Kampung Batik Laweyan Komparasi

65 Contoh-contoh diatas merupakan beberapa contoh konkret dari kegiatan promosi yang dilakukan Desa Wisata Batik Kliwonan, selain contoh-contoh diatas masih banyak lagi contoh lainnya.

B. Komparasi

Untuk data komparasipembanding penulis, mengambil contoh dari dua daerah, yaitu daerah Kampung Laweyan dan Kampung Kauman. Kampung yang sudah lama dikenal sebagai Kampung Batik, yang sekarang juga gencar- gencarnya melakukan pembenahan diri, guna menjadi sebuah Wisata Kampoeng Batik.

1. Kampung Batik Laweyan

a. Data Fisik Kampung Laweyan terletak di Kecamatan Laweyan, Kota Madya Surakarta. Kampung laweyan sudah dikenal lama sebagai daerah penghasil batik, dengan banyaknya jumlah saudagar-saudagar batik yang ada di kawasan tersebut, membuat Kampung Laweyan ini terkenal dengan sebutan Kampung Batik. Pada saat sekarang ini daerah ini berusaha mengembangkan potensi yang ada di wilayahnya selain keistimewaan batiknya, untuk digabungkan sehingga menjadi sebuah kawasan wisata batik yang nantinya akan dinamakan sebagai “Kampoeng Batik”. 1 Geografis 66 Sebelah Utara : Kelurahan Sondakan Sebelah Timur : Kelurahan Bumi Sebelah Selatan : Kelurahan Banaran Sebelah Barat : Kelurahan Pajang Luas Wilayah : 24.83Ha yang terdiri dari : 0.180 Km 2 Pemukiman 0.035 km 2 Pekarangan 0.008 km 2 Tanah kuburan Iklim : Tropis dengan temperatur 22°- 31° Curah Hujan : Rata-rata curah hujan 2.000-3.000 mm 2 Penduduk Populasi : 2.535 jiwa est. Juni 2006, yang terdiri Dari laki-laki 1.189 jiwa dan perempuan 1.346jiwa Struktur Usia : 0-14 tahun : 20.51 15-29tahun : 34.20 30-49 tahun : 24.77 50-59 tahun : 13.33 60 tahun : 7.19 est Juni 2006 Agama : Islam, Kristen Katolik, dan Hindu Etnis : Jawa, Tionghua dan Arab 3 Pemerintahan 67 Bentuk Pemerintahan : Kelurahan Jumlah aparat : 9 orang Sistem administratif : meliputi 3 RW 10 RT 4 Ekonomi Produk Domestik Desa Bruto a Industri Batik Total nilai produksi : Rp. 3.070.000.000,- Total nilai bahan baku : Rp. 1.230.000.000,- Total nilai bahan penolong : Rp. 1.840.000.000,- b Industri Perdagangan Total nilai produksi : Rp. 1.225.000.000,- Total nilai bahan baku : Rp. 820.000.000,- Total nilai bahan penolong : Rp. 405.000.000,- Tenaga Kerja : Jumlah tenaga kerja di Kampung Laweyan 2.190 orang, yang terdiri dari : Buruh bangunan 200 orang Pedagang 150 orang PNS 75 orang Buruh industribatik 60 orang Pensiunan 28 orang Lain-lain 1.111 orang, yang terdiri dari pengangkutan, pengusaha dan lain-lain. Industri : Kerajinan batik, pakaian dan pangan. 68 Peternakan : Burung puyuh. Produksi peternakan : Telur puyuh. 5 Sosial Pendidikan : Jumlah sekolah 2 buah, est Juni 2006 TK 1 buah, SDN 1 buah . Prasarana Pendidikan : Lembaga Pendidikan AgamaTPA 6 buah, Perpustakaan Batik 1 buah. Kesehatan : Jumlah fasilitas kesehatan est Juni 2005 Balai pengobatan 1 buah, Posyandu 3 buah. Sarana Kesehatan : Dokter Spesialis 2 orang. Tempat Ibadah : Masjid 7 buah. 6 Pariwisata Sektor pariwisata di Kota Solo yang mulai berkembang tahun ini ditandai oleh kelahiran obyek-obyek baru. Salah satunya adalah Kampoeng Batik Laweyan. Obyek tersebut bukan sekedar sebuah kemasan wisata batik saja. Sejarah kampoeng itu melatar belakangi semangat untuk mengangkat potensi yang ada di kampung tesebut. Laweyan merupakan kawasan sentar industri batik yang unik, spesifik, dan sudah ada sejak jaman kerajaan Pajang tahun 1546 M. Sebagai kawasan cagar budaya, dilokasi tersebut banyak ditemukan situs bersejarah diantaranya Masjid Laweyan, Makam Laweyan 69 tempat Kyai Ageng Anis cikal bakal raja-raja mataram dimakamkan, bekas rumah Kyai Ageng Anis dan Sutowijoyo Panembahan Senopati, Bekas Pasar Laweyan, Bekas Bandar Kabanaran, makam Jayengrana Prajurit Untung Suropati, Langgar Merdeka, Langgar Makmoer, dan rumah H. Samanhudi pendiri Serikat Dagang Islam SDI. Batik merupakan hasil karya seni tradisional yang banyak ditekuni masyarakat Laweyan sejak dulu hingga sekarang. Hal inilah yang menyebabkan Kampung Laweyan pernah dikenal sebagai kampung “Juragan Batik” dan mencapai kejayaan di era tahun 1970-an. Kejayaan mbok mase atau mas nganten sebutan untuk istri dan suami pengusaha batik Laweyan mulai surut. Hanya sedikit generasi penerus yang mau melanjutkan usaha pendahulunya. Di bidang seni budaya, keroncong, karawitan, dan rebana merupakan jenis kesenian tradisional yang banyak ditemukan di masyarakat Laweyan. Sedang tata cara adat tradisional