Tabel 2.2. Kriteria diagnostik menurut DSM-IV
DSM-IV diagnostic criteria for PMDD One year duration of symptoms which are present for the
majority of cycles occur luteal, remit follicular Five of the following symptoms with at least one of these marked with must
occur during the week before menses and remit within days of menses: Irritability
Affective lability sudden mood swings Depressed mood or hopelessness
Tension or anxiety Decreased interest in activities
Difficulty concentrating Change in sleep
Feeling out of control Lack of energy
Change in appetite food cravings Other physical symptoms breast tenderness, bloating
Seriously interferes with work, social activities, relationship Not an exacerbation of another disorder
Confirmed by prospective daily ratings at least 2 consecutive symptomatic cycles
Tabel 2.3 Pembagian dari sindrom menstruasi
Premenstrual syndrome
Subtype Typical
Symtoms Incidence in
Premenstrual syndrome I
Sufferers Possible
etiologies Possible
therapies
PMT – A Nervous tension
Mood swings Irritability
Anxiety 66
– 75 Vitamin B6
deficiency Magnesium
deficiency Vitamin B6
Magnesium Progesteron
therapy Dopamine
agonists Anxiolytics
Decreased intake of vitamin D
calsium PMT - H
Weight gain 3lb.during 3
consecutive cycles
Swelling of extermities
Breast tenderness
65 – 72
Stress Magnesium
deficiency Vitamin B6
deficiency Comsumption of
refined sugar Aldosterone
antagonists Magnesium
Vitamin B6 Dopamine
agonist Diuretics
Decreased intake of vitamin D
calsium Sodium intake
limited to 3 gday
PMT - C Headache
Caving for sweets
Increased appetite
Heart pounding Fatigue
Dizziness fainting
24 – 35
Vitamin B6 deficiency
Magnesium deficiency
Zinc deficiency Vitamin C
deficiency Cislinoleic acid
deficiency Vitamin B 6
Magnesium Zinc
Vitamin C Incresed intake
of linoleic acid Decreased intake
of vitamin D calcium
Decreased alcohol intake
Decreased intake of refined sugar
PMT - D Depression
Forgetfulness Crying
Confusion Insomnia
23 – 37
Vitamin B6 deficiency
Magnesium deficiency
Vitamin B6 Magnesium
Estrogen Decreased intake
of vitamin D calcium
2.2.5. Diagnosis
Dalam penuntun diagnosis dari American Psychiatry Association APA, menyatakan kriteria mendiagnosis premenstrual syndrome sebagai berikut:
1. Gejala berhubungan dengan siklus menstruasi dan gejala muncul mulai
minggu terakhir fase luteal siklus menstruasi dan menghilang setelah muncul menstruasi.
2. Diagnosis premenstrual syndrome ditegakkan bila ditemukan 5 gejala
dengan minimal terdapat 1 gejala mayor. Gejala – gejala mayor
premenstrual syndrome adalah : labilitas afektif seperti menarik diri, semangat kerja menurun, tiba
– tiba marah atau sedih; iritabilitas seperti mudah marah dan tersinggung, tegang dan cemas; perubahan suasana hati
dan putus asa. Gejala minor premenstrual syndrome adalah : pembengkakan pada anggota badan, nyerikembung pada perut, perubahan
nafsu makan, lekas lelah, nyeri kepada, mualmuntah, payudara nyeritegang, gangguan tidur, gangguan buang air besar, dan susah
berkonsentrasi. Gejala fisik seperti edema, nyeri persendian atau nyeri otot, dan pertambahan berat badan.
Dalam DSM-IV diagnosis premenstrual syndrome ditegakkan hanya bila gangguan itu secara nyata mengganggu pekerjaan atau fungsi peran. DSM-IV
memasukkan criteria diagnostik premenstrual syndrome seperti berikut ini : a.
Pada sebagian besar siklus menstruasi selama tahun terakhir, lima atau lebih gejala berikut ditemukan untuk sebagian besar waktu
selama minggu terakhir fase luteal, mulai menghilang dalam beberapa hari setelah onset fase folikular, dan menghilang dalam minggu pasca
menstruasi, dengan sekurang – kurangnya salah satu gejala adalah 1,
2, 3, atau 4: 1.
Mood terdepresi yang jelas, perasaan putus asa, pikiran mencela diri sendiri.
2. Kecemasanyang jelas, ketegan
gan, perasaan “bersemangat” atau “tidak tenang”.
