Hubungan Kadar Gula Darah dengan Premenstrual Syndrome pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Angkatan 2012

(1)

Nama : Zainal Napitupulu Tempat / TanggalLahir : Silimbat/ 20 Mei 1993 No. Handphone : 081260594989

Email : napitupuluzainal@yahoo.co.id

Agama : Protestan

Alamat : Jalan Jamin Ginting No. 144 Simpang USU

RiwayatPendidikan :

1. Sekolah Dasar Negeri 173582 Sigumpar Toba Samosir (1999-2005) 2. Sekolah Menengah Pertama Budhi Dharma Balige (2005-2008) 3. Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Balige (2008-2011)


(2)

Pendidikan Dokter Universitas Sumatera Utara. Saat ini saya sedang melakukan penelitian tentang “Gambaran Kadar Gula Darah pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Angkatan 2012 yang Mengalami Premenstrual Syndrome”. Penelitian ini merupakan salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Untuk keperluan tersebut saya mengharapkan partisipasi saudara/i untuk menjadi partisipan dalam penelitian ini dan bersedia mengisi kuisioner dengan jujur dan apa adanya. Identitas pribadi dan semua informasi yang saudara/i berikan akan dirahasiakan dan hanya akan digunakan untuk keperluan penelitian ini. Partisipasi saudara/i dalam penelitian ini bersifat sukarela sehingga saudara/i bebas untuk mengundurkan diri tanpa ada sanksi apapun.

Atas perhatian dan kesediaan saudara/i menjadi partisipan dalam penelitian ini saya ucapkan terima kasih.

Medan, _______ 2015

Peneliti Partisipan


(3)

Yang bertanda tangan dibawah ini : Nama :

Umur : Alamat : Menyatakan bahwa:

1. Saya telah mendapat penjelasan segala sesuatu mengenai penelitian Gambaran Kadar Gula Darah pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Angkatan 2012 yang Mengalami Premenstrual Syndrome. Setelah saya memahami penjelasan tersebut, dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan dari siapapun bersedia ikut serta dalam penelitian ini dengan kondisi:

a. Data yang diperoleh dari penelitian ini akan dijaga kerahasiaannya dan hanya dipergunakan untuk kepentingan ilmiah.

b. Apabila saya inginkan, saya boleh memutuskan untuk keluar/tidak berpartisipasi lagi dalam penelitian ini tanpa harus menyampaikan alasan apapun.

Medan, _______ 2015

Peneliti Partisipan


(4)

Gambaran Kadar Gula Darah pada Mahasiswa

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Angkatan 2012 yang Mengalami Premenstrual Syndrome

PETUNJUK PENGISIAN KUESIONER

Pilihlah jawaban sesuai dengan gejala yang benar-benar saudari alami pada saat menjelang menstruasi atau pada saat menstruasi dengan memberi tanda ceklist (√) dikolom yang tersedia

A. IDENTITAS

No. Urut responden :

1. Apakah antara 7-10 hari sebelum haid anda mengalami gejala-gejala berupa :

No .

GEJALA YA TIDAK

1 Kemarahan atau irritabilitas yang menetap dan jelas

2 Kecemasan dan perasaan tidak tenang

3 Bermusuhan atau meningkatnya kepekaan terhadap penolakan

4 Suka menangis atau perasaan tiba-tiba sedih

5 Mood terdepresi yang jelas dan perasaan putus asa

6 Gelisah


(5)

10 Perut kembung 11 Nyeri payudara 12 Nyeri sendi atau otot 13 Sakit pinggul

14 Sakit kepala

15 Kelelahan (mudah lelah atau kehilangan tenaga)

16 Nafsu makan yang bertambah atau berubah 17 Suka makan manis atau asin (atau kecanduan

terhadap makanan tertentu) 18 Pertambahan berat badan 19 Perasaan mual atau muntah

2. Apakah gejala-gejala ini menghilang pada hari pertama haid? [ ] YA

[ ] TIDAK

3. Apakah gejala yang dialami bukan akibat dari faktor yang lain (mis: stress, penyakit lain)?

[ ] YA [ ] TIDAK


(6)

(7)

120100455 SHD 22 93 Rendah

120100385 FAU 21 100 Rendah

120100489 LUP 21 110 Rendah

120100079 SAM 21 103 Rendah

120100207 YEO 21 116 Rendah

120100099 CHS 22 104 Rendah

120100215 SAA 20 105 Rendah

120100188 GET 21 114 Rendah

120100195 JEH 21 96 Rendah

120100235 CHO 21 99 Rendah

120100240 ARI 20 118 Rendah

120100490 ARP 23 98 Rendah

120100390 ATA 20 110 Rendah

120100445 ASA 22 102 Rendah

120100318 ASK 23 110 Rendah

120100100 MOS 21 102 Rendah

120100299 YUS 20 121 Normal

120100449 NOH 23 120 Normal

120100481 YAR 21 111 Rendah

120100453 PRN 22 115 Rendah

120100300 SIH 20 122 Normal

120100067 SAM 21 106 Rendah

120100494 UDE 21 120 Normal

120100531 JOT 21 102 Rendah

120100012 ADF 21 150 Tinggi

120100115 ADN 22 96 Rendah

120100444 PUS 21 110 Rendah

120100345 REH 21 112 Rendah

120100461 DAR 20 106 Rendah

120100508 ASA 22 125 Normal

120100377 MIS 21 128 Normal

120100382 ALM 21 96 Rendah

120100223 INR 20 93 Rendah

120100091 DWR 21 106 Rendah

120100120 RAS 21 112 Rendah

120100292 AYS 21 96 Rendah


(8)

120100230 NIS 22 107 Rendah

120100086 ADS 20 127 Normal

120100245 JED 21 111 Rendah

120100018 RAA 20 93 Rendah

120100479 ARM 21 101 Rendah

120100507 KIS 23 99 Rendah

120100492 NUD 23 90 Rendah

12010013 AYY 21 91 Rendah

120100225 CLD 19 87 Rendah

120100306 FIS 21 96 Rendah

120100516 YUG 24 88 Rendah

120100200 NMR 21 118 Rendah

120100043 CTR 21 109 Rendah

120100311 DST 21 95 Rendah

120100061 RHI 21 118 Rendah

120100009 DHN 21 93 Rendah

120100536 SHM 22 70 Rendah


(9)

N Valid 60 60 60

Missing 0 0 0

Mean 21.1667 107.3333 1.2167 Median 21.0000 106.0000 1.0000

Mode 21.00 96.00 1.00

Std. Deviation .94181 14.69194 .49030 Minimum 19.00 70.00 1.00 Maximum 24.00 156.00 3.00 Sum 1270.00 6440.00 73.00

Usia

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

19.00 1 1.7 1.7 1.7

20.00 11 18.3 18.3 20.0

21.00 32 53.3 53.3 73.3

22.00 10 16.7 16.7 90.0

23.00 5 8.3 8.3 98.3

24.00 1 1.7 1.7 100.0


(10)

Valid

87.00 1 1.7 1.7 3.3

88.00 1 1.7 1.7 5.0

90.00 1 1.7 1.7 6.7

91.00 1 1.7 1.7 8.3

93.00 4 6.7 6.7 15.0

95.00 1 1.7 1.7 16.7

96.00 7 11.7 11.7 28.3

98.00 1 1.7 1.7 30.0

99.00 3 5.0 5.0 35.0

100.00 1 1.7 1.7 36.7

101.00 1 1.7 1.7 38.3

102.00 3 5.0 5.0 43.3

103.00 1 1.7 1.7 45.0

104.00 1 1.7 1.7 46.7

105.00 1 1.7 1.7 48.3

106.00 3 5.0 5.0 53.3

107.00 1 1.7 1.7 55.0

109.00 1 1.7 1.7 56.7

110.00 4 6.7 6.7 63.3

111.00 2 3.3 3.3 66.7

112.00 2 3.3 3.3 70.0

114.00 1 1.7 1.7 71.7

115.00 1 1.7 1.7 73.3

116.00 1 1.7 1.7 75.0

118.00 4 6.7 6.7 81.7

120.00 2 3.3 3.3 85.0

121.00 1 1.7 1.7 86.7

122.00 1 1.7 1.7 88.3

125.00 2 3.3 3.3 91.7

127.00 1 1.7 1.7 93.3


(11)

KGDbaru

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

<120 49 81.7 81.7 81.7

120-130 9 15.0 15.0 96.7

>130 2 3.3 3.3 100.0


(12)

(13)

(14)

DAFTAR PUSTAKA

American Psychiatric Association. 1994. Diagnostic and statistical manual of mental disorders: DSM-IV Edisi 4. Washington DC : American Psychiatric Association.

Berek, Jonathan S. 2007. Berek & Novak's Gynecology, 14th Edition. California : TechBooks

Carlyn Dean At Al. Medical Management Of Premenstrual Syndrome. Canadian Family Physician 1986;32:841-52.

Dahlan, M.Sopiyudin. 2011. Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan Edisi 5. Jakarta : Salemba Medika.

Depkes RI. 2007a. Profil Kesehatan dan Kualitas Hidup. Pusat Komunikasi Publik Sekretariat Jenderal Departemen Kesehatan RI, Jakarta.

Deuster et.,al.. Biological, Social, Behavioral Facrtors Associatedn with Premenstrual Syndrome. Available from : http://www.archfanned.com. [Acessed 21 April 2015]

Dorland, W.A N., 2002. Kamus Kedokteran Dorland Edisi 29. Jakarta : EGC. DSM IV. 200. The Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder

(DSM)-IV. American Psychiatric Association.

Freeman EW, 2007. Premenstrual syndrome andPremenstrual Dysphoric Disorder: definition and diagnosis Psychoneuroendocrinology. Edisi 28 : 25-37

Ganong, W., 2001. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 20. Jakarta : EGC , 280-281.

