Karakteristik Responden Kecelakaan Kerja

BAB V PEMBAHASAN

5.1 Karakteristik Responden

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Konsorsium BP3 diketahui bahwa pekerja HES di Konsorsium BP3 Kota Duri membagi tugas dan jabatan kedalam 8 bagian, dan yang menjadi informan penelitian ini adalah Area Superintendent, HES Coordinator, HES Supervisor, HES Auditor Admin, HES Officer, sedangkan untuk yang melakukan cross check adalah HES Superintendent dan Project Manager. Setiap jabatan memiliki tugas dan tanggung jawab masing-masing. Manajemen HES bertanggung jawab atas keselamatan dan kesehatan para pekerja di perusahaan, peran dan tugasnya mengawasi dan memastikan pekerja bekerja sesuai dengan SOP yang telah ditentukan oleh perusahaan. Jika dibandingkan dengan sumber tersebut, maka peran dan tugas Manajemen HES tersebut sesuai dengan manajemen HES di Konsorsium BP3 Watania, 2015. Dari hasil penelitian juga diketahui bahwa 1 dari 6 orang responden telah bekerja selama kurang dari 3,5 tahun dan sisanya sebanyak 5 orang telah bekerja selama lebih dari 3,5 tahun di bagian HES di Konsorsium BP3 Kota Duri.

