Mikroba Pelarut Fosfat Pemanfaatan Fungi Mikoriza Arbuskula dan Fungi Pelarut Fosfat untuk Meningkatkan Pertumbuhan Bibit Glodokan (Polyalthia longifolia) pada Tanah Marginal

16 memperlihatkan respon yang nyata, hal ini diduga bahwa mikoriza belum bersimbiosis dengan akar tanaman. Akar tanaman yang belum terinfeksi mikoriza pertumbuhannya akan lambat. Kelambatan pertumbuhan salah satunya disebabkan oleh gagalnya simbiose perakaran bibit dengan fungi mikoriza arbuskula. Hal yang sama di dapati oleh Parhusip 2013 dimana penggunaan FMA tidak berpengaruh nyata terhadap rasio tajuk akar dan serapan P.

2.4 Mikroba Pelarut Fosfat

Mikroba pelarut fosfat merupakan kelompok mikroba tanah yang sering dimanfaatkan untuk rehabilitasi lahan kritis. Mikroba pelarut fosfat mampu mengekstraksi fosfat dari ikatannya dengan Al,Fe, Ca, Mg karena mikroba ini mengeluarkan asam organik yang dapat membentuk kompleks stabil dengan kation-kation pengikat fosfat di dalam tanah. Mikroba ini berupa bakteri seperti Pseudomonas, Bacillus, Mycobacterium, Micrococcus, dan fungi seperti Penicilium, Aspergillus, Fusarium dan Sclerotium. Telah banyak dilaporkan bahwa FPF mampu memperbaiki status nutrisi tanaman terutama P, dan meningkatkan resistensi tanaman terhadap kekeringan Marbun, 2015. Alternatif untuk meningkatkan efisiensi pemupukan P dan untuk mengatasi rendahnya P tersedia atau kejenuhan P dalam tanah adalah dengan memanfaatkan kelompok mikroorganisme pelarut P sebgai pupuk hayati. Mikroorganisme pelarut P adalah mikroorganisme yang dapat melarutkan P sukar larut menjadi larut, baik yang berasal dari dalam tanah maupun dari pupuk, sehingga dapat diserap tanaman. Penggunaan mikroba pelarut P merupakan salah satu pemecahan masalah peningkatan efisiensi pemupukan P yang aman Universitas Sumatera Utara 17 lingkungan, yang sekaligusdapat menghemat penggunaan pupuk P Rasti dan Sumarno, 2008. Mikroorganisme ini hidup terutama di sekitar perakaran tanaman, yaitu di daerah permukaan tanah sampai kedalaman 25 cm dari permukaan tanah. Keberadaan mikroorganisme ini berkaitan dengan banyaknya jumlah bahan organik yang secara langsung mempengaruhi jumlah dan aktivitas hidupnya. Akar tanaman mempengaruhi kehidupan mikroorganisme dan secara fisiologis mikroorganisme yang berada dekat dengan daerah perakaran akan lebih aktif daripada yang hidup jauh dari daerah perakaran. Keberadaan mikroorganisme pelarut fosfat dari suatu tempat ke tempat lainnya sangat beragam. Salah satu faktor yang menyebabkan keragaman tersebut adalah sifat biologisnya. Ada yang hidup pada kondisi asam, dan ada pula yang hidup pada kondisi netral dan basa, ada yang hipofilik, mesofilik, dan termofilik, ada yang hidup sebagai aerob dan ada yang anaerob, dan beberapa sifat lain yang bervariasi. Masing-masing mikroorganisme memiliki sifat-sifat khusus dan kondisi lingkungan optimal yang berbeda-beda yang mempengaruhi efektivitasnya melarutkan fosfat Simanungkalit et al, 2006. Menurut Schinner dan Ilmer 1995 dalam Pitriana 1999 Terdapat dua mekanisme penting dalam pelarutan fosfat oleh mikroba pelarut fosfat yang berhasil diamati : 1. Mikroba pelarut fosfat menghasilkan asam organik Aspergillus niger, Penicillium simplicissimum, Pseudomonas sp P1889 dan Penicillium aurantiogriseum sangat efektif dalam melarutkan AlPO 4 yang sukar larut. Aspergillus niger menghasilkan sitrat, oksalat, dan glukonat, Universitas Sumatera Utara 18 sedangkan spesies lain mampu menghasilkan beberapa asam organik yang lain. Penicilium aurantiogriseum dan Pseudomonas sp P1889 memiliki kemampuna yang tinggi dalam melarutkan kalsium-fosfat inorganik hydroxylapatite dan brushite. 2. Pelarutan fosfat tanpa memproduksi asam Mekanisme ini terjadi melalui pelepasan proton yang menyertai respirasi atau asimilasi NH 4 . Penelitian yang dilakukan oleh Simanullang 2014 menunjukkan bahwa penggunaan jamur perlarut fosfat jenis Aspergillus+Penicillium pada tanaman suren merupakan isolat terbaik terhadap rataan pertumbuhan tinggi, diameter, bobot kering tanaman, rasio tajuk akar, dan serapan P. Pada penelitian Hendra 2009 menunjukkan bahwa fungi Aspergillus sp memberikan pengaruh yang besar terhadap pertumbuhan tinggi tanaman meranti batu Shorea platyclados dan luas daun sebesar 67,54 cm 2 . Penelitian Fitriatin et al 2009 menunjukkan bahwa inokulasi campuran Pseudomonas sp dan Penicillium sp mampu meningkatkan fosfatase, konsentrasi P tajuk hingga 19, 23 dan bobot gabah kering giling GKG padi gogo hingga 29,03 . Universitas Sumatera Utara 9 I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dokumen yang terkait

