bekerja sebagai petani, namun setelah terjadi bencana mereka tidak memiliki lahan pertanian lagi sehingga membuat lansia merasa bosan.


(55)

43 BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN 6.1Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian di Posko Pengungsian UKA di Kabupaten Karo lansia yang mengalami depresi ringan sebanyak 14 orang (46,7%), depresi sedang 8 orang (26,7%), depresi berat 1 orang (3,3%) dan yang tidak depresi 7 orang (23,3%). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa lansia di Posko Pengungsian UKA mengalami depresi masih pada kategori tingkat depresi ringan (46,7%), karena lansia merasa bersyukur karena masih diberi kesempatan untuk hidup sekarang.

6.2Saran

6.2.1 Pendidikan Keperawatan

Hasil dari penelitian ini harapkan dapat menjadi masukan bagi perkembangan ilmu pengetahuan di bidang keperawatan gerontik khususnya tentang depresi pada lansia.

6.2.2 Penelitian Keperawatan

Untuk penelitian selanjutnya diharapkan untuk melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi depresi pada lansia.

6.2.3 Tenaga Kesehatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi tenaga kesehatan khususnya perawat komunitas dan perawat jiwa untuk turun ke pengungsian untuk mencegah dan mengatasi masalah depresi pada pengungsi khususnya lansia.


(56)

BAB 2

TINJAUAN TEORI 2.1DEPRESI

2.1.1 Pengertian Depresi

Depresi adalah perasaan sedih, ketidakberdayaan, dan pesimis, yang berhubungan dengan suatu penderitaan. Dapat berupa serangan yang ditujukan kepada diri sendiri atau perasaan marah yang dalam (Nugroho, 2008). Depresi merupakan gangguan mental yang sering terjadi dalam kehidupan seseorang yang ditandai dengan emosi, motivasi, fungsional gerakan tingkah laku, dan kognitif (Pieter dkk, 2011). Depresi adalah keadaan emosional yang ditandai kesedihan yang sangat, perasaan bersalah dan tidak berharga, menarik diri dari orang lain, serta kehilangan minat untuk tidur dan melakukan hubungan seks juga hal-hal menyenangkan lainnya (Nasir & Muhith, 2011). Depresi adalah perasaan sedih, pesimis, dan merasa sendirian yang merupakan bagian dari depresi mayor dan gangguan mood lainnya (Kaplan & Sadock, 2010).

2.1.2 Etiologi Depresi

Dalam Kaplan & Sadock (2010), penyebab terjadinya depresi adalah: a. Faktor Biologis

Banyak penelitian melaporkan abnormalitas metabolit amin biogenik seperti asam 5-hidroksiindolasetat (5-HIAA), asam homovanilat (HVA) dan 3 metoksi-4-hidroksifenilglikol (MHPG)- di dalam darah, urine dan cairan serebrospinalis pasien dengan gangguan mood. Laporan data ini paling konsisten dengan


(57)

7

hipotesis bahwa gangguan mood disebabkan oleh disregulasi heterogen amin biogenik.

b. Faktor Neurokimia

Walaupun data belum meyakinkan, neurotransmitter asam amino dan peptide neuroaktif telah dilibatkan dalam patofisiologi gangguan mood. Sejumlah peneliti telah mengajukan bahwa sistem messengers kedua- seperti regulasi kalsium, adenilat siklase, dan fosfatidilinositol- dapat menjadi penyebab. Asam amino glutamate dan glisin tampaknya menjadi neurotransmitter eksitasi utama pada sistem saraf pusat. Glutamat dan glisin berikatan dengan reseptor N-Metil-D-Aspartat (NMDA), jika berlebihan dapat memiliki efek neurotoksik. Hipokampus memiliki konsentrasi reseptor NMDA yang tinggi sehingga mungkin jika glutamate bersama dengan hiperkortisolemia memerantarai efek neurokognitif pada stres kronis. Terdapat bukti yang baru muncul bahwa obat yang menjadi antagonis reseptor NMDA memiliki efek antidepresan.

c. Faktor Genetik

Data genetik dengan kuat menunjukkan bahwa faktor genetik yang signifikan terlibat dalam timbulnya gangguan mood tetapi pola pewarisan genetik terjadi melalui mekanisme yang kompleks. Tidak hanya menyingkirkan pengaruh psikososial tetapi faktor nongenetik mungkin memiliki peranan kausatid di dalam timbulnya gangguan mood pada beberapa orang. Komponen genetik memiliki peranan yang bermakna di dalam gangguan bipolar I daripada gangguan depresi berat.


