Tinjauan Penanganan Anak Korban Bencana Erupsi Gunung Sinabung Berbasis Perlindungan Anak Di Posko Pengungsian Universitas Karo (Uka) I Kecamatan Kabanjahe Kabupaten Karo

(1)

Kuesioner Penelitian

No Responden:...

Dengan Hormat,

Saya yang bernama Nanda Nugraha P. Lubis, mahasiswa tingkat akhir Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial Fisip USU sedang mengadakan penelitian, dalam rangka penyelesaian tugas akhir atau skripsi, dengan judul Tinjauan Penanganan Anak Korban Bencana Erupsi Gunung Sinabung Berbasis Perlindungan Anak di Posko Pengungsian Universitas Karo (UKA) I Kecamatan Kabanjahe Kabupaten Karo

Kuesioner ini merupakan alat pengumpul data yang diperlukan untuk melengkapi penulisan skripsi saya. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati saya mohon kesediaan saudara/i untuk menjawab pertanyaan yang ada pada kuesioner ini dengan jelas dan lengkap. Atas kesediannya, saya ucapkan banyak terima kasih.

(Salam Hormat, Peneliti)

A. PetunjukPengisian

1. Pilihlah dan berikan tanda silang (x) pada jawaban yang paling tepat menurut saudara/i

2. Isilah titik-titik dengan benar sesuai dengan jawaban saudara/i


(2)

B. Identitas Responden 1. Nomor urut responden: 2. Nama:

3. Jenis kelamin: 4. Umur:

5. Pendidikan : 6. Agama: 7. Asal desa: 8. Suku : 9. Hobby: 10.Cita-Cita:

C. Tentang Gunung Sinabung

11. Apa yang saudara/i ketahui tentang Bencana Erupsi Gunung Sinabung? Sebutkan:………..

12. Apa yang saudara/i ketahui tentang perkembangan Bencana Erupsi Gunung Sinabung saat ini?

Sebutkan:………..

13. Apakah dengan keadaan Gunung Sinabung saat ini, saudara/i ingin mencari tempat yang lebih aman untuk bertempat tinggal?

a. Ya b. Tidak

14. Apa kesan saudara/i selama bertempat tinggal di desa sekitar wilayah Gunung Sinabung?


(3)

D. Tentang Pengungsian

15. Apakah saudara/i berada di lokasi pengungsian bersama keluarga inti (ada ayah, ibu dan saudara kandung) ?

a. Ya b. Tidak

16. Sejak kapan saudara/i berada di lokasi pengungsian? Sebutkan:……….

17. Siapa yang merekomendasikan saudara/i dan keluarga untuk memilih Posko Uka I sebagai lokasi pengungsian?

a. Orang tua

b. Pemerintah Daerah

c. Penanggung jawab lapangan atau BPBD E. Upaya Penanganan

I. Kebutuhan Minimum seperti pangan, sandang, sumber air

18. Apakah menurut saudara/i kebutuhan makanan terpenuhi setiap harinya? a. Terpenuhi

b. Tidak terpenuhi

19. Apakah kebutuhan makanan 4 sehat 5 sempurna terpenuhi setiap harinya? a. Terpenuhi

b. Tidak terpenuhi

20. Menurut saudara/i bagaimana kualitas makanan yang diberikan setiap harinya? a. Bergizi

b. Tidak bergizi

21. Selain makanan utama, apakah ada makanan tambahan yang diberikan kepada saudara/i?


(4)

a. Ada, jika ada sebutkan:……….. b. Tidak ada

22. Bagaimana frekuensi bantuan logistik yang diberikan oleh pemerintah, lembaga non pemerintah, perusahaan dan stakeholder (pemangku kepentingan) dalam memeberi bantuan logistik selama saudara/i berada di posko pengungsian?

a. Sering b. Jarang c. Tidak pernah

23. Apa saja jenis peralatan makan yang diberikan kepada saudara/i? Sebutkan:……….

24. Bagaimana frekuensi diberi bantuan pakaian sejak saudara/i berada di tenda pengungsian?

a. Sering b. Jarang c. Tidak pernah

25. Jenis pakaian apa yang sering diberikan kepada saudara/i? a. Pakaian baru

b. Pakaian bekas

26. Apakah saudara/i puas dengan kualitas pakaian yang diberikan? a. Puas

b. Tidak puas

27. Bagaimana cara saudara/i memilih bantuan pakaian untuk saudara/i kenakan? a. Dipilih sendiri


(5)

28. Bagaimana ketersediaan sumber air di lokasi pengungsian? a. Mencukupi

b. Tidak mencukupi

29. Digunakan untuk apa sumber air yang tersedia di lokasi pengungsian? Sebutkan:……….

II. Pendidikan Darurat

33. Dimana pendidikan darurat dilaksanakan?

a. Tenda pengungsian b. Halaman

c. Dll, sebutkan………

34. Menurut saudara/i bagaimana kondisi lokasi pendidikan darurat dilaksanakan? a. Aman

b. Tidak aman

Alasannya:……….

35. Siapa yang memberikan pengajaran pendidikan darurat? a. Guru

b. Relawan c. Mahasiswa

36. Bagaimana proses belajar saat pendidikan darurat yang lebih nyaman dilakukan menurut saudara/i?

a. Berbicara dari hati ke hati b. Pelukan dan rangkulan


(6)

37. Apa bentuk-bentuk pendidikan darurat yang saudara/i ikuti? a. Berorganisasi

b. Pendidikan hak anak c. Pendidikan partisipasi d. Pendidikan kesehatan e. Pendidikan konseling

38. Pilihlah proses pembelajaran yang paling nyaman bagi saudara/i, antara metode diskusi (berdiskusi) atau metode outbond (pendidikan di alam bebas) ?

a. Metode diskusi b. Metode outbond

Alasannya:………

39.Apakah tujuan saudara/i mengikuti kegiatan pendidikan darurat? Sebutkan:………..

III. Pelayanan Kesehatan

40.Kemana saudara/i berobat ketika sakit selama berada di pengungsian ? a. Di tenda pengungsian saja

b. Puskesmas terdekat c. Rumah sakit

41.Apakah saudara/I pernah mengalami cedera akibat letusan erupsi Gunung Sinabung?

a. Ya b. Tidak


(7)

42.Sejak saudara/i di posko pengungsian, bagaimana frekuensi saudara/i memeriksa kesehatan diri saudara/i?

a. Sering b. Jarang c. Tidak pernah

43.Apakah sejak di posko pengungsian, saudara/i pernah tertular penyakit menular seperti batuk atau penyakit kulit?

a. Pernah, jika pernah sebutkan penyakit seperti apa:……….. b. Tidak pernah

44.Menurut saudara/i, bagaimana kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan tim medis di posko pengungsian UKA I?

a. Baik b. Buruk IV. Psikososial

45.Tujuan program penanganan psikososial adalah rehabilitasi trauma. Apakah saudara/i pernah mengetahui sebelumnya?

a. Mengetahui

b. Kurang mengetahui c. Tidak mengetahui

46.Bagaimana frekuensi tatap muka saudara/i dengan petugas atau konselor dalam rangka peminimalisiran trauma akibat erupsi Gunung Sinabung?

a. Sering b. Jarang c. Tidak pernah


(8)

47.Dengan siapa saudara/i sering berinteraksi menceritakan kesenangan dan kesedihan saudara/i pasca erupsi Gunung Sinabung?

Sebutkan:………..

48.Salah satu jenis psikososial adalah hiburan. Apa saja jenis-jenis hiburan yang pernah saudara/i peroleh sejak berada di posko pengungsian?

Sebutkan:………..

49.Apakah dengan mengikuti program psikososial, trauma saudara/i terhadap dampak erupsi Gunung Sinabung berkurang?

a. Ya b. Tidak


(9)

DAFTAR PUSTAKA

Gosita, Arif. Relevansi Victimologi dengan Pelayanan Terhadap Para Korban Perkosaan. Jakarta: PT. Intermesa

Hammaberg, Thomas. 2001.Searching The Truth: The Need to Monitor Human Right with Relevantand Feliable Means Vol.23.Hopkins University

Harjadi, Prih, Dkk. 2005. Panduan Pengenalan KarakteristikBencana di Indonesia. Biro Mitigasi Sekretariat Bakornas PBP: Jakarta

Huraerah, Abu. 2006. Child Abuse (Kekerasan terhadap Anak). Jakarta: Rineka Cipta Irwanto. 2007. Perlindungan Anak, prinsip dan persoalan mendasar. Bandung: Nuansa

James and Prout, Allans; Construction and Reconstruction Childhood: contemporary issues in the sociology study of childhood, 1997

Lazarus, J.Philips. 2002. Trauma dan Children: A Parent Hand Out for Helping Children. Heal Florida: International University

Muhidin, Syarif. 2007. Pengertian Kesejahteraan Sosial. Bandung: Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial (STKS)

Nurdin. 1989. Kesejahteraan Rakyat. Jakarta: Grafiti

Pancawita, Heni. 2006. Managemen Bnecana (Disaster Managemen). Purwokerto: KOMPLEET Prinst, Darwan. 1997. Hak Azas Anak dalamPerspektif Budaya Indonesia. Jakarta

Prof. Ir. H. Sarwidi, MSCE, Ph.D., IP. 2008. Buku Rekam Jejak Pengarah BNPB II (Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 4 tahun 2008 mengenai Pedoman Penyusunan Rencana Penanggulangan Bencana)

Royan. 2004. Karakteristik Bencana. Anggota IKAPI: PT. Gramedia Pustaka Utama Siagian, Matias. 2011. Metode Penelitian Sosial. Medan: PT. Grasindo Monoratama Sudibyakto.2011. Managemen Indonesia kemana?. Yogyakarta: Gajahmada Press

Sumornugroho. 1989. Sistem Intervensi Kesejahteraan Sosial. Yogyakarta: PT: Harindita, Cetak ke 2. Supatmi dan Puteri, Ni Made, Mimik. 1999. Masalah Perlindungan Anak (Kumpulan Karangan).

Jakarta: Akademika Pressisindo

Suparlan, Y.B. 1983. Kamus Istilah Kesejahteraan Sosial. Yogyakarta: Pustaka Pengarang Susanto, DR. AB. 2001.Pendekatan Maangemen Bencana. Jakarta:PT. Gramedia Pustaka Utama Yayasan KKSP-Pusat Pendidikan Informasi dan Hak Anak. 2011. Buku Panduan Sistem

Perlindungan dan pemulihan Anak Korban Bencana (untuk pendidikan dan kesehatan pada masa tanggap darurat, rehabilitasi, rekonstruksi)


(10)

Sumber lain:

Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 Tentang Kesejahteraan Anak Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2011Tentang Kesejahteraan Sosial Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana

Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2008 Tentang Pendanaan Dan Pengelolaan Bantuan Bencana Permendagri Nomor 26 Tahun 2008 Tentang Pedoman Organisasi Serta Tata Kerja BPBD Di Tingkat

Provinsi Serta Kabupaten Dan Kota

Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2008 Tentang BNPB Assesment KKSP

The Minimum Age Convention Nomor 138 tentang Anak

The Sphere Project “ Humanitarian Charter and Minimum Standards in Humannitarian Response”, 2011.

Konvensi Hak Anak, 1989

Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi

Website:

(http://www.koran-sindo.com/node/351882, diakses tanggal 29 maret 2014 pukul 20.45 WIB). (http://.www.chirpstory.com/li/187097, diakses tanggal 30 maret 2014 pukul 23.15 WIB)

(http://www.Mari Meringankan Beban Pengungsi Sinabung _ Kompasiana.com.htm diakses tanggal 03 april 2014 pukul 21.56 WIB).

(http//:www.penanganan-anakdalammasatanggapdaruratbencana.htm , diakses tanggal 2 april 2014 pukul 13.45 WIB).

(http://www.Ini riwayat erupsi dan letusan Gunung Sinabung _ merdeka.com.htm, diakses tanggal 25 april 2014 Pukul 14.35 WIB).

(http://medanmediacenter.or.id//=news&life=detail&id=524, diakses tanggal 05 april 2014 pukul 23.08 WIB).

