2.7 Pemanfaatan Hasil Kelapa Sawit
Manfaat minyak sawit di antaranya adalah: a. Minyak sawit untuk industri pangan
Minyak sawit yang digunakan sebagai produk pangan dihasilkan dari minyak sawit maupun minyak inti sawit melalui proses fraksinasi, rafinasi, dan
hidrogenesis. Produksi CPO di Indonesia sebagian besar difraksinasi sehingga dihasilkan fraksi olein cair dan fraksi stearin padat. Fraksi olein tersebut
digunakan untuk memenuhi kebutuhan domestik sebagai pelengkap minyak goreng dari minyak kelapa. Selain sebagai bahan baku untuk minyak makan,
minyak sawit antara lain dalam bentuk margarine, butter, vanaspati, shortening, dan bahan untuk membuat kue-kue. Sebagai bahan pangan, minyak sawit memiliki
beberapa keunggulan dibandingkan minyak goreng lain, antara lain mengandung karoten yang diketahui sebagai anti kanker dan tokoferol sebagai sumber vitamin
E. Di samping itu kandungan asam linoleat dan linolenatnya rendah sehingga minyak goreng yang terbuat dari buah sawit memiliki kemantapan kalor yang
tinggi dan tidak mudah teroksidasi. Oleh karena itu, minyak sawit sebagai minyak goreng bersifat lebih awet dan makanan yang digoreng dengan menggunakan
minyak sawit tidak cepat tengik. b. Minyak sawit untuk industri nonpangan
Minyak sawit mempunyai potensi yang besar untuk digunakan di industri-industri nonpangan, industri farmasi, dan industri oleokimia fatty acids, fatty alcohol, dan
gliserine. Produk nonpangan yang dihasilkan dari minyak sawit dan minyak inti sawit diproses melalui proses hidrolisis splitting untuk memisahkan asam lemak
dan gliserin.
Universitas Sumatera Utara
- Bahan baku untuk industri farmasi; kandungan minor dalam minyak sawit kurang lebih berjumlah 1 antara lain terdiri dari karoten, tokoferol, sterol,
alkohol, triterpen, fosfolipida. Kandungan minor tersebut menjadikan minyak sawit dapat digunakan sebagai bahan baku dalam industri farmasi. Karoten
dapat dimanfaatkan sebagai obat kanker paru-paru dan payudara, sumber provitamin A yang cukup potensial. Tokoferol bermanfaat untuk antioksidan
alam dan sumber vitamin E. - Bahan baku oleokimia; oleokimia merupakan bahan baku industri yang
diperoleh dari minyak nabati, di antaranya adalah minyak sawit dan minyak inti sawit. Produksi utama minyak yang digolongkan dalam oleokimia adalah
asam lemak, alkohol, asam amino, metil ester, dan gliserin. Asam lemak dapat digunakan sebagai bahan untuk detergen, bahan softener pelunak untuk
produksi makanan, tinta, tekstil, aspal, dan perekat. Lemak alkohol merupakan bahan dasar pembuatan detergen. Lemak amina digunakan sebagai bahan
dalam industri pabrik, sebagai pelumas, pemantap juga bahan baku dalam industri tekstil, surfaktan, dan lain-lain. Metil ester digunakan sebagai bahan
pembuatan sabun. Gliserin digunakan dalam industri kosmetika, antara lain sebagai bahan pelarut dan pengatur kekentalan shampoo, pomade, obat kumur,
dan pasta gigi juga sebagai hemaktan pada industri rokok, permen karet, minyak pelincir, cat, adesif, plester, dan sabun.
c. Minyak sawit sebagai bahan bakar alternatif palm biodiesel Palm biodiesel mempunyai sifat kimia dan fisika yang sama dengan minyak bumi
petroleum diesel dapat digunakan langsung untuk mesin diesel atau dicampur dengan petroleum diesel. Namun, palm biodiesel memiliki keunggulan lain yaitu
mengandung oksigen sehingga tidak mudah terbakar. Selain itu, palm
Universitas Sumatera Utara
biodieselmerupakan bahan bakar yang lebih bersih dan lebih mudah ditangani karena tidak mengandung sulfur dan senyawa benzen yang karsinogenik.
Penggunaan palm biodiesel juga dapat mereduksi efek rumah kaca, polusi tanah, serta melindungi kelestarian perairan dan sumber air minum. Hal ini berhubungan
dengan sifat biodiesel yang dapat teroksigenasi relatif sempurna atau terbakar habis, nontoksik, dan dapat terurai secara alami biodegradable. Produksi palm
biodiesel dapat dilakukan melalui transesterifikasi minyak sawit dengan metanol Fauzi Y, 2008.
2.8 Proses Pengolahan Tandan Buah Segar TBS menjadi Minyak Kelapa Sawit