Gambar 2.3. Mekanisme Kerja Glukagon dan Insulin Sumber : Sherwood, 2001
2.5. Hubungan Kelebihan Kadar Gula Darah dengan Premenstrual Syndrome
Menurut Saryono 2009, kadar gula darah yang rendah hipoglikemia merupakan salah satu penyebab ternjadinya premenstrual syndrome. Selain dari
itu, premenstrual syndrome juga bisa terjadi akibat faktor hormonal; hormon estrogen yang berlebihan; gangguan perasaan, faktor kejiwaan, masalah sosial,
atau fungsi sistem serotonin yang dialami penderita; behubungan dengan hormon prostaglandin dan neurotransmitter di otak; dan kurang asupan vitamin B,
kalsium, dan magnesium. Salah satu yang timbul pada wanita yang mengalami premenstrual
syndrome adalah adanya pembengkakan pada tubuh. Pembengkakan ini terjadi akibat berkumpulnya air pada jaringan di luar sel ekstrasel karena tingginya
asupan garam atau gula pada diet penderita. Tingginya asupan gula ini disebabkan oleh karena rendahnya serotonin yang menurunkan resistensi insulin sehingga
pada wanita yang mengalami premenstrual syndrome didapati adanya penurunan kadar gula darah.
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Premenstrual Syndrome adalah kondisi medis yang umum terjadi pada wanita yang merupakan bagian dari siklus menstruasi. Gejala yang ditimbulkan
bisa bermacam-macam, mulai dari gejala psikis, fisik, hingga psikologis. Namun gejala tersebut akan hilang saat menstruasi datang. Gejala premenstrual syndrome
sendiri sudah dikenal lama, bahkan sejak zaman Hippocrates pada 370 SM. Sekitar 20 dari wanita usia reproduksi mengalami gejala ringan sampai berat
pada premenstrual syndrome. Insidensi atau angka kejadian dari sindrom ini sekitar 80. Studi epidemiologi menunjukkan kurang lebih 20 dari wanita usia
reproduksi mengalami gejala premenstrual syndrome sedang sampai berat Freeman,2007.
Gejala – gejala pada premenstrual syndrome dapat berupa payudara yang
membengkak, puting susu yang nyeri dan bengkak, dan mudah tersinggung. Beberapa wanita mengalami gangguan yang cukup berat seperti kram yang
disebabkan oleh kontraksi otot – otot halus rahim, sakit kepala, sakit pada bagian
tengah perut, gelisah, letih, hidung tersumbat, dan rasa ingin menangis. Dalam bentuk yang paling berat, sering melibatkan depresi dan kemarahan. Kondisi
– kondisi ini dapat mengganggu aktivitas sehari
– hari jika terus dibiarkan sehingga mungkin membutuhkan penangan medis. Jika premenstrual syndrome tidak
diobati maka akan menimbulkan gangguan yang lebih parah, yang akan disebut dengan Pre Menstrual Dysphoric Disorder PMDD. Gejala yang sering
dirasakan pada tahap ini antara lain merasa hidup tidak ada harapan, tidak nafsu makan, susah tidur, cemas terus
– menerus, dan marah tanpa alasan hingga beberapa hari Saryono Waluyo, 2009.
Penyebab munculnya sindrom ini memang masih belum jelas. Menurut Mary Dalton, seorang dokter Inggris mengatakan bahwa masalah
– masalah premenstrual syndrome timbul dari ketidakseimbangan antara hormon
progesteron dan estrogen. Progesteron sendiri dapat menyebabkan retensi cairan,