(http://analisis-situasi-pekerja-anak.or.id.diakses tanggal 26 maret 2014 pukul 19.04).

(http://kebijakan-pembangunan-kesejahteraan-/dan-perlindungan-anak-kpa.ac.id/diakses tanggal 27 maret 2014 pukul 21.45 WIB).

(https://www.facebook.com/ForumHijauIndonesia/posts/266153556809082, diakses tanggal 23 april 2014 Pukul 19.08 WIB).


(11)

(http://Pekerja.anak{{erka.htm/diakses tanggal 27 maret 2014pukul 22.05 WIB). www.paho.orgPan American Health Organization

www.depkes.go.id www.kemenristek.go.id www.depsos.go.id


(12)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tipe Penelitian

Penelitian tergolong penelitian deskriptif yaitu penelitian yang dilakukan dengan tujuan menggambarkan dan mendeskripsikan objek dan fenomena yang diteliti. Termasuk didalamnya bagaimana unsur-unsur yang ada dalam variable penelitian itu berinteraksi satu sama lain dan apa pula produk interaksi yang berlangsung (Siagian, 2011).

Penelitian deskriptif bersifat menggambarkan dan melukiskan suatu hal berupa gambar atau foto yang didapat dari data lapangan dan kemudian menjelaskannya dengan kata-kata. Penelitian deskriptif akan membuat gambaran secara menyeluruh tentang penanganan korban anak erupsi Gunung Sinabung yang berbasis perlindungan anak di Posko Pengungsian Universitas Karo (UKA) 1 Kecamatan Kabanjahe Kabupaten Karo.

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Posko Pengungsian Universitas Karo (UKA) 1 Kecamatan Kabanjahe Kabupaten Karo. Pengungsi di Posko Pengungsian Universitas Karo (UKA) 1 berasal dari 3 desa yaitu Desa Simacem, Desa Bekerah Dan Desa Kuta Tonggal. Penulis mengambil lokasi penelitian di Posko Pengungsian UKA I ini dikarenakan ketertarikan saya untuk melihat bagaimana upaya-upaya penanganan yang dilakukan kepada korban bencana erupsi Gunung Sinabung terutama anak-anak yang menjadi korban, apakah anak terpenuhi kebutuhan dasarnya, apakah anak mendapatkan perlindungan sebagai prioritas dari penanganan korban bencana.


(13)

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Secara sederhana populasi dapat diartikan sekumpulan objek, benda, peristiwa atau individu yang akan dikaji dalam suatu penelitian. Berdasarkan pengertian ini dapat dipahami bahwa mengenal populasi termasuk langkah awal dan penting dalam proses penelitian. Secara umum populasi merujuk pada sekumpulan individu atau objek yang memiliki ciri atau sifat yang sama. Tidak harus seragam namun diantara mereka harus ada persamaan (Siagian, 2011: 155).

Berdasarkan pendapat tersebut maka populasi dalam penelitian ini adalah sebanyak 355 anak yang terdapat di Posko Pengungsian Universitas Karo (UKA) I ini. Adapun populasi usia anak sekolah terdapat 279 anak dimana dirincikan sebagai berikut tingkat SD 68 anak, tingkat SMP 124 anak dan tingkat SMA 87 anak. Populasi tersebut merupakan anak korban bencana erupsi Gunung Sinabung yang mendiami barak pengungsian di Posko UKA 1 ini yang berasal dari 3 desa yaitu Desa Simacem, Desa Bekerah Dan Desa Kuta Tonggal.

3.3.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari obyek, kejadian atau individu yang terpilih dari populasi yang akan diambil datanya atau yang akan diteliti. Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa sampel adalah bagian yang bersifat representatif dari populasi yang diambil datanya secara langsung.Hal ini berarti bahwa sampel bukan sekedar bagian dari populasi, melainkan bagian yang benar-benar mewakili populasi (Siagian, 2011: 156).

Adapun teknik penarikan sampel yang digunakan adalah teknik penarikan sampel bukan acak yaitu teknik penarikkan sampel kuota (Quota sampling technique). Langkah awal penggunaan teknik penarikan sampel kuota adalah populasi penelitian dibagi kedalam beberapa kelompok atau tingkat. Selanjutnya ditentukan kuota masing-masing kelompok


(14)

untuk dijadikan sampel. Besar kuota masing-masing kelompok untuk dijadikan sampel harus seimbang (Siagian, 2011: 164). Besaran kuota yang diambil sebesar 10% dari masing-masing klaster. Adapun kelompok sampel yang dibagi adalah 68 anak SD sampelnya sebanyak 6 anak, 124 anak SMP sampelnya sebanyak 12 anak dan 87 anak SMA sampelnya sebanyak 8 anak. Oleh karena itu total keseluruhan sampel dalam penelitian ini sebanyak 26 anak korban bencana erupsi Gunung Sinabung.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini sebagai berikut:

a. Studi kepustakaan yaitu teknik pengumpulan data atau informasi yang menyangkut masalah yang diteliti dengan mempelajari dan menelaah buku, majalah, surat kabar, serta tulisan yang ada kaitannya terhadap masalah yang diteliti

b. Studi lapangan yaitu pengumpulan data atau informasi melalui kegiatan penelitian langsung turun ke lokasi penelitian untuk mencari fakta-fakta yang berkaitan dengan masalah yang ditelit

Instrument penelitian disini adalah alat-alat yang digunakan dalam rangka studi lapangan, yang dalam penelitian sosial dikenal dengan

a. Wawancara, yaitu percakapan atau tanya jawab yang dilakukan pengumpul data dengan responden sehingga responden membeikan data atau informasi yang diperlukan dalam penelitian

b. Kuesioner, yaitu kegiatan mengumpul data dengan cara menyebar daftar pertanyaan untuk dijawab responden sehingga peneliti memperoleh data dan informasi yang diperlukan dalam penelitian


(15)

c. Observasi, yaitu proses pengamatan yang dilakukan secara langsung terhadap unsur-unsur yang tampak dalam suatu gejala dalam objek penelitian (Siagian, 2011: 206-207).

Data menurut asal sumbernya dapat dibagi menjadi dua: data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari objek yang akan diteliti (responden) dan data sekunder yaitu data yang diperoleh dari lembaga atau institusi tertentu. Disini penulis memperoleh data primer dari responden yaitu anak korban erupsi Gunung Sinabung yang mendiami Posko Pengungsian Universitas Karo (UKA) I asal desa Simacem, desa Bekerah dan desa Kuta Tonggal. Beberapa pelaksana lapangan yang nantinya akan diwawancarai.

3.5 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data deskriptif yaitu analisis data yang ada pada tiap-tiap sampel kajian dan tidak digunakan dalam rangka merumuskan generalisasi menyeluruh. Dengan demikian kesimpulan pada analisis data statistik deskriptif hanya berlaku bagi masing-masing tabel atau hanya berlaku pada satu tabel tanpa generalisasi. Dalam analisis data statistik deskriptif akan digunakan tabel tunggal atau yang hanya menyajikan data dari satu variabel (Siagian, 2011: 228 & 229).

Analisis data statistik deskriptif hanya berlaku pada satu tabel tanpa generalisasi.Kekuatan pada analisis data statistik deskriptif terletak pada kemampuan interpretasi data yang disajikan dalam tabel. Dalam teknik analisis data ini diperlukan kemampuan interpretasi data peneliti yang kuat (Siagian, 2011: 228).

Adapun langkah-langkah analisis data yang dilakukan adalah: a. Editing, dengan meneliti data-data yang diperoleh dari penelitian b. Koding, yaitu mengklasifikasi jawaban-jawaban menurut macamnya


(16)

c. Membuat kategori untuk mengklasifikasi data agar data mudah dianalisa dan disimpulkan serta menjawab masalah yang ditemukan dalam penelitian sehingga jawaban yang beraneka ragam dapat disingkat

d. Menghitung frekuensi yaitu dengan menghitung besar frekuensi pada masing-masing kategori.


(17)

BAB IV

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Posko Pengungsian Universitas Karo (UKA) 1 Kecamatan Kabanjahe Kabupaten Karo

Pengungsian merupakan suatu tempat tinggal sementara yang diperuntukan bagi masyarakat dimana tempat tinggal mereka mengalami sebuah bencana atau telah tidak layak untuk ditinggali. Pengungsian merupakan tempat tinggal sementara bukan untuk selamanya dikarenakan pengungsian dirancang hanya untuk keadaan darurat. Meskipun dirancang untuk keadaan darurat hak hak dasar kehidupan untuk menunjang kehidupan masyarakat yang berada di pengungsian tetap diperhatikan oleh pemerintah.

Posko Pengungsian Universitas Karo (UKA) I Kecamatan Kabanjahe Kabupaten Karo adalah sebuah lokasi pengungsian yang dibuat akibat dari erupsi Gunung Sinabung pada akhir tahun 2013 hingga saat ini, dimana Posko Pengungsian UKA I terletak di Desa Ketaren Kecamatan Kabanjahe Kabupaten Karo. Posko Pengungsian UKA I merupakan sebuah Universitas Swasta yang berada di Kabupaten Karo namun telah tidak terpakai lagi sejak Desember 2008 dan pasca erupsi Gunung Sinabung digunakan untuk posko pengungsian.

Posko Pengungsian UKA I merupakan pengungsian masyarakat yang berasal dari beberapa desa di sekitar Gunung Sinabung. Pada awalnya Posko Pengungsian UKA I menaungi pengungsi dari 4 desa yaitu Desa Kuta Tonggal, Desa Kutambelin, Desa Simacem dan Desa Bekerah. Lalu pada awal 2014 sejak penurunan status Gunung Sinabung Desa Kutambelin atas rujukan pemerintah mereka kembali ke desa mereka yang berada di luar radius 5 km dari Gunung Sinabung. Pengungsi yang masih berada di Posko Pengungsian UKA I yaitu Desa Kuta Tonggal, Desa Simacem dan Desa Bekerah dimana pada umumnya penduduk yang berasal dari 3 desa tersebut memiliki mata pencaharian sebagai petani dan


(18)

hanya sebagian kecil dari mereka yang berpropesi sebagai pegawai negeri atau pegawai swasta. Masyarakat dari desa-desa tersebut pada umumnya Suku Batak Karo.

Adapun batas batas wilayah Posko Pengungsian UKA 1 yang berada di Desa Ketaren Kecamatan Kabanjahe Kabupaten Karo adalah sebagai berikut.

1. Sebelah timur berbatasan dengan Desa Samura.

2. Sebelah barat berbatasan dengan Desa Kampung Dalam. 3. Sebelah selatan berbatasan dengan. Desa Lausimono. 4. Sebelah utara berbatasan dengan Desa Kandibata.

4.2 Kordinator Posko Pengungsian Universitas Karo (UKA) 1 Kecamatan Kabanjahe Kabupaten Karo.

Kordinator memiliki peran yang penting di lokasi pengungsian mereka memiliki tugas yang cukup berat yaitu melakukan kordinasi dengan pemerintah setempat, penduduk dan memanajemen lokasi pengungsian itu sendiri. Peran kordinator dalam mengatur lokasi pengungsian dan sebagai penanggung jawab atas apa yang terjadi di wilayahnya sehingga kordinator harus memperhatikan aspek aspek vital seperti hak hak dasar atau pelayanan standar dalam mengangani pengungsi. Pada umunya di lokasi-lokasi pengungsian yang tersebar di Kabupaten Karo mereka yang menjabat sebagai kordinator merupakan orang orang yang memiliki jabatan di desa asal mereka atau mereka yang dianggap mampu karena memiliki pengalaman dan keahlian dalam melaksanakan peran kordinator tersebut.


