37
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Interaksi antar fungi mikoriza arbuskula dan fungi pelarut fosfat tidak
berpengaruh nyata terhadap rataan pertambahan tinggi, rataan pertambahan diameter, bobot kering tanaman, rasio tajuk akar, serapan P,
dan persentase kolonisasi akar. 2.
Pemberian jenis fungi Aspergillus + Penicillium merupakan isolat terbaik dalam meningkatkan rataan pertambahan tinggi dan rasio tajuk akar.
3. Pemberian FMA dengan dosis 15 gram merupakan yang terbaik untuk
meningkatkan bobot kering tanaman, rasio tajuk akar, dan serapan P.
5.2 Saran
Untuk mendapatkan pertumbuhan tanaman glodokan yang lebih baik dapat dilakukan dengan pemberian fungi pelarut fosfat jenis Aspergillus +
Penicillium atau dengan pemberian dosis mikoriza 15 gram.
Universitas Sumatera Utara
12
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Morfologi Glodokan Polyalthia longifolia
Tanaman Polyalthia longifolia pada awalnya merupakan tanaman yang dimanfaatkan sebagai tanaman obat Solihin, 2014. Menurut penelitian
Widyastuti et al, 2013 P. longifolia lebih tahan terhadap serangan patogen busuk akar merah daripada P. indicus, maka P. longifolia merupakan salah satu jenis
pohon peneduh yang dapat direkomendasikan untuk ditanam dihutan kota. Adapun klasifikasi tanaman glodokan Polyalthia longifolia adalah
sebagai berikut : Kingdom
: Plantae Divisi
: Spermatophyta Kelas
: Dicotyledonane Ordo
: Polycarpicae Famili
: Annonaceae Genus
: Polyalthia Spesies
: Polyalthia longifolia Tjitrosoepomo, 1993
2.2 Sifat Tanah Ultisol
Lahan marginal adalah lahan yang mempunyai potensi rendah sampai dengan sangat rendah untuk menghasilkan tanaman pertanian atau dapat disebut
sebagai lahan yang mempunyai mutu rendah karena memiliki beberapa faktor pembatas Tufaila et al, 2014 . Menurut Strijke 2005 menyebutkan bahwa lahan
marginal dicirikan oleh penggunaan lahan yang mempunyai kelayakan ekonomi yang kurang menguntungkan. Namun demikian dengan penerapan teknologi dan
Universitas Sumatera Utara
13
sistem pengelolaan yang tepat guna, potensi lahan tersebut dapat ditingkatkan menjadi lebih produktif.
Ultisol dicirikan oleh adanya akumulasi liat pada horizon bawah permukaan sehingga mengurangi daya resap air dan meningkatkan aliran
permukaan dan erosi tanah. Erosi merupakan salah satu kendala fisik pada tanah utisol dan sangat merugikan karena dapat mengurangi kesuburan tanah. Hal ini
karena kesuburan tanah ultisol sering kali hanya ditentukan oleh kandungan bahan organik pada lapisan ini tererosi maka tanah menjadi miskin bahan organik dan
hara Prasetyo et al, 2006. Pada umumnya tanah ultisol mempunyai potensi keracunan Al dan miskin
kandungan bahan organik. Tanah ini juga miskin kandungan hara lainnya terutama P dan katio-kation dapat tertukar lainnya, Ca, Mg, Na, dan K, kadar Al
tinggi, kapasitas tukar kation KTK rendah, dan peka terhadap erosi. Pada umumnya tanah Ultisol belum ditangani dengan baik. Dalam skala besar tanah ini
dimanfaatkan untuk perkebunan kelapa sawit, karet dan hutan tanaman industri. Tetapi pada tingkat petani dengan alasan faktor ekonomi menjadikan salah satu
penyebab tidak terkelolanya tanah ultisol dengan baik. Oleh karena itu harus dapat diberikan solusi berupa inovasi teknologi yang dapat meningkatkan produktivitas
tanah ultisol Sudaryono, 2009.
2.3 Fungi Mikoriza Arbuskula