28
Tabel 4.9 Hasil berat organ relatif
Organ Rata-rata berat organ relatif ± SD
K P1
P P2
P P3
P P4
P Hati
5,09 ±
1,34 5,67
± 0,83
0,922 5,24
± 0,88
1,000 6,23
± 0,96
0,518 6,41
± 1,48
0.376
Jantung 0,56
± 0,13
0,58 ±
0,13 0,998
0,56 ±
0,13 1,000
0,57 ±
0,05 1,000
0,65 ±
0,06 0,707
Ginjal kanan
0,78 ±
0,16 0,78
± 0,11
1,000 0,75
± 0,12
0,999 0,75
± 0,13
0,998 0,90
± 0,16
0,639
Ginjal kiri
0,77 ±
0,18 0,81
± 0,14
0,997 0,73
± 0,14
0,993 0,78
± 0,11
1,000 0,89
± 0,14
0,707 Keterangan: K = kontrol; P1 = dosis 500 mgkg bb; P2 = dosis 1000 mgkg bb;
P3 = dosis 2000 mgkg bb; P4 = dosis 5000 mgkg bb; SD = standar deviasi; p = angka kebermaknaan
Berdasarkan hasil berat organ relatif mencit pada Tabel 4.9 yang dianalisis secara statistik menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan berat organ
relatif hati, jantung dan ginjal mencit antara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan setelah pemberian EEKBMU dengan tingkat signifikan p 0,05. Dari
hasil yang diperoleh dapat dikatakan bahwa pemberian EEKBMU dosis tunggal secara oral tidak berpengaruh terhadap perkembangan berat organ hati, jantung,
ginjal kanan dan ginjal kiri mencit.
4.5 Hasil Pemeriksaan Makropatologi Organ
Pemeriksaan dilakukan dengan mengamati warna, bentuk permukaan dan konsistensi organ hati.
Data selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 4.1 dan Tabel 4.10.
Universitas Sumatera Utara
29
Kelompok kontrol Dosis 500 mgkg BB
Dosis 1000 mgkg BB Dosis 2000 mgkg BB
Dosis 5000 mgkg BB
Gambar 4.1 Gambar organ hati mencit
Universitas Sumatera Utara
30
Tabel 4.10 Hasil pemeriksaan makropatologi organ hati mencit
Kelompok Warna
Permukaan Konsistensi
K Merah kecoklatan
Licin Kenyal
P1 Merah Kecoklatan
Licin Kenyal
P2 Merah kecoklatan
Licin Kenyal
P3 Pucat
Tidak Licin Tidak Kenyal
P4 Pucat
Tidak Licin Tidak Kenyal
Keterangan: K = kontrol; P1 = dosis 500 mgkg bb; P2 = dosis 1000 mgkg bb; P3 = dosis 2000 mgkg bb; P4 = dosis 5000 mgkg bb
Berdasarkan Tabel 4.10 menunjukkan bahwa adanya perubahan warna organ hati pada kelompok dosis 2000 dan 5000 mgkg bb. Hati terlibat dalam
metabolisme makanan serta sebagian besar obat dan toksikan Retnomurti, 2008. Zat makanan, obat-obatan serta toksisikan yang masuk melalui saluran
pencernaan setelah diserap oleh epitel usus akan dibawa oleh vena vorta ke hati, oleh karena itu hati merupakan organ yang sangat potensial menderita keracunan
lebih dahulu sebelum organ lain Santoso, 2006. Perubahan warna menjadi salah satu parameter terjadinya efek toksik yang bertujuan mendapatkan informasi
mengenai toksisitas zat uji yang berkaitan dengan organ sasaran dan efek terhadap organ tersebut Lu,1994.
4.6 Hasil Pemeriksaan Histopatologi Organ Hati
Salah satu parameter uji toksisitas untuk melihat adanya kerusakan pada jaringan hati maka dilakukan pengamatan gambaran histopatologi sel hati mencit
yang dapat dilihat pada Gambar 4.2.