(19)

Bagan Koordinator Di Pengungsian UKA I Kecamatan Kabanjahe : Bagan 4.2

Struktur Kordinator Bencana Alam Sinabung

Sumber: Posko Pengungsian UKA 1

Aparatur posko penanggulangan bancana alam erupsi sinabung Kordinator : Harta Sitepu

Wakil : Tani Sitepu

Kepala Logistik : Lesanton Sitepu Kemanan : Serka Legiman

4.3. Keadaan Pengungsi Di Posko Pengungsian UKA I Kecamatan Kabanjahe

Menurut data di Posko Pengungsian UKA I Kecamatan Kabanjahe, penduduk yang mengungsi berasal dari 3 desa yaitu Desa Kuta Tonggal, Desa Simacem dan Desa Bekerah. Perlu di ketahui bahwa tidak semua warga asli desa yang mengungsi di pos-pos yang telah ditetapkan pemerintah ataupun BPBD, tetapi ada beberapa yang memilih tinggal tempat kerabat maupun menyewa rumah sementara untuk menunggu keputusan relokasi dari pemerintah. Adapun penduduk yang berada di Posko Pengungsian UKA I yang berasal dari

Kordinator Kepala Desa Simacem

Wakil kordinator Sekdes bekerah

Kepala logistik Sekdes Simacem Kordinator keamanan


(20)

Desa Kuta Tonggal terdiri dari 175 orang laki laki dan 175 perempuan total sebanyak 354 orang, Desa Simacem terdiri dari 192 orang laki laki dan 191 orang perempuan total sebanyak 433 orang dan Desa Bekerah terdiri dari 135 orang laki laki dan 118 orang perempuan total sebanyak 253 orang. Total keseluruhan pengungsi yang berasal dari 3 desa sebanyak 990 jiwa. Untuk mengetahui rincian dari pengungsi yang berada di Posko Pengungsian UKA I Kecamatan Kabanjahe adalah sebagai berikut:

Tabel 4.1

Jumlah Pengungsi Di Posko Pengungsian UKA 1

No Desa Usia 0-5 (%) Usia 6-17 % Usia 18-60 % Usia >61 % 1 2 3 Kuta Tonggal Simacem Bekerah 25 29 21 33,33 38,7 28 89 105 66 34,23 40,39 25,38 195 205 148 35,58 37,4 27 32 36 28 33,33 37,5 29,17

Total 75 100% 260 100% 548 100% 96 100%

Sumber: Posko Pengungsian UKA 1

Berdasarkan data yang telah disajikan pada tabel 4.1 mayoritas pengungsi berusia 18-60 tahun yaitu 548 pengungsi yang berasal dari tiga desa yaitu Desa Kuta Tonggal berjumlah 195 pengungsi (35,58%), Desa Simacem berjumlah 205 pengungsi (37,4%) dan Desa Bekerah berjumlah 148 pengungsi (27%). Selain itu anak-anak berusia 6-17 tahun yang berada di Posko Pengungsian UKA I berjumlah 260 anak dimana anak-anak yang berasal dari Desa Kuta Tunggal berjumlah 89 anak (34,23%), asal Desa Simacem terdapat 105 anak (40,39%) dan asal Desa Bekerah terdapat 66 anak (25,38%).


(21)

4.3.1 Jumlah Pengungsi Menurut Agama

Jumlah pengungsi berdasarkan agama dapat disajikan pada tabel 4.2 berikut ini: Tabel 4.2

Jumlah Pengungsi Menurut Agama

No Desa Islam % Katholik % Protestan %

1 2 3 Kuta Tonggal Simacem Bekerah 47 171 72 16,2 58,9 24,9 2 71 23 2 74 24 306 141 157 50,7 23,4 25,9

Total 290 100% 96 100% 604 100%

Sumber: Pos Pengungsian UKA 1

Berdasarkan tabel 4.2 diketahui bahwa mayoritas pengungsi yang berada di Posko Pengungsian UKA I beragama Kristen Protestan yaitu 604 pengungsi yang berasal dari tiga desa yaitu Desa Kuta Tunggal sebanyak 306 pengungsi (50,7%), Desa Simacem berjumlah 141 pengungsi (23,4%) dan Desa Bekerah sebanyak 157 pengungsi (25,9%). Selain itu pengungsi yang beragama Islam berjumlah 290 orang yaitu yang berasal dari Desa Kuta Tunggal sebanyak 47 pengungsi (16,2%), Desa Simacem berjumlah 171 pengungsi (58,9%) dan Desa Bekerah sebanyak 71 pengungsi (24,9%). Selebihnya menganut Agama Khatolik yang merupakan penganut agama minoritas yang terdapat di Posko Pengungsian UKA I dengan jumlah pengungsi 96 orang.


(22)

4.3.2 Jumlah Anak Yang Bersekolah Di Posko Pengungsian UKA I

Jumlah anak yang bersekolah di Posko Pengungsian UKA I dapat disajikan pada tabel 4.3 berikut ini:

Tabel 4.3

Jumlah Anak Yang Bersekolah

No Desa SD % SMP % SMA %

1 2 3 Kuta Tunggal Simacem Bekerah 19 27 22 27,9 39,8 32,3 52 42 30 41,9 33,9 24,2 29 36 22 33,4 41,4 25,2

Total 68 100% 124 100% 87 100%

Sumber: Posko Pengungsian UKA 1

Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui bahwa mayoritas anak-anak yang berada di Posko Pengungsian UKA I belajar di tingkat Sekolah Menengah Pertama yaitu 124 anak dimana anak yang berasal dari Desa Kuta Tunggal sebanyak 52 anak (41,9%), Desa Simacem 42 anak (33,9%) dan Desa Bekerah terdapat 30 anak pengungsi (24,2%). Anak-anak yang berada di tingkat Sekolah Dasar (SD) dengan jumlah 68 anak, Sekolah Menengah atas dengan jumlah anak bersekolah yaitu 87 anak. Anak-anak yang duduk di bangku Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama harus sekolah di sekolah lain yang bersifat menumpang dan waktu bersekolah juga memiliki jadwal yang berbeda saat mereka masih bersekolah di desa asal mereka. Pada umumnya mereka sekolah pada siang hari sekitar Pukul 13.00 WIB hingga sore hari. Hal tersebut membuktikan bahwa para pengungsi terutama orang tua dari anak-anak tersebut menganggap penting pendidikan meskipun dalam keadaan yang memperhatinkan atau dalam keadaan susah sekalipun.


(23)

4.4 Sarana Dan Prasarana Di Posko Pengungsian UKA 1

Keadaan darurat terutama di lokasi yang menjadi titik pengungsian yang telah di arahkan oleh pemerintah yang berwenang. Sarana dan prasaran yang mendukung dalam pos pengungsian tersebut harus memenuhi standar dalam penanganan pengungsi. Sarana dan prasarana yang cukup untuk menunjang kehidupan pengungsi dalam keadaan darurat untuk hidup dalam beberapa waktu di lokasi pengungsian. Adapun sarana dan prsarana di Posko Pengungsian UKA 1 Kecamatan Kabanjahe adalah sebagai berikut:

4.4.1 Hunian Posko Pengungsian UKA 1

Tempat tinggal merupakan hal terpenting dalam pengungsian. Kelayakan suatu pengungsian dapat dinilai dari bagaimana nyaman atau layak suatu pengungsian. Meskipun berada di pengungsian dan biasanya bersifat darurat namun hunian sementara yang di peruntukan bagi pengungsi harus di perhatikan karena itu merupakan tempat mereka untuk beristirahat dari keseharian mereka dan menjadi pusat aktifitas mereka dari makan minum, tidur bercengkrama dengan anggota keluarga lain, meskipun mereka tidak memiliki privasi keluarga sama sekali karena tinggal di suatu tempat secara bersama.

Data tempat tinggal sementara yang diperuntukan bagi pengungsi di Posko Pengungsian UKA 1 Kecamatan Kabanjahe dapat disajikan pada tabel 4.4 berikut ini:

Tabel 4.4

Hunian Di Pos Pengungsian UKA 1

No Jenis hunian Frekuensi Persentase (%)

1 2

Ruang kelas Aula

11 1

91, 6 8, 3

Total 12 100%


(24)

Berdasarkan data yang disajikan pada tabel 4.5 dapat diketahui bahwa mayoritas jenis hunian atau tempat tinggal sementara di Posko Pengungsian UKA I adalah ruang kelas yaitu sebanyak 11 unit (91,6%). Adapun ruang kelas digunakan untuk beristirahat, berkumpul dan lain-lain. Selain itu aula juga digunakan untuk tempat hunian sementara bagi pengungsi yaitu sebanyak 1 unit (8,3%). Sarana hunian atau tempat tinggal sementara yang di buat atau tersedia di Posko Pengungsian UKA 1 Kecamatan Kabanjahe keseluruhannya bersifat gedung semi permanen keseluruhan sebanyak 12 ruangan yang memiliki kondisi cukup baik. Hal tersebut mendukung para pengungsi untuk tidur dan menjalani kehidupan dengan nyaman meskipun mereka tidur beramai ramai di sebuah ruangan. Meskipun kurangnya penerangan dan ruang kelas yang kurang luas, namun pengungsi tetap menikmati kehidupan selama berada di Posko Pengungsian UKA I.

4.4.2 Gambaran Sarana Kesehatan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di lapangan dapat diketahui bahwa sarana kesehatan yang berada di Posko Pengungsian UKA 1 Kecamatan Kabanjahe tergolong sangat baik karena pos kesehatan merupakan hal utama yang di perhatikan oleh pemerintah. Sebagai contoh pemerintah mewajibkan kepada pos kesehatan tetap bersiaga selama 24 jam. Obat-obatan yang berada di pos kesehatan Posko Pengungsian UKA 1 juga tergolong lengkap dan memiliki tenaga kedokteran yang ahli untuk menjaga kesehatan para pengungsi.selain itu pemerintah juga memiliki klinik berjalan yaitu kinik yang berkeliling ke setiap pos pengungsian.

Sarana kesehatan seperti perlengkapan untuk memeriksa pasien juga lengkap. Masyarakat desa juga tergolong perhatian terhadapa kesehatannnya masing masing sehingga ketika mengalami suatu penyakit mereka akan segera melapor untuk di periksa itu mereka lakukan karena mereka menyadari bahwa mereka tinggal di tempat yang sama, agar tidak menular kepada orang lain di sekitar mereka.


(25)

4.4.3 Sarana MCK (Mandi Cuci Kaskus)

Sarana MCK (mandi, cuci dan kaskus) sebagai sarana pembantu yang mendukung pengungsi untuk hidup dapat disajikan pada tabel 4.5 berikut ini:

Tabel 4.5

Keadaan MCK (Mandi, Cuci dan Kaskus) Di Posko Pengungsian UKA 1

No Jenis mck Frekuensi Persentase

1 2 3

MCK Permanen MCK Semi Permanen MCK Portable

4 35

3

9,52 83,3 7,14

Total 42 100%

Sumber: Posko Pengungsian UKA 1

Berdasarkan data pada tabel 4.5 dapat diketahui bahwa mayoritas sarana MCK tergolong MCK segi permanen dimana terdapat 35 unit (83,3%). MCK segi permanen merupakan sarana yang dibangun dilahan kosong yang ada di Posko Pengungsian UKA I dimana sifatnya bisa bongkar pasang. Selain itu MCK permanen terdiri dari 4 unit (9,52%) dimana sarana ini terbuat dari bahan batu dan merupakan bawaan dari Posko Pengungsian UKA I itu sendiri. Selebihnya sarana MCK yang ada di posko pengungsian UKA I bersifat MCK Portable yang merupakan sarana yang berbentuk MCK langsung dan siap dipakai dimana merupakan bantuan dari Angkasa Pura terdiri dari 3 unit (7,14%).

Berdasarkan observasi yang dilakukan di Posko Pengungsian UKA I, dimana kebutuhan akan MCK di Posko Pengungsian UKA 1 tidak terpenuhi dengan jumlah pengungsi 990 orang, selain itu pasokan air untuk kegiatan mencuci atau buang air juga terus di pasok oleh pemerintah setiap harinya minimal 2 tangki air di pasok setiap hari. Selain itu bukan hanya pemerintah yang membangun MCK di lokasi pengungsian melainkan orang perseorangan, LSM bahkan perusahaan swasta juga ikut membangun MCK yang dapat di


(26)

gunakan oleh para pengungsi setiap harinya. Namun di lihat dari adanya MCK yang rusak bisa di akibatkan dari material pembangunannya yang tidak baik ataupun karena ulah orang orang yang tidak pertanggung jawab menggunakan MCK umum dengan seenaknya sendiri.