Greenspan S. F & Baxter D. J. (1998). Endroklinologi Dasar dan Klinik, Edisi IV, Jakarta: EGC.

Guyton, A. C., dan Hall, J. E., 2006. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11. Jakarta : EGC, 1022.


(15)

Hendarto H. Gangguan haid / perdarahan uterus abnormal. Dalam: Anwar M, Baziad A, Prabowo P, editors. Ilmu kandungan.Edisi ke-3. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2011 p. 162, 183.

Jacoeb T.Z., Baziad, A. (1994). Anovulasi : Patofisiologi dan Penanganannya, Edisi 2, Jakarta: Balai penerbit FKUI.

Knaapen L, Weisz G. 2008. The Biomedical Standarization of Premenstrual Syndrome. Study Hist. Phil. Biol. & Biomed, Science Direct 39: 120-134. Milewicz A, Andrzej I, 2006. Textbook of Premenstrual Syndrome From Disease

Burden. Am J Manag Care 11:473-479.

Murray, R. K., Granner, D. K., Mayes, P. A., dan Rodwell, V. W., 2003. Biokimia Harper Edisi 25. Jakarta : EGC, 195-205.

Prawiohardjo, Sarwono. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Saryono & Sejati,Waluyo.(2009).Sindrom Premenstruasi.Yogyakarta : Nuha Medika

Salleh, Nurul. 2012. Hubungan Indeks Massa Tubuh dengan Kejadian Sindroma Pramenstruasi di Kalangan Mahasiswa Stambuk 2009 di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Tahun 2012. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara : Medan.

Sastroasmoro, S & Ismael, S., 2011. Dasar – dasar Metodologi Penelitian Klinis Edisi 4. Jakarta : Sagung Seto.

Sherwood, L,. 2001. Fisiologi Manusia : dari Sel ke Sistem Edisi 2. Jakarta : EGC, 595-677.

Speroff L, Glass RH, Kase NG. 2010. Premenstrual Syndrome In : Clinical Gynecology Endocrinology and Infertility, Edisi 8. Williams and Wikkins Baltimore USA 1057-1069.

Syahrum M.H, Kamaludin, T. (1994). Reproduksi dan Embriologi : Dari Satu Sel Menjadi Organisme, Jakarta: FKUI.

Wijaya, (2008). Riset Kebidanan Metodologi & Aplikasi. Yogyakarta : Mitra Cendikia Offset

Zarei Safar, Leili Mosalanejad, Mohamed, Amin Ghobadifar. 2013. Blood glucose levels, insulin concentrations, and insulin resistance in healthy


(16)

women and women with premenstrual syndrome: a comparative study. Clin Exp Reprod Med 2013;40(2):76-82.


(17)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah :

Skema 3.1. Kerangka Konsep Penelitian

3.2. Variabel dan Definisi Operasional 3.2.1. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2012.

3.2.2. Variabel Penelitian

Variabel penelitian ini adalah kadar gula darah dan premenstrual syndrome. Definisi operasional variabel penelitian ini dijabarkan sebagai berikut:


(18)

Tabel 3.1. Definisi Operasional Kadar Gula Darah

Definisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala Ukur Kadar gula darah yang digunakan sebagai indikator jumlah glukosa dalam darah Gluko meter digital

Test Uji kadar < 120 mg/dl = rendah

120-130 mg/dl = normal >130 mg/dl = tinggi

Ordinal

Tabel 3.2. Definisi Operasional Premenstrual Syndrome

Definisi Alat Ukut Cara Ukur Hasil Ukur Skala Ukur Sekumpulan

gejala yang dialami 7 – 10 hari menjelang menstruasi dan menghilang beberapa hari setelah menstruasi PEQ (Premenstrual syndrome self evaluation questionnaire)


(19)

3.3. Kerangka Operasional

Adapun kerangka operasional penelitian ini adalah :

Skema 3.2. Kerangka Operasional Penelitian Etika Penelitan

Mahasiwi FK USU Kriteria Inklusi Kriteria Eksklusi

Pengambilan Data KGD Pengambilan Data

Premenstrual Syndrome


(20)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui gambaran kadar gula darah pada mahasiswa Fakultas Kedokteran USU yang mengalami premenstrual syndrome.

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian 4.2.1. Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Agustus – Oktober 2015. 4.2.2. Tempat Penelitan

Penelitian ini dilakukan di Fakultas Kedokteran USU.

4.3. Populasi dan Sampel 4.3.1. Populasi

a. Populasi target adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran USU.

b. Populasi terjangkau adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran USU angkatan 2012.

4.3.2. Sampel

Sampel penelitian ini adalah sebagian mahasiswa Fakultas Kedokteran USU angkatan 2012 yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.

Kriteria inklusi :

1. Mahasiswa FK USU angkatan 2012 yang mengalami premenstrual syndrome,

2. Kooperatif serta mau mengikuti pemeriksaan kadar gula darah dan mengisi lembar persetujuan ikut penelitian.


(21)

Kriteria eksklusi :

1. Telah menjalani histerektomi

Pemilihan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan prinsip total sampling pada mahasiswa FK USU angkatan 2012 dan diperoleh 300 orang

4.4. Teknik Pengumpulan Data 4.4.1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sampel. Dalam penelitian ini baik data premenstrual syndrome dan kadar gula darah diperoleh secara langsung dari sampel penelitian. Penelitian akan mulai dikerjakan setelah Ethical Clearence dikeluarkan oleh Komisi Etik USU. Sebelum dilakukan pengambilan data .0dari sampel, sampel ang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi akan diberikan penjelasan penelitian dan informed consent jika setuju maka mahasiswa akan dijadikan sampel.

Pengambilan data premenstrual syndrome dan kadar gula darah dilakukan di hari yang berbeda. Pengambilan darah sampel untuk diperiksa kadar gula darahnya di kampus FK USU ruang kelas A1/B1 oleh peneliti. Pemeriksaan kadar gula darah akan dikerjakan menggunakan Gluko Meter Digital. Sedangkan data premenstrual syndrome diperoleh dari hasil pengisian kuesioner oleh subjek penelitian.

4.5. Pengolahan dan Analisis Data 4.5.1. Pengolahan

Pengolahan data dilakukan melalui beberapa tahapan, tahap pertama adalah editing yaitu mengecek nama, kelengkapan identitas, maupun data responden dan data kadar gula darah serta memastikan bahwa semua pertanyaan di dalam angket telah diisi sesuai petunjuk, tahap kedua adalah coding yaitu member kode atau angka tertentu pada data kadar gula darah dan jawanan


(22)

pertanyaan untuk mempermudah waktu mengadakan tabulasi dan analisis, tahap ketiga adalah entry yaitu memasukkan data dari kuesioner ke dalam progam computer dengan menggunakan program SPSS (Statistic Package Social Science), tahap keempat adalah cleaning yaitu memeriksa kembali data yang telah di-entry untuk mengetahui ada kesalahan atau tidak.


(23)

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini diadakan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang berlokasi di jalan dr. Mansyur No. 5 Medan, Indonesia dimana fakultas ini merupakan salah satu fakultas kebanggaan di Universitas Sumatera Utara. Fakultas Kedokteran dibuka pada tanggal 20 Agustus 1952 oleh Yayasan Universitas Sumatera Utara, yang berlokasi di Kelurahan Padang Bulan, Kecamatan Medan Baru dengan batas wilayah:

a. Batas Utara : Jalan dr. Mansyur, Padang Bulan b. Batas Selatan : Fakultas Kesehatan Masyarakat USU c. Batas Timur : Jalan Universitas, Padang Bulan d. Batas Barat : Fakultas Psikologi USU

5.2. Hasil Analisis Data

Sampel penelitian ini diambil dengan teknik total sampling, dimana peneliti mengambil data dari seluruh mahasiswi FK USU angkatan 2012. Peneliti mendapatkan 279 responden dari total populasi. Dari total responden yang telah dibagikan kuesioner premenstrual syndrome, didapatkan 68 orang yang mengalami premenstrual syndrome. Kemudian 8 orang dari 68 responden tidak bisa dilakukan pemantauan untuk mengukur kadar gula darahnya.

Hasil analisis menjelaskan tentang gambaran karakteristik sampel yang meliputi usia dn kadar gula darah. Hasil analisis akan diuraikan sebagai berikut :

Tabel 5.1. Kejadian Premenstrual Syndrome pada Mahasiswa FK USU

n %

PMS Tidak PMS

68 211

24,37 75,63


(24)

Berdasarkan hasil yang telah didapatkan dari kumpulan gejala premenstrual syndrome yang didapat dari responden sebanyak 68 orang (24,37%) mengalami premenstrual syndrome dan yang tidak mengalami sindrom ini sebanyak 211 orang (75,63%).

1. Distribusi Sampel Berdasarkan Usia

Distribusi sampel berdasarkan usia dapat dilihat pada tabel 5.1 berikut ini : Tabel 5.2. Distribusi Kategorik Responden Berdasarkan Usia

Usia (tahun) Frekuensi (f) Persen (%)

19 20 21 22 23 24 1 11 32 10 5 1 1,7 18,3 53,3 16,7 8,3 1,7

Berdasarkan hasil analisis pada tabel 5.1 didapat gambaran sampel paling banyak berusia 21 tahun yaitu sebanyak 32 orang (53,3%), sedangkan yang berusia 19 tahun didapat hanya sebanyak 1 orang (1,7%). Sampel yang berusia 20 tahun sebanyak 11 orang (18,3%) dan yang berusia 22 tahun sebanyak 12 orang (16,7%), serta yang berusia 23 tahun hanya sebanyak 5 orang (8,3%). Sedangkan yang berusia 24 tahun didapati hanya sebanyak 1 orang (1,7%).