Universitas Sumatera Utara
31
Kontrol
EEKBMU dosis 500 mg kg bb Keterangan: 1 = vena sentral, 2 = sinusoid, 3= hepatosit
EEKBMU dosis 1000 mg kg bb
EEKBMU dosis 2000 mg kg bb Keterangan: 1 = vena sentral, 2 = sel nekrosis kariopiknosis
Gambar 4.2 Hasil histopatologi hati mencit
1 2
3
1
2
Universitas Sumatera Utara
32
EEKBMU dosis 5000 mg kg bb Keterangan: 1 = vena sentral, 2 = sinusoid, 3 = sel nekrosis kariopiknosis
Gambar 4.2 Hasil histopatologi hati mencit lanjutan
Kerusakan hati dapat dilihat melalui pemeriksaan kadar enzim,
makropatologi hati dan gambaran histopatologi sel hati. Pada Gambar 4.2, pengamatan histopatologi pada mencit kelompok kontrol yang diberi suspensi Na-
CMC 0,5 dan EEKBMU dosis 500 mg kg bb tidak terdapat kerusakan pada organ yang dilihat dari vena sentral masih normal, hepatosit utuh, sinusoid
tersusun secara radier kearah vena sentral. Pada dosis 1000 mgkg bb Gambar 4.2 terjadi kerusakan berupa sel nekrosis yang ditandai dengan inti sel mengecil
dan berwarna kehitaman kariopiknosis. Dosis 1000 mgkg bb tidak toksik karena sinusoid masih tersusun secara radier ke vena sentral dan tidak mengalami
kongesti, serta vena sentral masih dalam keadaan normal. Hal ini dapat dimaklumi karena uji toksisitas akut merupakan suatu pengujian untuk
mendeteksi efek toksik yang muncul setelah pemberian sediaan uji yang diberikan secara oral dalam dosis tunggal, atau dosis berulang yang diberikan dalam waktu
24 jam Badan POM RI, 2011. 1
2 3
Universitas Sumatera Utara
33
Pada Gambar 4.2 dapat dilihat pada dosis 2000 mgkg bb terjadi kerusakan pada hati ditandai dengan adanya nekrosis dan terjadinya kongesti pada
vena sentral dan sinusoid tidak tersusun secara radier menuju vena sentral. Pada Gambar 4.2 dapat dilihat pada dosis 5000 mgkg bb terjadi kongesti pada vena
sentral dan sinusoid. Kerusakan pada hati ditandai dengan adanya nekrosis dan terjadinya kongesti pada sinusoid dan vena sentral, Kongesti pada vena sentral
diakibatkan oleh lisisnya sel endotel sehingga lingkaran tidak utuh dan akhirnya lingkaran menjadi tidak jelas. Kerusakan pada vena sentral berkaitan dengan
perannya pada sirkulasi, dimana vena sentralis menerima darah dari sinusoid- sinusoid yaitu 25 dialirkan dari arteri hepatika dan 75 dari vena porta yang
mengalirkan darah dari saluran cerna hasil absorbsi usus. Vena sentral banyak menampung nutrient-nutrient dan zat-zat hasil metabolisme yang dapat bersifat
toksik maupun nontoksik, banyaknya darah yang ditampung vena sentralis akan menyebabkan konsentrasi zat yang bersifat toksik jauh lebih besar sehingga hal
inilah yang memperjelas kerusakan pada vena sentralis Price, 1997; Underwood, 1997. Nekrosis merupakan kematian sel atau jaringan pada organisme hidup. Inti
sel yang mati dapat dilihat lebih kecil dan lebih padat kariopiknosis, Nekrosis merupakan suatu manifestasi toksik yang berbahaya tetapi tidak selalu kritis
karena hati mempunyai kapasitas pertumbuhan kembali yang luar biasa Lu, 1994.
Hati memiliki kemampuan regenerasi yang luar biasa, hilangnya jaringan hati akibat tindakan bedah atau oleh kerja substansi toksik memicu mekanisme
yang merangsang sel-sel hati membelah, sampai massa jaringan aslinya pulih kembali. Jaringan hati yang diregenerasi umumnya serupa dengan jaringan yang
Universitas Sumatera Utara
34
hilang. Tetapi bila kerusakan itu terjadi berulang-ulang atau terus menerus pada organ ini, maka terbentuk banyak jaringan ikat bersama regenerasi sel hati
Junqueira dan Carneiro, 2003. Hati merupakan organ yang terlibat dalam metabolisme zat makanan dan sebagian besar obat dan toksikan. Zat makanan
yang masuk melalui saluran cerna setelah diserap oleh epitel usus akan dibawa oleh vena porta ke hati. Oleh sebab itu, hati menjadi organ yang sangat potensial
menderita keracunan lebih dahulu sebelum organ lain Santoso, 2006.
Universitas Sumatera Utara
35
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN