4
Berdasarkan ini penelitian ingin membuktikan ketepatan Mentzer Indeks untuk dapat membedakan anemia defisiensi besi dengan thalassemia melalui
skrining morfologi eritrosit mikrositer hipokrom dan analisa hemoglobin menggunakan mikro capillary elektroforesis.
1.2. PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan paparan latar belakang penelitian yang telah diuraikan diatas dapatlah dirumuskan permasalahan penelitian adalah:
1. Apakah ada hubungan Mentzer indeks dalam membedakan antara pasein anemia defisiensi besi dengan thalassemia?
1.3. HIPOTESA PENELITIAN
Mentzer indeks dapat digunakan untuk membedakan anemia defisiensi besi dan thalassemia.
1.4. TUJUAN PENELITIAN 1.4.1. Tujuan umum
Dengan menggunakan Mentzer indeks diharapkan anemia defisiensi besi dapat dibedakan dengan thalassemia.
1.4.2.Tujuan khusus
- Untuk melihat nilai Menzter Indeks dari gambaran hipokrom mikrositer
pada anemia defisiensi besi.
- Untuk melihat nilai Mentzer Indeks dari gambaran hipokrom mikrositer pada thalassemia.
Universitas Sumatera Utara
5
- Untuk mendapatkan nilai HbA2 dan HbF pada anemia defisiensi besi dan thalassemia dengan menggunakan Mikrocappilary Elektroforesis.
- Untuk mendapatkan nilai Ferritin pada anemia defisiensi besi dan thalassemia.
- Untuk menentukan sensitivitas dan spesitifitas dari Mentzer Indeks.terhadap anemia defisiensi besi dan thalassemia.
1.5. Manfaat penelitian
Diharapkan dengan penelitian ini dapat memberi masukan kepada klinisi bahwa Mentzer indeks dengan gambran hipokrom mikrositer dapat dipakai untuk
membedakan antara anemia defisiensi besi dengan thalassemia. Sehingga para klinisi dapat menentukan untuk pemeriksaan lanjutan yang akan dilakukan atau
dirujuk.
Universitas Sumatera Utara
6
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. ANEMIA DEFISIENSI BESI 2.1.1. DEFENISI
Anemia defisiensi besi adalah anemia yang timbul akibat berkurangnya penyediaan besi untuk eritropoesis,karena cadangan besi kosong,yang akhirnya
mengakibatkan pembentukan hemoglobin berkurang.
2.1.2. EPIDEMIOLOGI
1,2.3.8.9
Prevalensi anemia defisiensi besi tinggi pada balita, demikian juga pada anak usia sekolah dan anak pra remaja. Angka kejadian anemia defisiensi besi
pada anak usia sekolah5-8 tahun di kota sekitar 5,5 anak praremaja 2,6, gadis remaja yang hamil 26
29
Diperkirakan sekitar 30 penduduk dunia menderita anemia dan lebih dari setengahnya merupakan anemia defisiensi besi. Anemia defisiensi besi lebih
sering ditemukan di negara sedang berkembang ,sehubungan dengan kemampuan ekonomi yang terbatas,masukan protein hewani yang rendah dan
infeksi parasit yang merupakan masalah endemik. Di saat ini di Indonesia ,anemia defisiensi besi masih merupakan salah satu masalah gizi utama disamping
kekurangan kalori protein,vitamin A dan yodium. .