(58)

8

d. Faktor Psikososial

Peristiwa hidup dan penuh tekanan lebih sering timbul mendahului episode gangguan mood yang mengikuti. Hubungan ini telah dilaporkan untuk pasien gangguan depresif berat dan gangguan depresif I. Sebuah teori yang diajukan untuk menerangkan pengamatan ini adalah bahwa stres yang menyertai episode pertama mengakibatkan perubahan yang bertahan lama di dalam biologi otak. Perubahan yang bertahan lama ini dapat menghasilkan perubahan keadaan fungsional berbagai neurotransmitter dan sistem pemberian sinyal intraneuron, perubahan yang bahkan mencakup hilangnya neuron dan berkurangnya kontak sinaps yang berlebihan. Akibatnya seseorang memiliki resiko tinggi mengalami episode gangguan mood berikutnya, bahkan tanpa stressor eksternal.

Sejumlah klinisi yakin bahwa peristiwa hidup memegang peranan utama dalam depresi. Klinisi lain menunjukkan bahwa peristiwa hidup hanya memegang peranan terbatas dalam awitan dan waktu depresi. Data yang paling meyakinkan menunjukkan bahwa peristiwa hidup yang paling sering menyebabkan timbulnya depresi dikemudian hari pada seseorang adalah kehilangan orang tua sebelum usia 11 tahun. Stresor lingkungan yang paling sering meyebabkan timbulnya awitan depresi adalah kematian pasangan. Faktor resiko lain adalah PHK- seseorang yang keluar dari pekerjaan sebanyak tiga kali lebih cenderung memberikan laporan gejala episode depresif berat daripada orang yang bekerja.


(59)

9

e. Faktor Kepribadian

Tidak ada satupun ciri bawaan atau jenis kepribadian yang secara khas merupakan predisposisi seseorang mengalami depresi dibawah situasi yang sesuai. Orang dengan gangguan kepribadian tertentu- objektif kompulsif, histrionik dan borderline- mungkin memiliki resiko yang lebih besar untuk mengalami depresi daripada orang dengan gangguan kepribadian antisosial atau paranoid. Gangguan kepribadian paranoid dapat menggunakan mekanisme defense proyeksi dan mekanisme eksternalisasi lainnya untuk melindungi diri mereka dari kemarahan di dalam dirinya. Tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa gangguan kepribadian tertentu terkait dengan timbulnya gangguan bipolar I dikemudian hari; meskipun demikian, orang dengan gangguan distemik dan siklotimik memiliki resiko gangguan depresi berat atau gangguan bipolar I kemudian hari.

f. Faktor Psikodinamik Depresi

Pemahaman psikodinamik depresi yang dijelaskan oleh Sigmund Freud dan dikembangkan Karl Abraham dikenal dengan pandangan klasik mengenai depresi. Teori ini memiliki 4 poin penting: (1) gangguan hubungan ibu-bayi selama fase oral (10-18 bulan pertama kehidupan) menjadi predisposisi kerentanan selanjutnya terhadap depresi; (2) depresi dapat terkait dengan kehilangan objek yang nyata atau khayalan; (3) introyeksi objek yang meninggal adalah mekanisme pertahanan yang dilakukan untuk menghadapi penderitaan akibat kehilangan objek; (4) kehilangan objek dianggap sebagai campuran cinta dan benci sehingga rasa marah diarahkan kedalam diri sendiri.


(60)

10

Menurut Stuart dan Sundeen (1998, dalam Azizah 2011), faktor penyebab depresi adalah:

a. Faktor Predisposisi

1. Faktor genetik, dianggap mempengaruhi transmisi gangguan afektif melalui riwayat keluarga dan keturunan.

2. Teori agresi menyerang ke dalam, menunjukkan bahwa depresi terjadi karena perasaan marah yang ditunjukkan kepada diri sendiri.