3. Labilitas afektif yang tidak jelas misalnya, perasaan tiba
– tiba sedih atau menangis atau meningkatnya kepekaan terhadap
penolakan 4.
Kemarahan atau iritabilitas yang menetap dan jelas atau meningkatnya konflik interpersonal.
5. Menurunnya minat dalam aktivitas seharian misalnya pekerjaan,
sekolah, teman, kegemaran. 6.
Perasaan subjektif adalah kesulitan dalam berkonsentrasi. 7.
Letargi, mudah lelah, atau kehilangan tenaga. 8.
Perubahan yang jelas dalam nafsu makan, makan berlebihan atau kecanduan makanan tertentu.
9. Hipersomnia atau insomnia.
10. Perasaan subjektif sedang terlanda atau keluar kendali.
11. Gejala fisik lain, seperti nyeri atau pembengkakan payudara, nyeri
kepala, nyeri sendi atau otot, sensasi kembung, kenaikan berat badan.
Catatan : pada perempuan yang sedang menstruasi, fase luteal berhubungan dengan periode antara ovulasi dan onset menstruasi, dan
fase folikular dimulai saat menstruasi. Pada perempuan yang tidak menstruasi misalnya yang telah menjalani histerektomi, penentuan
fase luteal dan folikuler mungkin memerlukan pengukuran hormon reproduktif dalam sirkulasi.
b. Gangguan dengan jelas mengganggu pekerjaan, sekolah, atau aktivitas
sosial biasanya dan hubungan dengan orang lain misalnya, menghindari aktivitas sosial, menurunnya produktivitas dan efisiensi di
pekerjaan atau sekolah c.
Gangguan tidak semata – mata suatu eksaserbasi gejala dari gangguan
lain, seperti gangguan depresif berat, gangguan panik, gangguan distimik, atau gangguan kepribadian walaupun mungkin bertumpang
tindih dengan salah satu gangguan tersebut.
d. Kriteria A, B, dan C harus ditegakkan oleh pencatatan harian
prospektif selama sekurang – kurangnya dua siklus simptomatik yang
berturut – turut
2.4. Kadar Gula Darah 2.4.1. Defenisi
Kadar gula darah KGD adalah jumlah kandungan glukosa dalam plasma
Dorland, 2002. 2.4.2. Metabolisme Glukosa
Glukosa tidak dapat dimetabolisme lebih lanjut sebelum diubah oleh reaksi ATP menjadi glukosa 6-fosfat. Reaksi ini dikatalis oleh enzim heksokinase
yang tidak spesifik dan juga oleh enzim glukokinase yang spesifik di dalam hati. Reaksi ini, dalam arah sebaliknya, hidrolisa sederhana glukosa 6- fosfat menjadi
glukosa, dikatalis oleh glukosa 6-fosfatase. Glukosa dapat dikonversi menjadi glikogen untuk disimpan di hati setelah diubah menjadi glukosa 6-fosfat. Glukosa
yang tidak dikonversi menjadi glikogen hati dapat dioksidasi menjadi glikogen otot atau dikonversi menjadi lemak dan disimpan dalam depot-depot lemak
setelah melalui sirkulasi sistemik jaringan. Glikogen di dalam hati berfungsi sebagai cadangan karbohidrat dan akan melepaskan glukosa ke sirkulasi jika
terjadi penurunan konsentrasi glukosa di dalam darah. Glikogen otot dikonversi menjadi asam laktat oleh glikolisis anaerob karena otot tidak memiliki enzim
glukosa 6-fosfatase. Oksidase glukosa atau konversi karbohidrat menjadi lemak dan protein dapat melalui proses konversi Glukosa 6- fosfat, triosa fosfat, dan
fosfoenol piruvat kemudian diubah menjadi piruvat pada jalur glikolitik Embden- Mayerhof untuk fosforilasi oksidatif. Selain itu, jalur metabolisme oksidasi
glukosa melalui jalur heksosa monofosfat yang membentuk NADPH2 dan bukan NADH2. Fruktosa dan galaktosa setelah mengalami fosforilasi oleh fruktokinase
dan galaktokinase akan memasuki jalur metabolisme karbohidrat yang umum dengan pangkalan metabolisme umum pada siklus krebs dimana residu karbon,
protein, karbohidrat, atau lemak dapat dioksidasi dengan melepaskan energi atau dikonversi dari bentuk yang satu ke bentuk lainnya Murray, Granner, Mayes, dan