untuk membuat kegiatan penelitian juga mulai muncul hingga PLOt menentukan
fungsinya dalam jalur pengembangan revitalisasi Opera Batak.
Hal kedua yang melatar belakangi berdirinya PLOt adalah karena komunikasi dengan Sitor Situmorang, Barbara Brouwer, dan Lena Simanjuntak
yang ingin menampilkan ulang Opera Batak “Pulo Batu” karya Sitor Situmorang yang pernah dipentaskan di Jakarta pada 1981 dengan gaya Opera Batak melalui
kehadiran AWK Samosir, salah satu tokoh Opera Batak terdahulu serta Wahyu Sihombing, sutradara teater modren.
Komunikasi dengan mereka bertiga menetapkan rencana program awal PLOt memilih kota Siantar untuk tempat sekretariat dengan alasan-alasan
historikal yang terkait dengan Opera Batak. Mereka memberikan dukungan dana untuk sekretariat PLOt serta dana operasional untuk dua orang yang aktif di
sekretariat. Bersama Sitor Situmorang, Barbara Brouwer, Lena Simanjuntak, dan Thompson HS, PLOt sah didirikan sebagai sebuah gagasan untuk melanjutkan
program revitalisasi Opera Batak.
1.2 Kepengurusan Sanggar PLOt
PLOt digerakkan pada awalnya oleh dua orang, yakni: Thompson HS dan Berto Hutabarat, salah satu dari anggota GOS yang tertarik untuk terlibat dalam
kelanjutan revitalisasi Opera Batak. Kemudian cikal bakal pembentukan tim kerja bertahap dari orang-orang yang terlibat dalam kegiatan PLOt, terutama untuk
pelatihan dan pertunjukan di Siantar dan beberapa tempat. Fungsi PLOt setelah adanya tim kerja ditegaskan dengan program pelatihan dan pertunjukan. Mestinya
memang sudah cukup sebagai tempat pelatihan, sebagaimana dari singkatannya:
Universitas Sumatera Utara
Pusat Latihan Opera Batak. Namun dengan adanya tawaran-tawaran untuk menerima pertunjukan, maka fungsi pelatihan itu semakin terdorong diikuti
sejumlah orang. Apalagi dengan dana program pelatihan yang belum ada, maka subsidi
silang bersumber dari penerimaan biaya produksi dari pihak-pihak yang menawarkan. Semua sisa dana produksi itulah menjadi modal untuk
pengembangan cara kerja di sekretariat dan pembelian sejumlah properti yang dapat digunakan orang-orang yang datang dan pergi dari PLOt. Pola tim kerja
yang ada di PLOt bersifat berbagi sharing; ide, informasi, keuntungan dari tawaran pertunjukan, rekomendasi, dan jaringan tanpa ikatan organisasi. Jadi pola
tim kerja ini menjadi semacam organisme. Keorganisasian PLOt ada dalam pikiran masing-masing anggota. Karena
keterikatan masih didorong oleh pelatihan yang minus dana dan kesempatan untuk terlibat dalam tawaran pertunjukan. Sampai ada yang mencoba mengelola
pertunjukan PLOt di luar tawaran. Fungsi tim kerja itu masih dianggap lebih efektif karena masih kurangnya dana yang dimiliki. Namun kekuatan Opera Batak
yang dimunculkan kembali dari upaya revitalisasi seakan mempersona banyak pihak. Secara tidak langsung, kegiatan tradisional menjadi perhatian kembali di
mana-mana oleh generasi baru. Apalagi perhatian itu dikaitkan dengan minat di Perguruan Tinggi atau akademik. Di Universitas Negeri Medan UNIMED
terdapat pengajaran Teater Tradisi dengan materi Opera Batak, meskipun muatannya mungkin belum dapat dilengkapi sesuai dengan harapan dari
revitalisasi itu. Sampai saat ini masih ada hambatan PLOt untuk keluar dari pola tim kerja. Sehingga harus kembali dengan pola semula sejak kemundurannya di
Universitas Sumatera Utara
tangan beberapa orang yang menangani produksi mandiri. Pola semula itu adalah dengan integritas, displin, mempelajari banyak hal, turun ke lapangan, dan selalu
mengaktifkan jaringan kecil dan besar untuk pelatihan dan produksi. Pola semula ini dengan mengajak orang-orang. Sedangkan pola tim kerja, orang-orang
berdatangan dan mengakui ketertarikan untuk terlibat. Kemudian merasa sudah dapat dan bisa pergi dan membuat kelompok sendiri.
Dengan kembalinya ke pola semula itu, orang-orang tetap diajak. Namun dengan internsitas lain dan memikirkan terus untuk menetapkan bentuk
pengorganisasian PLOt, selain yang sudah terdaftar dalam bentuk perhimpunan pada 2008. Bentuk perhimpunan ini dilakukan secara teknis untuk mencairkan
dana yang diberikan Pempropsu setelah memperhatikan banyak kegiatan PLOt tanpa ketergantungan dengan pemerintah daerah dan nasional. Sesungguhnya
bentuk organisasi PLOt sejak awal sudah dibicarakan oleh Barbara Brouwer dan Lena Simanjuntak agar bisa menjadi sebuah yayasan. Namun mungkin belum
sampai pada waktunya harapan itu. 1.3
Penghargaan dan Prestasi Sanggar PLOt
PLOt dengan kepercayaan berbagai pihak dapat merupakan satu penghargaan penting yang sudah diterima. Kepercayaan itu terwujud dalam
berbagai tawaran, seperti tawaran produksi. Jadi sangat jarang PLOt meminta atau mengajukan kegiatan dengan segala macam proposal, termasuk dengan meminta
kepada orang-orang yang terlibat dalam kegiatan atau tim kerja. Semakin banyak kegiatan yang dilakukan PLOt, penghargaan itu menyebar kepada orang-orang
yang terlibat dalam kegiatan revitalisasi Opera Batak. Seperti kata orang, PLOt tidak ada apa-apanya tanpa orang-orang atau organisme yang bekerja untuk tujuan
Universitas Sumatera Utara
revitalisasi Opera Batak. di Berbagai penampilan PLOt bisa mendapat penghargaan melalui tepukan dan cenderamata. Namun penghargaan penting
lainnya adalah kegiatan PLOt sudah dihargai di Belanda dan Jerman melalui kesempatan pameran dan pertunjukan. Mungkin penghargaan melalui kesempatan
itu menjadi prestasi PLOt juga. Prestasi penting PLOt mungkin adalah keberhasilannya mengenalkan Opera Batak di tingkat nasional dan sekaligus
mewujudkan visi Opera Batak terdahulu yang ingin mengenalkan Opera Batak ke seluruh dunia. Sejak 2013 PLOt sudah tampil di Jerman dalam mewujudkan visi
itu. Wacana revitalisasi Opera Batak ini mungkin sudah mulai tidak menarik dibicarakan dan dilakukan karena PLOt sendiri tidak bisa seperti grup-grup atau
sanggar lain. Labelnya sebagai pusat latihan itulah kondisi yang tidak membuatnya sebagai grup kesenian atau sanggar binaan. PLOt adalah tempat bagi
orang-orang yang datang dan pergi.
1.4 Moto, Visi dan Misi Sanggar PLOt