3. Teori kehilangan obyek, menunjuk kepada perpisahan traumatika individu dengan benda atau yang sangat berarti.

4. Teori organisasi kepribadian, menguraikan bagaimana konsep diri yang negatif dan harga diri rendah mempengaruhi sistem keyakinan dan penilaian seseorang terhadap stressor.

5. Model kognitif, menyatakan bahwa depresi merupakan masalah kognitif yang didominasi oleh evaluasi negatif seseorang terhadap diri seseorang, dunia seseorang, dan masa depan seseorang.

6. Model ketidakberdayaan yang dipelajari (learned helplessness), menunjukkan bahwa bukan semata-mata trauma menyebabkan depresi tetapi keyakinan bahwa seseorang tidak mempunyai kendali terhadap hasil yang penting dalam kehidupannya, oleh karena itu ia mengulang respon yang tidak adaptif.

7. Model perilaku, berkembang dari kerangka teori belajar sosial, yang mengasumsi penyebab depresi terletak pada kurangnya keinginan positif


(61)

11

8. Model biologik, menguraikan perubahan kimia dalam tubuh yang terjadi selama depresi, termasuk defisiensi katekolamin, disfungsi endokrin, hipersekresi kortisol, dan variasi periodik dalam irama biologis.

b. Stresor Pencetus

Ada empat sumber utama stressor yang dapat mencetuskan gangguan alam perasaan (depresi) yaitu:

1. Kehilangan keterikatan yang nyata atau dibayangkan, termasuk kehilangan cinta, seseorang, fungsi fisik, kedudukan, atau harga diri. Karena elemen aktual dan simbolik melibatkan konsep kehilangan, maka persepsi seseorang merupakan hal yang sangat penting.

2. Persitiwa besar dalam kehidupan, hal ini sering dilaporkan sebagai pendahulu episode depresi dan mempunyai dampak terhadap masalah-masalah yang dihadapi sekarang dan kemampuan menyelesaikan masalah-masalah. 3. Peran dan ketegangan peran telah dilaporkan mempengaruhi

perkembangan depresi, terutama pada wanita.

4. Perubahan fisiologik diakibatkan oleh obat-obatan atau berbagai penyakit fisik, seperti infeksi, neoplasma, dan gangguan keseimbangan metabolik, dapat mencetuskan gangguan alam perasaan. Diantara obat-obatan tersebut terdapat obat anti hipertensi dan penyalahgunaan zat yang menyebakan kecanduan. Kebanyakan penyakit kronik melemahkan tubuh juga sering disertai depresi.


(62)

12

2.1.3 Gejala Depresi

Hawari (2013) menyebutkan ciri kepribadian depresif antara lain: pemurung, sukar untuk bisa senang, sukar untuk bisa merasa bahagia, pesimis menghadapi masa depan, memandang diri rendah, mudah merasa bersalah dan berdosa, mudah mengalah, enggan bicara, mudah merasa haru, sedih dan menangis, gerakan lamban, lemah, letih, lesu dan kurang energik, sering mengeluh psikosomatik, mudah tegang, agitatif dan gelisah, serba cemas, khawatir dan takut, mudah tersinggung, tidak ada kepercayaan diri, merasa tidak mampu, tidak berguna, merasa selalu gagal dalam usaha, pekerjaan dan studi, suka menarik diri, pemalu dan pendiam, lebih suka menyisihkan diri, tidak suka bergaul dan pergaulan sosial sangat terbatas dan lebih senang berdamai untuk mengindari konflik.

Sedangkan Pieter dkk (2011), membagi gejala-gejala depresi dalam 3 klasifikasi yaitu:

a. Gejala Fisik

Pada gejala fisik dari orang yang mengalami depresi akan terjadi keluhan fisik (somatic), seperti sakit kepala atau pusing, rasa nyeri lambung, dan mual bahkan muntah-muntah, nyeri dada, dan sesak napas, gangguan tidur (sulit tidur), penurunan libido dan agitasi, jantung berdebar-debar, retardasi psikomotor, tidak nafsu makan atau makan berlebihan, diare, lesu dan kurang bergairah, gerakan lambat dan berat badan turun, dan terjadinya gangguan menstruasi, atau impotensi dan tidak respons pada hubungan seks.