Berdasarkan observasi yang dilakukan MCK semi permanen dikategorikan tidak layak pakai karena aliran pembuangan tersunbat dan minimnya penerangan. Pembangunan MCK dilakukan secara darurat dan memanfaatkan persediaan bahan-bahan yang ada di sekitaran posko. Pasokan listrik tidak begitu besar karena gangguan yang terjadi akibat erupsi Gunung Sinabung. Pada awalnya penerangan hanya dengan lampu belajar saja namun pemerintah memberikan 2 unit genset untuk penerangan di posko. Jika malam hari, pengungsi sangat kesulitan untuk menjangkau lokasi MCK dikarenakan jauh dari posko pengungsian dengan keadaan penerangan yang kurang memadai.

4.5. Program Untuk Menunjang Kehidupan Masyarakat Di Pengungsian

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di lapangan dapat diketahui bahwa pemerintah memberikan dukungan bagi para pengungsi yang berada di Posko Pengungsian UKA I pasca erupsi Gunung Sinabung. Adapun bentuk-bentuk dukungan tersebut direalisasikan kedalam berbagai bentuk bantuan seperti finansial untuk meringankan beban mereka karena kerugian finansial yang mereka alami ketika erupsi maupun kerugian yang akan muncul ketika mereka di pengungsian karena pada dasarnya ketika mereka masih di pengungsian. Hal yang menjadi pemikiran mereka bagaimana cara mengakses aset aset produksi secara maksimal dimana faktanya para pengungsi tidak dapat mengakses aset produksinya sama sekali. Mengurangi beban pengungsi adalah tanggung jawab pemerintah, oleh karena itu pemerintah memberikan bantuan dalam beberapa aspek yaitu


(27)

a.Bantuan dalam pemenuhan kebutuhan minimum berupa sandang dan pangan. Dimana penanggung jawab posko menyediakan bahan makanan dan pakain bagi para pengungsi setiap harinya.

b.Segi pendidikan, bantuan yang diberikan pemerintah antara lain:

1) Dinas sosial memberikan bantuan ke anak sekolah, tahap pertama berupa alat sekolah akan tetapi tidak merata. Anak sekolah yang belum menerima diberikan dana sebesar Rp 800.000,- (Rp 50.000,- uang saku, Rp 150.000,- untuk orang tua terkait biaya sekolah, Rp 600.000,- untuk alat sekolah). Dalam pelaksanaannya, bantuan ini sedikit mengalami masalah dalam pencairannya, karena masyarakat menghendaki semuanya mereka kelola, sementara dalam prosedurnya, Rp 600.000,- harus dibelanjakan oleh yayasan yang ditunjuk Kemensos. Jalan keluarnya, untuk semua uang akan diserahkan ke masyarakat, tetapi untuk pembelanjaannya akan didampingi oleh yayasan tersebut. Jika bantuan ini mengundang masalah, maka pelaksanaannya akan ditunda dengan penjelasan dari SKPD terkait kepada pengungsi. Selain itu untuk permasalahan uang transport dan makan siang bimbel, sudah di handle oleh posko utama

2) Beasiswa pendidikan pada 1 Maret 2014 telah di cairkan.

3) Bagi siswa-siswa dari desa yang dipulangkan akan tetap mendapatkan bimbingan belajar, terutama bagi siswa yang akan menghadapi Ujian Akhir Nasional.

4) Penyediaan perpustakaan yang dilakukan oleh LSM di pengungisan UKA 1 untuk menunjang kegiatan yang bermanfaat bagi anak anak yang mengungsi.

c.Segi kesehatan, dimana pemerintah Kabupaten Karo mengirimkan tenaga medis dari berbagai rumah sakit ke posko-posko pengungsian. Selain itu dana pengobatan jika pengungsi dirujuk ke rumah sakit juga diberikan pemerintah melalui koordinator posko


(28)

d.Pemulihan trauma (psikososial), bantuan pemerintahan dalam pemulihan trauma sama sekali tidak ada melainkan pihak-pihak yang membantu barasal dari luar pemerintah seperti LSM ataupun relawan atau mahasiswa.

4.6. Gambaran Keadaan Posko Pengungsian UKA 1

Posko Pengungsian UKA 1 yang diperuntukkan untuk korban erupsi Gunung Sinabung dimana sebagian besar pengungsi berasal dari 3 desa yaitu Desa Kuta Tonggal, Desa Simacem dan Desa Bekerah di relokasi dan beberapa desa pada februari tahun 2014 telah di pulangkan ke desanya yaitu Desa Kutambelin sedangkan desa lainnya yaitu Desa Kuta Tonggal belum dikembalikan kedesanya dikarenakan menunggu penurunan status dari Gunung Sinabung.

Keadaan anak-anak juga sangat mengkhawatirkan, dimana anak-anak dari ke 3 desa tersebut dapat mengalami trauma yang bisa menganggu interaksi sosial diantara mereka. Saat erupsi Gunung Sinabung pertama kali, anak-anak tidak memiliki persiapan dan pengetahuan terhadap bencana erupsi Gunung Sinabung pada tahun 2010. Selanjutnya erupsi pada September 2014 anak-anak juga banyak yang belum memiliki pengetahuan dasar terhadap bencana erupsi Gunung Sinabung, sehingga banyak anak-anak merasa ketakutan atau trauma atas kejadian ini. Namun dikarenakan anak-anak sering berkumpul dan bermain dengan teman sebaya di Posko Pengungsian UKA 1 membuat ketakutan dan trauma mereka mulai berkurang bahkan hingga tidak ada lagi.

Hal yang sangat perlu diperhatikan dalam bencana ini dimana perlindungan anak juga sangat kurang diperhatikan. Anak-anak dan orang dewasa disatukan di dalam Posko Pengungsian UKA 1 dimana ketika waktunya tidur keluarga-keluarga korban disatukan didalam satu ruangan tanpa ada pembatas yang wajar antara keluarga yang satu dengan yang


(29)

lainnya, sehingga keamanan, privasi antara keluarga tidak terjaga dan perlindungan terhadap anak juga tidak dapat diawasi.

Perlindungan anak dalam prespektif hak anak juga sangat memprihatinkan dalam hal pemenuhan gizi mereka. Asupan makanan yang diberikan di Posko Pengungsian UKA 1 kurang layak yang tidak mengandung gizi yang diperlukan anak yang berada dalam masa pertumbuhan. Kurangnya pemenuhan gizi ini dapat mengakibatkan anak-anak terjangkit penyakit.


(30)

BAB V ANALISIS DATA

5.1 Pengantar

Pada bab ini akan dibahas tentang analisa data dengan menggunakan analisis tabel tunggal, dimana data tersebut diperoleh dari hasil penelitian melalui (angket) kuesioner. Kuesioner berisikan daftar pertanyaan yang sudah dibuat dan kemudian disebarkan kepada anak-anak korban bencana erupsi Gunung Sinabung dan data hasil penelitian ini diperoleh langsung dari anak-anak korban bencana erupsi Gunung Sinabung dimana anak yang menjadi responden atau sampel penelitian berjumlah 26 orang dengan menggunakan teknik penarikan sampel quota dimana tiap tingkatan sekolah diambil sampelnya.

Menganalisis data merupakan suatu upaya untuk menata data dan mengelompokkan data menjadi satu bagian-bagian tertentu berdasarkan jawaban responden. Analisis data yang dimaksud adalah interpretasi langsung berdasarkan data dan informasi yang diperoleh di lapangan.

Berdasarkan melalui penyebaran angket atau kuesioner diperoleh data tentang latar belakang responden melalui jenis kelamin, usia, pendidikan, agama, suku bangsa, hobby dan cita-cita. Selain itu diperoleh juga bagaimana penanganan-penanganan yang dilakukan kepada anak-anak korban bencana erupsi Gunung Sinabung yang berbasis perlindungan anak Kebutuhan minimum seperti pengan dan sandang, pendidikan darurat, kesehatan dan psikososial.

Agar pembahasan tersebut tersusun secara sistematis dan jelas, maka analisis dalam penelitian ini dilakukan dengan membagi dua sub bab berikut ini:

A. Karakteristik umum responden


(31)

5.2 Karakteristik Umum Responden

5.2.1 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Data distribusi responden berdasarkan jenis kelamin disajikan dalam tabel 5.1 berikut ini:

Tabel 5.1

Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%)

1 2

Laki-laki Perempuan

14 12

53, 9 46,1

Total 26 100%

Sumber: Data Primer, September 2014

Berdasarkan data yang diperoleh peneliti di lapangan dapat diketahui bahwa mayoritas anak-anak yang mengungsi di Posko Pengungsian UKA berjenis kelamin laki yaitu sebanyak 14 responden (53,9%), hal ini berimbang dengan anak-anak berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 12 responden (46,1%). Sampel yang telah ditetapkan sebagai responden dalam penelitian ini tidak mempunyai kriteria tertentu, baik laki-laki dan perempuan dapat dijadikan sampel dimana keseluruhan responden mendapatkan penanganan yang berbasiskan perlindungan anak seperti kebutuhan minimum, pendidikan darurat, kesehatan dan psikososial.

5.2.2 Distribusi Responden Berdasarkan Usia

Usia merupakan faktor yang menetukan apakah kegiatan usaha meningkatkan kesejahteraan sosial anak melalui program-program penanganan anal korban erupsi Gunung Sinabung yang berbasis perlindungan anak oleh Posko Pengungsian UKA I berhasil atau tidak. Penanganan anak korban erupsi Gunung Sinabung yang diberikan haruslah sesuai


(32)

dengan usia responden sehingga mudah dipahami dan dipraktekkan. Data distribusi responden berdasarkan usia disajikan dalam tabel 5.2 berikut ini:

Tabel 5.2

Distribusi Responden Berdasarkan Usia

No Usia Frekuensi Persentase (%)

1 2 3

10-12 13-15 16-18

6 12

8

23,1 46,2 30,7

Total 26 100%

Sumber: Data Primer, September 2014

Berdasarkan data yang disajikan pada tabel 5.2 dapat diketahui bahwa mayoritas responden berusia 13-15 tahun yaitu sebanyak 12 anak (46,2%). Selain itu anak-anak yang menginjak remaja yaitu berumur 16-18 tahun sebanyak 8 responden (30,7%) dan usia 10-12 tahun sebanyak 6 responden (23,1%). Meskipun masih banyak anak-anak yang berusia dewasa muda namun penanganan yang dilakukan tidak begitu sulit seperti menangani anak-anak akhir yang masih dibawah 12 tahun. Mereka bisa menerima keadaan yang terjadi pasca erupsi Gunung Sinabung dengan giat dan berpartispasi dalam program atau kegiatan penanganan korban yang diberi. Selain itu responden yang berusia 16-18 tahun yang telah matang secara pikiran dan perasaaan lebih gampang untuk diarahkan dan diberikan penanganan. Mereka sedikit bisa menerima dengan apa yang terjadi saat itu.


(33)

5.2.3 Distribusi Responden Berdasarkan Agama

Data distribusi responden berdasarkan agama disajikan dalam tabel 5.3 dibawah ini yaitu:

Tabel 5.3

Data Distribusi Responden Berdasarkan Agama

No Agama Frekuensi Persentase (%)

1 2 3

Islam

Kristen Protestan Kristen Katolik

14 7 5

53,9 26,9 19,2

Total 26 100%

Sumber: Data Primer, September 2014

Berdasarkan data yang disajikan pada tabel 5.3 dapat diketahui bahwa mayoritas anak yang mendapatkan penanganan berbasiskan perlindungan anak pasca erupsi Gunung Sinabung adalah beragama islam yaitu berjumlah 14 responden dengan persentase 53,9%. Selain itu anak-anak yang beragama Kristen Protestan sebanyak 7 responden (26,9%) dan beragama Kristen Khatolik berjumlah 5 responden (19,2%). Dalam pemberian penanganan kepada anak-anak korban bencana di Posko Pengungsian UKA I tidak membeda-bedakan antara agama yang satu dengan agama lainnya dengan hal lain tidak beraroma SARA. Salah satu hak dalam penanganan anak korban bencana menurut seorang aktivis berkebangsaan Inggris yaitu Eglantyne Jebb adalah hak mendapatkan persamaan. Seluruh anak yang menjadi korban erupsi Gunung Sinabung sama diperlakukan baik itu dalam asupan makan, pendidikan kesehatan atau pemulihan fisik, psikis dan psikologis anak. Meskipun anak beragma islam ataupun Kristen semua perlakuan dan hak yang harus mereka terima adalah sama.


