Hasil A. Sifat Kimia Tanah

18

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil A. Sifat Kimia Tanah

Berdasarkan sifat kimia tanah Tanah ultisol yang berasal dari Arboretum USU menunjukkan bahwa tanah yang digunakan sebagai media tanam bibit glodokan termasuk kriteria tanah kurang subur. Hasil analisis sifat kimia tanah Ultisol disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Analisis sifat kimia tanah Ultisol Arboretum USU Parameter Satuan Kisaran Nilai Keterangan pH H2O - 5,49 Masam C-Organik 0,61 Sangat Rendah P-Bray II Ppm 9,49 Rendah Keterangan : Penilaian sifat-sifat tanah didasarkan pada Kriteria Penilaian Sifat – Sifat Tanah Mukhlis, 2007.

B. Pertambahan Tinggi Tanaman

Hasil uji sidik ragam untuk pertambahan tinggi tanaman glodokan pada 16 mst memperlihatkan bahwa interaksi antara fungi mikoriza arbuskula dan fungi pelarut fosfat berpengaruh tidak nyata terhadap pertambahan tinggi tanaman glodokan. Inokulasi fungi pelarut fosfat dan fungi mikoriza arbuskula juga berpengaruh tidak nyata terhadap pertambahan tinggi tanaman glodokan. Tabel 2 menunjukkan bahwa rataan pertambahan tinggi tertinggi pada 16 mst terdapat pada pemberian jamur Aspergillus + Penicilium. Rataan pertambahan tinggi terendah pada 16 mst dengan pemberian jamur Penicilium. Universitas Sumatera Utara 19 Tabel 2. Rataan pertambahan tinggi bibit cm pada 16 mst Dosis Pupuk FMA Jenis Jamur Rata-rata Kontrol Aspergillus penicillium Asp+Pen 0 gr 16,53 15,03 16,57 20,60 17,18 5 gr 22,03 25,70 20,30 17,73 21,44 10 gr 19,80 20,53 19,70 23,03 20,77 15 gr 21,47 21,03 16,57 20,97 20,01 Rata-rata 19,96 20,57 18,29 20,58 Pada Tabel 2 menunjukkan bahwa pemberian dosis pupuk 5 gram memberikan pertambahan tinggi tertinggi pada 16 mst. Sedangkan rataan pertambahan tinggi terendah terdapat pada pemberian dosis pupuk 0 gram untuk 16 mst. Rataan pertambahan tinggi tanaman glodokan setiap minggu dengan pemberian perlakuan jenis jamur yang berbeda disajikan pada Gambar 1. Pada Gambar 1 menunjukkan bahwa pertambahan tinggi tanaman mengalami kenaikan setiap minggunya, dimana pemberian perlakuan jamur Aspergillus + Penicilium memberikan pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan dengan pemberian perlakuan jenis jamur lainnya. Gambar 1. Rataan pertambahan tinggi tanaman pada berbagai jenis fungi pelarut fosfat Universitas Sumatera Utara 20 Rataan pertambahan tinggi pada berbagai dosis pupuk mikoriza yang berbeda disajikan pada Gambar 2. Pada Gambar 2 menunjukkan bahwa rataan pertambahan tinggi pada berbagai dosis mengalami kenaikan setiap minggunya, dimana tanaman dengan pemberian pupuk 5 gram memberikan pertambahan yang lebih baik dengan dosis pupuk lainnya. Gambar 2. Rataan pertambahan tinggi tanaman pada berbagai dosis pupuk mikoriza