29
Universitas Sumatera Utara
7
2.1.3.ETIOLOGI ANEMIA DEFISIENSI BESI
Defisiensi zat besi terjadi jika kecepatan kehilangan atau penggunaan elemen tersebut melampaui kecepatan asimilasinya. Penurunan cadangan
zat besi jika bukan pada anemia yang nyata, biasanya dijumpai pada bayi dan remaja dimana merupakan masa terbanyak penggunaan zat besi untuk
pertumbuhan. Neonatal yang lahir dari perempuan dengan defisiensi besi jarang sekali anemis tetapi memang memiliki cadangan zat besi yang
rendah. Bayi ini tidak memiliki cadangan yang diperlukan untuk pertumbuhan setelah lahir. ASI merupakan sumber zat besi yang adekuat
secara marginal. Berdasarkan data dari “the third National Health and Nutrition Examination Survey” NHANES III , defisiensi besi
ditentukan oleh ukuran yang abnormal dari serum feritin, transferring saturation, danatau erythrocyte protophorphyrin.Kebutuhan zat besi yang
sangat tinggi pada laki-laki dalam masa pubertas dikarenakan peningkatan volume darah, massa otot dan myoglobin. Pada wanita
kebutuhan zat besi setelah menstruasi sangat tinggi karena jumblah darah yang hilang, rata-rata 20mg zat besi tiap bulan, akan tetapi pada beberapa
individu ada yang mencapai 58mg. Penggunaan obat kontrasepsi oral menurunkan jumlah darah yang hilang selama menstruasi, sementara itu
alat-alat intrauterin meningkatkan jumlah darah yang hilang selama menstruasi. Tambahan beban akibat kehilangan darah karena parasit
seperti cacing tambang menjadikan defisiensi zat besi suatu masalah dengan proporsi yang mengejutkan.Penurunan absorpsi zat besi, hal ini
terjadi pada banyak keadaan klinis. Setelah gastrektomi parsial atau total, asimilasi zat besi dari makanan terganggu, terutama akibat peningkatan
1,2,4,8,9
Universitas Sumatera Utara
8
motilitas dan by pass usus halus proximal, yang menjadi tempat utama absorpsi zat besi. Pasien dengan diare kronik atau malabsorpsi usus halus
juga dapat menderita defisiensi zat besi, terutama jika duodenum dan jejunum proximal ikut terlibat.
Kehilangan zat besi, dapat terjadi secara fisiologis atau patologis; Fisiologis:
• Menstruasi • Kehamilan, pada kehamilan aterm, sekitar 900mg zat besi hilang
dari ibu kepada fetus, plasenta dan perdarahan pada waktu partus. Patologis:
Perdarahan saluran makan merupakan penyebab paling sering dan selanjutnya anemia defisiensi besi. Prosesnya sering tiba-tiba. Selain itu
dapat juga karena cacing tambang, pasien dengan telangiektasis herediter sehingga mudah berdarah, perdarahan traktus gastrourinarius, perdarahan
paru akibat bronkiektasis atau hemosiderosis paru idiopatik. Yang beresiko mengalami anemia defisiensi zat besi:
• Wanita menstruasi • Wanita menyusuihamil karena peningkatan kebutuhan zat besi
• Bayi, anak-anak dan remaja yang merupakan masa pertumbuhan yang cepat.
• Orang yang kurang makan makanan yang mengandung zat besi, jarang makan daging dan telur selama bertahun-tahun.
• Menderita penyakit maag. • Penggunaan aspirin jangka panjang
• Colon cancer
Universitas Sumatera Utara
9
• Vegetarian karena tidak makan daging, akan tetapi dapat digantikan dengan brokoli dan bayam.
2.1.4.DISTRIBUSI BESI DALAM TUBUH 2.1.4.1. Hemoglobin
Hemoglobin terdiri dari besi sekitar 0,34 dari beratnya, laki-laki mengandung besi sekitar 2 gr dari besi tubuh dan wanita sekitarnya 1,5 gr. Satu
millimeter eritrosit murni mangandung besi sekitar 1 mg
1,2,3
2.1.4.2.Cadangan besi
.
Sebagian besi disimpan dalam sel retikuloendotel sebagai feritin dan hemosiderin,jumlahnya sangat bervariasi sesuai dengan status besi tubuh
keseluruhan. Feritin adalah kompleks besi protein yang larut dalam air,dengan berat molekul 465.000. Feritin tersusun atas cangkang protein luar yaitu
apoprotein yang terdiri atas 22 subunit dan inti besi-fosfat-hidroksida, mengandung besi sampai 20 beratnya dan tidak tampak pada pemeriksaan
mikroskop cahaya. Tiap molekul apoprotein dapat mengikat 4000-5000 atom besi.
Hemosiderin adalah suatu kompleks besi protein tak larut dengan komposisi yang bervariasi dan mengandung besi sekitar 37 beratnya.
Hemosiderin berasal dari digesti parsial agregat molekul feritiin oleh lisosom,dan dapat dilihat dalam makrofage dan sel lain pada pemeriksaan mikroskop cahaya
setelah diwarnai dengan reaksi Perls biru Prussian .