Pengaruh Berbagai Tingkatan Fungi Mikoriza Arbuskula terhadap Produktivitas Rumput Gajah Mini (Pennisetum purpureum schamach ) pada Tanah Ultisol

0 43 56

Pengaruh Berbagai Tingkatan Fungi Mikoriza Arbuskula terhadap Produktivitas Rumput Gajah Mini (Pennisetum purpureum Schamach ) pada Tanah Ultisol

2 72 56

Peran Fungi Mikoriza Arbuskula Dan Pupuk Rock Fosfat Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Kedelai (Glycine max (L.) Merill)

0 42 88

Evaluasi Keberadaan Mikoriza Dari Residu Aplikasi Mikoriza Dan Kompos Jerami Serta Efektivitasnya Pada Tanaman Kedelai (Glycine Max) Pada Tanah Ultisol

1 16 44

Pemanfaatan Fungi Mikoriza Arbuskula dan Fungi Pelarut Fosfat untuk Meningkatkan Pertumbuhan Bibit Glodokan (Polyalthia longifolia) pada Tanah Marginal

0 0 11

Pemanfaatan Fungi Mikoriza Arbuskula dan Fungi Pelarut Fosfat untuk Meningkatkan Pertumbuhan Bibit Glodokan (Polyalthia longifolia) pada Tanah Marginal

0 0 2

Pemanfaatan Fungi Mikoriza Arbuskula dan Fungi Pelarut Fosfat untuk Meningkatkan Pertumbuhan Bibit Glodokan (Polyalthia longifolia) pada Tanah Marginal

0 0 3

Pemanfaatan Fungi Mikoriza Arbuskula dan Fungi Pelarut Fosfat untuk Meningkatkan Pertumbuhan Bibit Glodokan (Polyalthia longifolia) pada Tanah Marginal

0 0 7

Pemanfaatan Fungi Mikoriza Arbuskula dan Fungi Pelarut Fosfat untuk Meningkatkan Pertumbuhan Bibit Glodokan (Polyalthia longifolia) pada Tanah Marginal

0 1 5

Pemanfaatan Fungi Mikoriza Arbuskula dan Fungi Pelarut Fosfat untuk Meningkatkan Pertumbuhan Bibit Glodokan (Polyalthia longifolia) pada Tanah Marginal

0 0 19