C. Pertambahan Diameter Tanaman

Hasil uji sidik ragam untuk pertambahan diameter tanaman glodokan menunjukkan bahwa interaksi antara jamur pelarut fosfat dan fungi mikoriza arbuskula berpengaruh tidak nyata terhadap rataan pertambahan diameter bibit. Inokulasi fungi pelarut fosfat dan fungi mikoriza arbuskula juga berpengaruh tidak nyata terhadap pertambahan diameter tanaman glodokan. Pada Tabel 3 menunjukkan bahwa jenis jamur Aspergillus memberikan pertambahan diameter tertinggi pada 16 mst. Rataan pertambahan diameter Universitas Sumatera Utara 21 terendah pada 16 mst terdapat pada pemberian perlakuan jenis jamur Penicilium. Pada Tabel 3 memperlihatkan bahwa rataan pertambahan diameter tanaman tertinggi terdapat pada pemberian dosis pupuk 5 gram pada 16 mst. Sedangkan rataan pertambahan diameter terendah pada 16 mst terdapat pada pemberian dosis pupuk 10 gram. Tabel 3. Rataan pertambahan diameter bibit mm pada 16 mst Dosis Pupuk FMA Jenis Jamur Rata-rata Kontrol Aspergillus penicillium Asp+Pen 0 gr 4,90 4,77 3,65 4,22 4,39 5 gr 4,63 4,62 4,52 3,97 4,44 10 gr 4,30 4,00 4,08 4,72 4,28 15 gr 4,05 4,90 4,57 4,02 4,39 Rata-rata 4,47 4,57 4,21 4,23 Rataaan pertambahan diameter tanaman pada berbagai jenis jamur yang berbeda disajikan pada Gambar 3. Pada Gambar 3 menunjukkan rataan pertambahan diameter mengalami kenaikan setiap minggunya, dimana pemberian perlakuan jenis Aspergillus mengalami pertambahan diameter yang lebih tinggi dibandingkan perlakuan lainnya. Gambar 3. Rataan pertambahan diameter pada berbagai jenis fungi pelarut fosfat Universitas Sumatera Utara 22 Rataaan pertambahan diameter tanaman pada berbagai dosis pupuk yang berbeda disajikan pada Gambar 4. Pada Gambar 4, menunjukkan rataan pertambahan diameter mengalami kenaikan setiap minggunya, dimana tanaman dengan pemberian perlakuan kontrol mengalami pertambahan diameter yang lebih tinggi dibandingkan perlakuan lainnya. Gambar 4. Rataan pertambahan diameter pada berbagai dosis pupuk mikoriza

D. Bobot Kering Tanaman

Hasil uji sidik ragam untuk bobot kering tanaman glodokan memperlihatkan bahwa interaksi antar jamur pelarut fosfat dan fungi mikoriza arbuskula berpengaruh tidak nyata terhadap bobot kering tanaman glodokan. Inokulasi jamur pelarut fosfat dan fungi mikoriza arbuskula berpengaruh tidak nyata terhadap bobot kering tanaman glodokan. Pada Tabel 4 dapat dilihat, rataan bobot kering tanaman tertinggi terdapat pada tanaman dengan perlakuan kontrol yaitu sebesar 29,94 gram. Rataan bobot kering tanaman terendah terdapat pada Aspergillus yaitu sebesar 27,76 gram. Universitas Sumatera Utara 23 Rataan bobot kering tanaman dengan pemberian perlakuan jamur yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 5. Tabel 4. Rataan Bobot Kering Tanaman pada 16 mst gram Dosis Pupuk FMA Jenis Jamur Rata-rata Kontrol Aspergillus penicillium Asp+Pen 0 gr 34,56 21,85 22,80 28,28 26,87 5 gr 29,37 30,85 31,59 21,60 28,36 10 gr 27,87 23,78 31,81 31,61 28,77 15 gr 27,96 34,56 27,44 37,04 31,75 Rata-rata 29,94 27,76 28,41 29,63 Tabel 4 menunjukkan bahwa bobot kering tanaman dengan perlakuan dosis pupuk mikoriza 15 gram merupakan yang tertinggi yaitu sebesar 31,75 gram. Sedangkan bobot kering tanaman terendah dengan perlakuan dosis pupuk mikoriza 0 gram yaitu sebesar 26,87 gram. Rataan bobot kering tanaman pada berbagai dosis pupuk mikoriza dapat dilihat pada Gambar 6. Gambar 5. Rataan Bobot kering tanaman pada berbagai jenis fungi pelarut fosfat Universitas Sumatera Utara 24 Gambar 6. Rataan bobot kering tanaman pada berbagai dosis pupuk mikoriza