(34)

5.2.4 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Data distribusi responden berdasarkan pendidikan disajikan dalam tabel 5.4 berikut ini:

Tabel 5.4

Data Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

No Tingkat Pendidikan Frekuensi Persentase (%)

1 2 3

SD SMP SMA

6 12

8

23,1 46,2 30,7

Total 26 100%

Sumber: Data Primer, September 2014

Berdasarkan data yang disajikan pada tabel 5.4 dapat diketahui bahwa responden yang mendapatkan penanganan pasca erupsi Gunung Sinabung di Posko Pengungsian UKA I didominasi oleh anak-anak yang duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP) yaitu 12 responden (46,2%), selebihnya masih duduk dibangku SD yaitu 6 responden (23,1%) dan SMA berjumlah 8 responden (30,7%). Bagi anak-anak yang masih duduk di bangku sekolah dasar dalam pemberian penanganan yang berbasiskan perlindungan anak masih dalam penanganan yang ketat. Ini beralasan karena anak-anak yang masih berada pada usia bermain masih sering atau intens diawasi oleh orang tua mereka. Kedekatan anak dan ibu diperlukan dalam hal ini, sehingga dalam penanganan anak masih melibatkan orang tua dan belum bisa disamakan penanganannya dengan anak-anak yang duduk di bangku sekolah menengah.

5.2.5 Distribusi Responden Berdasarkan Suku

Berdasarkan data yang diperoleh peneliti di lapangan, mayoritas pengungsi di Posko Pengungsian UKA I adalah Suku Karo. Suku Karo kental dengan wilayah setempat dimana


(35)

belum banyak pendatang atau suku lain yang berdomisili di wilayah Kabanjahe ini. Meskipun anak-anak yang mengungsi di Posko Pengungsian UKA I ini berasal dari berbagai desa yang ada di Kabupaten Karo namun semuanya bersuku Karo dengan tipe marga yang berbeda-beda.

5.2.6 Distribusi Responden Berdasarkan Asal Desa

Data distribusi responden berdasarkan asal desa dapat disajikan dalam tabel 5.5 dibawah ini, yaitu:

Tabel 5.5

Distribusi Responden Berdasarkan Asal Desa

No Asal Desa Frekuensi Persentase (%)

1 2 3

Simacem Bekerah Kuta Tonggal

11 7 8

42,4 26,9 30,7

Total 26 100%

Sumber: Data Primer, September 2014

Berdasarkan data yang disajikan pada tabel 5.5 dapat diketahui bahwa mayoritas anak korban bencana erupsi Gunung Sinabung yang berada di Posko Pengungsian UKA I berasal dari Desa Simacem yaitu 11 responden dengan persentase 42,4%. Selain itu anak yang berasal dari Desa Kuta Tonggal berjumlah 8 anak (30,7%) dan asal Desa Bekerah berjumlah 7 anak (26,9%). Posko Pengungsian UKA I merupakan posko yang berada di radius 10 km Gunung Sinabung yang terletak di Kecamatan Kabanjahe. Penanggung jawab lapangan yaitu Badan Penanganan Bencana Daerah (BPBD) merekomendasikan pengungsi yang berasal dari desa Simacem, Bekerah dan Kuta Tonggal untuk ditempatkan di Posko Pengungsian UKA I


(36)

ini. Alasan ditempatkan pengungsi di beberapa posko bukan karena jarak tempuh yang dekat ataupun jauh, ini dikarenakan telah ada pengelompokkannya.

5.2.7 Distribusi Responden Berdasarkan Hobby

Data distribusi responden berdasarkan hobby dapat disajikan dalam tabel 5.6 dibawah ini, yaitu:

Tabel 5.6

Data Distribusi Responden Berdasarkan Hobby

No Hobby Frekuensi Persentase (%)

1 2 3 4 5 6 7 Sepak bola Bola volley Membaca Memancing Bersepeda Renang Bernyanyi 7 3 4 1 3 3 5 26,9 11,5 15,3 3,84 11,5 11,5 19,2

Total 26 100%

Sumber: Data Primer, September 2014

Hobby merupakan sebuah kegemaran, kesenangan istimewa pada waktu senggang namun bukan pekerjaan utama bukan sebagai mata pencaharian yang bertujuan untuk memenuhi keinginan dan mendapatkan kesenangan. Berdasarkan data yang telah disajikan pada tabel 5.6 dapat diketahui bahwa sepak bola menjadi salah satu hobby anak-anak di Posko Pengungsian UKA I yaitu 7 responden dengan persentase 26%. Mayoritas anak-anak di Posko Pengungsian UKA I berjenis kelamin laki-laki hampir setiap harinya para relawan atau teamwork yang bertugas memulihkan trauma mengajak anak-anak ke lapangan untuk


(37)

bermain bola. Mereka berbaur bersama mencari lapangan untuk bermain sepakbola. Selain itu bernyanyi menjadi hobby kedua terbanyak anak-anak yang berada di posko pengungsian UKA I.

Bernyanyi telah menjadi kebiasaan di dalam Posko Pengungsian UKA 1 baik itu oleh orang tua atau anak-anak. Dalam metode belajar, bernyanyi menjadi salah satu metode belajar anak-anak. Bernyanyi dianggap menjadi salah satu cara menghibur diri sendiri yang paling ampuh untuk sedikit melupakan apa yang terjadi. Di Posko Pengungsian UKA I, para tenaga pembantu pemulihan trauma anak, mengajak anak-anak benrnyanyi lagu anak-anak yang didalamnya terkandung pesan moral yang tinggi. Sekali dalam seminggu di dalam posko diadakan lomba menyanyi bagi anak-anak yang memiliki bakat bernyanyi, anak-anak sangat antusias dan hal ini menjadi kesenangan dan keceriaan yang terdapat di posko ini.

Selain itu membaca juga sebagai salah satu hobby anak-anak di Posko Pengungsian UKA I yaitu berjumlah 4 anak (15,3%). Salah satu bantuan pemerintah bagi anak-anak yaitu mendatangkan perpustakaan mobil ke posko pengungsian, dimana anak-anak bisa meminjam buku yang mereka sukai baik itu buku pengetahuan, komik ataupun buku-buku dongeng. Bagi anak-anak yang memiliki minat baca yang tinggi mereka sangat antusias ketika mobil perpustakaan keliling tiba.


(38)

5.2.8 Distribusi Responden Berdasarkan Cita-Cita

Berdasarkan data distribusi responden berdasarkan cita-cita disajikan dalam tabel 5.7 dibawah ini, yaitu:

Tabel 5.7

Data Distribusi Responden Berdasarkan Cita-Cita

No Cita-cita Frekuensi Persentase (%)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 Pesepakbola Guru

Model dan akting Bidan atau dokter Pilot Polisi Tentara Polwan Penyanyi 3 5 2 2 2 6 1 1 4 11,5 19,2 7,7 7,7 7,7 23,1 3,85 3,85 15,39

Total 26 100%

Sumber: Data Primer, September 2014

Cita-cita merupakan sesuatu yang ingin dicapai yang disertai dengan perencanaan dan tindakan untuk mencapainya. Berdasarkan data yang telah disajikan pada tabel 5.7 dapat diketahui bahwa mayoritas responden bercita-cita ingin menjadi polisi yaitu sebanyak 6 anak (23,1%). Selain itu guru juga menjadi keinginan anak-anak jika mereka besar nanti yaitu sebanyak 5 anak (19,2%). Beberapa pertanyaan terbuka yang diberikan responden mengemukakan ketertarikan responden menjadi polisi adalah ingin menjaga lalu lintas daerah dan tanah nmereka yang rawan akan perampokan. Selain itu menjadi guru merupakan cita-cita yang juga banyak diinginkan oleh anak-anak yang terdapat di Posko Pengungsian UKA I.


(39)

Beberapa pertanyaan terbuka yang diberikan responden mengemukakan ketertarikan responden menjadi guru adalah ingin mengajar dan mendidik adik-adik mereka di panti kelak ataupun adik mereka dalam keluarga, selain itu mereka ingin membanggakan orang tua dengan mewujudkan impian mereka karena menjadi guru adalah tugas mulia

5.3 Tentang Gunung Sinabung

5.3.1 Pengetahuan tentang Gunung Sinabung

Berdasarkan data yang diperoleh peneliti di lapangan tentang Gunung Sinabung keseluruhan reponden menjawab bahwa Gunung Sinabung pada saat ini berada pada tingkat yang mengkhawatirkan. Erupsi masih sering terjadi meski dalam skala kecil, asap yang timbul menganggu jarang pandang dan membuat rasa waswas dan ketakutan yang sering. Selain itu erupsi Gunung Sinabung dalam skala besar yang terjadi pada akhir tahun banyak menimbulkan korban jiwa, rumah-rumah dan ladang milik orang tua mereka rusak yang menimbulkan kerugian yanhg sangat besar.

Berdasarkan wawancara dengan salah satu responden bernama Santri Br. Sinuraya asal Desa Kuta Tonggal sebagai berikut: “saya, adik saya, orang tua saya tidak menginginkan peristiwa ini terjadi, tapi tuhan berkata lain ini milik tuhan dan kembali kepada tuhan. Ladang-ladang bapak saya rusak, rumah saya tidak bisa ditempati karena desa saya menjadi salah satu desa terparah terkena awan panas dan erupsi pada saat itu. Namun saya bersyukur saya masih memiliki keluarga lengkap”.

5.3.2 Pengetahuan tentang Perkembangan Gunung Sinabung

Berdasarkan data yang diperoleh peneliti di lapangan, keseluruhan responden mengatakan bahwa Gunung Sinabung masih sering mengeluarkan erupsi kecil dan getaran yang masih terasa. Namun skala letusan kecil tidak seperti beberapa bulan lalu. Namun


(40)

pemandangan tidak elok lagi karena tanaman, pepohonan rusak dan tidak hijau lagi. Sejak tinggal di posko anak-anak sedikit melupakan aktivitas Gunung Sinabung, ini dikarenakan anak-anak tidak wajib untuk mengetahui hal tersebut dianggap akan mengingatkan lagi memori buruk beberapa bulan yang lalu.

5.3.3 Tempat Aman

Berdasarkan data yang diperoleh peneliti dilapangan, keseluruhan responden ingin mencari tempat aman untuk bertempat tinggal namun masih dalam kawasan Kecamatan Kabanjahe. Alasannya sangat jelas, anak-anak masih berada dalam pengawasan dan perlindungan orang tua, orang tua mereka tidak ingin meninggalkan bekas kepemilikan mereka begitu saja, apa-apa yang masih bisa dipertahankan akan diperjuangkan sampah darah penghabisan. Namun untuk melanjutkan kehidupan, relokasi menjadi alternatif terbaik bagi korban erupsi Gunung Sinabung pada saat ini.

5.4 Tentang Pengungsian

5.4.1 Kepemilikan Keluarga Inti

Data distribusi responden berdasarkan kepemilikan keluarga Inti dapat disajikan dalam tabel 5.8 berikut ini, yaitu:

Tabel 5.8

Data Distribusi Responden Berdasarkan Kepemilikan Keluarga Inti

No Kategori Frekuensi Persentase (%)

1 2

Ya Tidak

20 6

77 30

Total 26 100%


(41)

Berdasarkan data yang telah disajikan pada tabel 5.8 dapat diketahui bahwa mayoritas responden masih berdampingan dengan keluarga lengkap atau inti bersama ayah dan ibu yaitu 20 responden dengan persentase 77% dan 6 anak (33) tidak memiliki keluarga lengkap. Keluarga inti menjadi salah satu tonggak kebahagiaan seorang anak dalam menata hidup, meskipun ketika bahagia dan saat susah. Ketika suatu keluarga diuji dengan adanya musibah atau kejadian, saat itu juga dapat terlihat kekompakan sebuah keluarga. Selain itu 6 responden ada berstatus anak yatim atau piatu. Meskipun status tersebut diperoleh bukan karena bencana erupsi Gunung Sinabung yang terjadi namun telah ditinggalkan orang tuanya ketika bayi, selain itu karena sakit. Namun Posko Pengungsian UKA I memberikan pelayanan kepada semua anak dengan sama tanpa memandang anak-anak tersebut masih memiliki ayah ibu atau tidak.

5.4.2 Awal Berada Di Lokasi Pengungsian

Data distribusi responden berdasarkan waktu pertama kali berada di lokasi pengungsian dapat disajikan pada tabel 5.9 berikut ini, yaitu:

Tabel 5.9

Data Distribusi Responden Berdasarkan Waktu Pertama Kali Berada Di Lokasi Pengungsian

No Waktu Frekuensi Persentase (%)

1 2

Bulan 9 Bulan 12

18 8

69,23 30,77

Total 26 100%

Sumber: Data Primer, September 2014

Berdasarkan data yang disajikan pada tabel 5.9 dapat diketahui bahwa mayoritas responden berada di lokasi pengungsian di Posko Pengungsian UKA I pada bulan September


(42)

2013 yaitu sebanyak 18 responden (69,23%) dan pada bulan desember sebanyak 8 responden (30,77%) dimana anak-anak pengungsi ini awalnya berasal dari Posko Jambur Desa Nemanteran yang berada pada radius 5 km. Aktivitas Gunung Sinabung meningkat di Bulan Desember yang tidak memungkinkan Posko Jambur beroperasi lagi, maka pindah ke Posko Pengungsian UKA I yang berada di radius 7 km. Posko Pengungsian UKA I aktif melaksanakan kegiatan penanganan korban erupsi Gunung Sinabung desember 2013.

Hal tersebut telah menjadi peraturan koordinator lapangan atau orang yang bertanggung jawab dalam hal ini yaitu BPBD dan Pemerintahan Kabupaten Karo sebagai langkah awal penyelamatan warga pasca erupsi Gunung Sinabung. Pada saat itu yang menjadi prioritas pertama adalah anak-anak dan perempuan. Hingga saat ini pengungsi yang berada di Posko Pengungsian UKA I semakin berkurang karena banyak jumlah kepala keluarga yang meninggalkan posko karena lebih memilih bertempat tinggal dengan saudara mereka, namun masih ada yang masih bertahan sembari menunggu relokasi yang nmenjadi janji dari pemerintah setempat. Hal tersebut semakin membuat pengungsi bosan karena tidak ada kelanjutan janji relokasi tersebut.

Permasalahan relokasi bukan sebuah pemikiran yang harus dipikirkan oleh anak-anak. Orang dewasa harus mengawasi anak-anak untuk tidak ikut memikirkan masalah oranmg dewasa. Anak-anak hanya bermain dan belajar agar tumbuh kembang anak tidak terganggu dengan beban pikiran orang dewasa.


(43)

5.4.3 Pemilihan Posko Pengungsian UKA I

Data distribusi responden berdasarkan alasan responden memilih Posko Pengungsian UKA I sebagai lokasi pengungsian disajikan dalam tabel 5.10 sebagai berikut:

Tabel 5.10

Data Distribusi Responden Berdasarkan Alasan Responden Memilih Posko Pengungsian UKA I

No Kategori Frekuensi Persentase (%)

1 2 3

Orang tua

Pemerintah Daerah

Penanggung Jawab Lapangan atau BPBD

4 8 14

15,39 30,77 53,84

Total 26 100%

Sumber: Data Primer, September 2014

Berdasarkan data yang telah disajikan pada tabel 5.10 diketahui bahwa mayoritas responden memilih Posko Pengungsian UKA I sebagai lokasi pengungsian sementara direkomendasikan oleh Penanggung jawab lapangan daerah atau BPBD yaitu sebanyak 14 responden (53,84%), selain itu 8 anak (30,77%) menjawab pemerintah daerah sebagai pihak yang merekomendasikan Posko Pengungsian UKA I sebagai tempat hunian sementara. Pengungsi tiga desa seperti Kuta Tonggal, Simacem dan Bekerah direkomendasikan mengungsi ke Posko Pengungsian UKA I yang terletak di radius 7 km dikarenakan peningkatan aktivitas Gunung Sinabung yang tidak memnungkinkan aktivitas masyarakat terjadi di radius 3-5 km.

5.4.4 Respon terhadap Posko Pengungsian UKA I

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan peneliti di lapangan dapat diketahui bahwa keseluruhan responden menggambarkan keadaan Posko Pengungsian UKA I erupsi


(44)

Gunung Sinabung sebagai lokasi pengungsian padat penduduk, ribut dan memiliki hawa panas. Hal tersebut wajar mengingat di Posko Pengungsian UKA I lebih dari 300 kepala keluarga yang mendiami Posko Pengungsian UKA I dengan berbagai aktivitas di dalamnya, ditambah lagi dengan para relawan, penanggung jawab lapangan maupun pemerintah yang sering berdatangan semakin meramaikan pengungsian ini. Namun dibalik hal itu semua, di Posko Pengungsian UKA I yang notabenenya berasal dari berbagai desa, budaya gotong royong atau empati tersebut sangat kental terasa, mereka saling baur membaur dan berkeluh kesah satu sama lain terhadap kejadian yang merusak kehidupan mereka saat ini.

5.5 Penanganan Anak Korban Bencana Erupsi Gunung Sinabung

Uraian tentang penanganan anak korban bencana erupsi Gunung Sinabung di Posko Pengungsian UKA 1 Kecamatan Kabanjahe Kabupaten Karo yang Berbasis Perlindungan Anak akan disajikan dalam beberapa sub bagian yaitu kebutuhan minimum, pendidikan darurat, kesehatan dan psikososial.

5.5.1 Kebutuhan Minimum

Kebutuhan minimum merupakan akses terhadap pangan apakah terpenuhi kebutuhan makan 4 sehat 5 sempurna, ketercukupan stok pangan, kualitas makan (bergizi atau tidak bergizi), jenis dan kesehatan makanan. Dalam hal ini ketercukupan stok makanan pokok harus terpenuhi seperti bubur atau ubi-ubian, kacang-kacangan dan sumber lemak, tersedianya makanan yang mengandung vitamin C, A atau makanan yang kaya zat besi jika perlu pemberian susu gratis kepada korban bencana yang masih balita.

Selain itu kebutuhan minimum merupakan salah satu kebutuhan dasar anak yang harus dipeuhi selama anak-anak berada di pengungsian. Tidak hanya kebutuhan akan makanan namun sandang atau pakaian, pendidikan juga kebutuhan dasar yang terpenuhi bagi


(45)

anak-anak. Kebutuhan minimum merupakan hak dasar anak dan terdapat di segala peraturan baik itu Undang-Undang Kesejahteraan Anak, Perlindungan Anak dan Konvensi Hak Anak. Tidak mampunya orang dewasa memenuhi hak dasar tersebut dianggap melanggar undang-undang atau peraturan terkait dan tentu aka nada sanksi. Adapun kebutuhan minimum yang akan disajikan berupa terpenuhinya kebutuhan makan, terpenuhinya makanan 4 sehat 5 sempurna, kualitas makanan, makanan tambahan dan lain-lain.

1. Terpenuhi atau tidaknya kebutuhan makan

Data distribusi responden berdasarkan terpenuhi atau tidaknya kebutuhan makan dapat disajikan pada tabel 5.11 berikut ini:

Tabel 5.11

Data Distribusi Responden Berdasarkan Berdasarkan Terpenuhi Atau Tidaknya Kebutuhan Makan

No Kategori Frekuensi Persentase (%)

1 2

Terpenuhi Tidak terpenuhi

23 3

88,46 11,53

Total 26 100%

Sumber: Data Primer, September 2014

Berdasarkan data yang telah disajikan pada tabel 5.11 dapat diketahui mayoritas responden terpenuhi kebutuhan makan setiap hari selama berada di Posko Pengungsian UKA I yaitu sebanyak 23 responden (88,46%), selain itu 3 responden (11,53%) menjawab kebutuhan makan tidak terpenuhi. Makan merupakan kebutuhan wajib bagi setiap manusia. Di Posko Pengungsian UKA I ada hal tersendiri yang unik, biasanya dapur umum dikerjakan oleh aparat TNI namun ini berbeda pengungsi sendiri yang memenuhi kebutuhan makan mereka dengan bahan makan yang telah disediakan oleh koordiantor lapangan yang terdapat


(46)

di Posko Pengungsian UKA I. Adapun sistem masak yang diterapkan adalah yaitu sistem masak sendiri.

Sistem masak sendiri dimana pengungsi yang terlibat langsung dalam pemenuhan makan mereka. Koordinator Posko Pengungsian UKA I membagi jumlah pengungsi berdasarkan jumlah kepala keluarga dengan 7 hari dalam seminggu. Setelah itu dibagi lagi dengan intensitas makan pengungsi yaitu 3 kali sehari. Misalnya terdapat 382 jumlah kepala keluarga dibagi 7 hari dibagi lagi dengan 3 kali diperoleh hasil 35 kepala keluarga yang melakukan aktivitas masak di dapur umum setiap harinya. Piket ini bergilir satu kali dalam seminggu dimana bapak dan ibu yang melakukannya atau memasak di dapur umum. Mereka sangat antusias memenuhi kebutuhan mereka dan anak mereka, sehingga anak-anak dalam hal ini terhindar dari rasa lapar.

2. Terpenuhi atau tidaknya makanan 4 sehat 5 sempurna

Data distribusi responden berdasarkan terpenuhi atau tidaknya makanan 4 sehat 5 sempurna dapat disajikan dalam tabel 5.12 berikut ini:

Tabel 5.12

Data Distribusi Responden Berdasarkan Terpenuhi Atau Tidaknya Makanan 4 Sehat 5 Sempurna

No Kategori Frekuensi Persentase (%)

1 2

Terpenuhi Tidak terpenuhi

2 24

7,7 92,3

Total 26 100%

Sumber: Data Primer, September 2014

Berdasarkan data yang telah disajikan pada tabel 5.12 dapat diketahui bahwa mayoritas responden tidak terpenuhi kebutuhan makanan 4 sehat 5 sempurna sejak


(47)

mengungsi di Posko Pengungsian UKA 1 yaitu sebanyak 24 responden dengan persentase 92,3 %, selain itu 2 responden (7,7%) terpenuhi kebutuhan makanan 4 sehat 5 sempurna mereka dengan asupan vitamin dan protein yang terkandung di dalam susu atau buah-buahnan. Hal ini beralasan karena dari beberapa pertanyaan seputaran hal ini, susu sangat jarang mereka konsumsi, hal ini dikarenakan frekuensi donator yang menyumbangkan susu untuk anak-anak sangat jarang. Selain itu kebutuhan akan sayur dan buah juga sangat jarang karena yang menjadi sayur adalah mie instant. Aktivitas Gunung Sinabung yang sering mengeluarkan erupsi ataupun awan panas membuat tanah atau ladang tanaman menjadi rusak dan membuat hasil tanam keseluruhaannya mati dan beresiko beracun.

3. Kualitas Makanan

Data distribusi responden berdasakan kualitas makanan yang didapat dapat disajikan pada tabel 5.13 berikut ini:

Tabel 5.13

Data Distribusi Responden Berdasakan Kualitas Makanan

No Kualitas makanan Frekuensi Persentase (%)

1 2

Bergizi Tidak bergizi

4 22

15,39 84,61

Total 26 100%

Sumber: Data Primer, September 2014

Makanan berkualitas seringkali diukur dengan densitas gizi (kepadatan gizi) atau jumlah gizi yang terkandung di dalam sejumlah volume makanan. Makanan padat akan gizi memiliki banyak kandungan gizi yang pada umumnya dengan kalori yang rendah. Semua makanan berkualitas yang mungkin pernah anda dengar padat akan gizi. Sedangkan makanan yang padat energi memiliki lebih banyak kalori untuk volume makanan dan pada umumnya


(48)

miskin gizi. Makanan yang berkualitas juga sering diartikan dengan makanan yang bergizi. Makanan bergizi adalah makanan yang cukup kualitas dan kuantitasnya serta mengandung unsur yang dibutuhkan tubuh dalam jumlah yang sesuai dengan kebutuhan.

