5
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kelapa Sawit
Kelapa sawit Elaeis guinensis JAQC adalah tanaman berkeping satu yang termasuk dalam familia palmae. Nama genus Elaeis berasal dari bahasa Yunani
yaitu Elaeis atau minyak, sedangkan nama spesies Guinensis berasal dari kata guinea, yaitu tempat dimana Seorang Ahli bernama Jaqcuin menemukan taman
kelapa sawit pertama kali di pantai Guinea. Kelapa sawit didasarkan atas bukti-bukti fosil, Sejarah, dan Linguistik
yang ada diyakini berasal dari Afrika Barat. Di tempat asalnya ini, Kelapa sawit yang pada saat lalu dibiarkan tumbuh liar di hutan - hutan sejak awal
telah dikenal sebagai tanaman pangan yang penting. Oleh penduduk setempat kelapa sawit telah diproses secara amat sederhana menjadi minyak dan tuak sawit.
Di luar Benua Afrika, kelapa sawit mulai diperhitungkan sebagai tanaman komoditas penghasil produk pangan Sejak Revolusi Industri bersaing keras di
Eropa. Saat itu, di Eropa mulai bermunculan Industri atau pabrik anatara lain Industri sabun dan margarin yang membutuhkan bahan mentah baku untuk
operasionalnya. Minyak sawit dan minyak inti sawit yang muncul kemudian adalah dua produk yang antara lain dibutuhkan untuk
bahan mentah baku tersebut. Maka jadilah minyak dibutuhkan oleh pasar Eropa Tim Penulis,1997.
Kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada Daerah beriklim tropis dengan curah hujan 2000 mm tahun dan kisaran suhu 22
– 32 °C. Dimana daerah
Universitas Sumatera Utara
6
penanaman kelapa sawit di Indonesia adalah Jawa Barat Lebak dan Tangerang, Lampung, Riau, Sumatera Utara, dan Aceh. Negara penghasil kelapa sawit di
Indonesia adalah Malaysia, Amerika Tengah dan Nigeria. Berdasarkan ketebalan tempurung dan daging buah, dikenal lima varietas kelapa sawit, yaitu :
1. Dura Tempurung cukup tebal antara 2 -8 mm dan tidak terdapat lingkaran sabut pada
bagian luar tempurung dan daging buah relative tipis dengan persentase daging buah terhadap buah bervariasi antara 35
– 50 . Kernel daging biji biasanya besar dengan kandugan minyak yang rendah. Dalam persilangan varietas Dura
dipakai sebagai phon induk betina. 2. Psifera
Ketebalan tempurung sangat tipis, bahkan hampir tidak ada, tetapi daging buahnya tebal. Persentase daging buah terhadap buah cukup tunggi, sedangkan
daging biji sangat tipis. Jenis Psifera tidak dapat diperbanyak tanpa menyilangkan dengan jenis yang lain. Oleh sebab itu, dalam persilangan
dipakai pohon induk jantan. Penyerbukan silang antara Psifera dengan Dura akan menghasilkan Varietas Tenera.
3. Tenera Varietas ini mempunyai sifat
– sifat yang berasal dari kedua induknya, yaitu Dura dan Psifera. Varietas inilah yang banyak ditanamkan di perkebunan saat ini.
Tempurung sudah disekelilingnya. Persentase daging buah terhadap tinggi antara
Universitas Sumatera Utara
7
60 - 96 . Tandan buah yang dihasilkan oleh Tenera lebih banyak daripada Dura tetapi ukuran tandannya relative lebih kecil.
4. Macro Carya Tempurung sangat tebal, sekitar 5 mm, sedang daging buahnya tipis sekali.
5. Diwikka-Wakka Varietas ini mempunyai ciri khas dengan adanya dua lapis daging buah.
Diwikka-Wakka dapat dibedakan menjadi Diwikka-wakkadura, Diwikka- wakkapsifera dan Diwikka-wakkatenera. Perbedaan ketebalan daging
buah kelapa sawit menyebabkan perbedaan persentase atau rendemen minyak yang dikandungnya. Rendemen minyak tertinggi terdapat pada varietas Tenera
yaitu 22 - 24 sedangkan pada varietas. Dura antara 16 - 18 . Sehingga tidak heran jika lebih banyak perkebunan yang menanam kelapa sawit dari varietas
Tenera
Tim Penulis,1992 .
2.2 Minyak Kelapa Sawit