2. Distribusi Sampel Berdasarkan Kadar Gula Darah

Distribusi sampel berdasarkan kadar gula darah dapat dilihat pada tabel 5.1 dan tabel 5.2 berikut ini :


(25)

Tabel 5.3. Distribusi Numerik Sampel Berdasarkan Kadar Gula Darah

Variabel Mean Median Modus SD Minimal-Maksimal

Kadar Gula Darah 107,33 106,00 96,00 14,69 70-156

Dari tabel 5.2 di atas terlihat lebih jelas rata – rata kadar gula darah adalah 107,33 mg/dl, yang paling rendah 70 mg/dl dan yang paling tinggi 156 mg/dl, dengan standar deviasi 14,69. Hasil estimasi interval dapat disimpulkan bahwa rata – rata kadar gula darah pada mahasiswa angkatan 2012 FK USU yang mengalami premenstrual syndrome berkisar 107,33 mg/dl.

Tabel 5.4. Gambaran kadar gula darah pada mahasiswa FK USU angkatan 2012 yang mengalami premenstrual syndrome

Kadar Gula Darah (g/dL) Jumlah (orang) Persentase (%)

Rendah 49 81,7

Normal 9 15,0

Tinggi 2 3,3

Total 60 100

Dari jumlah keseluruhan tersebut, sebanyak 49 orang mempunyai kadar gula darah <120 yaitu sebanyak 81,7%. Sedangkan 9 orang (15,0%) lagi mempunyai kadar gula darah dalam batas normal(120-130 g/dl). Dan pasien yang kadar gula darahnya di atas 130 g/dl sebanyak 2 orang (3,3%).


(26)

5.3. Pembahasan

Pada mahasiswa yang termasuk dalam golongan dewasa muda, gejala – gejala yang timbul sebelum menstruasi dapat mengganggu aktivitas harinya. Pada penelitian ini dilakukan pengisian kuesioner untuk mendapatkan keluhan responden yang digunakan untuk menegakkan diagnosis premenstrual syndrome pada mahasiswa Fakultas Kedokteran USU Stambuk 2012.

Diagnosis premenstrual syndrome ditegakkan bila ditemukan 5 gejala sindroma dengan minimal terdapat 1 gejala mayor. Dari hasil pengisian kuesioner tersebut ditegakkan adanya premenstrual syndrome sebanyak 68 responden (24,37%) dari 279 responden yang diteliti. Hasil penelitian ini lebih rendah dari hasil penelitian sebelumnya yang pernah diteliti di Fakultas Kedokteran Stambuk 2009 yaitu sebanyak 63,8% (Salleh Nurul, 2012).

Kemudian responden yang telah ditegakkan mengalami premenstrual syndrome, diukur kadar gula darahnya setelah 2-3 jam makan. Akan tetapi sebanyak 8 orang responden tidak bisa diukur kadar gula darahnya karena berbagai hal.

Gambaran kadar gula darah pada responden yang mengalami premenstrual syndrome dapat dilihat pada tabel 5.4. Gambaran kadar gula darah menunjukkan bahwa responden yang mengalami premenstrual syndrome lebih banyak memiliki kadar gula darah yang rendah (<120 mg/dl) yaitu sebanyak 49 orang (81,7%). Hal ini sesuai dengan kepustakaan yang menyebutkan bahwa penyebab dari premenstrual syndrome ini diduga salah satunya adalah hipoglikemia. Selain itu, kepustakaan yang lain juga menyebutkan bahwa pada orang yang mengalami premenstrual syndrome, dapat mengganggu sensitivitas insulin sehingga menyebabkan peningkatan sensitivitas insulin sehingga pada wanita yang mengalami sindrom ini memiliki kadar gula darah yang rendah.

Penelitian yang sama dilakukan oleh Zarel et al 2013 pada mahasiswa School Medicine of Jahrom University of Medical Science sebanyak 30 orang kelompok PMS. Dari hasil penelitian diperoleh rata – rata kadar gula darah pada kelompok yang mengalami premenstrual syndrome adalah 62 -80 mg/dl. Lebih lanjut dijelaskan bahwa insulin resistance pada kelompok yang premenstrual


(27)

syndrome lebih rendah dari pada kelompok yang tidak mengalami premenstrual syndrome. Hal ini menegaskan bahwa gambaran kadar gula darah rendah pada kelompok responden yang mengalami ini erat kaitannya dengan sensitivitas insulin yang meningkat.

Fakta – fakta ini menunjukkan bahwa kadar gula darah bisa menjadi faktor penyebab dari kejadian premenstrual syndrome pada dewasa muda dalam hal ini mahasiswa.

Pada penelitian ini masih terdapat beberapa kelemahan karena penelitian ini kurang mewakili semua wanita usia produktif. Hal ini dikarenakan pada saat pembagian kuesioner penelitian, tidak semua calon responden mau mengisi data kuesioner. Pada saat pengambil data kadar gula darah juga didapati kesulitan dalam hal follow up sampel penelitian 7 – 10 hari menjelang menstruasi.


(28)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

1. Berdasarkan penelitian ini didapatkan angka kejadian premenstrual syndrome adalah sebanyak 68 orang (24,37%) pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

2. Berdasarkan penelitian ini juga didapat dari 60 sampel penelitian mahasiswa Fakultas Kedokteran ada 81,7% yang memiliki kadar gula darah yang rendah, 15,0% normal dan kadar gula darah yang tinggi sebesar 3,3%

6.2. Saran

1. Kadar gula darah yang di bawah normal (rendah) sering tidak terdeteksi, jadi disarankan pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara untuk rutin memeriksa kadar gula darah, selain itu juga dimotivasi untuk konsumsi makanan yang dapat meningkatkan kadar gula darah untuk mencapai batas normal.

2. Penelitian selanjutnya sebaiknya mengambil sampel yang jauh lebih banyak, memilih jenis penelitian yang lain untuk melihat variasi hasil. 3. Penelitian selanjutkan diharapkan memperhitungkan faktor – faktor

lain yang dapat menyebabkan bias dalam penelitian seperti riwayat penyakit diabetes dalam keluarga.


(29)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Menstruasi 2.1.1. Pengertian

Menstruasi mengacu kepada pengeluaran secara periodic darah dan sel – sel tubuh dari vagina yang berasal dari dinding rahim wanita. Menstruasi dimulai saat puberitas dan menandai kemampuan seorang wanita untuk mengandung anak, walaupun mungkin faktor – faktor kesehatan lain dapat membatasi kapasitas ini. Akhir dari kemampuan wanita untuk bermenstruasi disebut menopause dan menandai akhir dari masa – masa kehamilan seorang wanita. Menstruasi merupakan bagian dari proses reguler yang mempersiapkan tubuh wanita setiap bulannya untuk kehamilan. Daur ini melibatkan beberapa tahap yang dikendalikan oleh interaksi hormon yang dikeluarkan oleh hipotalamus, kelenjar di bawah otak depan, dan indung telur. Pada permulaan daur, lapisan sel rahim mulai berkembang dan menebal (Saryono & Waluyo, 2009).

2.1.2. Siklus Menstruasi

Rata – rata siklus menstruasi perempuan adalah 25-31 hari, dengan rata – rata lamanya menstruasi selama 2 – 6 hari dan kehilangan darah 35 – 80 ml. Walaupun demikian di antara masa menarche dan menopause, hamper setiap perempuan pernah mengalami satu atau lebih episode dari perdarahan uterus yang abnormal, yakni pola perdarahan yang berbeda dalam hal frekuensi, lama, atau jumlahnya dibandingkan pola yang biasanya terjadi selama siklus menstruasi normal. Perdarahan menstruasi normal dalam siklus menstruasi yang berovulasi bersifat spontan, teratur, siklik, dan dapat diduga serta seringkali berkaitan dengan rasa tidak nyaman (dismenorea) (Prawiohardjo, Sarwono. 2010).

Siklus menstruasi normal pada wanita dapat dibagi menjadi ovarian cycle dan uterine cycle. Ovarian cycle sendiri dapat dibagi lagi menjadi fase folikular dan fase luteal, sedangkan uterine cycle dapat dibagi menjadi fase proliferative dan fase sekretori (Berek, Jonathan S. 2007).


(30)

Fase folikular : feedback hormonal yang menstimulasi perkembangan secara bertahap dari salah satu folikel yang dominan, yang harus matang (mature) pada pertengahan siklus dan siap untuk ovulasi. Rata – rata lama fase folikular pada wanita adalah 10 – 14 hari, dan pada umumya variasi dari lama fase ini berpengaruh juga terhadap variasi dari total lama siklus menstruasi.

Fase luteal : waktu dari ovulasi sampai terjadinya menstruasi, dalam waktu rata – rata 14 hari.

Siklus menstruasi normal berlangsung selama 21 – 35 hari, dengan 2 – 6 hari lama menstruasi dan rata – rata kehilangan darah sebanyak 20 – 60 mL.

Fase proliferasi : dengan konvensi, hari pertama perdarahan vagina disebut hari pertama dari siklus menstruasi. Setelah menstruasi, di dalam desidua basalis atas kelenjar primordial dan stroma yang sedikit padat, yang lokasinya berdekatan dengan miometrium. Fase proliferasi ini ditandai dengan pertumbuhan mitosis yang progresif dari desidua basalis yang fungsional di dalam persiapan implantasi dari embrio sebagai respon terhadap meningkatnya sirkulasi estrogen (Prosnitz et all, 1977). Pada Pada awal fase proliferasi, endometrium relatif tipis (1-2 mm). Perubahan dominan yang terlihat selama fase ini adalah evolusi dari kelenjar endometrium yang awalnya lurus, sempit, dan pendek menjadi lebih lama dan memiliki struktur yang berliku-liku Secara histologis, kelenjar yang

berproliferasi memiliki beberapa

sel mitosis, dan perubahan sel – sel ini dari gambaran low-columnar pada awal periode proliferatif ke gambaran pseudostratified sebelum ovulasi. Sepanjang waktu ini, stroma memiliki lapisan padat, dan struktur vaskular yang jarang terlihat.

