BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
PT. Multimas Nabati Asahan MNA mulai beroperasi 9 September 1996 yang badan perusahaannya berbentuk perseroan yang terbatas. PT. MNA berdiri atas prakarsa dari
beberapa pemodal Singapura dan Indonesia dengan tujuan untuk menciptakan lapangan pekerjaan sehingga dapat mengurangi jumlah pengangguran serta
meningkatkan taraf hidup masyarakat. PT. MNA berlokasi di Jalan Access Road Inalum, Kabupaten Batu Bara, Kecamatan Medang Deras, Desa Lalang, Kuala
Tanjung. PT. MNA merupakan salah satu dari sekian banyak yang mengelola CPO bahan baku menjadi olein minyak goreng dan stearin bahan baku margarin. Demi
kelangsungan produksi tanpa harus selalu bergantung pada perusahaan lain maka PT. MNA membangun PKS sejak tahun 2004 dan mulai berproduksi pada Oktober 2005
dengan kapasitas 60 ton per jam. Minyak sawit dan minyak inti sawit mulai terbentuk sesudah 100 hari setelah
penyerbukan dan berhenti setelah 180 hari atau setelah dalam buah minyak sudah jenuh.
Dalam proses pengolahan minyak kelapa sawit, untuk memisahkan minyak dari fase lainnya perlu dilakukan dengan proses pemurnian yang disebut klarifikasi.
Minyak tersebut perlu segera dimurnikan dengan maksud agar tidak terjadi penurunan mutu akibat adanya reaksi hidrolisis dan oksidasi. Pada proses pemurnian minyak
kasar yang diperoleh dari proses pengepresan mengandung banyak lumpur sludge dan kotoran sehingga dilakukan pemurnian dengan penyaringan dan pengendapan
Universitas Sumatera Utara
berdasarkan prinsip grafitasi dan sentrifugasi untuk memisahkan minyak dari lumpur sludge dan kotoran. Lumpur sludge yang merupakan buangan dari proses
pemurnian yang ditampung di sludge tank masih mengandung minyak sehingga harus diolah kembali di unit decanter untuk mendapat kembali minyak yang ikut terbuang.
Alasan dilakukannya pengolahan pada unit decanter ini adalah untuk mengurangi jumlah minyak yang terbuang di mana dapat menyebabkan kerugian secara komersil.
Pada proses pemurnian minyak di decanter dipengaruhi oleh jumlah persentase umpan minyak dan umpan olahan agar proses pemurnian pada unit ini bisa
maksimal, yakni kehilangan minyak kelapa sawit losses semakin rendah. Volume dari umpan olahan dan persentase minyak yang akan diolah harus dijaga agar tetap
konstan, karena apabila volume olahan dan persentase minyak yang akan diolah semakin banyak akan mengakibatkan besarnya minyak yang terbuang, sebab decanter
bekerja maksimal apabila mengolah sesuai dengan kapasitas olahnya. Semakin banyak minyak yang terbuang akan menyebabkan besarnya kerugian pada perusahaan
sehingga perlu diperhatikan volume umpan olahan dan persentase minyak yang akan diolah.
Oleh sebab itu, untuk mengetahui volume umpan olahan, persentase minyak yang akan diolah dan kehilangan minyak kelapa sawit losses dilakukan analisis dan
pengamatan sehingga diketahui volume dan persentase yang sesuai. Sehubungan dengan pengaruh volume umpan dan persentase minyak yang
akan diolah pada decanter penulis tertarik untuk mengetahui bagaimana Pengaruh Umpan Minyak dan Umpan Olahan terhadap Kadar Kehilangan Minyak Losses pada
Unit Decanter di PKS PT. Multimas Nabati Asahan.
Universitas Sumatera Utara
1.2 Permasalahan