E. Rasio Tajuk Akar

Hasil uji sidik ragam pada rasio tajuk akar tanaman glodokan menunjukkan bahwa interaksi antara fungi pelarut fosfat dan fungi mikoriza arbuskula berpengaruh tidak nyata terhadap rasio tajuk akar. Sedangkan, inokulasi fungi pelarut fosfat dan fungi mikoriza arbuskula juga berpengaruh tidak nyata terhadap rasio tajuk akar tanaman. Tabel 5. Rataan Rasio tajuk akar tanaman pada 16 mst Dosis Pupuk FMA Jenis Jamur Rata-rata Kontrol Aspergillus penicillium Asp+Pen 0 gr 2,47 1,79 2,01 2,09 2,09 5 gr 2,21 2,51 2,11 2,27 2,28 10 gr 2,28 2,22 2,31 2,62 2,36 15 gr 1,97 3,02 1,79 2,68 2,36 Rata-rata 2,23 2,39 2,05 2,41 Universitas Sumatera Utara 25 Tabel 5 memperlihatkan bahwa pemberian perlakuan dengan jamur Aspergillus + Penicillium memberikan rataan rasio tajuk akar tertinggi yaitu sebesar 2,41. Rataan rasio tajuk akar terendah terdapat pada pemberian perlakuan dengan jamur Penicillium yaitu sebesar 2,05. Rataan rasio tajuk akar dengan pemberian jamur yang berbeda dapat ditunjukkan pada Gambar 7. Pada Tabel 5, dapat dilihat bahwa pemberian perlakuan dosis pupuk mikoriza 0 gram memberikan rataan rasio tajuk akar terendah yaitu sebesar 2,09. Adapun rasio tajuk tertinggi terdapat pada pemberian perlakuan dengan dosis pupuk mikoriza 10 gram dan 15 gram yaitu sama-sama sebesar 2,36. Rataan rasio tajuk akar dengan pemberian dosis pupuk mikoriza yang berbeda dapat ditunjukkan pada Gambar 8. Gambar 7. Rataan Rasio Tajuk Akar pada berbagai jenis fungi Universitas Sumatera Utara 26 Gambar 8. Rataan Rasio Tajuk Akar pada berbagai dosis pupuk mikoriza

F. Serapan P Tanaman

Hasil uji sidik ragam untuk serapan P tanaman glodokan menunjukkan bahwa interaksi antara fungi pelarut fosfat dan fungi mikoriza arbuskula serta faktor tunggal fungi pelarut fosfat dan fungi mikoriza arbuskula berpengaruh tidak nyata terhadap serapan P tanaman glodokan. Tabel 6. Rataan Serapan P tanaman pada 16 mst mgpolybag Dosis Pupuk FMA Jenis Jamur Rata-rata Kontrol Aspergillus penicillium Asp+Pen 0 gr 7,08 6,06 4,68 5,73 5,89 5 gr 6,48 8,17 7,27 4,55 6,62 10 gr 7,40 5,44 6,72 7,30 6,72 15 gr 7,65 8,04 6,19 8,21 7,52 Rata-rata 7,15 6,92 6,21 6,45 Hasil yang diperoleh memperlihatkan bahwa perlakuan kontrol merupakan rataan serapan P tertinggi yaitu sebesar 7,15 mgpolybag. Rataan serapan P terendah terdapat pada jenis jamur Penicillium yaitu sebesar 6,21 mgpolybag Universitas Sumatera Utara 27 Tabel 6. Rataan serapan P dengan pemberian jamur yang berbeda dapat ditunjukkan pada Gambar 9. Gambar 9. Rataan serapan P tanaman pada berbagai jenis fungi Pada Tabel 6 dapat dilihat, rataan serapan P dengan pemberian perlakuan dosis pupuk mikoriza 15 gram merupakan yang tertinggi yaitu sebesar 7,52 mgpolybag.Sedangkan, rataan serapan dengan pemberian perlakuan dosis terendah adalah 0 gram yaitu sebesar 5,89 mg polybag. Rataan serapan P pada berbagai dosis pupuk dapat dilihat pada Gambar 12. Gambar 10. Rataan serapan P pada berbagai dosis pupuk mikoriza Universitas Sumatera Utara 28

