Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembangunan merupakan suatu proses kegiatan yang terencana dalam upaya pertumbuhan ekonomi, perubahan sosial dan modernisasi bangsa guna peningkatan kualitas hidup manusia dan kesejahteraan masyarakat Supriatna, 2000:13. Dalam pembangunan tersebut salah satunya terdapat upaya untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat seperti pelayanan kesehatan, pendidikan, pendapatan dan lain sebagainya. Untuk mencapai keberhasilan pembangunan dibutuhkan manusia yang berkualitas, sumber dana yang memadai dan kekayaan atau potensi alam yang mendukung. Salah satu cara untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia adalah melalui perbaikan kesehatan yang dijalankan dalam program pembangunan bidang kesehatan. Pembangunan bidang kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Oleh karena itu pembangunan di bidang kesehatan mempunyai andil yang cukup besar dalam pembangunan nasional. Keberhasilan pembangunan di bidang kesehatan dapat diukur dari membaiknya indikator-indikator derajat kesehatan masyarakat seperti Angka Kematian Bayi dan Balita, Angka Kematian Ibu Melahirkan, Angka Kesakitan dan Angka Kematian Terhadap Penyakit-Penyakit Menular Tertentu, Angka Harapan Hidup dan Status Gizi. Peningkatan kualitas sumber daya manusia melalui sektor kesehatan harus ditunjang dengan peningkatan mutu lembaga dan pelayanan kesehatan. Dengan adanya mutu lembaga dan pelayanan kesehatan yang memadai diharapkan gerak pembangunan dapat berjalan dengan lancar. Pemerintah memberikan perhatian yang serius terhadap masalah penyelenggaraan kesehatan dalam rangka pembangunan masyarakat yang sehat. Hal tersebut dapat dilihat dalam Undang-Undang No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan Bab V Pasal 11 yang dijelaskan bahwa penyelenggaraan kesehatan dalam rangka pembangunan kesehatan dilaksanakan melalui kegiatan sebagai berikut: Dari penjelasan diatas nampak bahwa pemberantasan penyakit merupakan bagian dari kegiatan pembangunan kesehatan yang berarti juga mendapat a. Kesehatan keluarga b. Perbaikan gizi c. Pengamanan makanan dan minuman d. Kesehatan lingkungan e. Kesehatan kerja f. Kesehatan jiwa g. Pemberantasan penyakit h. Penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan i. Penyuluhan kesehatan masyarakat j. Pengamanan sediaan farmasi dan alat kesehatan k. Pengamanan zat adiktif l. Kesehatan sekolah m. Kesehatan olah raga n. Pengobatan tradisional o. Kesehatan mata perhatian yang serius dari pemerintah. Penyakit menular yang menjadi sasaran Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular meliputi diare, HIVAIDS, kusta, Demam Berdarah Dengue DBD, dan lain-lain. Sebagai bagian dari Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular, Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue DBD penting untuk dilaksanakan karena penyakit ini mudah mewabah, vaksin pencegahannya belum ditemukan, dan vektor perantara penyakit ini tersebar luas di lingkungan sekitar masyarakat. Wujud nyata dari perhatian pemerintah terhadap penyakit DBD adalah dengan dikeluarkannya Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit DBD di berbagai daerah yang dilanda penyakit ini. Pelaksanaan Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit DBD ini didasarkan pada Keputusan Menteri No. 581MenkesSKVII1992 tentang Pemberantasan Penyakit Demam Berdarah Dengue DBD. Jumlah kasus DBD di Indonesia terus meningkat. Pada tahun 1999 terjadi 21.134 kasus, tahun 2000 sebanyak 33.443 kasus, tahun 2001 sebanyak 45.904 kasus, tahun 2002 sebanyak 40.377 kasus, dan tahun 2003 sebanyak 50.131 kasus dengan jumlah kematian 743 orang www.sinarharapan.co.id. Selain itu sejak tanggal 1 Januari 2004 sampai dengan 5 Maret 2005 secara kumulatif jumlah kasus DBD yang dilaporkan dan telah ditangani sebanyak 26.015 kasus dengan kematian mencapai 389 orang www.depkes.go.id. Jumlah kasus tersebut terus meningkat dikarenakan minimnya pola hidup bersih masyarakat, curah hujan yang tinggi dan banyak air yang menggenang saat musim hujan, lingkungan kumuh yang memungkinkan berkembang biaknya nyamuk Aedes Aegypti , dan kesadaran masyarakat yang masih sangat kurang untuk melakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk PSN. Sehubungan dengan tingginya angka korban penderita penyakit DBD di berbagai daerah, ternyata di Kabupaten Magetan sendiripun terjadi hal yang sama karena wilayah Kabupaten Magetan ternyata merupakan daerah endemis DBD daerah yang selama tiga tahun terakhir berturut-turut terjadi kasus DBD. Kasus DBD ini menyerang hampir merata di seluruh wilayah Magetan. Berikut ini adalah grafik kasus DBD di Kabupaten Magetan selama 5 tahun terakhir tahun 2004 – 2008. Grafik 1.1 Kasus Penyakit DBD Kabupaten Magetan Tahun 2004 sd 2008 50 100 150 200 250 300 350 400 450 500 2004 2005 2006 2007 2008 Tahun J u m la h p e n d e rit a Sumber : Dinkes Magetan, Kasus DBD per Puskesmas se-Kabupaten Magetan diolah Dari data diatas nampak bahwa setiap tahun selalu terjadi kasus DBD dan cenderung meningkat. Jumlah penderita penyakit DBD di Kabupaten Magetan pada tahun 2004 merupakan jumlah yang paling sedikit yakni 236 orang. Sedangkan jumlah penderita penyakit DBD yang paling banyak adalah pada tahun 2007 yakni 459 orang dan 14 orang meninggal. Kemudian pada tahun 2008 jumlah penderita penyakit DBD menurun menjadi 335 orang dan 3 orang meninggal. Selain itu terdapat keunikan pula di Kabupaten Magetan yang terdiri dari daerah dataran rendah dan dataran tinggi dengan ketinggian 60 – 1600 meter di atas permukaan air laut ini. Keunikan tersebut adalah walaupun sebagian Kabupaten Magetan juga terletak di daerah dataran tinggi ternyata kasus DBD yang terjadi termasuk kategori tinggi. Kasus DBD ini juga menyerang beberapa kawasan di dataran tinggi seperti Kecamatan Panekan Kabupaten Magetan yang berada di ketinggian 800 meter di atas permukaan air laut, padahal biasanya kasus DBD banyak terjadi di daerah dataran rendah dan dekat dengan pantai atau pesisir, sebab pada daerah yang relatif rendah nyamuk penularnya dapat berkembang biak dengan lebih mudah dibandingkan dengan daerah dataran tinggi. Wabah DBD harus dihambat penyebarannya sehingga tidak meluas dan menimbulkan kekhawatiran di kalangan masyarakat. Lebih dari itu angka kematian harus ditekan serendah mungkin. Oleh karena itu Dinas Kesehatan Kabupaten Magetan yang bertugas menyelenggarakan sebagian kewenangan daerah di bidang kesehatan, mempunyai program prioritas yaitu Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit DBD. Hal tersebut dikarenakan penyakit DBD adalah penyakit menular yang berbahaya dan dalam waktu singkat bisa menimbulkan kematian. Dalam suatu organisasi pasti mempunyai manajemen strategis, karena manajemen strategis merupakan suatu cara memimpin organisasi untuk mencapai misi, tujuan, dan sasaran yang ingin dicapai oleh suatu organisasi. Dinas Kesehatan perlu menerapkan manajemen strategis untuk mengantisipasi perubahan lingkungan organisasi yang semakin cepat dan kompleks, sehingga keberhasilan manajemen strategis ditentukan oleh para manajer atau pimpinannya. Manajemen strategis terdiri dari tiga tahap yaitu perumusan strategi, implementasi, dan evaluasi. Evaluasi merupakan tahap yang penting dalam manajemen strategis. Perumusan strategi dapat diukur, struktur organisasi dapat diciptakan untuk memperlancar tercapainya tujuan-tujuan secara efisien, dan karyawan-karyawan dapat diarahkan dan dimotivasi. Namun, tidak ada jaminan bahwa kegiatan-kegiatan itu akan berlangsung sesuai dengan yang direncanakan dan tujuan-tujuan yang dikejar para manajer atau pimpinan itu sungguh-sungguh tercapai. Pada kenyataannya pelaksanaan Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue DBD Dinas Kesehatan Kabupaten Magetan tahun 2008 mampu mengatasi kasus DBD di Kabupaten Magetan. Hal tersebut terbukti dengan menurunnya jumlah kasus DBD dan jumlah penderita yang meninggal dunia pada tahun 2008 daripada tahun-tahun sebelumnya. Sebagaimana dinyatakan oleh Dr Harry Susanto, Kepala Dinas Kesehatan, dari data Dinas Kesehatan kasus DBD tahun 2007 terdapat 459 dan 14 diantaranya meninggal dunia. Sedangkan tahun 2008 hingga bulan Agustus tercatat 276 kasus DBD dan 2 diantaranya meninggal dunia, sehingga kemungkinan kasus DBD tahun 2008 ini diprediksi menurun www.moderatofm.com. Oleh karena itu peneliti ingin mengkaji lebih lanjut mengapa hal tersebut bisa terjadi.

B. Perumusan Masalah