5.2 Kecelakaan Kerja

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, terdapat 2 kasus kecelakaan kerja yaitu luka ringan pada tangan Motor Vehicle Crash dan patah kaki tertimpa pipa. Seluruh pekerja HES menyebutkan bahwa kecelakaan adalah sesuatu hal yang tidak diinginkan atau tidak bisa di prediksi kapan dan dimana Universitas Sumatera Utara akan terjadi serta mengakibatkan kerugian bagi pekerja maupun peralatannya seperti kerugian materi, kerugian produksi serta kecelakaan juga merupakan kejadian atau insident yang terjadi pada saat melaksanakan pekerjaan. Menurut Aditama dan Hastuti 2002 Kecelakaan akibat kerja adalah kecelakaan yang berhubungan dengan kerja di perusahaaan. Hubungan kerja di sini dapat diartikan bahwa kecelakaan dikarenakan oleh pekerjaan atau pada waktu melaksanakan pekerjaan, sedangkan berdasarkan UU No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang tidak diduga semula dan tidak dikehendaki, yang mengacaukan proses yang telah diatur dari suatu aktivitas dan dapat menilmbulkan kerugian baik korban manusia maupun harta benda. Jika dibandingkan dengan pengertian kecelakaan kerja yang disampaikan oleh Aditama dan Hastuti 2002, maka kecelakaan yang dikatakan pekerja bagian HES di Konsorsium BP3 merupakan kecelakaan akibat kerja atau disebut juga kecelakaan kerja sesuai dengan UU No. 1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja. Seluruh Pekerja HES juga mengatakan bahwa penyebab kecelakaan kerja yang paling besar diakibatkan oleh human error sebanyak 99 dan sisanya faktor lingkungan ataupun lainnya, kecelakaan kerja banyak diakibatkan oleh behavior masing - masing pekerja seperti kelalaian, kecerobohan, ketidakdisiplinan, rasa percaya diri yang terlalu tinggi karena merasa sudah lama bekerja, mengantuk, kelelahan dalam bekerja atau memaksakan diri untuk bekerja, serta tidak adanya Universitas Sumatera Utara pengawasan, kecelakaan kerja juga dapat diakibatkan oleh tools atau alat kerja, Karena jika dalam manajemen atau perusahaan sendiri telah memberikan atau membuat SOP untuk setiap area kerja perusahaan. Hal ini sesuai dengan yang di sampaikan Heinrich dalam Ramli S 2010 dan Sumamur 1997 bahwa setiap kecelakaan kerja pasti ada penyebabnya dan penyebab-penyebab kecelakaan paling utama ditemukan tidak pada mesin-mesin paling berbahaya atau zat-zat paling berbahaya, tetapi pada kegiatan- kegiatan biasaa seperti terkantuk, terjatuh, bekerja tidak tepat atau penggunaan perkakas tangan dan tertimpa oleh benda jatuh. Jika dibandingkan penyebab kecelakaan kerja menurut pekerja HES di konsorsium juga sesuai dengan Anizar 2009 dan Prastyo 2012, dimana persentase penyebab kecelakaan di konsorsium bp3 yang diakibatkan oleh faktor perilaku manusia atau human error atau unsafe action lebih tinggi yakni 99 dan sisanya diakibatkan oleh faktor unsafe condition kondisi tidak aman atau kedua hal tersebut di atas terjadi secara bersamaan. Dari hasil penelitian diatas juga diketahui bahwa jenis kecelakaan kerja ada banyak kategori, dari yang kategori Minor hanya penanganan P3K ataupun hanya sampai tahap First Aid saja, tidak perlu ke rumah sakit, Mayor penanganan sampai ke rumah sakit tetapi satu hari langsung bisa pulang, dan paling tinggi disebut Vatality pekerja dikatakan cacat atau meninggal, selain itu pekerja juga ada mengatakan bahwa jenis kecelakaan kerja juga terbagi menjadi beberapa kategori istilah yaitu Nearmiss, Serious Nearmiss, Insident, Vatality, Universitas Sumatera Utara MPV kecelakaan pada kendaraan bermotor atau equipmentnya ataupun tools, dan jenis kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang mengakibatkan cedera atau injury seperti patah kaki, tangan, dan anggota tubuh lainnya, MVC Accident yaitu kecelakaan kendaraan bermotor, tabrakan dengan kendaraan yang lain mengakibatkan kerusakan terus kalau dari lingkungannya seperti tumpahan minyak yang bisa mengakibatkan kecelakaan, lalu Fire Accident atau kebakaran. Letak kelainan cedera dominan terletak di tangan dan kaki pekerja, yang mana sifat lukanya itu terjepit, robek dan terluka. Jika dibandingkan dengan Klasifikasi kecelakaan kerja Klasifikasi Kecelakaan akibat kerja menurut Organisasi Perburuhan Internasional ILO tahun 1962 dalam Anizar 2009, maka klasifikasi-klasifikasi kecelakaan kerja di Konsorsium BP3 memiliki perbedaan dalam penyebutan dan pengkategoriannya, dimana konsorsium bp3 dalam pengkategoriannya memakai istilah nearmiss, serious nearmiss , incident, dan yang tertinggi adalah vatality. Hal ini dikarenakan pengkategorian klasifikasi kecelakaan kerja di Konsorsium BP3 mengacu kepada klien, dalam hal ini kliennya adalah pihak PT. CPI Chevron Pasific Indonesia. Ramli 2010 membagi kerugian akibat kecelakaan kerja menjadi 2 kategori, yakni kerugian langsung direct cost dan kerugian tidak langsung indirect cost. Kerugian langsung adalah kerugian akibat kecelakaan yang langsung dirasakan dan membawa dampak seperti biaya pengobatan dan kompensasi, serta Kerusakan sarana produksi. Kerugian tidak langsung adalah kerugian yang tidak terlihat sehingga disebut kerugian tersembunyi seperti kerugian jam kerja, Kerugian Produksi, Kerugian Sosial, Citra dan kepercayaan konsumen. Universitas Sumatera Utara Jika dibandingkan dengan pengertian kerugian langsung akibat kecelakaan kerja yang disampaikan oleh Ramli 2010, maka kerugian yang terima oleh perusahaan konsorsium BP3 merupakan jenis kerugian langsung dalam bentuk biaya pengobatan, tunjangan kompensasi apabila terjadi cedera atau cacat karena tidak semua biaya ditanggung oleh BPJS, dan kerusakan alat kerja atau sarana produksi. Jika dibandingkan dengan pengertian kerugian tidak langsung akibat kecelakaan kerja yang disampaikan oleh Ramli 2010, maka kerugian yang juga terima oleh perusahaan konsorsium BP3 merupakan jenis kerugian tidak langsung. Konsorsium BP3 mengalami kerugian tidak langsung berupa DAFW atau Days Away From Work Kehilangan Hari Kerja, , produksi yang harus dihentikan apabila terjadi kejadian kecelakaan kerja, serta reputasi perusahaan akan menurun akibat terjadi kecelakaan kerja tersebut. Reputasi atau penilaian perusahaan akan berdampak terhadap pemenangan tender berikutnya, karena keselamatan kerja merupakan hal pertama dan terpenting dalam pertimbangan pemenanangan tender. Klasifikasi-klasifikasi ini pencerminan kenyataan, bahwa kecelakaan akibat kerja disebabkan oleh beberapa faktor. Penggolongan-penggolongan ini berguna dalam menunjukkan menggambarkan bagaimana suatu kecelakaan kerja terjadi dan apa yang mengakibatkan kecelakaan, membantu dalam usaha pencegahan kecelakaan , dan juga berguna bagi penelaahan tentang kecelakaan lebih lanjut dan terperinci Sumamur, 1997. Universitas Sumatera Utara

5.3 Upaya Keselamatan Kerja