Berdasarkan data yang telah disajikan pada tabel 5.13 dapat diketahui bahwa mayoritas responden yaitu 22 responden (84,62%) mengklaim makanan yang mereka asup setiap harinya tidak bergizi. Selain itu 4 responden (15,39%) mengatakan makanan yang mereka konsumsi bergizi. Pemikiran yang berbeda-beda setiap orang akan mempengaruhi penilaian terhadap sebuah objek. Selain asupan makanan yang monoton alias hanya itu-itu saja, kondisi dapur umum tidak tertata rapi dan kumuh. Selain itu ketersediaan air sangat minim sehingga penggunaan air untuk membersihkan bahan makanan yang akan dimasak dipergunakan apa adanya. Mie instant menjadi makanan yang sering dikonsumsi pengungsi Posko Pengungsian UKA I tidak terkecuali dengan anak-anak. Kandungan mie instant yang berbahaya jika dikonsumsi setiap harinya mengakibatkan anak-anak sering mengalami sakit perut. Berdasarkan observasi yang dilakukan, anak-anak lebih sering mengonsumsi makanan yang sifatnya tahan lama seperti mie instant, ikan asin, ikan teri dan ikan kaleng. Selain itu kebutuhan sayur mayor yang dikonsumsi hanya kol jarang sekali ada variasi sayuran yang diperoleh anak-anak.

Namun hal tersebut mungkin telah menjadi kebiasaan yang ada di posko pengungsian. Makanan yang mudah disajikan itulah yang paling banyak diberikan. Sehingga dampaknya terjadi pada kondisi kesehatan pengungsi jika mengonsumsi makanan yang tidak sehat, selain itu kondisi pengungsian yang penuh sesak semakin membuat kata sehat itu jauh dari harapan para pengungsi.


(49)

4. Makanan Tambahan

Data distribusi responden berdasarkan ada atau tidaknya makanan tambahan yang dikonsumsi oleh anak-anak korban erupsi Gunung Sinabung di Posko Pengungsian UKA I dapat disajikan pada tabel 5.14 berikut ini:

Tabel 5.14

Data Distribusi Responden Berdasarkan Ada Atau Tidaknya Makanan Tambahan

No Kategori Frekuensi Persentase (%)

1 2

Ada Tidak ada

4 22

15,39 84,61

Total 26 100%

Sumber: Data Primer, September 2014

Makanan tambahan adalah makanan bergizi sebagai tambahan selain makanan utama bagi kelompok sasaran guna memenuhi kebutuhan gizi. Berdasarkan data yang telah disajikan pada tabel 5.14 dapat diketahui bahwa mayoritas responden yaitu 22 responden (84,61%) tidak pernah mendapatkan makanan tambahan selama mereka berada di Posko Pengungsian UKA I. Adapun jenis makanan tambahan yang didapat oleh anak-anak selama berada di Posko Pengungsian UKA I adalah jenis-jenis bubur seperti bubur kacang hijau, bubur sumsum dan bubur jagung. Menurut pengamatan saya pemberian bubur kepada anak-anak tidak sering karena bahan makanan yang masuk untuk bahan bubur sangat jarang.

Hampir 1 tahun sejak meletusnya Gunung Sinabung, perhatian orang-orang baik pemerintah, LSM ataupun relawan semakin minim, namun masih ada pihak-pihak yang masih menyumbangkan rezeki mereka. Selain itu 4 responden menjawab mendapat makanan tambahan dengan persentase 15,39 % seperti biskuat, bubur dan snack. Hal tersebut terjadi karena untung-untungan. Anak-anak yang bersifat tidak mau berdiam diri di posko akhirnya mereka mencari kesenangan sekitaran posko dan memperoleh makanan tambahan tersebut.


(50)

5. Peralatan Makan

Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti di lapangan, bahwa keseluruhan responden mendapatkan peralatan makan seperti gelas, piring dan sendok. Setiap anak memiliki masing-masing peralatan makan dengan corak gambar animasi yang kebanyakan merupakan kesukaan anak-anak. Hal tersebut dilakukan untuk menambah ketertarikan anak dan menumbuhkan selera makan pada anak. Menurut pengamatan peneliti di lapangan pemberian peralatan makan hanya diberikan ketika pengungsi pertama kali berada di Posko Pengungsian UKA I berupa piring, sendok dan gelas. Peralatan makan tersebut sifatnya milik pribadi anak-anak tidak bersifat kolektif. Pergantian peralatan makan jika terjadi kehilangan atau tidak layak pakai lagi.

6. Frekuensi Diberi Bantuan Pakaian

Data distribusi responden berdasarkan frekuensi diberi bantuan pakaian sejak berada di Posko Pengungsian UKA I dapat disajikan dalam tabel 5.15 berikut ini:

Tabel 5.15

Data Distribusi Responden Berdasarkan Frekuensi Diberi Pakaian

No Diberi Pakaian Frekuensi Persentase

1 2

Sering Jarang

10 16

38,46 61,54

Total 26 100%

Sumber: Data Primer, September 2014

Berdasarkan data yang telah disajikan pada tabel 5.15 dapat diketahui bahwa mayoritas responden yaitu sebanyak 16 responden (61,54%) jarang memperoleh pakaian selama berada di Posko Pengungsian UKA I. Hal ini disebabkan karena Posko Pengungsian UKA I merupakan posko peralihan dari posko sebelumnya tanggung jawab posko


(51)

memberikan apa yang mereka butuhkan sedikit berkurang. Selain itu para pengungsi membawa seluruh pakaiannya dari rumah mereka ke tempat pengungsian. Hasil wawancara dengan salah satu anak yang bernama Endah Niafika Br. Ginting yaitu: “saya dengan saudara-saudara saya masih bisa membawa pakaian dari rumah ke pengungsian, saya hanya diberi pakaian 3 kali sejak berada di pengungsian hanya 7 pasang pakaian yang saya peroleh. Namun saya bersyukur masih diberi pakaian”.

Berdasarkan observasi yang dilakukan pemenuhan kebutuhan pakaian cukup, cukup diartikan anak-anak bisa mengganti setiap hari pakaiannya. Namun anak-anak identik dengan bermain apa yang mereka sukai tanpa memandang kebersihan lingkungan tempat mereka bermain. Terkadang pakaian yang mereka kenakan kotor dan berbau sehingga harus mengganti dengan pakaian bersih. Pakaian yang semestinya diganti dalam satu kali sehari menjadi dua kali. Bagi anak-anak pakaian satu hari dalam sehari tidak ideal.

Berbeda dengan 10 responden (38,46%) dimana mereka sangat sering mendapatkan pakaian bekas. Dari hasil wawancara dengan beberapa anak setiap minggunya anak-anak bisa mendapatkan 3 pasang baju. Selain itu anak-anak-anak-anak yang berada di bawah naungan lembaga seperti halnya KKSP bisa mendapatkan pakaian baru, dimana anak-anak diajak ke pusat perbelanjaan seperti pasar untuk memilih pakaian yang mereka sukai dengan dana yang diberikan ke per anak tersebut. Pakaian yang bisa dibeli yaitu pakaian biasa ataupun seragam sekolah.

7. Jenis Pakaian

Berdasarkan data yang diperoleh peneliti dilapangan, keseluruhan responden menjawab pakaian bekas yang sering didapat selama menjadi pengungsi di Posko UKA I. pakaian bekas ini berasal dari sumbangan-sumbangan dari berbagai kalangan baik itu pemerintah atau masyarakat. Jenis pakaian yang diberikan berupa celana panjang, kaos dan


(52)

pakaian dalam. Namun untuk pakaian dalam diberikan pakaian baru. Selain itu untuk anak-anak diberikan pakaian sekolah, kaos dan celana ataupun jika ada jacket. Bagi balita diberikan pampers atau kain gendong untuk menghangatkan para balita.

8. Kualitas Pakaian

Data distribusi responden berdasarkan puas atau tidak puasnya dengan kualitas pakaian disajikan pada tabel 5.16 berikut ini:

Tabel 5.16

Data Distribusi Responden Berdasarkan Puas Atau Tidak Puasnya Dengan Kualitas Pakaian

No Kategori Frekuensi Persentase

1 2

Puas Tidak Puas

9 17

34,61 65,39

Total 26 100%

Sumber: Data Primer, September 2014

Berdasarkan data yang telah disajikan pada tabel 5.16 dapat diketahui bahwa mayoritas responden yaitu 17 anak (65,39%) tidak puas dengan kualitas pakaian yang diberikan. Hal ini dikarenakan dengan ukuran baju yang kebanyakan kebesaran di badan mereka, selain itu pakaian yang bersifat pakaian bekas pasti memiliki kekurangan karena ada sobekan sedikit, kancing yang tanggal dan lain-lain membuat sedikit rasa tidak suka anak-anak terhadap pakaian tersebut. Bagi responden yang puas dengan kualitas pakaian mereka adalah anak-anak yang beruntung karena dibawa ke tempat penjualan pakaian oleh pihak-pihak penanggung jawab yang terdapat di Posko Pengungsian UKA I. Hal ini dilakukan denga sembunyi-sembunyi untuk menghindari kecemburuan sosial. Selain itu peran yayasan seperti KKSP dalam hal ini telah mendaftarkan beberapa anak untuk menjadi tanggungannya


(53)

yang bekerja sama dengan pemerintah, sehingga ketika diberikan bantuan para orang tua dan anak dengan didampingi relawan KKSP berbelanja kebutuhan mereka ke pasar. Berdasarkan hasil observasi di lapangan anak-anak puas dengan kualitas pakaian yang diberikan oleh donatur-donatur atau sumbangan masyarakat. Pakaian yang diberikan masih layak pakai, tidak robek dan tidak tipis. Selain itu pakaian yang diberikan masih dalam keadaan tidak berbecak-becak meskipun pakaian tidak bersifat baru.

9. Cara Memilih Pakaian

Data distribusi responden berdasarkan cara anak-anak korban erupsi Gunung Sinabung memilih pakaian dapat disajikan pada tabel 5.17 berikut ini, yaitu:

Tabel 5.17

Data Distribusi Responden Berdasarkan Cara Memilih Pakaian

No Cara Frekuensi Persentase

1 2

Dipilih sendiri Diberikan langsung

15 11

57,7 42,3

Total 26 100%

Sumber: Data Primer, September 2014

Berdasarkan data yang telah disajikan pada tabel 5.17 dapat diketahui bahwa mayoritas responden yaitu sebanyak 15 responden (57,7%) memilih pakaian sendiri ketika datangnya bantuan. Hal ini terjadi ketika 1 bulan 3 bulan awal anak-anak berada di lokasi pengungsian. Pada saat itu sangat banyak pakain bekas yang berdatangan ke posko sehingga para pengungsi direkomendasikan untuk memilih sendiri pakaian yang mereka inginkan. Orang tua mendampingi anak-anak mereka dalam memilih pakaian yang akan dikenakan. Disamping itu 11 responden (42,3%) menyatakan diberikan langsung oleh koordinator lapangan pakaian bekas tersebut. Hal tersebut dikarenakan jumlah pakaian yang sedikit tidak


(54)

diimbangi dengan jumlah pengungsi yang terdapat di Posko Pengungsian UKA I, koordinator lapangan membuat kebijakan bergiliran memberikan pakaian kepada pengungsi untuk menumbuhkan keadilan bagi penanganan para pengungsi di Posko Pengungsian UKA I.

10. Sumber Air

Data distribusi responden berdasarkan ketersediaan sumber air di lokasi pengungsian dapat disajikan pada tabel 5.18 berikut ini, yaitu:

Tabel 5.18

Data Distribusi Responden Berdasarkan Ketersediaan Sumber Air

No Ketersediaan sumber air Frekuensi Persentase (%)

1 2

Mencukupi Tidak mencukupi

9 17

34,61 65,39

Total 26 100%

Sumber: Data Primer, September 2014

Berdasarkan data yang telah disajikan pada tabel 5.18 dapat diketahui bahwa mayoritas responden yaitu sebanyak 17 responden (65,39%) menyatakan ketersediaan sumber air tidak mencukupi untuk kebutuhan masyarakat selama berada di posko pengungsian. Adapun sumber air untuk pemenuhan kebutuhan pengungsi berasal dari air pegunungan yang dipasok ke posko-posko pengungsian dengan bantuan mobil-mobil tangki air milik Pemerintah Kabupaten Karo dan Lembaga Swadaya Masyarakat. Setelah itu air ditampung ke dalam wadah atau tong penampungan.

