4. Faktor manusia
Pencegahan kecelakaan terhadap faktor manusia meliputi peraturan kerja, mempertimbangkan batas kemampuan dan keterampilan pekerja,
meniadakan hal-hal yang mengurangi kosentrasi kerja, menegakkan disiplin kerja, menghindari perbuatan yang mendatangkan kecelakaan
serta menghilangkan adanya ketidakcocokan fisik dan mental
2.6 Pelaporan Kecelakaan
Menurut Ridley 2008 dasar pembuatan laporan kecelakaan akibat kerja adalah :
1. Kewajiban menurut undang-undang
2. Klaim asuransi
3. Pencegahan kecelakaan in-house.
Pelaporan ini diisyaratkan oleh Reporting Of Injuries, Diseases and Dangerous Occurences Regulations 1995, yang memberlakukan ketentuan
pelaporan ynag berhubungan dengan kejadian : a
korban jiwa b
cedera berat c
melukai non-pekerja sehingga perlu dilarikan ke rumah sakit d
penyakit tertentu yang disebabkan oleh proses-proses kerja e
cedera atau kematian yang dikaitkan dengan penggunaan flammable gas
f salah satu dari daftar kejadian berbahaya
Universitas Sumatera Utara
2.7 Upaya Keselamatan Kerja
Salah satu cara untuk meminimalisir kecelakaan kerja adalah terpenuhinya aspek
keselamatan kerja,
baik berupa
kebijakan maupun
peralatan hardware. Aspek keselamatan kerja adalah sarana atau alat untuk mencegah
timbulnya kecelakaan kerja baik yang disebabkan oleh kelalaian kerja maupun lingkungan kerja yang tidak kondusif. Terpenuhinya aspek keselamatan kerja ini
diharapkan dapat meniadakan kecelakaan kerja yang bisa berakibat cacat atau kematian terhadap karyawan serta mencegah terjadinya kerusakan tempat dan
peralatan kerja. Memiliki Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang terintegrasi sudah merupakan suatu keharusan untuk sebuah perusahaan dan
telah menjadi peraturan terutama pada proyek konstruksi. Organisasi Buruh Sedunia ILO menerbitkan panduan Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja. Di Indonesia panduan yang serupa dikenal dengan istilah SMK3, sedang di Amerika OSHAS 1800-1, 1800-2 dan di Inggris BS 8800 serta
di Australia disebut ASNZ 480-1 Alfero, 2012.
Landasan Hukum Program Kesehatan dan Keselamatan Kerja K3
Layaknya sebuah program, maka program kesehatan dan keselamatan kerja di perusahaan harus memiliki landasan hukum yang kuat. Ada empat landasan
hukum yang bisa di sebutkan disini yaitu :
Universitas Sumatera Utara
1.
Undang-Undang UU No. 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja
Undang-undang ini memuat antara lain ruang lingkup pelaksanaan keselamatan kerja, syarat keselamatan kerja, pengawasan, pembinaan, tentang
kecelakaan, kewajiban dan hak tenaga kerja, kewajiban memasuki tempat kerja, kewajiban pengurus dan ketentuan penutup ancaman pidana dan lain-lain.
2.
UU No. 21 tahun 2003 yang meratifikasi Konvensi ILO No. 81
Menurut ILO dalam Admin, 2012 pada 19 Juli 1947, badan PBB International Labour Organization ILO telah mengesahkan konvensi ILO No.
81 tentang pengawasan tenaga kerja bidang industri dan perdagangan Labour Inspection in Industry and Commerce. Sebanyak 137 negara atau lebih dari 70
persen anggota ILO meratifikasi konvensi ini, termasuk Indonesia. 3.
UU No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
Khususnya alinea 5 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja, pasal 86 dan pasal 87. Pasal 86 ayat 1 : Setiap Pekerja Buruh mempunyai Hak untuk
memperoleh perlindungan atas a Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
Pasal 86 ayat 2 : Untuk melindungi keselamatan Pekerja Buruh guna mewujudkan produktivitas kerja yang optimal diselenggarakan upaya
Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
Pasal 87 : Setiap Perusahaan wajib menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang terintegrasi dengan Sistem Manajemen Perusahaan.
Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No. Per-05MEN1996 tentang Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Permenakertrans ini adalah
Universitas Sumatera Utara
landasan Pedoman Penerapan Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja SMK3, mirip OHSAS 18001 di Amerika atau BS 8800 di Inggris.
2.8 Upaya Keselamatan Kerja BP3 Konsorsium