1,2,3,4
1,2,3,4
Universitas Sumatera Utara
10
2.1.4.3. Myoglobin
Besi juga terdapat dalam otot dan sel otot jantung dalam jumlah yang sangat kecil,dimana berguna sebagai sumber oksigen pada saat terjadi luka pada
sel
2.1.4.4.Kompartemen besi jaringan
1,2,9.
Besi jaringan sekitar 6-8mg.Termasuk didalamnya sitokrom dan enzim- enzim yang mengandung besi. Besi jaringan ini lebih kecil kemungkinan untuk
berkurang dibandingkan hemosiderin,feritin dan hemoglobin pada keadaan defisiensi besi.
2.1.4.5.Besi transport
1,217,18
Dari seluruh kandungan besi dalam tubuh,yang merupakan besi transport sekitar 3 mg. Meskipun dalam jumlah yang sangat sedikit tetapi paling
aktif dibandingkan kompartemen besi lainnya,pada keadaan normal turn over 10 kali setiap hari.
Tranferin dan laktoferin merupakan glikoprotein,dimana transferin pengangkut besi dari plasma dan laktoferin mengangkut besi dari susu. Transferin
disintesa di hati dan disekresikan ke plasma. Transferin juga diproduksi di testis dan susunan saraf pusat ,oleh karena itu tempat ini relatif tidak dapat dimasuki
protein pada sirkulasi.
1,2,16,17
2.1.5 . ABSORPSI BESI
1,2,19,20
Tubuh mendapat masukan besi yang berasal dari makanan.Untuk memasukkan besi dari usus ke dalam tubuh diperlukan proses absorpsi. Absorpsi
1,2,18,19
Universitas Sumatera Utara
11
besi paling banyak terjadi pada bagian proksimal duodenum disebabkan oleh pH dari asam lambung dan kepadatan protein tertentu yang diperlukan dalam
absorpsi besi pada epitel usus. Proses absorpsi besi dibagi menjadi 3 fase : 1. Fase luminal
Besi dalam makanan terdapat dalam dua bentuk yaitu: Besi heme : terdapat dalam daging dan ikan,tingkat absorpsinya tinggi,tidak
dihambat oleh bahan penghambat sehingga mempunyai bioavaibilitas tinggi.
Besi non heme : berasal dari tumbuh-tumbuhan ,tingkat absopsinya rendah,dipengaruhi oleh bahan pemacu atau penghambat sehingga
bioaviabilitasnya rendah. Yang tergolong sebagai bahan pemacu absorpsi besi adalah meat factor
dan vitamin C,sedangkan yang tergolong bahan penghambat ialah tanat,phytat dan serat fiber. Dalam lambung karena pengaruh asam
lambung maka besi dilepas dari ikatannya dengan senyawa lain. Kemudian terjadi reduksi dari besi bentuk ferri ke ferro yang siap untuk diserap.
2. Fase mukosal Penyerapan besi terjadi terutama melalui mukosa doudenum dan jejenum
proksimal. Penyerapan terjadi secara aktif melalui proses yang sangat kompleks dan terkendali. Besi dipertahankan dalam keadaan terlarut oleh
pengaruh asam lambung. Sel absorptif terletak pada puncak villi usus apical sel. Pada brush border dari sel absorptif, besi ferri dikonversi
menjadi besi ferro oleh enzim ferroreduktase, mungkin dimediasi oleh protein duodenal cytocrome b-like DCYTB. Transport melalui membran
difasilitasi oleh divalent metal tranporter DMT 1,disebut juga Nramp 2.
Universitas Sumatera Utara
12
Setelah besi masuk dalam sitoplasma,sebagian disimpan dalam bentuk feritin,sebagian diloloskan melalui basolateral transporter ferroportin
disebut juga sebagai IREG 1 ke dalam kapiler usus. Pada proese ini terjadi reduksi dari ferri menjadi ke ferro oleh enzim ferroreduktase antara lain
oleh hepaestin,identik dengan seruloplasmin pada metabolisme tembaga kemudian besi ferri diikat oleh apotransferin dalam kapiler usus. Besi
heme diabsorpsi melalui proses yang berbeda mekanismenya,belum diketahui dengan jelas. Besi heme dioksidasi menjadi hemin,kemudian
diabsorpsi secara utuh diperkirakan melalui suatu reseptor. Absorpsi heme jauh lebih efisien dibandingkan dengan besi non heme. Besar kecilnya besi
yang ditahan dalam eritrosit atau diloloskan ke basolateral diatur oleh set point yang sudah diset saat enterosit berada pada dasar
Lieberkuhn,kemudian pada waktu pematangan bermigrasi ke arah puncak vili sehingga siap sebagai sel absortif.
