Pembahasan Hubungan Kadar Gula Darah dengan Premenstrual Syndrome pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Angkatan 2012

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

1. Berdasarkan penelitian ini didapatkan angka kejadian premenstrual syndrome adalah sebanyak 68 orang 24,37 pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. 2. Berdasarkan penelitian ini juga didapat dari 60 sampel penelitian mahasiswa Fakultas Kedokteran ada 81,7 yang memiliki kadar gula darah yang rendah, 15,0 normal dan kadar gula darah yang tinggi sebesar 3,3

6.2. Saran

1. Kadar gula darah yang di bawah normal rendah sering tidak terdeteksi, jadi disarankan pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara untuk rutin memeriksa kadar gula darah, selain itu juga dimotivasi untuk konsumsi makanan yang dapat meningkatkan kadar gula darah untuk mencapai batas normal. 2. Penelitian selanjutnya sebaiknya mengambil sampel yang jauh lebih banyak, memilih jenis penelitian yang lain untuk melihat variasi hasil. 3. Penelitian selanjutkan diharapkan memperhitungkan faktor – faktor lain yang dapat menyebabkan bias dalam penelitian seperti riwayat penyakit diabetes dalam keluarga. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Menstruasi 2.1.1. Pengertian Menstruasi mengacu kepada pengeluaran secara periodic darah dan sel – sel tubuh dari vagina yang berasal dari dinding rahim wanita. Menstruasi dimulai saat puberitas dan menandai kemampuan seorang wanita untuk mengandung anak, walaupun mungkin faktor – faktor kesehatan lain dapat membatasi kapasitas ini. Akhir dari kemampuan wanita untuk bermenstruasi disebut menopause dan menandai akhir dari masa – masa kehamilan seorang wanita. Menstruasi merupakan bagian dari proses reguler yang mempersiapkan tubuh wanita setiap bulannya untuk kehamilan. Daur ini melibatkan beberapa tahap yang dikendalikan oleh interaksi hormon yang dikeluarkan oleh hipotalamus, kelenjar di bawah otak depan, dan indung telur. Pada permulaan daur, lapisan sel rahim mulai berkembang dan menebal Saryono Waluyo, 2009.

2.1.2. Siklus Menstruasi

Rata – rata siklus menstruasi perempuan adalah 25-31 hari, dengan rata – rata lamanya menstruasi selama 2 – 6 hari dan kehilangan darah 35 – 80 ml. Walaupun demikian di antara masa menarche dan menopause, hamper setiap perempuan pernah mengalami satu atau lebih episode dari perdarahan uterus yang abnormal, yakni pola perdarahan yang berbeda dalam hal frekuensi, lama, atau jumlahnya dibandingkan pola yang biasanya terjadi selama siklus menstruasi normal. Perdarahan menstruasi normal dalam siklus menstruasi yang berovulasi bersifat spontan, teratur, siklik, dan dapat diduga serta seringkali berkaitan dengan rasa tidak nyaman dismenorea Prawiohardjo, Sarwono. 2010. Siklus menstruasi normal pada wanita dapat dibagi menjadi ovarian cycle dan uterine cycle. Ovarian cycle sendiri dapat dibagi lagi menjadi fase folikular dan fase luteal, sedangkan uterine cycle dapat dibagi menjadi fase proliferative dan fase sekretori Berek, Jonathan S. 2007. Fase folikular : feedback hormonal yang menstimulasi perkembangan secara bertahap dari salah satu folikel yang dominan, yang harus matang mature pada pertengahan siklus dan siap untuk ovulasi. Rata – rata lama fase folikular pada wanita adalah 10 – 14 hari, dan pada umumya variasi dari lama fase ini berpengaruh juga terhadap variasi dari total lama siklus menstruasi. Fase luteal : waktu dari ovulasi sampai terjadinya menstruasi, dalam waktu rata – rata 14 hari. Siklus menstruasi normal berlangsung selama 21 – 35 hari, dengan 2 – 6 hari lama menstruasi dan rata – rata kehilangan darah sebanyak 20 – 60 mL. Fase proliferasi : dengan konvensi, hari pertama perdarahan vagina disebut hari pertama dari siklus menstruasi. Setelah menstruasi, di dalam desidua basalis atas kelenjar primordial dan stroma yang sedikit padat, yang lokasinya berdekatan dengan miometrium. Fase proliferasi ini ditandai dengan pertumbuhan mitosis yang progresif dari desidua basalis yang fungsional di dalam persiapan implantasi dari embrio sebagai respon terhadap meningkatnya sirkulasi estrogen Prosnitz et all, 1977. Pada Pada awal fase proliferasi, endometrium relatif tipis 1-2 mm. Perubahan dominan yang terlihat selama fase ini adalah evolusi dari kelenjar endometrium yang awalnya lurus, sempit, dan pendek menjadi lebih lama dan memiliki struktur yang berliku-liku Secara histologis, kelenjar yang berproliferasi memiliki beberapa sel mitosis, dan perubahan sel – sel ini dari gambaran low-columnar pada awal periode proliferatif ke gambaran pseudostratified sebelum ovulasi. Sepanjang waktu ini, stroma memiliki lapisan padat, dan struktur vaskular yang jarang terlihat. Fase sekresi : Di dalam siklus menstruasi, pada umumnya ovulasi terjadi pada siklus hari ke-14. Dalam 48 sampai 72 jam setelah ovulasi, timbulnya sekresi progesteron mengakibatkan perubahan histologis pada endometrium ke fase sekretori, Berbeda dengan fase proliferasi, fase sekresi dari siklus menstruasi selain ditandai dengan perubahan seluler karena estrogen, progesteron juga berperan dalam perubahan selular pada endometrium. Progesteron ini memiliki efek yang antagonis dengan estrogen.