Fase sekresi : Di dalam siklus menstruasi, pada umumnya ovulasi terjadi pada siklus hari ke-14. Dalam 48 sampai 72 jam setelah ovulasi, timbulnya sekresi progesteron mengakibatkan perubahan histologis pada endometrium ke fase sekretori, Berbeda dengan fase proliferasi, fase sekresi dari siklus menstruasi selain ditandai dengan perubahan seluler karena estrogen, progesteron juga berperan dalam perubahan selular pada endometrium. Progesteron ini memiliki efek yang antagonis dengan estrogen.


(31)

Selama fase sekretori, kelenjar endometrium memiliki karakteristik yang memiliki vakuola. Vakuola ini awalnaya muncul pada subnuclear dan kemudian menuju lumen glandular. Intinya dapat terlihat pada midportion sel dan akhirnya mengalami sekresi apokrin ke lumen kelenjar, sering pada siklus hari ke-19 dan ke-20. Pada post-ovulasi hari 6 – 7, aktivitas sekretori dari kelenjar umumnya meningkat dengan maksimal, dan endometrium secara optimal dipersiapkan untuk implantasi blastokista.

2.1.3. Aspek Hormonal Dalam Siklus Menstruasi

Siklus reproduksi pada wanita melibatkan beberapa organ, yaitu uterus, ovarium, vagina, dan mammae yang berlangsung dalam waktu tertentu atau adanya sinkronisasi, maka hal ini dimungkinkan adanya pengaturan, koordinasi yang disebut sistem hormon endokrin). Hormon-hormon yang berhubungan dengan siklus menstruasi ialah :

a. Hormon-hormon yang dihasilkan gonadotropin hipofisis meliputi : 1). Luteinizing Hormon (LH)

LH dihasilkan oleh sel-sel asidofilik (afinitas terhadap asam), bersama dengan FSH berfungsi mematangkan folikel dan sel telur, merangsang terjadinya ovulasi, pembentukan korpus luteum, serta sintesis steroid seks. Folikel yang melepaskan ovum selama ovulasi disebut korpus rubrum yang disusun oleh sel-sel lutein dan disebut korpus luteum (Greenspan, Streweler, 2007).

2). Folikel Stimulating Hormon (FSH)

FSH dihasilkan oleh sel-sel basofilik (afinitas terhadap basa). Hormon ini mempengaruhi ovarium sehingga dapat berkembang dan berfungsi pada saat pubertas. FSH mengembangkan folikel primer yang mengandung oosit primer dan keadaan padat (solid) tersebut menjadi folikel yang menghasilkan estrogen (Greenspan, Streweler, 2007).


(32)

3). Prolaktin Releasing Hormon (PRH)

Secara pilogenetis, prolaktin adalah suatu hormon yang sangat tua serta memiliki susunan yang sama dengan hormon pertumbuhan (Growth hormone, Somatogotropic hormone, thyroid stmulating hormone, Somatotropin). Secara sinergis dengan estradia, prolaktin mempengaruhi payudara dan laktasi, serta berperan pada pembentukan dan fungsi korpus luteum (Greenspan, Streweler, 2007).

b. Steroid ovarium

Ovarium menghasilkan progesteron, androgen, dan estrogen. Banyak dari steroid yang dihasilkan ini juga disekresi oleh kelenjar adrenal atau dapat dibentuk di jaringan perifer melalui pengubahan prekursor-prekursor steroid lain; konsekuensinya, kadar plasma dari hormon-hormon ini tidak dapat langsung mencerminkan aktivitas steroidogenik dari ovarium.

1). Estrogen

Fase awal pubertas dimulai dengan terjadi perkembangan sifat seks primer. Kemudian juga terjadi perkembangan sifat seks sekunder. Selanjutnya akan berlangsung siklus pada uterus, vagina dan kelenjar mammae. Hal ini disebabkan oleh pengaruh hormon estrogen. Terhadap uterus, hormon estrogen menyebabkan endometrium mengalami proliferasi, yaitu lapisan endometrium berkembang dan menjadi lebih tebal. Hal ini diikuti dengan lebih banyak kelenjar-kelenjar, pembuluh darah arteri maupun vena. Hormon estrogen dihasilkan oleh teka interna folikel. Estradiol (E2) merupakan produk yang paling penting yang disekresi oleh ovarium karena memiliki potensi biologik dan efek fisiologik yang beragam terhadap jaringan perifer sasaran.

Peninggian kadar estradiol plasma berkorelasi erat dengan peningkatan ukuran folikel pra-ovulasi. Setelah lonjakan LH, kadar estradiol serum akan mencapai kadar terendah selama beberapa hari dan terjadi peningkatan kedua kadar estradiol plasma yang akan mencapai puncaknya


(33)

pada pertengahan fase luteal, yang akan mencerminkan sekresi estrogen oleh korpus luteum. Studi kateterisasi telah menunjukkan bahwa peningkatan kadar estradiol plasma pada fase pra-evolusi dan pertengahan fase luteal dari siklus. Kadar estradiol dalam darah berkisar 20 – 50 pg/ml dan estron 50 – 400 pg/ml. Pada awal siklus ovulasi, produksi estradiol akan menurun sampai titik terendah, tetapi karena pengaruh hormon FSH, estradiol akan mulai meningkat. Sebelum fase mid cycle, kadar estradiol di bawah 50 pg/mL, tetapi akan terus meningkat sejalan dengan pematangan ovum. Estradiol akan mencapai puncaknya sebesar 250 – 500 pg/ml pada hari ke 13 – 15 siklus ovulasi. Pada fase luteal, kadar estrogen akan menurun sampai 125 pg/ml. Hormon estradiol dipengarhi oleh ritme sirkardian yaitu adanya variasi diurnal, salah satunya karena dipengaruhi kelenjar adrenal (Speroff, Glass, Kase, 2010)..

2). Progesteron

Kadar progesteron adalah rendah selama fase folikuler, kurang dari 1 ng/ml (3,8 nmol/l) dan kadar progesteron akan mencapai puncak yaitu antara 10-20 mg/ ml (32-64 nmol) pada pertengahan fase luteal. Selama fase luteal, hampir semua progesteron dalam sirkulasi merupakan hasil sekresi langsung korpus luteum.

Pengukuran kadar progesteron plasma banyak dimanfaatkan untuk memantau ovulasi. Kadar progesteron di atas 4-5 ng/ml (12,7-15.9 nmol/l) mengisyaratkan bahwa ovulasi telah terjadi. Perkembangan uterus yang sudah dipengaruhi hormon estrogen selanjutnya dipengaruhi progesteron yang dihasilkan korpus luteum menjadi stadium sekresi, yang mempersiapkan endometrium mencapai optimal. Kelenjar mensekresi zat yang berguna untuk makanan dan proteksi terhadap embrio yang akan berimplantasi. Pembuluh darah akan menjadi lebih panjang dan lebar (Greenspan, Strewler, 2007).

3). Androgen

Androgen merangsang pertumbuhan rambut di daerah aksila dan pubes serta mampu meningkatkan libido. Androgen terbentuk selama sintesis


(34)

steroid di ovarium dan adrenal, sebagai pembakal estrogen. Androgen pada wanita dapat berakibat maskulinisasi, maka pembentukan yang berlebih akan menyebabkan gangguan yang berarti. Fase folikuler dan fase luteal kadar rata-rata testosteron plasma berkisar antara 0,2 ng/mg-0,4ng/mg (0,69-1,39 nmol/l) dan sedikit meningkat pada fase pra-ovulasi (Jacoeb et. al., 1994).


(35)

Gambar 2.1. Siklus menstruasi ; hipofisis-hipotalamus, ovarium dan


(36)

2.2. Konsep Premenstrual Syndrome 2.2.1. Definisi

Definisi paling sederhana dari premenstrual syndrome adalah berbagai gejala yang biasanya timbul 7 – 10 hari menjelang menstruasi (haid) (Hendarto, 2011). Nama lain PMS adalah PreMenstrual Tension yang merupakan kumpulan gejala fisik, psikologis, dan emosi yang terkait dengan siklus menstruasi wanita (Wijaya, 2008). Gejala yang paling sering dijumpai pada premenstrual syndrome adalah perut kembung/penuh, kecemasan atau ketegangan, nyeri payudara, mudah sedih, depresi, kelelahan, kekurangan energy, mudah marah, sulit berkonsentrasi, haus, perubahan nafsu makan, dan terjadi edema ekstremitas. Biasanya ini terjadi pada hari ke-7 sampai hari ke-10 sebelum terjadinya menstruasi. Gejala pasti dari individu kadang tidak relevan, diagnosis yang dibuat bersifat gejala subyektif yang terjadi secara siklik. Bagaimanapun, gejala tidak dapat dianggap sebagai suatu hal yang objektif, dikarenakan banyak gejala dari premenstrual syndrome yang telah dipaparkan dari waktu ke waktu oleh klinisi sebagai suatu perubahan perasaan yang terjadi di luar kendali (Speroff, Glass, Kase, 2010)

Meskipun angka pasti kejadian premenstrual syndrome (PMS) belum diketahui, kira-kira 75 % wanita mengeluh mengalaminya. Kriteria yang digunakan untuk mendiagnosis PMS baru-baru ini telah dikembangkan dan ketika kriteria tersebut digunakan 3% - 8% dari wanita didiagnosa mengalami PMS. Wanita dengan PMS berat melaporkan bahwa PMS mengganggu kegiatan sehari-hari mereka, baik dari segi diri mereka sendiri, sosial dan pekerjaan mereka (Deuster et.,al., 1999)

2.2.2. Epidemiologi dan Premenstrual Syndrome

Insidensi atau angka kejadian dari premenstrual syndrome sekitar 80 %. Studi epidemiologi menunjukkan kurang lebih 20 % wanita usia reproduksi mengalami gejala premenstrual syndrome sedang sampai berat. Sekitar 3 – 8 % memiliki gejala hingga parah yang disebut Premenstrual Dysphoric Disordes/PMDD (Freeman, 2003; Knaapen, Weisz, 2008). Dari data Depkes RI tahun 2007a, menunjukkan bahwa ditemukan 2,5 – 3 % wanita usia reproduktif yang mengalami premenstrual syndrome tipe berat, sementara sekitar 40 %


(37)

wanita akan mengalami keluhan premenstrual syndrome dengan tingkat yang tidak terlalu parah.

