3.4.5 Pemeriksaan saponin
Sebanyak 0,5 g sampel dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan ditambahkan 10 mL air suling panas didinginkan kemudian dikocok kuat-kuat
selama 10 detik, timbul busa yang mantap tidak kurang dari 10 menit setinggi 1- 10 cm. ditambahkan 1 tetes asam klorida 2 N, bila buih tidak hilang menunjukkan
adanya saponin Depkes RI, 1995.
3.4.6 Pemeriksaan steroidtriterpenoid
Sebanyak 1 g sampel dimaserasi dengan 20 mL eter selama 2 jam, lalu disaring. Filtrat diuapkan dalam cawan penguap. Pada sisa dalam cawan penguap
ditambahkan 2 tetes asam asetat anhidrat dan 1 tetes asam sulfat pekat. Timbul warna ungu atau merah kemudian berubah menjadi hijau biru menunjukkan
adanya steroida triterpenoida Harborne, 1987.
3.5 Pembuatan Ekstrak Etanol Kayu Siwak
Pembuatan ekstrak dilakukan secara perkolasi dengan menggunakan pelarut etanol 96. Sebanyak 400 g serbuk dimasukkan ke dalam bejana tertutup
dan dibasahi dengan 400 mL etanol 96, direndam selama 3 jam. Massa dipindahkan sedikit demi sedikit ke dalam perkolator sambil tiap kali ditekan hati-
hati, kemudian cairan penyari etanol 96 dituangi secukupnya sampai cairan mulai menetes dan di atas simplisia masih terdapat selapis cairan penyari.
Perkolator ditutup dan dibiarkan selama 24 jam kemudian keran perkolator dibuka dan cairan dibiarkan menetes dengan kecepatan 1 mL tiap menit. Cairan penyari
ditambahkan berulang-ulang sehingga selalu terdapat selapis cairan penyari di atas simplisia Depkes RI, 2000. Kemudian perkolat dipekatkan, pemekatan
Universitas Sumatera Utara
dilakukan dengan alat rotary evaporator pada suhu 40 C sampai diperoleh ekstrak
kental.
3.6 Uji Aktivitas Antiinflamasi
Pengujian efek antiinflamasi ini terdiri dari beberapa tahap, yaitu penyiapan hewan percobaan, penyiapan bahan, dan pengujian efek antiinflamasi.
3.6.1 Penyiapan hewan percobaan
Hewan percobaan yang digunakan adalah tikus putih jantan sebanyak 25 ekor dengan berat badan 150-200 g, dibagi dalam 5 kelompok yang masing-
masing terdiri dari 5 ekor tikus. Dua minggu sebelum pengujian hewan percobaan harus dirawat dengan sebaik-baiknya pada kandang yang mempunyai ventilasi
baik dan selalu dijaga kebersihannya. Tikus yang sehat ditandai dengan pertumbuhan normal dan memperlihatkan gerakan yang lincah.
3.6.2 Penyiapan bahan
Penyiapan bahan-bahan meliputi larutan suspensi Na CMC 0,5, karagenan sebagai induktor, suspensi Na-diklofenak dosis 2,50 mgkg bb,
suspensi ekstrak etanol kayu siwak.
3.6.2.1 Pembuatan suspensi Na CMC 0,5
Sebanyak 0,5 g Na CMC ditaburkan merata ke dalam lumpang berisi air suling panas sebanyak 10 mL, ditutup dan dibiarkan selama 15 menit hingga
diperoleh massa yang transparan, digerus lalu diencerkan dengan air suling hingga 100 mL Anief, 1999.
Universitas Sumatera Utara
3.6.2.2 Pembuatan suspensi EEKS dosis 200 mgkg bb, 400 mgkg bb dan 600 mgkg bb
Ditimbang masing-masing ekstrak sebanyak 200 mg, 400 mg dan 600 mg EEKS kemudian dimasukkan ke dalam lumpang, ditambahkan sedikit demi
sedikit suspensi Na CMC 0,5 digerus sampai homogen. Dimasukkan ke dalam labu tentukur 10 mL, dicukupkan sampai garis tanda. Perhitungan dosis EEKS
dapat dilihat pada lampiran 6 halaman 52.
3.6.2.3 Pembuatan suspensi Na-diklofenak
Ditimbang 2,50 mg serbuk natrium diklofenak kemudian digerus dengan penambahan suspensi Na CMC 0,5 sampai homogen, dimasukkan ke dalam
labu tentukur 10 mL, dicukupkan sampai garis tanda dengan suspensi Na CMC 0,5 Anief, 1999.
3.6.2.4 Pembuatan λ-karagenan 1
Ditimbang sebanyak 100 mg λ-karagenan, lalu digerus sampai homogen
dengan larutan NaCl 0,9 kemudian dimasukkan ke dalam labu tentukur 10 mL, dicukupkan dengan larutan NaCl 0,9 sampai garis tanda. Diinkubasi pada suhu
37 C selama 24 jam Lumbanraja, 2009.
3.6.2.5 Larutan untuk reservoir
Sebanyak 2 mL larutan pembasah Ornano Imbibente BBC.97 yang telah tersedia dalam kemasan standar, dimasukkan ke dalam labu tentukur 1 L,
ditambahkan 0,4 g NaCl kemudian dilarutkan dengan air suling lalu dimasukkan ke dalam labu tentukur 1000 mL, kemudian dicukupkan dengan menggunakan air
suling sampai garis tanda Lumbanraja, 2009.
Universitas Sumatera Utara
3.6.3 Pengujian efek antiinflamasi
Sebelum pengujian, tikus dipuasakan selama 18 jam dengan tetap diberi air minum. Tikus dikelompokkan ke dalam 5 kelompok, yaitu kelompok kontrol
negatif suspensi Na CMC 0,5, kelompok bahan uji dosis 200; 400; dan 600 mgkg bb, dan kontrol positif Na. diklofenak.
a. Pada hari pengujian, masing-masing hewan ditimbang dan diberi tanda pada
ekor dan kaki kirinya. b.
Kemudian kaki kiri tikus dimasukkan ke dalam sel yang berisi cairan khusus yang ada pada alat pletismometer sampai cairan naik garis batas atas
kemudian pedal ditahan, dicatat angka pada monitor sebagai volume awal V
yaitu volume kaki sebelum diberi obat dan diinduksi dengan larutan λ- karagenan.
c. Masing-masing tikus diberi suspensi bahan uji secara oral sesuai dengan
kelompoknya. d.
60 menit kemudian, masing-masing telapak kaki kiri tikus disuntik secara intraplantar dengan 0,1 mL larutan
λ-karagenan 1. e.
30 menit kemudian, dilakukan pengukuran dengan cara mencelupkan kaki kiri tikus ke dalam sel pletismometer yang berisi cairan khusus sampai garis tanda
pada kaki kiri tikus dan pedal ditahan. f.
Dicatat angka pada monitor pletismometer. Perubahan volume cairan yang terjadi dicatat sebagai volume telapak kaki tikus pada waktu tertentu V
t
. Pengukuran dilakukan setiap 30 menit selama 6 jam. Dan tiap kali
pengukuran larutan sel tetap dicukupkan sampai garis tanda atau garis merah
Universitas Sumatera Utara
bagian atas sel dan pada menu utama monitor ditekan tombol nol, dan kaki kiri tikus dikeringkan sebelumnya Parmar dan Prakash, 2006.
Volume radang adalah selisih volume telapak kaki tikus setelah dan sebelum disuntikkan karagenan. Pada waktu pengukuran, volume cairan harus
sama setiap kali pengukuran, tanda batas pada kaki tikus harus jelas, kaki tikus harus tercelup sampai batas yang dibuat.
3.7 Perhitungan Persen Radang dan Persen Inhibisi Radang
Persen radang dapat dihitung dengan rumus di bawah ini Mansjoer, 1997:
Persen radang =
Keterangan: Vt = Volume radang setelah waktu t
Vo = Volume awal kaki tikus
Persen inhibisi radang = Keterangan:
a = Persen radang rata-rata kelompok kontrol b = Persen radang rata-rata kelompok perlakuan bahan uji atau obat pembanding
3.8 Analisis Data
Data hasil penelitian dianalisis menggunakan program SPSS 17 yaitu menggunakan analisis variansi ANAVA dengan tingkat kepercayaan 95
Vt −Vo
Vo
x 100
a −b
a
x 100
Universitas Sumatera Utara
dilanjutkan dengan uji beda rata-rata Duncan untuk mengetahui kelompok mana yang mempunyai pengaruh sama atau berbeda secara signifikan dengan obat
pembanding.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Identifikasi Tumbuhan
Hasil identifikasi tumbuhan dilakukan di Herbarium Medanense MEDA Universitas Sumatera Utara, diketahui bahwa sampel yang diteliti adalah benar
kayu siwak Salvadora persica Wall., Suku: Salvadoraceae. Hasil identifikasi tumbuhan dapat dilihat pada Lampiran 1 halaman 43.
4.2 Hasil Pemeriksaan Karakteristik Serbuk Simplisia 4.2.1 Pemeriksaan makroskopik
Hasil pemeriksaan kayu siwak adalah berbentuk ranting dan akar kayu berwarna kecoklatan, dengan diameter 0,3 sampai 1 cm, panjangnya ±15 cm,
kulitnya berwarna kecoklatan jika kulitnya dikupas bagian dalam berwarna agak keputihan dan terdapat banyak juntaian serat. Akarnya berwarna coklat dan
bagian dalamnya berwarna keputihan, dan rasanya agak pedas. Hasil pemeriksaan
makroskopik dapat dilihat pada Lampiran 2 halaman 44.
4.2.2 Pemeriksaan mikroskopik
Hasil pemeriksaan mikroskopik dari serbuk simplisia kayu siwak dijumpai adanya sel parenkim, serat kayu, kristal Ca-oksalat bentuk prisma, fragmen trakea
dan jari-jari empulur. Pengamatan serbuk simplisia kayu siwak menggunakan mikroskop dapat dilihat pada. Lampiran 3 halaman 45.
Universitas Sumatera Utara