Jawa banyak ditemukan pada masyarakat yang sedang punya “ gawe ” atau hajatan khususnya hajatan temanten. Laweyan juga dikenal dengan bentuk bangunan dan kondisi lingkungannya yang khas. Arsitektur rumah tinggal juragan batik khususnya, dan masyarakat pada umumnya, dipengaruhi unsur tradisional Jawa, Eropa Indich, Cina dan Islam. Bangunan-bangunan tersebut dilengkapi dengan pagar tinggi atau “ beteng ” yang 70 menyebabkan terbentuknya gang-gang sempit spesifik sebagai town scape kawasan. Namun keadaan sekarang sudah berbeda, kesan tertutup yang dilakukan oleh juragan-juragan batik sekarang dengan bangunan tembok yang tinggi mengakibatkan kejayaan kampung batik ini mulai sedikit terlupakan, coretan-coretan kotor menghiasi dinding- dinding bangunan ini. Akhirnya tinggal sisa-sisa bangunan yang menandai bahwa kampoeng itu pernah berjaya. Namun keadaan sekarang sudah berubah, masyarakat sekitar yang juga termasuk dalam pengusaha dan pengrajin batik di Kampoeng Laweyan sudah mulai mengerti dan memahami arti penting dari pengembangan kawasan tersebut menjadi sebuah kawasan wisata batik. Hal ini disadari ketika mereka pemerintah, ormas dan pengusaha batik melihat banyak hal yang telah ditinggalkan oleh para pendahulu mereka, kejayaan daerah laweyan sebagai daerah penghasil batik jaman kerajaan pajang, meninggalkan bukti-bukti sejarah yang ada sampai sekarang ini. Diantaranya adalah bangunan-bangunan kuno, yang bila digarap dan diolah dengan lebih serius nantinya akan menjadi nilai tambah dalam pengembangan Kampoeng Laweyan sebagai kampoeng batik dan kampung wisata histories. b. Struktur Organisasi Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan Strutur organisasi yang ada di Kampoeng Batik Laweyan sudah tersusun dengan baik, karena masyarakat yang ada di kawasan wisata 71 tersebut dalam hal ini adalah para pengusaha batik, menyadari betul akan usaha untuk pengembangan kawasan mereka yang akan dikembangkan menjadi kawasan wisata Kampoeng Batik Laweyan Solo. c. Strategisistem pemasaran Dalam memasarkan kawasan Kampoeng Batik Laweyan Solo yang terdiri dari 34 perusahaan batik yang memiliki spesialisasi produk yang berbeda-beda, selain melalui show room yang rata-rata dimiliki oleh masing-masing perusahaan dalam memasarkan produknya, seringkali juga KETUA WAKIL KETUA SEKRTARIS BENDAHARA Sie. Humas Litbang Sie. Seni Budaya Sie. Pameran Promosi Sie. Usaha 72 para pengusaha-pengusaha batik yang ada di kawasan ini mengikuti event- event atau kegiatan pameran baik dalam maupun luar negeri dengan saling berpartisipasi, berkelompok dan menjadi satu nama yaitu Kamponeg Batik Laweyan Solo. Hal ini sangat didukung oleh Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Pemkot Surakarta, karena selain menguntungkan bagi pengusaha dengan memasarkan produk dari masing-masing perusahaan, masayarakat luar lebih dikenalkan kepada kawasan wisata Kampoeng Batik Laweyan tersebut. Sedangkan sumber biaya yang dikeluarkan dalam mengikuti event atau kegiatan pameran ini ada dari bermacam-macam sumber, diantaranya adalah : 1 Dana dari Koperasi dan Diperindag Pemkot Surakarta. 2 Dana Swadaya dari masing-masing pengusaha, serta 3 Bantuan dari Pemkot yaitu 50 : 50 biaya ditanggung oleh Pengusaha dan Pemkot. Sama halnya dengan Desa Kliwonan dan Pilang, dalam kegiatan promosi sendiri, kawasan Kampoeng Batik Laweyan Solo ini belum bekerja dengan maksimal karena masih dalam proses pengembangan. Namun sudah ada sedikit usaha yang dilakukan Kampoeng Batik Laweyan Solo untuk dikenal luas oleh masyarakat, yaitu dengan berpromosi walaupun dengan media yang sederhana, meliputi media lini atas Above The Line dan media lini bawah Below The Line sebagai media promosinya. 73 d. Promosi yang pernah dilakukan Dalam kegiatan berpromosi Kampoeng Batik Laweyan Solo sampai sekarang ini dilakukan oleh 2 pihak, yang pertama yaitu oleh perkumpulan pengusaha batik dikawasan Laweyan itu sendiri, dan yang kedua dilakukan oleh Pemkot Surakarta dalam hal ini dilakukan oleh dinas-dinas yang terkait, antara lain Disperindag dan Dinas Pariwisata Seni dan Budaya Pemkot Surakarta. Meskipun menggunakan media yang sederhana namun Kampoeng Batik Laweyan Solo sudah menggunakan media lini atas dan lini bawah. Untuk media lini bawah contohnya : 1 Brand name 2 Event-event 3 Brosur 4 Lefleat Untuk media lini atas contohnya : 1 Spanduk 2 Iklan-iklan di beberapa media cetak.

2. Kampung Batik Kauman