2.2.3. Etiologi

Sampai saat ini, penyebab dari premenstrual syndrome belum bisa diketahui secara pasti oleh para ahli. Ada beberapa teori yang diduga menjadi penyebab premenstrual syndrome yaitu: (Speroff, Glass, Kase, 2010)

- Kadar progesteron yang rendah - Kadar estrogen yang tinggi

- Perubahan dari rasio estrogen – progesteron - Peningkatan aktivitas adrenal

- Peningkatan aktivitas aldosterone

- Peningkatan aktivitas rennin-angiotensin - Endorphin endogen withdrawl

- Hipoglikemia subklinis - Perubahan katekolamin

- Respon terhadap prostaglandin - Defisiensi vitamin

- Ekskresi prolaktin yang berlebihan 2.2.4. Gejala Klinis

Terdapat banyak gejala yang dihubungkan dengan sindrom premenstruasi namun gejala yang paling sering adalah gejala iritabilitas ( mudah tersinggung) dan disforia (perasaan sedih ) gejala mulai dirasakan 7- 10 hari menjelang menstruasi berupa gejala fisik maupun psikis yang mengganggu aktifitas sehari hari dan menghilang setelah menstruasi.

Menurut American Standart Assocition – DSM IV menyebutkan bahwa gejala – gejala sindrom premenstruasi dapat meliputi gejala fisik dan psikis di jelaskan pada tabel.


(38)

Tabel 2.1. Kriteria diagnostic menurut American College of Obstetricians and Gynecologist

Patient reports one or more of the following affective and somatic symptomes during 5 days before menses in each of 3 prior menstrual cycles Affective

Depression Angry outbursts Anxiety

Irritability Confusion

Social withdrawal

Somatic

Breast tenderness Abdominal bloating Headache

Swelling of extremities

Symptoms relived within 4 days of menses onset without recurrence until at least cycle day 13

Symptoms present in absence of any pharmacologic therapy, hormone ingestion or drug or alcohol abuse Symptoms occur reproducibly during 2 cycles of prospective recording

Patient suffers from identifiable dysfunction in social or economic performance


(39)

Tabel 2.2. Kriteria diagnostik menurut DSM-IV

DSM-IV diagnostic criteria for PMDD

One year duration of symptoms which are present for the majority of cycles (occur luteal, remit follicular

Five of the following symptoms (with at least one of these marked with*) must occur during the week before menses and remit within days of menses:

Irritability*

Affective lability* (sudden mood swings) Depressed mood or hopelessness*

Tension or anxiety*

Decreased interest in activities Difficulty concentrating Change in sleep

Feeling out of control Lack of energy

Change in appetite (food cravings)

Other physical symptoms (breast tenderness, bloating)

Seriously interferes with work, social activities, relationship Not an exacerbation of another disorder


(40)

Premenstrual syndrome Subtype Typical Symtoms Incidence in Premenstrual syndrome I Sufferers Possible etiologies Possible therapies

PMT – A Nervous tension Mood swings Irritability Anxiety

66 – 75 % Vitamin B6 deficiency Magnesium deficiency Vitamin B6 Magnesium Progesteron therapy Dopamine agonists Anxiolytics Decreased intake of vitamin D & calsium PMT - H Weight gain ( >

3lb.during 3 consecutive cycles ) Swelling of extermities Breast tenderness

65 – 72% Stress Magnesium deficiency Vitamin B6 deficiency Comsumption of refined sugar Aldosterone antagonists Magnesium Vitamin B6 Dopamine agonist Diuretics Decreased intake of vitamin D & calsium Sodium intake limited to 3 g/day


(41)

PMT - C Headache Caving for sweets Increased appetite Heart pounding Fatigue Dizziness / fainting

24 – 35 % Vitamin B6 deficiency Magnesium deficiency Zinc deficiency Vitamin C deficiency Cislinoleic acid deficiency

Vitamin B 6 Magnesium Zinc

Vitamin C Incresed intake of linoleic acid Decreased intake of vitamin D& calcium Decreased alcohol intake Decreased intake of refined sugar PMT - D Depression

Forgetfulness Crying Confusion Insomnia

23 – 37 % Vitamin B6 deficiency Magnesium deficiency Vitamin B6 Magnesium Estrogen Decreased intake of vitamin D & calcium


(42)

2.2.5. Diagnosis

Dalam penuntun diagnosis dari American Psychiatry Association (APA), menyatakan kriteria mendiagnosis premenstrual syndrome sebagai berikut:

1. Gejala berhubungan dengan siklus menstruasi dan gejala muncul mulai minggu terakhir fase luteal siklus menstruasi dan menghilang setelah muncul menstruasi.

2. Diagnosis premenstrual syndrome ditegakkan bila ditemukan 5 gejala dengan minimal terdapat 1 gejala mayor. Gejala – gejala mayor premenstrual syndrome adalah : labilitas afektif seperti menarik diri, semangat kerja menurun, tiba – tiba marah atau sedih; iritabilitas seperti mudah marah dan tersinggung, tegang dan cemas; perubahan suasana hati dan putus asa. Gejala minor premenstrual syndrome adalah : pembengkakan pada anggota badan, nyeri/kembung pada perut, perubahan nafsu makan, lekas lelah, nyeri kepada, mual/muntah, payudara nyeri/tegang, gangguan tidur, gangguan buang air besar, dan susah berkonsentrasi. Gejala fisik seperti edema, nyeri persendian atau nyeri otot, dan pertambahan berat badan.

Dalam DSM-IV diagnosis premenstrual syndrome ditegakkan hanya bila gangguan itu secara nyata mengganggu pekerjaan atau fungsi peran. DSM-IV memasukkan criteria diagnostik premenstrual syndrome seperti berikut ini :

a. Pada sebagian besar siklus menstruasi selama tahun terakhir, lima (atau lebih) gejala berikut ditemukan untuk sebagian besar waktu selama minggu terakhir fase luteal, mulai menghilang dalam beberapa hari setelah onset fase folikular, dan menghilang dalam minggu pasca menstruasi, dengan sekurang – kurangnya salah satu gejala adalah (1), (2), (3), atau (4):

1. Mood terdepresi yang jelas, perasaan putus asa, pikiran mencela diri sendiri.

2. Kecemasanyang jelas, ketegangan, perasaan “bersemangat” atau


(43)

3. Labilitas afektif yang tidak jelas (misalnya, perasaan tiba – tiba sedih atau menangis atau meningkatnya kepekaan terhadap penolakan)

4. Kemarahan atau iritabilitas yang menetap dan jelas atau meningkatnya konflik interpersonal.

5. Menurunnya minat dalam aktivitas seharian (misalnya pekerjaan, sekolah, teman, kegemaran).

6. Perasaan subjektif adalah kesulitan dalam berkonsentrasi. 7. Letargi, mudah lelah, atau kehilangan tenaga.

8. Perubahan yang jelas dalam nafsu makan, makan berlebihan atau kecanduan makanan tertentu.

9. Hipersomnia atau insomnia.

10. Perasaan subjektif sedang terlanda atau keluar kendali.

11. Gejala fisik lain, seperti nyeri atau pembengkakan payudara, nyeri kepala, nyeri sendi atau otot, sensasi kembung, kenaikan berat badan.

Catatan : pada perempuan yang sedang menstruasi, fase luteal berhubungan dengan periode antara ovulasi dan onset menstruasi, dan fase folikular dimulai saat menstruasi. Pada perempuan yang tidak menstruasi (misalnya yang telah menjalani histerektomi), penentuan fase luteal dan folikuler mungkin memerlukan pengukuran hormon reproduktif dalam sirkulasi.

b. Gangguan dengan jelas mengganggu pekerjaan, sekolah, atau aktivitas sosial biasanya dan hubungan dengan orang lain (misalnya, menghindari aktivitas sosial, menurunnya produktivitas dan efisiensi di pekerjaan atau sekolah)

c. Gangguan tidak semata – mata suatu eksaserbasi gejala dari gangguan lain, seperti gangguan depresif berat, gangguan panik, gangguan distimik, atau gangguan kepribadian (walaupun mungkin bertumpang tindih dengan salah satu gangguan tersebut).


(44)

d. Kriteria A, B, dan C harus ditegakkan oleh pencatatan harian prospektif selama sekurang – kurangnya dua siklus simptomatik yang berturut – turut

2.4. Kadar Gula Darah 2.4.1. Defenisi

Kadar gula darah (KGD) adalah jumlah kandungan glukosa dalam plasma (Dorland, 2002).