3. Fase korporal Besi setelah diserap oleh enterosit epitel usus ,melewati bagian basal
epitel usus memasuki kapiler usus,kemudian dalam darah diikat oleh apotransferin menjadi transferin. Transferin akan melepaskan besi pada sel
RES melalui proses pinositosis.Satu molekul transferin dapat mengikat maksimal dua molekul besi. Besi yang terikat pada tranferin Fe2-Tf akan
diikat oleh reseptor tranferin transferin receptor = Tfr yang terdapat pada permukaan sel, terutama sel normoblast.Kompleks Fe2-Tf-Tfr akan
terlokalisir pada suatu cekungan yang dilapisi oleh klatrin clathrin-coated- pit, cekungan ini mengalami invaginasi sehingga melepaskan ikatan besi
dengan transferin.Besi dalam endosom akan dikeluarkan ke sitoplasma
Universitas Sumatera Utara
13
dengan bantuan DMT1,sedangkan ikatan apotransferin dan reseptor mengalami siklus kembali ke permukaan sel dan dapat dipergunakan
kembali.
2.1.6. MEKANISME REGULASI ABSORPSI BESI
Terdapat 3 mekanisme regulasi absorpsi besi dalam usus
1,2,4,9
1.Regulator dietik :
Absorpsi besi dipengaruhi oleh jenis diet dimana besi terdapat. Diet dengan bioavaibilitas tinggi yaitu besi heme,besi dari sumber hewani,serta adanya
faktor enchancer akan meningkatkan absorpsi besi. Sedangkan besi dengan bioaviabilitas rendah adalah besi non heme,besi yang berasal dari sumber nabati
dan banyak mengandung inhibitor akan disertai dengan persentasi absorpsi besi yang rendah.
2.Regulator simpanan Penyerapan besi diatur melalui besarnya cadangan besi dalam tubuh.
Penyerapan besi rendah jika cadangan besi tinggi,sebaliknya apabila cadangan besi rendah maka absorpsi besi akan ditingkatkan. Bagaimana mekanisme
regulasi ini bekerja belum diketahui dengan pasti. 3.Regulator eritropoetik
Besarnya absorpsi besi berhubungan dengan kecepatan eritropoesis. Regulator eritropoetik mempunyai kemampuan regulasi absorbsi besi lebih tinggi
dibandingkan dengan regulator simpanan. Mekanisme regulator eritropeotik ini
Universitas Sumatera Utara
14
belum diketahui dengan pasti. Eritropoesis infektif peningkatan eritropoesis tetapi disertai penghancuran prekursor eritroid dalam sum-sum tulang seperti misalnya
pada thalasemia atau hemoglobinopati lainnya,disertai dengan peningkatan absorpsi besi lebih besar dibandingkan dengan peningkatan eritropoesis akibat
destruksi eritrosit di darah tepi,seperti misalnya pada anemia hemolitik autoimun.Oleh karena itu hemokromatosis sekunder jauh lebih sering pada
keadaan pertama dibandingkan dengan keadaan kedua. Akhir-akhir ini ditemukan suatu peptida hormonal kecil hepcidin yang diperkirakan mempunyai peran
sebagai soluble regulator absorpsi besi dalam usus.
2.1.7. SIKLUS BESI DALAM TUBUH
Pertukaran besi dalam tubuh merupakan lingkaran yang tertutup yang diatur oleh besarnya besi yang diserap,sedangkan kehilangan besi fisiologik
bersifat tetap. Besi yang diserap usus setiap hari berkisar antara 1-2 mg,ekskresi besi terjadi dalam jumlah yang sama melalui eksfoliasi. Besi dari usus dalam
bentuk transferin akan bergabung dengan besi yang dimobilisasi dari makrofag dalam sumsum tulang sebesar 22 mg perhari. Eritrosit yang terbentuk secara
efektif yang akan beredar melalui sirkulasi memerlukan besi 17 mg,sedangkan besi sebesar 7 mg akan dikembalikan ke makrofag karena terjadinya eritropoeisis
infektif hemolisis intrameduler. Besi yang terdapat pada eritrosit yang beredar,setelah mengalami proese penuaan juga akan dikembalikan pada
makrofage sumsum tulang 17 mg. Sehingga dengan demikian dapat dilihat suatu lingkaran tertutup yang sangat efisien.