(63)

13

b. Gejala Psikis

Gejala-gejala gangguan kognitif pada klien depresi terlihat dari ketidakmampuan berpikir logis, berkurangnya konsentrasi, hilangnya daya ingat, dan disorientasi. Adapun gejala-gejala gangguan afektif meliputi mudah marah dan gampang tersinggung, malu, cemas, bersalah disertai dengan perasaan terbebani, hilangnya percaya diri, karena mereka selalu menilai orang lain sukses, kaya, dan pandai, sementara diri saya tidak ada apa-apa (merasa tidak berguna) dan merasa diri terasing dalam lingkungan dan putus asa.

Gejala-gejala gangguan perilaku pada klien depresi terlihat dari rasa kecemasan yang berlebihan dan tidak dapat mengontrol tingkah laku, seperti berjalan mondar-mandir tanpa tujuan, bingung karena tidak bisa mengambil keputusan dan melakukan aktivitas, sedih yang mendalam, wajah tampak murung, pandangan mata kosong (melamun), merasa tidak ada lagi orang lain yang mau menyayanginya atau mempedulikan sehingga ada pemikiran untuk bunuh diri. Hal ini disertai dengan halusinasi yang mengatakan dirinya tidak berguna dan tidak ada perhatian pada kebersihan diri.

c. Gejala Sosial

Gejala-gejala gangguan sosial pada klien depresi terlihat dari keinginan untuk menyendiri dan tak mau bergaul, merasa malu dan bersalah apabila berkomunikasi dengan orang yang dianggap lebih berhasil, sukses, cantik, dan pandai. Klien merasa minder, kurang percaya diri, untuk membina relasi sosial sekalipun pada anggota keluarganya dan tidak memedulikan pada situasi.


(64)

14

Menurut PPDGJ-III (Maslim 1997, dalam Azizah 2011), tingkatan depresi ada tiga berdasarkan gejala-gejalanya yaitu:

1) Depresi Ringan Gejala:

a. Kehilangan minat dan kegembiraan

b. Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah (rasa lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja) dan menurunnya aktivitas.

c. Konsentrasi dan perhatian yang kurang d. Harga diri dan kepercayaan diri yang kurang

e. Lamanya gejala tersebut berlangsung sekurang-kurangnya 2 minggu f. Hanya sedikit kesulitan dalam pekerjaan dan kegiatan sosial yang biasa

dilakukannya 2) Depresi Sedang

Gejala:

a. Kehilangan minat dan kegembiraan

b. Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah (rasa lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja) dan menurunnya aktivitas c. Konsentrasi dan perhatian yang kurang

d. Harga diri dan kepercayaan diri yang kurang e. Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna f. Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis


(65)

15

h. Mengadaptasi kesulitan untuk meneruskan kegiatan sosial pekerjaan dan urusan rumah tangga.

3) Depresi Berat Gejala:

a. Mood depresif

b. Kehilangan minat dan kegembiraan

c. Berkurangnya energy yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah (rasa lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja) dan menurunnya aktivitas d. Konsentrasi dan perhatian yang kurang

e. Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna f. Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis

g. Perbuatan yang membahayakan dirinya sendiri atau bunuh diri h. Tidur terganggu

i. Disertai waham, halusinasi

j. Lamanya gejala tersebut berlangsung selama 2 minggu. 2.1.4 Skrining Depresi pada Lansia: Geriatric Depression Scale

Salah satu langkah awal yang penting dalam penatalaksanaan depresi adalah mendeteksi atau mengidentifikasi. Jika dicurigai terjadi depresi, perawat harus melakukan pengkajian dengan alat pengkajian yang terstandarisasi dan dapat dipercaya serta valid dan memang dirancang untuk diujikan kepada lansia. Salah satu alat yang paling mudah digunakan dan diinterpretasikan di berbagai tempat adalah Geriatric Depression Scale (GDS) (Stanley & Beare, 2006).