2.4.2. Metabolisme Glukosa

Glukosa tidak dapat dimetabolisme lebih lanjut sebelum diubah oleh reaksi ATP menjadi glukosa 6-fosfat. Reaksi ini dikatalis oleh enzim heksokinase yang tidak spesifik dan juga oleh enzim glukokinase yang spesifik di dalam hati. Reaksi ini, dalam arah sebaliknya, hidrolisa sederhana glukosa 6- fosfat menjadi glukosa, dikatalis oleh glukosa 6-fosfatase. Glukosa dapat dikonversi menjadi glikogen untuk disimpan di hati setelah diubah menjadi glukosa 6-fosfat. Glukosa yang tidak dikonversi menjadi glikogen hati dapat dioksidasi menjadi glikogen otot atau dikonversi menjadi lemak dan disimpan dalam depot-depot lemak setelah melalui sirkulasi sistemik jaringan. Glikogen di dalam hati berfungsi sebagai cadangan karbohidrat dan akan melepaskan glukosa ke sirkulasi jika terjadi penurunan konsentrasi glukosa di dalam darah. Glikogen otot dikonversi menjadi asam laktat oleh glikolisis anaerob karena otot tidak memiliki enzim glukosa 6-fosfatase. Oksidase glukosa atau konversi karbohidrat menjadi lemak dan protein dapat melalui proses konversi Glukosa 6- fosfat, triosa fosfat, dan fosfoenol piruvat kemudian diubah menjadi piruvat pada jalur glikolitik Embden-Mayerhof untuk fosforilasi oksidatif. Selain itu, jalur metabolisme oksidasi glukosa melalui jalur heksosa monofosfat yang membentuk NADPH2 dan bukan NADH2. Fruktosa dan galaktosa setelah mengalami fosforilasi oleh fruktokinase dan galaktokinase akan memasuki jalur metabolisme karbohidrat yang umum dengan pangkalan metabolisme umum pada siklus krebs dimana residu karbon, protein, karbohidrat, atau lemak dapat dioksidasi dengan melepaskan energi atau dikonversi dari bentuk yang satu ke bentuk lainnya (Murray, Granner, Mayes, dan


(45)

Rodwell, 2003). Dasar biokimia metabolisme glukosa dan hubungannya dengan metabolisme protein dan lipid dapat dilihat ada gambar di bawah ini:

Gambar 2.2 Ringkasan Metabolisme Glukosa Pada Sel Mamalia. Glukosa 6- Fosfat diproduksi dari glukosa dan dapat dikonversi menjadi glikogen atau dimetabolisme melalui pentose-phosphate pathway. Glycerol-phosphate digunakan untuk sintesis triacylglycerol and phospholipid s. Acetyl-CoA dioksidasi melalui siklus krebs. Prekursor untuk sintesis asam lemak berupa glutamin dan aspartat diperoleh dari siklus ini 1. hexokinase/glucokinase; 2. pentose-phosphate pathway; 3 glycogen synthesis; 4 lactate dehydrogenase; 5. alanine aminotransferase; 6, pyruvate dehydrogenase; 7, ATP-citrate lyase; 8, fatty acid synthesis; 9, glutamine synthetase; 10, aspartate aminotransferase; 11, citrate synthetase. (Murray, Granner, Mayes, dan Rodwell, 2003).


(46)

2.4.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kadar Gula Darah

Kadar glukosa plasma pada suatu saat sangat ditentukan oleh keseimbangan antara jumlah glukosa yang masuk ke dalam aliran darah dan jumlah yang meninggalkannya. Oleh karena itu, penentu utama masukan adalah dari diet; kecepatan pemasukan ke dalam sel otot, jaringan adiposa, dan organ-organ lain; dan aktivitas glukostatik hati. Lima persen dari glukosa yang dikonsumsi langsung dikonversi menjadi glikogen di dalam hati, dan 30-40 % dikonversi menjadi lemak. Sisanya dimetabolisme di otot dan jaringan-jaringan lain. Pada waktu puasa, glikogen hati dipecah dari hati untuk meningkatkan kadar glukosa darah. Jika terjadi puasa yang lebih panjang, glikogen hati habis dan terjadi glikoneogenesis dari asam amino dan gliserol di dalam hati (Ganong, 2001). Kadar gula darah juga bervariasi pada waktu-waktu tertentu seperti pada kehamilan, saat menstruasi, dan pada pagi hari. Pada pagi hari terjadi dawn phenomenon dimana terjadi peningkatan kadar hormon glukagon, epinefrin, hormon pertumbuhan, dan kortisol sebelum seseorang bangun. Pengeluaran hormon-hormon antagonis terhadap insulin tersebut meningkatkan kadar gula darah dengan merangsang pengeluaran glukosa dari hati dan menghambat tubuh menggunakan glukosa. Penggunaan alkohol yang berlebihan dapat menimbulkan hipoglikemia sebab alkohol menurunkan pengeluaran glukosa oleh hati (Klapp, 2011).

Faktor-faktor yang dapat menimbulkan stres seperti fisik (trauma, pembedahan, panas, atau dingin hebat); fisiologis (olahraga berat, syok perdarahan, nyeri); psikologis atau emosi (rasa cemas, ketakutan, kesedihan); dan sosial (konflik pribadi, perubahan gaya hidup) memicu pengeluaran hormon adrenalin dan kortisol yang juga menyebabkan pelepasan glukosa hati sebagai respon “fight-or-flight” untuk meningkatkan ketersediaan glukosa, asam amino, dan asam lemak untuk digunakan jika diperlukan (Sherwood, 2001).

Peningkatan kadar gula darah juga terjadi bila terjadi infeksi. Hal ini penting untuk menjaga ketersediaan energi untuk pertahanan dalam melawan agen penyebab infeksi.


(47)

2.4.4. Mekanisme Pengaturan Kadar Gula Darah

Sangatlah penting bagi tubuh untuk mempertahankan konsentrasi glukosa darah karena secara normal, glukosa merupakan satu-satunya bahan makanan yang dapat digunakan otak, retina, epithelium germinal dari gonad. Sebaliknya, konsentrasi glukosa darah perlu dijaga agar tidak meningkat terlalu tinggi karena glukosa sangat berpengaruh terhadap tekanan osmotik cairan ekstraseluler, dan bila konsentrasi glukosa meningkat sangat berlebihan akan dapat menimbulkan dehidrasi seluler. Selain itu, sangat tingginya konsentrasi glukosa dalam darah menyebabkan keluarnya glukosa dalam air seni. Keadaan-keadaan tersebut menimbulkan diuresis osmotik oleh ginjal, yang dapat mengurangi cairan tubuh dan elektrolit (Guyton dan Hall, 2006).

Proses mempertahankan kadar glukosa yang stabil di dalam darah adalah salah satu mekanisme homeostasis yang diatur paling halus dan sangat berkaitan erat dengan hormon insulin dan glukagon. Insulin mempunyai efek meningkatkan ambilan glukosa di jaringan seperti jaringan adiposa dan otot. Sekresi hormon ini dirangsang oleh keadaan hiperglikemi, kerja insulin ini disebabkan oleh peningkatan transpor glukosa (GLUT 4) dari bagian dalam sel membran plasma. Sedangkan kerja glukagon berlawanan dengan kerja insulin, hormon glukagon menimbulkan glikogenolisis dengan mengatifkan enzim fosforilase. Glukagon bekerja dengan menghasilkan cAMP (Murray, Granner, Mayes, dan Rodwell, 2003).

Hormon-hormon pankreas merupakan zat pengatur terpenting dalam metabolisme bahan bakar normal. Namun, beberapa hormon lain juga memiliki efek metabolik langsung walaupun kontrol sekresi mereka dikaitkan dengan faktor-faktor di luar transisi antara keadaan kenyang dan puasa. Efek hormon tiroid pada metabolisme intermediat bermacam-macam. Hormon ini merangsang efek anabolik dan katabolik serta laju metabolisme keseluruhan. Hormon- hormon stres, efinefrin dan kortisol, keduanya meningkatkan kadar glukosa dan asam lemak dalam darah.. Selain itu, kortisol dan hormon pertumbuhan berperan penting dalam mempertahankan kadar gula darah selama keadaan kelaparan jangka panjang (Sherwood, 2001).


(48)

Gambar 2.3. Mekanisme Kerja Glukagon dan Insulin (Sumber : Sherwood, 2001)

2.5. Hubungan Kelebihan Kadar Gula Darah dengan Premenstrual Syndrome Menurut Saryono (2009), kadar gula darah yang rendah (hipoglikemia) merupakan salah satu penyebab ternjadinya premenstrual syndrome. Selain dari itu, premenstrual syndrome juga bisa terjadi akibat faktor hormonal; hormon estrogen yang berlebihan; gangguan perasaan, faktor kejiwaan, masalah sosial, atau fungsi sistem serotonin yang dialami penderita; behubungan dengan hormon prostaglandin dan neurotransmitter di otak; dan kurang asupan vitamin B, kalsium, dan magnesium.

Salah satu yang timbul pada wanita yang mengalami premenstrual syndrome adalah adanya pembengkakan pada tubuh. Pembengkakan ini terjadi akibat berkumpulnya air pada jaringan di luar sel (ekstrasel) karena tingginya asupan garam atau gula pada diet penderita. Tingginya asupan gula ini disebabkan oleh karena rendahnya serotonin yang menurunkan resistensi insulin sehingga


(49)

pada wanita yang mengalami premenstrual syndrome didapati adanya penurunan kadar gula darah.


(50)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Premenstrual Syndrome adalah kondisi medis yang umum terjadi pada wanita yang merupakan bagian dari siklus menstruasi. Gejala yang ditimbulkan bisa bermacam-macam, mulai dari gejala psikis, fisik, hingga psikologis. Namun gejala tersebut akan hilang saat menstruasi datang. Gejala premenstrual syndrome sendiri sudah dikenal lama, bahkan sejak zaman Hippocrates pada 370 SM. Sekitar 20% dari wanita usia reproduksi mengalami gejala ringan sampai berat pada premenstrual syndrome. Insidensi atau angka kejadian dari sindrom ini sekitar 80%. Studi epidemiologi menunjukkan kurang lebih 20% dari wanita usia reproduksi mengalami gejala premenstrual syndrome sedang sampai berat (Freeman,2007).