1,2,17,19
Universitas Sumatera Utara
15
2.1.8.. PERANAN BESI DALAM ERITROPOESIS
Hemoglobin mempunyai masa hidup yang terbatas sesuai dengan umur eritrosit yaitu sekitar 120 hari dalam sirkulasi,sehingga sedikitnya satu persen dari
total besi dalam eritrosit dilepaskan setiap hari dan berpengaruh pada keadaan besi dalam tubuh. Eritropoesis adalah suatu proses yang terus menerus dimana
sel progenitor eritroid yang primitif mengalami proliferasi dan diferensiasi sehingga menjadi sel matang. Proses ini diatur oleh eritropoetin,suatu hormon yang
dihasilkan oleh ginjal sebagai respons terhadap anemia dan hipoksia. Pada janin,eritropoetin berasal dari sistem monositmakrofag di hati dan setelah lahir
eritropoetin dihasilkan oleh sel peritubuler di ginjal. Sekitar 70 besi diangkut oleh eritrosit sebagai hemoglobin,sebagian
besar sisanya disimpan sebagai cadangan yaitu feritin,hemosiderin dan kira-kira sepertiganya dalam makrofag serta sepertiganya lagi dalam hepatositnya.
Sebagian kecil besi berada sebagai mioglobin dan enzim. Distribusi besi dalam tubuh akan mengalami daur ulang,setiap hari sekitar 25 ml eritrosit harus diganti
sehingga membutuhkan 25 mg besi tetapi hanya sekitar 1mghari yang dapat diabsorbsi dari makanan sedangkan 24 mg lagi diambil dari daur ulang besi dan
dari cadangan besi. Siklus besi harian ini diatur oleh transferin plasma TF,cell surface transferin receptors TFRs, dan cadangan protein feritin. Kontrol
intraseluler dalam sel eritroid bergantung pada interaksi antara iron responssive binding protein IRE-BP dengan iron responssive elements IRE sebagai
transferrin receptor TFR.feritin dan juga erytroid cell-specific aminolevulinic acid synthetase ALAS yang merupakan enzim yang terlibat dalam pembentukan
heme dari glycine dan succinil CoA dalam mitokondria.
1,2,17,18
1,2,17,19
Universitas Sumatera Utara
16
Absorbsi besi terutama terjadi di duodenum oleh enterosit,pada villi usus besi melalui bagian apikal dan kemudian melalui bagian basoleteral dari membran
sel untuk mencapai sirkulasi. Bagian apikal membran membawa heme dan besi ferro ke dalam sel. Heme diabsorbsi secara langsung ke dalam sel mukosa
dimana heme tersebut diurai oleh heme oxygenase dan ferro dilepas. Besi anorganik dari diet makanan terutama dalam bentuk ferri dan secara enzimatik
akan berkurang dalam bentuk yang lebih efisiens untuk diabsorbsi yaitu bentuk ferro oleh brush border feric reductase,difasilitasi oleh pH lambung yang rendah
dan adanya agen-agen yang mengurangi pH lambung seperti asam askorbat. Besi ferro dibawa melalui bagian apikal membran ke dalam enterosit oleh divalen metal
transporter. Pengambilan besi oleh enterosit ditentukan oleh kandungan besi dan hal
ini tergantung kepada jumlah transferin yang berikatan dengan besi yang disimpan sebagai ferritin pada bagian basal sel kripta. Kandungan besi pada sel kripta
mencerminkan jumlah total cadangan besi dan berhubungan erat dengan kebutuhan tubuh.