G. Persentase Kolonisasi Akar

Pada Tabel 7 dapat dilihat bahwa hasil pengamatan pada akar hanya ada dua perlakuan yang ditemukan adanya asosiasi antara akar dengan fungi mikoriza arbuskula yang membentuk kolonisasi akar yaitu kombinasi perlakuan tanpa jamur pelarut fosfat dengan 5 gram pupuk mikoriza H0M1 dan kombinasi perlakuan jenis jamur Penicillium dengan 5 gram pupuk mikoriza H2M1. Tabel 7. Persentase kolonisasi fungi mikoriza arbuskula pada akar bibit Glodokan pada 16 mst Perlakuan Persentase Kolonisasi Akar Kriteria H0M0 0,7 Rendah H0M1 4,52 Rendah H0M2 0,7 Rendah H0M3 0,7 Rendah H1M0 0,7 Rendah H1M1 0,7 Rendah H1M2 0,7 Rendah H1M3 0,7 Rendah H2M0 0,7 Rendah H2M1 3,24 Rendah H2M2 0,7 Rendah H2M3 0,7 Rendah H3M0 0,7 Rendah H3M1 0,7 Rendah H3M2 0,7 Rendah H3M3 0,7 Rendah Keterangan : Kriteria persentase kolonisasi akar menurut Setiadi et al. 1992 Persentase kolonisasi yang paling tinggi adalah kombinasi perlakuan H0M1 yaitu sebesar 4,52 dan yang paling rendah yaitu sebesar 0,7 dengan kombinasi perlakuan H0M0, H0M2, H0M3, H1M0, H1M1, H1M2, H1M3, H2M0, H2M2, H2M3, H3M0, H3M1, H3M2, H3M3. Struktur hifa dan vesikula merupakan yang diamati sebagai hasil dari asosiasi akar dan fungi mikoriza arbuskula yang membentuk kolonisasi akar. Adapun struktur fungi Universitas Sumatera Utara 29 mikoriza arbuskula yang didapati pada pengamatan menggunakan mikroskop adalah hifa, sementara vesikula tidak ada terlihat pada saat pengamatan akar.

4.2 Pembahasan A. Sifat Kimia Tanah

Dokumen yang terkait

Pengaruh Berbagai Tingkatan Fungi Mikoriza Arbuskula terhadap Produktivitas Rumput Gajah Mini (Pennisetum purpureum schamach ) pada Tanah Ultisol

0 43 56

Pengaruh Berbagai Tingkatan Fungi Mikoriza Arbuskula terhadap Produktivitas Rumput Gajah Mini (Pennisetum purpureum Schamach ) pada Tanah Ultisol

2 72 56

Peran Fungi Mikoriza Arbuskula Dan Pupuk Rock Fosfat Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Kedelai (Glycine max (L.) Merill)

0 42 88

Evaluasi Keberadaan Mikoriza Dari Residu Aplikasi Mikoriza Dan Kompos Jerami Serta Efektivitasnya Pada Tanaman Kedelai (Glycine Max) Pada Tanah Ultisol

1 16 44

Pemanfaatan Fungi Mikoriza Arbuskula dan Fungi Pelarut Fosfat untuk Meningkatkan Pertumbuhan Bibit Glodokan (Polyalthia longifolia) pada Tanah Marginal

0 0 11

Pemanfaatan Fungi Mikoriza Arbuskula dan Fungi Pelarut Fosfat untuk Meningkatkan Pertumbuhan Bibit Glodokan (Polyalthia longifolia) pada Tanah Marginal

0 0 2

Pemanfaatan Fungi Mikoriza Arbuskula dan Fungi Pelarut Fosfat untuk Meningkatkan Pertumbuhan Bibit Glodokan (Polyalthia longifolia) pada Tanah Marginal

0 0 3

Pemanfaatan Fungi Mikoriza Arbuskula dan Fungi Pelarut Fosfat untuk Meningkatkan Pertumbuhan Bibit Glodokan (Polyalthia longifolia) pada Tanah Marginal

0 0 7

Pemanfaatan Fungi Mikoriza Arbuskula dan Fungi Pelarut Fosfat untuk Meningkatkan Pertumbuhan Bibit Glodokan (Polyalthia longifolia) pada Tanah Marginal

0 1 5

Pemanfaatan Fungi Mikoriza Arbuskula dan Fungi Pelarut Fosfat untuk Meningkatkan Pertumbuhan Bibit Glodokan (Polyalthia longifolia) pada Tanah Marginal

0 0 19