Gejala – gejala pada premenstrual syndrome dapat berupa payudara yang membengkak, puting susu yang nyeri dan bengkak, dan mudah tersinggung. Beberapa wanita mengalami gangguan yang cukup berat seperti kram yang disebabkan oleh kontraksi otot – otot halus rahim, sakit kepala, sakit pada bagian tengah perut, gelisah, letih, hidung tersumbat, dan rasa ingin menangis. Dalam bentuk yang paling berat, sering melibatkan depresi dan kemarahan. Kondisi – kondisi ini dapat mengganggu aktivitas sehari – hari jika terus dibiarkan sehingga mungkin membutuhkan penangan medis. Jika premenstrual syndrome tidak diobati maka akan menimbulkan gangguan yang lebih parah, yang akan disebut dengan Pre Menstrual Dysphoric Disorder (PMDD). Gejala yang sering dirasakan pada tahap ini antara lain merasa hidup tidak ada harapan, tidak nafsu makan, susah tidur, cemas terus – menerus, dan marah tanpa alasan hingga beberapa hari (Saryono & Waluyo, 2009).

Penyebab munculnya sindrom ini memang masih belum jelas. Menurut Mary Dalton, seorang dokter Inggris mengatakan bahwa masalah – masalah premenstrual syndrome timbul dari ketidakseimbangan antara hormon progesteron dan estrogen. Progesteron sendiri dapat menyebabkan retensi cairan,


(51)

sehingga ada teori yang mengatakan bahwa kondisi ini menyebabkan edema cerebri (pembengkakan otak) yang menyebabkan perempuan merasa tidak nyaman. Vitamin B6 merupakan diuretik alami karena menghentikan terbentuknya edema. Vitamin ini juga menjadi enzim penting dalam produksi endorfin, jadi vitamin B6 telah terbukti membantu mengurangi perubahan suasana hati, depresi, kecemasan, dan perasaan marah (Livoti & Topp, 2006).

Selain kadar estrogen dan progesteron, sindrom ini juga disebabkan oleh disregulasi pada sistem serotonin. Kadar serotonin yang rendah dan bervariasi pada wanita dengan PMS dapat menyebabkan ovulasi tertunda atau lebih awal dan memicu suatu ketidakseimbangan hormon estrogen dan progesteron. (Saryono & Waluyo, 2009). Beberapa ahli berpendapat bahwa disfungsi pada sistem serotonin ini dapat mempengaruhi regulasi glukosa dan kadar estradiol. Selain itu, kondisi ini juga dapat mempengaruhi resistensi insulin dan kadar glukosa darah (Zarei dkk, 2013). Oleh sebab itulah peneliti ingin melihat gambaran kadar gula darah pada mahasiswa FK USU angkatan 2012 yang mengalami premenstrual syndrome.

1.2. Rumusan Masalah

Bagaimana gambaran kadar gula darah pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2012 yang mengalami premenstrual syndrome.

1.3.Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Mengetahui gambaran kadar gula darah pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2012 yang mengalami premenstrual syndrome.


(52)

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui angka kejadian premenstrual syndrome pada mahasiswa FK USU Angkatan 2012.

2. Untuk mengetahui gambaran kadar gula darah saat menjelang menstruasi pada mahasiswa FK USU Angkatan 2012 yang mengalami premenstrual syndrome.

1.4. Manfaat Penelitian 1. Bagi Mahasiswa

Diharapkan penelitian ini menjadi informasi bagi mahasiswa untuk memelihara kadar gula darah dan dapat mengurangi gejala pada sindrom pramenstruasi melalui peningkatan kadar gula darah.

2. Bagi Masyarakat

Diharapkan penelitian ini dapat menjadi pertimbangan bagi masyarakat untuk mengurangi gejala pada sindrom pramenstruasi melalui peningkatan kadar gula darah.

3. Bagi Ilmu Pengetahuan

Diharapkan penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan informasi atau referensi bagi penelitian sejenis serta dapat bermanfaat dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan kepustakaan.


(53)

ABSTRAK

Premenstrual Syndrome adalah kondisi medis yang umum terjadi pada wanita yang merupakan bagian dari siklus menstruasi. Gejala yang ditimbulkan bisa bermacam-macam, mulai dari gejala psikis, fisik, hingga psikologis. Diduga salah satu penyebab dari sindrom ini adalah karena kadar gula darah yang rendah (hipoglikemi).

Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat gambaran kadar gula darah pada mahasiswa Fakultas Kedokteran USU angkatan 2012 yang mengalami premenstrual syndrome.

Metode penelitian ini bersifat deskriptif dengan prinsip total sampling sehinggan didapatkan 60 sampel dari 279 yang mengisi kuesioner.

Hasil yang diperoleh dari 60 sampel penelitian ada 81,7% yang memiliki kadar gula darah yang rendah, 15,0% normal dan kadar gula darah yang tinggi sebesar 3,3%.

Kesimpulan yang diperoleh rata – rata kadar gula darah rendah didapati pada mahasiswa FK USU angkatan 2012 yang mengalami premenstrual syndrome.


(54)

ABSTRACT

Premenstrual Syndrome is a common medical condition that occurs in women who are part of the menstrual cycle. Symptoms can vary, ranging from symptoms of psychological, physical to psychological. Allegedly one of the causes of this syndrome is due to low blood glucose levels (hypoglycemia).

The purpose of this study was to see the description of blood glucose levels in force Faculty of Medicine of USU students in 2012 who experienced premenstrual syndrome.

This research method is descriptive with the principle of total sampling thus obtained 60 samples of 279 who filled out questionnaires.

The results obtained from 60 samples of the study there are 81.7% who have low blood glucose levels, 15.0% of normal and high blood glucose levels by 3.3%.

In conclusion, most of female students of USU medical faculty class of 2012 who experience PMS are found to have low blood glucose levels.


(55)

Oleh :

ZAINAL NAPITUPULU 120100271

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(56)

Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan sarjana kedokteran

Oleh :

ZAINAL NAPITUPULU 120100271

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(57)

(58)

ABSTRAK

Premenstrual Syndrome adalah kondisi medis yang umum terjadi pada wanita yang merupakan bagian dari siklus menstruasi. Gejala yang ditimbulkan bisa bermacam-macam, mulai dari gejala psikis, fisik, hingga psikologis. Diduga salah satu penyebab dari sindrom ini adalah karena kadar gula darah yang rendah (hipoglikemi).

Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat gambaran kadar gula darah pada mahasiswa Fakultas Kedokteran USU angkatan 2012 yang mengalami premenstrual syndrome.

Metode penelitian ini bersifat deskriptif dengan prinsip total sampling sehinggan didapatkan 60 sampel dari 279 yang mengisi kuesioner.

Hasil yang diperoleh dari 60 sampel penelitian ada 81,7% yang memiliki kadar gula darah yang rendah, 15,0% normal dan kadar gula darah yang tinggi sebesar 3,3%.

Kesimpulan yang diperoleh rata – rata kadar gula darah rendah didapati pada mahasiswa FK USU angkatan 2012 yang mengalami premenstrual syndrome.


(59)

ABSTRACT

Premenstrual Syndrome is a common medical condition that occurs in women who are part of the menstrual cycle. Symptoms can vary, ranging from symptoms of psychological, physical to psychological. Allegedly one of the causes of this syndrome is due to low blood glucose levels (hypoglycemia).

The purpose of this study was to see the description of blood glucose levels in force Faculty of Medicine of USU students in 2012 who experienced premenstrual syndrome.

This research method is descriptive with the principle of total sampling thus obtained 60 samples of 279 who filled out questionnaires.

The results obtained from 60 samples of the study there are 81.7% who have low blood glucose levels, 15.0% of normal and high blood glucose levels by 3.3%.

In conclusion, most of female students of USU medical faculty class of 2012 who experience PMS are found to have low blood glucose levels.


(60)

KATA PENGANTAR

Pertama sekali puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan kasih dan karunia-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan penulisan penelitian karya tulis ilmiah ini tepat waktu. Sebagai salah satu area kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh seorang dokter umum, laporan hasil penelitian ini disusun sebagai rangkaian tugas akhir dalam menyelesaikan pendidikan di program studi Sarjana Kedokteran, Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Dalam menyelesaikan penulisan karya tulis ilmiah yang berjudul “Hubungan Kadar Gula Darah dengan Premenstrual Syndrome pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Angkatan 2012” penulis menemukan banyak hambatan. Namun, berkat bantuan dari banyak pihak, penulis dapat menyelesaikan penulis karya tulis ilmiah ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih sebesar-besarnya dan penghargaan setinggi-tingginya :

1. Kepada Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, SpPD-KGEH selaku Dekan Fakultas Kedokteran Sumatera Utara.

2. Kepada dr. M Rhiza Z. Tala, M.Ked (OG), Sp.OG (K) selaku dosen pembibing yang dengan sepenuh hati telah meluangkan segenap waktu untuk membimbing dan mengarahkan penulis, mulai dari awal penyusunan proposal hingga selesainya penelitian ini serta dosen penguji I yaitu dr aliandri, Sp.THT dan dosen penguji II yaitu dr. Widi Rahardjo, Sp.P(K) yang telah banyak memberikan saran dan masukan.

3. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada dr. Esther RD Sitorus, Sp.PA yang telah menjadi dosen penasehat akademik penulis selama menjalani pendidikan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

4. Kepada kedua orang tua penulis, Ibunda Nurmala Pasaribu dan juga kakak dan saudara, yang senantiasa mendukung dan memberikan bantuan dalam menyelesaikan penelitian ini.