1,2,16,17
Metabolisme seluler dari besi dilakukan oleh tiga protein yaitu transferin.receptor transferin dan ferritin. Besi lepas dari tempat absorbsi dan
masuk ke sel yang sedang aktif bersintesis oleh suatu protein yaitu transferin. Protein transpor plasma ini mengandung 679 asam amino. Tidak seperti protein
transpor lain,transferin tidak ikut dikomsumsi selama proses pengangkutan,sehingga daur ulangnya dalam plasma tidak sama dengan daur
ulang besi dalam plasm. Produksi transferin meningkat pada keadaan defisiensi besi dan menurun pada keadaan overload besi. Konsentrasi transferin dalam
1,2,16,17
Universitas Sumatera Utara
17
plasma secara fungsional dihitung sebagai total iron binding capacity TIBC.
Serum transferin receptor adalah suatu protein transmembran dengan dua rantai polipeptida. Besi dibawa ke eritroblas melalui interaksi antara transferin
plasma dengan permukaan sel reseptor transferin. Ketika terjadi defiensi besi maka terjadi peningkatan jumlah tranferin receptor.
1,2,16,17
Pada keadaan normal besi akan bergabung dengan protoporfirin selama tahap akhir biosintesis heme. Pada saat terjadi defisiensi besi,protoporfirin IX tidak
dapat bergabung dengan besi untuk membentuk heme pada tahap akhir sintesis heme.Akibatnya tidak adanya besi ,protoporfirin bergabung dengan seng untuk
membentuk free erythrocyte zinc protoporphyrin ZPP yang stabil selama hidup sel darah merah.
1,2,11,17.
2.1.9.DEFISIENSI BESI
1,2,11,17
Kriteria WHO untuk anenia defiensi besi adalah
1,2,4,7,
1. Kadar hemoglobin dibawah nilai normal menurut umur: :
Bayi sampai umur 6 tahun : 11 gdl 6 tahun -14 tahun : 12 gdl
Wanita dewasa : ˂12 gdl
Laki-laki dewasa : 13 gdl 2. MCHC : 31 32-35
3. Serum iron : 50 ngdl 80-180ngdl 4. Transferin saturation : 16 20-50
5. Serum feritin :10 ngml 20-200ngml
Universitas Sumatera Utara
18
6. Erythrocyte protoporphirinEP :2,5 ngg hemoglobin Defisiensi besi tanpa anemia akan mengakibatkan gangguan sintesis
hemoglobin tapi kadar hemoglobin belum turun sesuai kriteria anemia. Biasanya ditandai dengan serum ferritin 10 ngl, EP 2,5 ngg
hemoglobin. MCV 72 fl, atau respons terhadap terapi besi oral akan meningkatkan kadar hemoglobin sedikitnya 10gl dalam satu bulan setelah
pemberian besi oral 3mgkg sebagai ferrosulfat satu kali perhari sebelum sarapan pagi.
2.1.10. PATOFISIOLOGI
Anemia defisiensi besi merupakan tingkat terakhir dari tingkatan kekurangan besi pada manusia. Tingkatan defisiensi besi yaitu
1,2,4,18
1. Strorage iron deficiency prelatent iron deficiency :
Pada stadium ini cadangan besi menurun,absorbsi besi meningkat pada saluran cerna. Ditemukan penurunan serum ferritin,konsentrasi besi dalam
sum-sum tulang dan jaringan hati menurun. 2. Iron limited erythtopoeisis latent iron deficiency
Cadangan besi menurun.Pada stadium ini terjadi penurunan serum ferritin,serum iron dan saturasi transferin.peningkatan total iron binding
capacity,peningkatan free erythtrocyte porphyrin FEP sedang kadar hemoglobin masih dalam batas normal.
3. Iron deficiency anemia Akibat balans besi negatif yang berkepanjangan maka produksi eritrosit
terganggu yang mengakibatkan penurunan kadar hemoglobin yang menyebabkan anemia mikrositik hipokromik. Terjadi penurunan
Universitas Sumatera Utara
19
Hb,MCV,MCH,MCHC,besi serum,peningkatan TIBC dan penurunan saturasi transferin.
2.1.11. PENILAIAN STATUS BESI
Diagnosis banding untuk anemia pada anak sangat luas,tetapi akan lebih sempit jika ditemukan gambaran eritrosit yang mikrositik pada darah tepi. Defisiensi besi
dan thalasemia minor adalah penyebab yang paling sering dari anemia mikrositik pada anak. Belum ada pemeriksaan tunggal yang terbaik untuk menegakkan
diagnosis defisiensi besi sebelum timbul anemia. Baku emas untuk mengidentifikasi defisiensi besi adalah dengan melakukan biopsi sum-sum tulang
dengan pewarnaan prussian.Tetapi karena pemeriksaan ini sangat invasif maka pemeriksaan indirek masih lebih banyak digunakan
1,2,4,9.