(66)

16

Geriatric Depression Scale (GDS), pertama kali diciptakan oleh Yesavage dkk, telah diuji dan digunakan secara luas dengan populasi yang lebih tua. Geriatric Depression Scale tersebut menggunakan format laporan sederhana yang diisi sendiri dengan ya atau tidak atau dapat dibacakan untuk orang dengan gangguan penglihatan, serta memerlukan waktu sekitar 10 menit untuk menyelesaikannya (Stanley & Beare, 2006). Menurut Tamher & Noorkasiani (2009) GDS ada dua bentuk, yakni bentuk panjang terdiri dari 30 pertanyaan dan bentuk pendek yang terdiri dari 15 pertanyaan. Dari hasil uji yang dilakukan terhadap Geriatric Depression Scale (GDS) bentuk panjang dan bentuk pendek pada populasi lansia di nursing home ditemukan bahwa Geriatric Depression Scale (GDS) bentuk pendek yang terdiri dari 15 pertanyaan hasilnya lebih konsisten.

2.2LANSIA

2.2.1 Definisi Lansia

Lansia (lanjut usia) adalah periode penutup rentang kehidupan seseorang ditandai dengan perubahan fisik dan psikologis seperti perubahan pada sel-sel tubuh, sikap tidak senang pada diri sendiri, kurang perhatian, terasing secara sosial, dan penyesuaian diri yang buruk (Hurlock, 2004). Menurut Maryam dkk (2008), menjadi tua ditandai dengan adanya kemunduran biologis yang terlihat sebagai gejala-gejala kemunduran fisik, antara lain kulit mulai mengendur, timbul keriput, rambut beruban, gigi mulai ompong, pendengaran dan penglihatan berkurang, mudah lelah, gerakan menjadi lamban dan kurang lincah, serta terjadi


(67)

17

adalah kemampuan-kemampuan kognitif seperti suka lupa, kemunduran orientasi terhadap waktu, ruang, tempat serta tidak mudah menerima hal/ide baru.

Masa usia lanjut (lansia) adalah masa penurunan berbagai hal, penurunan kemampuan fisik, penurunan aktivitas-aktivitas rutin, mulai berhenti bekerja, mulai ditinggalkan oleh anak-anak. sehingga sering kali muncul perasaan kesepian, tidak berguna dan tidak diperlukan oleh lingkungan (Hidayat, 2009). Menurut Bab I Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang No. 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Usia Lanjut, lansia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun ke atas (Tamher & Noorkasiani, 2009).

2.2.2 Batasan Lansia

Menurut WHO (1999 dalam Nugroho, 2008) lansia digolongkan menjadi empat kelompok berdasarkan usia kronologis/biologis yaitu usia pertengahan (middle age) antara usia 45-59 tahun, lanjut usia (elderly) antara usia 60-74 tahun, lanjut usia tua (old) antara usia 75 sampai 90 tahun dan usia sangat tua (very old) di atas 90 tahun. Nugroho (2008), menyimpulkan pendapat beberapa ahli bahwa yang disebut lansia telah berumur 65 tahun ke atas. Burside menyebutkan ada empat tahap lanjut usia yaitu young old (usia 60-69 tahun), middle age old (usia 70-79 tahun), old-old (usia 80-89 tahun), dan very old-old (usia 90 tahun ke atas). Menurut UU No. 4 Tahun 1965 pasal 1, seseorang dapat dinyatakan sebagai seorang jompo atau lanjut usia setelah yang bersangkutan mencapai umur 55 tahun, tidak mempunyai atau tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk keperluan hidupnya sehari-hari dan menerima nafkah dari orang lain (Nugroho, 2008).