Pada saat ini posko hanya berharap kepada mobil-mobil tangki yang berdatangan memberikan air bersih yang digunakan untuk keperluan mandi, mencuci dan masak pengungsi, sedangkan untuk keperluan minum pengungsi diberikan air kemasan. Berdasarkan pengamatan peneliti kualitas air yang dipergunakan baik karena sumber air langsung berasal


(55)

dari pegunungan, air tidak berubah warna atau masih jernih dan tidak berbau sehingga masyarakat tidak mengeluhkan kualitas air namun mengeluhkan kuantitas air yang belum mampu mencukupi kebutuhan keseluruhan pengungsi di Posko Pengungsian UKA I.

5.5.2 Pendidikan Darurat

Pendidikan darurat merupakan hal yang sangat penting untuk dipertimbangkan ketika terjadi bencana, anak-anak yang berada di tempat pengungsian maupun shelter sangat membutuhkan keberlangsungan pendidikan yang sesuai dengan tingkatan dan kelompok kelas masing-masing anak. Hal ini dilakukan agar prestasi anak di sekolah tidak tertinggal akan pelajaran, selain itu juga mengajak anak untuk tidak larut dalam kondisi bencana yang dialami oleh mereka. Adapun hal-hal yang diperhatikan dalam pendidikan darurat yaitu pendataan anak-anak, tempat dilaksanakannya proses pendidikan darurat dan proses yang diajarkan dalam pendidikan darurat. Selain itu selama proses belajar mengajar anak-anak diajarkan metode-metode pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan anak. Anak terlibat langsung dalam pengambilan kebijakan akan kebutuhan mereka, karena anak yang mengetahui apa yang mereka inginkan.


(56)

1. Lokasi Pelaksanaan

Data distribusi responden berdasarkan tempat dilaksanakannya pendidikan darurat kepada responden dapat disajikan pada tabel 5.19 berikut ini yaitu

Tabel 5.19

Data Distribusi Responden Berdasarkan Tempat Dilaksanakannya Pendidikan Darurat

No Tingkat Pendidikan Frekuensi Persentase (%)

1 2 3

Tenda pengungsian Halaman

Sekolah

5 13

8

19,23 50 30,77

Total 26 100%

Sumber: Data Primer, September 2014

Berdasarkan data yang telah disajikan pada tabel 5.19 dapat diketahui bahwa mayoritas responden yaitu 13 responden (50%) menjawab halaman di depan Posko Pengungsian UKA I menjadi lokasi yang paling sering pendidikan darurat dilaksanakan. Pendidikan darurat merupakan hal yang sangat penting untuk dipertimbangkan ketika terjadi bencana, anak-anak yang berada di tempat pengungsian sementara maupun shelter sangat membutuhkan keberlangsungan pendidikan yang sesuai dengan tingkatan dan kelompok kelas masing-masing anak.

Hal ini dilakukan agar prestasi anak di sekolah tidak tertinggal akan pelajaran, selain itu juga mengajak anak untuk tidak larut dalam kondisi bencana yang dialami oleh mereka. Pengajar membagi kelompok menjadi 3 kelas yaitu kelas SD, SMP dan SMA ditempatkan berpisah satu sama lain. Hal yang pertama dilakukan adalah melisting (membuat daftar) kebutuhan anak seperti buku bacaan atau materi yang diinginkan anak-anak. Karena anak yang mengetahui kondisi mereka dan pengajar seperti relawan, guru atau mahasiswa hanya fasilitator dalam pemenuhan kebutuhan anak tersebut.


(1)

3.5 Teknik Analisis Data ………...81

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Posko Pengungsian UKA 1 Kecamatan Kabanjahe Kabupaten Karo……….…...83

4.2 Kordinator Posko Pengungsian UKA 1 Kecamatan Kabanjahe Kabupaten Karo.84 4.3 Keadaan Pengungsi Di Posko Pengungsian UKA I Kecamatan Kabanjahe……..85

4.4 Sarana Dan Prasarana Di Posko Pengungsian UKA 1………..……….89

4.5 Program Untuk Menunjang Kehidupan Masyarkat Di Pengungsian……….92

4.6 Gambaran Keadaan Pengungsi UKA 1………..94

BAB V ANALISIS DATA 5.1 Pengantar ………...96

5.2 Karakteristik Umum Responden ………...97

5.2.1 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ………..97

5.2.2 Distribusi Responden Berdasarkan Usia ………...98

5.2.3 Distribusi Responden Berdasarkan Agama ……….99

5.2.4 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan………100

5.2.5 Distribusi Responden Berdasarkan Asal Desa………...101

5.2.6 Distribusi Responden Berdasarkan Hobby ………...102

5.2.7 Distribusi Responden Berdasarkan Cita-Cita ………104

5.3 Tentang Gunung Sinabung………...105

5.3.1 Pengetahuan Tentang Gunung Sinabung………...105

5.3.2 Pengetahuan Tentang Perkembangan Gunung Sinabung………...105


(2)

5.4 Tentang Pengungsian………106

5.5 Penanganan Anak Korban Bencana Erupsi Gunung Sinabung………110

5.5.1 Kebutuhan Minimum ………...110

5.3.2 Pendidikan Darurat……….121

5.3.3 Kesehatan………...129

5.3.4 Psikososial………..134

BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan ………..139

6.2 Saran ………...140


(3)

DAFTAR TABEL

1. Tabel 4.1 Jumlah Pengungsi Di Posko Pengungsian UKA 1...86

2. Tabel 4.2 Jumlah Pengungsi Menurut Agama……….……87

3. Tabel 4.3 Jumlah Anak yang Bersekolah……….88

4. Tabel 4.4 Hunian di Posko Pengungsian UKA I………..89

5. Tabel 4.5 Keadaan MCK di Posko Pengungsian UKA I……….91

6. Tabel 5.1 Distribusi Respoonden Berdasarkan Jenis Kelamin……….97

7. Tabel 5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Usia………..98

8. Tabel 5.3 Distribusi Responden Berdasarkan Agama………..99

9. Tabel 5.4 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan………100

10. Tabel 5.5 Distribusi Responden Berdasarkan Asal Desa………...…101

11.Tabel 5.6 Distribusi Responden Berdasarkan Hobby………102

12.Tabel 5.7 Distribusi Responden Berdasarkan Cita-Cita……….104

13. Tabel 5.8 Distribusi Responden Berdasarkan Kepemilikan Keluarga Inti…………106

14.Tabel5.9 Distribusi Responden Berdasarkan Pertama Kali Berada di Posko Pengungsian……….…………107

15. Tabel 5.10 Distribusi Responden Alasan Memilih Posko UKA I………..109

16.Tabel 5.11 Distribusi Responden Berdasarkan Terpenuhi atau Tidaknya Kebutuhan Makan………...111

17.Tabel 5.12 Distribusi Responden Berdasarkan Terpenuhi Atau Tidaknya Makanan 4 Sehat 5 Sempurna………...112

18. Tabel 5.13 Distribusi Responden Berdasarkan Kualitas Makan………....113

19.Tabel 5.14 Distribusi Responden Berdasarkan Ada atau Tidaknya Makanan Tambahan ………..115


(4)

20. Tabel 5.15 Distribusi Responden Berdasarkan Frekuensi Diberi Pakaian………….116 21.Tabel 5.16 Distribusi Responden Berdasarkan Puas Atau Tidak Puasnya

Dengan Kualitas Pakaian………...……118 22.Tabel 5.17 Distribusi Responden Berdasarkan Cara Memilih Pakaian……….119

23. Tabel 5.18 Distribusi Responden Berdasarkan Ketersediaan Sumber Air………....120

24.Tabel 5.19 Distribusi Responden Berdasarkan Tempat Dilaksanakannya

Pendidikan Darurat………122 25.Tabel 5.20 Distribusi Responden Kondisi Tempat Pendidikan

Darurat Dilaksanakan………...…..123 26.Tabel 5.21 Distribusi Responden Berdasarkan Pihak Yang Mengajarkan

Penddidikan Darurat………..124 27.Tabel 5.22 Distribusi Responden Berdasarkan Proses Yang Lebih Nyaman

Saat Pelaksanaan Pendidikan Darurat………125

28. Tabel 5.23 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Pendidikan Darurat……….…126

29.Tabel 5.24 Distribusi Responden Berdasarkan Metode Belajar Saat

Pendidikan Darurat………128

30. Tabel 5.25 Distribusi Responden Berdasarkan Tempat Berobat………...129

31. Tabel 5.26 Distribusi Responden Berdasarkan Cedera atau Tidak Cedera…………130

32. Tabel 5.27 Distribusi Responden Berdasarkan Frekuensi Berobat Ketika Sakit…...131 33.Tabel 5.28 Distribusi Responden Berdasarkan Pernah atau Tidaknya Tertular

Penyakit………..132

34. Tabel 5.29 Distribusi Responden Berdasarkan Kualitas Pelayanan Kesehatan……133

35.Tabel 5.30 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Mengenai

Penanganan Psikososial………..134 36.Tabel 5.31 Distribusi Responden Berdasarkan Frekuensi Tatap Muka


(5)

Anak Dengan Petugas Atau Konselor………135 37.Tabel 5.32 distribusi responden berdasarkan ada atau tidaknya perubahan


(6)

DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Bagan Alir Pikir………..73 Bagan 4.2 Koordinator Di Pengungsian UKA I Kecamatan Kabanjahe………85


Dokumen yang terkait

Tinjauan Penanganan Anak Korban Bencana Erupsi Gunung Sinabung Berbasis Perlindungan Anak Di Posko Pengungsian Universitas Karo (Uka) I Kecamatan Kabanjahe Kabupaten Karo

0 0 14

Tinjauan Penanganan Anak Korban Bencana Erupsi Gunung Sinabung Berbasis Perlindungan Anak Di Posko Pengungsian Universitas Karo (Uka) I Kecamatan Kabanjahe Kabupaten Karo

0 0 2

Tinjauan Penanganan Anak Korban Bencana Erupsi Gunung Sinabung Berbasis Perlindungan Anak Di Posko Pengungsian Universitas Karo (Uka) I Kecamatan Kabanjahe Kabupaten Karo

0 0 12

Tinjauan Penanganan Anak Korban Bencana Erupsi Gunung Sinabung Berbasis Perlindungan Anak Di Posko Pengungsian Universitas Karo (Uka) I Kecamatan Kabanjahe Kabupaten Karo

0 0 65

Tinjauan Penanganan Anak Korban Bencana Erupsi Gunung Sinabung Berbasis Perlindungan Anak Di Posko Pengungsian Universitas Karo (Uka) I Kecamatan Kabanjahe Kabupaten Karo

0 0 3

Tinjauan Penanganan Anak Korban Bencana Erupsi Gunung Sinabung Berbasis Perlindungan Anak Di Posko Pengungsian Universitas Karo (Uka) I Kecamatan Kabanjahe Kabupaten Karo

0 0 8

Stres dan Mekanisme Koping Remaja Korban Erupsi Gunung Sinabung di Posko Pengungsian Erupsi Gunung Sinabung Kabanjahe Kabupaten Karo

0 0 10

Stres dan Mekanisme Koping Remaja Korban Erupsi Gunung Sinabung di Posko Pengungsian Erupsi Gunung Sinabung Kabanjahe Kabupaten Karo

0 0 2

Stres dan Mekanisme Koping Remaja Korban Erupsi Gunung Sinabung di Posko Pengungsian Erupsi Gunung Sinabung Kabanjahe Kabupaten Karo

0 0 7

Stres dan Mekanisme Koping Remaja Korban Erupsi Gunung Sinabung di Posko Pengungsian Erupsi Gunung Sinabung Kabanjahe Kabupaten Karo

0 0 29