Pemeriksaan laboratorium indirek yang digunakan dalam diagnosis defisiensi besi dapat digolongkan pada pemeriksaan hematologi berdasarkan
gambaran eritrosit dan pemeriksaan biokimia berdasarkan metabolisme besi yaitu pemeriksaan serum ferritin,kadar besi serum,total iron binding capacity
TIBC,saturasi transferin,serum transferin receptor,erythrocyte protoporphyrin EP dan zinc protoporphyrin.
.
1.Pemeriksaan hematologi
1,2,4,9
Pemeriksaan ini sering digunakan untuk skrining pada suatu populasi yang cenderung berkembang menjadi defisiensi besi..
1,2,4,9
1.1.Hemoglobin Hb
Tahap awal dalam diagnosis anemia defisiensi besi adalah pengukuran konsentrasi hemoglobin. Anemia secara umum didefenisikan sebagai kadar
Universitas Sumatera Utara
20
hemoglobin dibawah persentil kelima menurut referensi populasi yang sehat. Menurut WHO konsentrasi Hb normal adalah 11grdl untuk bayi sampai umur 6
tahun dan 12grdl untuk anak 6 tahun sampai 14 tahun. Hemoglobin adalah petanda yang lambat untuk defisiensi besi karena timbul
setelah lanjut sehingga sensitifitasnya rendah karena anemia yang berhubungan dengan defisiensi besi biasanya ringan. Spesitifitasnya juga rendah karena nilai
Hb yang rendah juga ditemukan pada infeksi
kronis.inflamasi,malnutrisi.thalasemia minor dan sebagainya.
1.2.Hematokrit Ht
Pada defisiensi besi,Ht akan menurun setelah formasi Hb terganggu sehingga pada kasus-kasus awal defisiensi besi,konsentrasi Hb yang sedikit
menurun akan menunjukkan nilai hematokrit yang normal.Hanya pada keadaan anemia defisiensi besi berat yang akan menurunkan nilai Ht.
1.3. Indeks eritrosit
Indeks eritrosit dihitung dari hasil pemeriksaan hemoglobin,hematokrit dan eritrosit yang dapat digunakan sebagai pemeriksaan tambahan untuk mengetahui
jenis anemia. - Mean Corpuscular Volume MCV = volume eritrosit rata-rata = VER
Rumus : nilai hematokrit Jumlah eritrosit juta
X 10
Nilai normal : 80-93 fl Lebih besar dari nilai normal : makrositer
Lebih kecil dari nilai normal : mikrositer
Universitas Sumatera Utara
21
MCV adalah penentuan volume index secara modern. - Mean Corpuscular Hemoglobin MCH = Hemoglobin Eritrosit Rata-rata=
HER Rumus : Nilai hemoglobin
Jumlah eritrosit juta X 10
Satuan SI : pikogram Nilai normal : 27-32 pq
Lebih besar dari nilai normal : hiperkrom Lebih kecil dari nilai normal : hipokrom
MCH adalah penentuan Colour index secara modern. - Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration=MCHC=Konsentrasi
Hemoglobin Eritrosit Rata-rata=KHER Rumus : Nilai hemoglobin
Nilai hematokrit X 100
Satuan SI :gdl
Nilai normal : 31-35 gdl Lebih kecil dari nilai normal : hipokrom
MCHC adalah penentuan saturation index secara modern. Mean corpuskular volume MCV merupakan pemeriksaan yang cukup
akurat dan merupakan parameter yang sensitif terhadap perubahan eritrosit bila dibandingkan dengan pemeriksaan MCHC dan MCH dan untuk mengetahui
kemungkinanan terjadinya defisiensi besi. Wright CM dkk menyimpulkan bahwa anak dengan kadar hemoglobin dan
MCH yang rendah specifik terhadap defisiensi besi dan respons yang baik terhadap preparat besi.
Universitas Sumatera Utara
22
1.4 Jumlah retikulosit