(68)

18

2.2.3 Karakteristik Lansia

Beberapa karakteristik lansia yang perlu diketahui untuk mengetahui depresi pada lansia, yaitu:

a. Umur Lansia

Semakin bertambah usia seseorang, semakin siap pula dalam menerima cobaan, hal ini didukung oleh teori aktivitas yang menyatakan bahwa hubungan antara sistem sosial dengan individu bertahan stabil pada saat individu bergerak dari usia pertengahan menuju usia tua (Cox, 1994 dalam Tamher & Noorkasiani 2009).

b. Jenis Kelamin

Perbedaan gender juga dapat merupakan salah satu faktor yang memengaruhi psikologis lansia, sehingga akan berdampak pada bentuk adaptasi yang digunakan. Darmojo (1999) menyatakan hasil penelitian mereka yang memaparkan bahwa ternyata keadaan psikososial lansia di Indonesia secara umum masih lebih baik dibandingkan lansia di negara maju, antara lain tanda – tanda depresi (pria 4,3 % dan wanita 4,2 %) dapat diasumsikan bahwa wanita lebih mampu menghadapi masalah daripada kaum lelaki yang cenderung lebih emosional (Tamher & Noorkasiani, 2009).

c. Pendidikan

Tingkat pendidikan juga merupakan hal penting dalam menghadapi masalah. Semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin banyak pengalaman hidup yang dilaluinya, sehingga akan lebih siap menghadapi masalah yang terjadi. Umumnya


(69)

19

mereka justru memberikan kontribusinya sebagai pengisi waktu luang dengan menulis buku – buku ilmiah atau hal lain. Tingkat pendidikan seseorang dapat mempengaruhi kemampuan untuk mendengar dan menyerap informasi yang didapatkan, menyelesaikan masalah, merubah perilaku serta merubah serta merubah gaya hidup (Loucknotte, 2006 dalam Sembiring 2013).

d. Status Perkawinan

Depresi banyak ditemukan pada lansia yang perkawinannya tidak membahagiakan, bercerai dan janda/duda (Blazer, 2003 dalam Sembiring 2013). Angka depresi meningkat pada lansia yang tidak menikah atau janda (Duckworth, 2009 dalam Sembiring 2013).

e. Jumlah Anak

Dukungan dari anak, cucu memegang peranan penting sebagai mediator dalam kontak sosial. Hubungan antara orang tua dan keluarga sebagai bentuk dukungan moral yang rendah sehingga mempengaruhi frekuensi keluarga mengunjungi orang tuanya. Saat ini banyak lansia yang hanya memiliki kurang dari satu anggota keluarga dekat dan pasangan merupakan satu-satunya teman hidup lansia. Banyak anggota keluarga tinggal jauh dan kurang bertanggungjawab terhadap orang tuanya (Lee, 1999 dalam Sembiring 2013).

2.2.4 Perubahan yang Terjadi pada Lansia

Perubahan yang terjadi pada lansia menurut Dwi & Fitrah (2010) adalah : 1. Fisik

Secara fisik seseorang yang mengalami usia lanjut terjadi deklinasi seksual proses, walaupun tidak nampak dari luar tubuh karena terjadi perubahan


(70)

20

penurunan pada produksi sekret dan proses spermatogenesisnya. Rasa kecemasan dan ragu mengenai kemampuan seksualnya merupakan gejala awal yang muncul bagi laki-laki. Sedangkan pada perempuan muncul gejala menopause atau berhentinya haid sehingga menimbulkan gangguan psikologis, biasanya sebelum munculnya gejala tersebut wanita sudah mulai menduga-duga tentang kemungkinan buruk yang terjadi pada dirinya

2. Psikologis dan hubungan sosial

Dilihat dari segi kejiwaan, individu yang menginjak lanjut usia biasanya labil apabila mendapat penolakan, penghinaan atau rasa kasihan yang tidak sesuai dengan keadaannya, oleh karena itu biasanya para lansia meginginkan untuk tidak tergantung dengan orang lain dengan usaha mereka sendiri walaupun biaya hidup tidak menjadi jaminan untuk dia mampu memenuhi kebutuhannya. Hal tersebut dilakukan karena dia ingin dihargai, dicintai, dan diinginkan kehadirannya dan ingin hidup lebih bermakna dan bermanfaat bagi orang lain dimasa tuanya. Seseorang yang sudah menginjak masa lansianya biasanya muncul sikap yang tidak disadari oleh dirinya sendiri seperti cerewet, pelupa, sering mengeluh, bersikap egois. Biasanya lansia akan merasa diterima bila anak cucu (keluarganya) menerima segala kekurangannya, lebih memperhatikan dan dimengerti walaupun mungkin itu sulit diterima bagi semua keluarga akan tetapi dengan pemahaman bahwa setiap orang nanti kelak ketika dia menginjak lanjut usia akan menunjukkan sikap yang sama.