(61)

5. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada seluruh sahabat-sahabat yang luar biasa, atas bantuan, masukan, dukungan dan motivasi yang membantu penulis.

Cakupan belajar sepanjang hayat dan mengembangkan pengetahuan baru telah memotivasi penulis untuk melaksanakan penelitian yang berjudul “Gambaran Kadar Gula Darah pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Angkatan 2012 yang Mengalami Premenstrual Syndrome” ini. Semoga penelitian ini memberikan sumbangsih bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang ilmu kedokteran.

Penulis menyadari bahwa penulisan karya tulis ilmiah ini masih belum sempurna, baik dari segi materi maupun tata cara penulisannya. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi perbaikan penelitian ini di kemudian hari.

Medan,3 Juli 2015 Penulis


(62)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN….…...………i

ABSTRAK……….……..………...ii

ABSTRACT……….……..………....iii

KATA PENGANTAR………...iv

DAFTAR ISI………..vi

DAFTAR TABEL………vii

DAFTAR GAMBAR………ix

DAFTAR LAMPIRAN……….x

BAB 1 PENDAHULUAN………..1

1.1. Latar Belakang……….………...………1

1.2. Rumusan Masalah………...………….………...2

1.3. Tujuan Penelitian…….………...2

1.3.1. Tujuan Umum………...………….2

1.3.2. Tujuan Khusus……...…...……….………3

1.4. Manfaat Penelitian……….3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA……….4

2.1. Konsep Menstruasi………...………4

2.1.1. Definisi………4

2.1.2. Siklus Menstruasi………....4

2.1.3. Aspek Hormonal Dalam Siklus Menstruasi…….…………...…...6

2.2. Konsep Premenstrual Syndrome…….………11

2.2.1. Definisi………..11

2.2.2. Epidemiologi dan Premenstrual Syndrome…..……….11

2.2.3. Etiologi………...………...12

2.2.4. Gejala Klinis………..…12

2.2.5. Diagnosis………...17

2.3. Kadar Gula Darah………....19


(63)

2.3.2. Metabolisme Glukosa….……….………19

2.3.3. Faktor –faktor yang Mempengaruhi KGD………..……..21

2.3.4. Mekanisme Pengaturan Kadar Gula Darah..………..22

2.4. Hubungan Kadar Gula Darah dengan Premenstrual Syndrome………24

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL……...….25

3.1. Kerangka Konsep Penelitian………..…25

3.2. Variabel dan Definisi Operasional………...25

3.2.1. Subjek Penelitian………....25

3.2.2. Variabel Penelitian...….……….25 3.3. Kerangka Operasional………...……….27

BAB 4 METODE PENELITIAN………...….28

4.1. Jenis Penelitian………28

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian……….28

4.2.1. Waktu Penelitian………28

4.2.2. Tempat Penelitian………..28

4.3. Populasi dan Sampel………28

4.3.1. Populasi………..28

4.3.2. Sampel ………..28

4.4. Teknik Pengumpulan Data………..29

4.4.1. Data Primer……….………...29

4.5. Analisis dan Pengolahan Data……….30

4.5.1. Pengolahan……….30

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN………31

5.1. Deskripsi Lokasi Penelitian…...………...31

5.2. Hasil Analisis Data………..31

5.3. Pembahasan……….34

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN………36

6.1. Kesimpulan………...36

6.2. Saran……….36

DAFTAR PUSTAKA……….…….……….31 LAMPIRAN


(64)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Kriteria Diagnostik Menurut American College of Obstetricians and

Gynecologist …...………13

Tabel 2.2. Kriteria Diagnostik Menurut DSM-IV ………14

Tabel 2.3. Pembagian Dari Sindrom Premenstruasi ..………..15

Tabel 3.1. Definisi Operasional Kadar Gula Darah ..………26

Tabel 3.2. Definisi Operasional Premenstrual Syndrome ….………26

Tabel 5.1. Kejadian Premenstrual Syndrome pada Mahasiswa FK USU………..31

Tabel 5.2. Distribusi Kategorik Responden Berdasarkan Usia………..32

Tabel 5.3. Distribusi Numerik Sampel Berdasarkan Kadar Gula Darah………...33

Tabel 5.4. Gambaran kadar gula darah pada mahasiswa FK USU angkatan 2012 yang mengalami premenstrual syndrome……….33


(65)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1.Siklus Mensruasi;hipofisi-hipotalamus, ovarium dan endometrium .10

Gambar 2.2. Ringkasan Metabolisme Glukosa Pada Sel Mamalia ...………20

Gambar 2.3. Mekanisme Kerja Glukagon ..………...23

Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian ..………..………25


(66)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Data Riwayat Hidup

Lampiran 2 Lembar Penjelasan Penelitian Lampiran 3 Lembar Informed Consent Lampiran 4 Kuesioner

Lampiran 5 Tabel Induk Lampiran 6 Hasil Uji SPSS


(1)

5. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada seluruh sahabat-sahabat yang luar biasa, atas bantuan, masukan, dukungan dan motivasi yang membantu penulis.

Cakupan belajar sepanjang hayat dan mengembangkan pengetahuan baru telah memotivasi penulis untuk melaksanakan penelitian yang berjudul “Gambaran Kadar Gula Darah pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Angkatan 2012 yang Mengalami Premenstrual Syndrome” ini. Semoga penelitian ini memberikan sumbangsih bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang ilmu kedokteran.

Penulis menyadari bahwa penulisan karya tulis ilmiah ini masih belum sempurna, baik dari segi materi maupun tata cara penulisannya. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi perbaikan penelitian ini di kemudian hari.

Medan,3 Juli 2015 Penulis


(2)

vi

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN….…...………i

ABSTRAK……….……..………...ii

ABSTRACT……….……..………....iii

KATA PENGANTAR………...iv

DAFTAR ISI………..vi

DAFTAR TABEL………vii

DAFTAR GAMBAR………ix

DAFTAR LAMPIRAN……….x

BAB 1 PENDAHULUAN………..1

1.1. Latar Belakang……….………...………1

1.2. Rumusan Masalah………...………….………...2

1.3. Tujuan Penelitian…….………...2

1.3.1. Tujuan Umum………...………….2

1.3.2. Tujuan Khusus……...…...……….………3

1.4. Manfaat Penelitian……….3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA……….4

2.1. Konsep Menstruasi………...………4

2.1.1. Definisi………4

2.1.2. Siklus Menstruasi………....4

2.1.3. Aspek Hormonal Dalam Siklus Menstruasi…….…………...…...6

2.2. Konsep Premenstrual Syndrome…….………11

2.2.1. Definisi………..11

2.2.2. Epidemiologi dan Premenstrual Syndrome…..……….11

2.2.3. Etiologi………...………...12

2.2.4. Gejala Klinis………..…12

2.2.5. Diagnosis………...17

2.3. Kadar Gula Darah………....19


(3)

2.3.2. Metabolisme Glukosa….……….………19

2.3.3. Faktor –faktor yang Mempengaruhi KGD………..……..21

2.3.4. Mekanisme Pengaturan Kadar Gula Darah..………..22

2.4. Hubungan Kadar Gula Darah dengan Premenstrual Syndrome………24

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL……...….25

3.1. Kerangka Konsep Penelitian………..…25

3.2. Variabel dan Definisi Operasional………...25

3.2.1. Subjek Penelitian………....25

3.2.2. Variabel Penelitian...….……….25 3.3. Kerangka Operasional………...……….27

BAB 4 METODE PENELITIAN………...….28

4.1. Jenis Penelitian………28

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian……….28

4.2.1. Waktu Penelitian………28

4.2.2. Tempat Penelitian………..28

4.3. Populasi dan Sampel………28

4.3.1. Populasi………..28

4.3.2. Sampel ………..28

4.4. Teknik Pengumpulan Data………..29

4.4.1. Data Primer……….………...29

4.5. Analisis dan Pengolahan Data……….30

4.5.1. Pengolahan……….30

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN………31

5.1. Deskripsi Lokasi Penelitian…...………...31

5.2. Hasil Analisis Data………..31

5.3. Pembahasan……….34

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN………36

6.1. Kesimpulan………...36

6.2. Saran……….36

DAFTAR PUSTAKA……….…….……….31 LAMPIRAN


(4)

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Kriteria Diagnostik Menurut American College of Obstetricians and

Gynecologist …...………13

Tabel 2.2. Kriteria Diagnostik Menurut DSM-IV ………14

Tabel 2.3. Pembagian Dari Sindrom Premenstruasi ..………..15

Tabel 3.1. Definisi Operasional Kadar Gula Darah ..………26

Tabel 3.2. Definisi Operasional Premenstrual Syndrome ….………26

Tabel 5.1. Kejadian Premenstrual Syndrome pada Mahasiswa FK USU………..31

Tabel 5.2. Distribusi Kategorik Responden Berdasarkan Usia………..32

Tabel 5.3. Distribusi Numerik Sampel Berdasarkan Kadar Gula Darah………...33

Tabel 5.4. Gambaran kadar gula darah pada mahasiswa FK USU angkatan 2012 yang mengalami premenstrual syndrome ……….33


(5)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1.Siklus Mensruasi;hipofisi-hipotalamus, ovarium dan endometrium .10

Gambar 2.2. Ringkasan Metabolisme Glukosa Pada Sel Mamalia ...………20

Gambar 2.3. Mekanisme Kerja Glukagon ..………...23

Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian ..………..………25


(6)

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Data Riwayat Hidup

Lampiran 2 Lembar Penjelasan Penelitian Lampiran 3 Lembar Informed Consent Lampiran 4 Kuesioner

Lampiran 5 Tabel Induk Lampiran 6 Hasil Uji SPSS