(71)

21

3. Segi agama

Lanjut usia sangat mendambakan kasih sayang dan penerimaan sosial akan tetapi dilain pihak dia juga membutuhkan ketenangannya untuk beribadah, beramal dan berbuat baik dengan cara mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa. Hal tersebut menyebabkan kebutuhan lanjut usia bergeser dari kebutuhan biologik dan self survival diganti oleh kebutuhan lain seperti kebutuhan religious.


(72)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1LATAR BELAKANG

Keberhasilan pemerintah dalam pembangunan nasional, telah mewujudkan berbagai hasil yang positif di berbagai bidang yaitu kemajuan ekonomi, perbaikan lingkungan hidup dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) (Mubarak dkk, 2006). Dampak kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), terutama di bidang kedokteran, termasuk penemuan obat-obatan seperti antibiotika yang mampu melenyapkan berbagai penyakit infeksi, berhasil menurunkan angka kematian bayi dan anak, memperlambat kematian, memperbaiki gizi dan sanitasi sehingga kualitas dan umur harapan hidup meningkat. Akibatnya, jumlah penduduk lanjut usia semakin bertambah banyak, bahkan cenderung lebih cepat dan pesat (Nugroho, 2008).

Penuaan adalah suatu proses yang normal ditandai dengan perubahan fisik dan tingkah laku (Stanley & Beare, 2006). Proses menua yang dialami oleh lansia menyebabkan mereka mengalami berbagai macam perasaan seperti sedih, cemas, kesepian, dan mudah tersinggung. Masalah gangguan kesehatan jiwa mulai dialami oleh golongan lansia pada saat mereka mulai merasakan adanya tanda-tanda terjadinya proses penuaan pada dirinya. Kondisi mental yang sehat dan aktif pada masa tua dibutuhkan pemeliharaan yang kontinu untuk mempertahankan daya pikirnya dan mencegah dari perasaan cemas dan depresi (Maryam dkk, 2008).


(1)

PRAKATA

Segala puji syukur kepada Allah atas anugerah dan kasih setia-Nya yang telah menyertai penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Angka Kejadian Depresi Pasca Bencana Sinabung pada Lansia di Posko Pengungsian Universitas Karo (UKA) Kabupaten Karo”. Skripsi ini merupakan salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir di Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Penyusunan skripsi ini telah banyak mendapat bantuan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes sebagai Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan Ikhsanuddin, S.Kp, MNS sebagai Pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

2. Ismayadi, S.Kep, Ns, M.Kes sebagai dosen pembimbing skripsi penulis yang telah menyediakan waktu serta dengan penuh keikhlasan, kesabaran dan kesetiaan telah memberikan arahan, bimbingan, dan ilmu yang bermanfaat selama penyusunan skripsi ini.

3. Yesi Ariani, S.Kep, Ns, M.Kep selaku dosen penguji satu dan Roxana Devi Tumanggor, S.Kep, Ns, M.Nurs selaku dosen penguji dua yang telah memberikan saran dan kritikan sehingga skripsi ini dapat lebih baik lagi. 4. Seluruh Dosen Pengajar S1 Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

yang telah banyak mendidik penulis selama proses perkuliahan dan staf nonakademik yang membantu memfasilitasi secara administratif.


(2)

vi

5. Agus Ginting sebagai Koordinator lapangan Posko Pengungsian UKA yang telah memberikan izin survey awal dan pengambilan data selama penelitian. 6. Orang tua tercinta Bapak H. Sigalingging dan Ibu R. Simanjuntak yang telah

memberikan doa, kasih sayang, dorongan, bimbingan, motivasi dan memberikan dana bagi penulis dan saudaraku terkasih: Chlis, Vivi, Astika, Icshan, Emi, Afnhi, dan Samdos buat dukungan, motivasi dan doanya.

7. Saudara-saudaraku dalam pelayanan Amazing Grace, sahabatku Totokonoyo, Kompakers dan KKS atas doa dan dukungannya selama ini.

8. Mahasiswa Fakultas Keperawatan S1 Keperawatan Ekstensi 2014 buat kebersamaan, dukungan dan doanya selama ini.

9. Semua pihak yang dalam kesempatan ini tidak dapat disebutkan namanya satu persatu yang telah banyak membantu peneliti dalam penyelesaian skripsi.

Semoga Allah yang penuh kasih melimpahkan berkat dan karunia-Nya kepada semua pihak yang telah banyak membantu penulis. Harapan penulis semoga skripsi ini dapat bermanfaat nantinya untuk pengembangan ilmu pengetahuan, terkhusus ilmu keperawatan.

Medan, Februari 2016


(3)

DAFTAR ISI Halaman Judul

Lembar Persetujuan ...ii

Abstrak ...iii

Prakata ...v

Daftar Isi...vii

Daftar Tabel ...ix

Daftar Skema ...x

Bab 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ...1

1.2 Rumusan Masalah...4

1.3 Tujuan penelitian ...4

1.4 Manfaat penelitian ...4

Bab 2 TINJAUAN TEORI 2.1 Depresi ...6

2.1.1 Pengertian Depresi ...6

2.1.2 Etiologi Depresi ...12

2.1.3 Gejala Depresi ...10

2.1.4 Skrining Depresi pada Lansia: Geriatric Depression Scale ...15

2.2 Lansia...16

2.2.1 Definisi Lansia ...16

2.2.2 Batasan Lansia ...17

2.2.3 Karakteristik Lansia ...18

2.2.4 Perubahan yang Terjadi pada Lansia ...19

Bab 3 KERANGKA KONSEPTUAL 3.1 Kerangka Konseptual ...22

3.2 Definisi Operasional ...23

Bab 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Desain Penelitian ...24

4.2 Populasi, Sampel Penelitian dan Teknik Sampling ...24

4.2.1 Populasi ...24

4.2.2 Sampel ...24

4.2.3 Teknik Sampling...24

4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian ...24

4.4 Pertimbangan Etik ...25

4.5 Instrumen Penelitian ...25

4.5.1 Kuesioner Data Demografi ...26

4.5.2 Kuesioner Depresi ...26

4.6 Validitas dan Reliabilitas ...26

4.7 Pengumpulan Data ...27


(4)

viii

4.8.1 Pengolahan Data ...29

4.8.2 Analisa Data ...30

Bab 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ...31

5.1 Hasil Penelitian ...31

5.1.1 Data Demografi Responden ...31

5.1.2 Distribusi Tingkat Depresi pada Lansia ...33

5.2 Pembahasan ...34

Bab 6 KESIMPULAN DAN SARAN ...43

6.1 Kesimpulan ...43

6.2 Saran ...43

Daftar Pustaka ...44

Lampiran

1. Lembar persetujuan menjadi responden 2. Kuesioner penelitian

3. Analisa data 4. Jadwal penelitian 5. Taksasi dana

6. Lembar bukti bimbingan

7. Surat persetujuan komisi etik penelitian kesehatan Fakultas Keperawatan 8. Surat pernyataan keaslian terjemahan kuesioner

9. Surat untuk melakukan survey awal dan pengambilan data dari Fakultas Keperawatan

10. Surat balasan selesai melakukan survey awal dan pengambilan data dari Koordinator Lapangan Posko Pengungsian UKA

11. Surat balasan selesai penelitian dari Koordinator Lapangan Posko Pengungsian UKA


(5)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Definisi Operasional ... 22 Tabel 5.1 Distribusi Karakteristik Responden pada Lansia di Posko Pengungsian

UKA Kabupaten Karo ... 31 Tabel 5.2 Distribusi Tingkat Depresi pada Lansia ... 33 Tabel 5.3 Distribusi Tingkat Depresi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin,


(6)

x

DAFTAR SKEMA

Skema 1. Kerangka konsep penelitian Angka Kejadian Depresi Pasca Bencana Sinabung pada Lansia di Posko Pengungsian UKA Kabupaten Karo .. 22