Hasil Pengamatan Berat Badan

25 Diare menunjukkan adanya tanda-tanda muskarinik dan merupakan salah satu gejala toksik Pudjiastuti, 2009; dan Retnomurti, 2008 Tabel 4.5 Hasil uji salivasi N0. Dosis Waktu menit 5 10 15 30 60 120 180 240 1 K - - - - - - - - 2 P1 - - - - - - - - 3 P2 - - - - - - - - 4 P3 - - - - - - - - 5 P4 - - - - - - - - Keterangan: K = kontrol; P1 = dosis 500 mgkg bb; P2 = dosis 1000 mgkg bb; P3 = dosis 2000 mgkg bb; P4 = dosis 5000 mgkg bb; - = tidak adanya pengeluaran saliva; + = adanya pengeluaran saliva Berdasarkan Tabel 4.5 pada uji salivasi yaitu tidak adanya pengeluaran saliva pada mencit pada semua kelompok, menunjukkan bahwa mencit masih dalam keadaan normal. Evaluasi toksisitas akut tidak hanya mengenai LD 50 tetapi juga terhadap kelainan tingkah laku, stimulasi dan aktivitas motorik hewan uji untuk mendapatkan gambaran kematian Retnomurti, 2008. Berdasarkan hasil pengamatan gejala toksik diatas terlihat bahwa mencit setelah pemberian EEKBMU menunjukkan adanya hubungan antara dosis dan efek toksik, semakin besar dosis yang diberikan maka semakin besar pula efek toksik yang timbul Lu, 1995.

4.2 Hasil Pengamatan Berat Badan

Hasil uji statistik menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok kontrol dan perlakuan Dosis 500, 1000, 2000 dan 5000 mgkg bb karena diperoleh p 0,05, dari hasil yang diperoleh dinyatakan bahwa pemberian EEKBMU dosis tunggal tidak berpengaruh pada berat badan mencit. Berat badan dan konsumsi makanan diukur secara berkala Gupta et al., Universitas Sumatera Utara 26 2012. Hasil pengamatan berat badan dapat dilihat pada Tabel 4.6. Tabel 4.6 Hasil rata-rata berat badan Minggu Ke - Rata-rata berat badan mencit g ± SD K P1 P P2 p P3 P P4 P I 25,46 ± 0,78 26,74 ± 0,57 0,227 26,45 ± 1,29 0,464 25,95 ± 0,81 0,917 26,35 ± 1,01 0,55 71 II 28,02 ± 2,06 28,09 ± 2,79 1,000 28,65 ± 2,53 0,995 26,81 ± 1,86 0,949 27,03 ±3,60 0,97 5 Keterangan: K = kontrol; P1 = dosis 500 mgkg bb; P2 = dosis 1000 mgkg bb; P3 = dosis 2000 mgkg bb; P4 = dosis 5000 mgkg bb; SD = standar deviasi; p = angka kebermaknaan Tabel 4.7 Rata-rata konsumsi makanan dan minuman Minggu ke - Rata-rata konsumsi makanan g ± SD K P1 P P2 P P3 P P4 P I 20,32 ± 1,56 19,20 ± 1,00 0,873 19,93 ± 3,44 0,996 18,93 ± 1,85 0,700 19,75 ± 1,31 0,983 II 19,10 ± 2,79 18,40 ± 2,55 0,976 22,36 ± 2,07 0,074 18,72 ± 1,80 0,998 19,46 ± 1,78 0,998 Minggu ke - Rata-rata konsumsi minuman ml ± SD K P1 P P2 P P3 P P4 P I 30,14 ± 4,33 30,57 ± 5,96 1,00 29,85 ± 7,08 1,00 30,57 ± 4,27 1,00 27,00 ± 5,06 0,816 II 30,28 ± 4,42 29,57 ± 10,42 0,999 34,14 ± 2,34 0,770 30,71 ± 5,49 1,00 28,28 ± 5,21 0,973 Keterangan: K = kontrol; P1 = dosis 500 mgkg bb; P2 = dosis 1000 mgkg bb; P3 = dosis 2000 mgkg bb; P4 = dosis 5000 mgkg bb; SD = standar deviasi; p = angka kebermaknaan Berdasarkan hasil uji statistik pada Tabel 4.7, tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada konsumsi makanan dan minuman antara kelompok kontrol dengan perlakuan yang ditunjukkan dengan nilai p 0,05. Berdasarkan hasil yang diperoleh dinyatakan bahwa pemberian EEKBMU dosis tunggal tidak berpengaruh pada konsumsi makanan dan minuman mencit. Berat badan dan Universitas Sumatera Utara 27 konsumsi makanan diukur secara berkala Gupta et al., 2012

4.3 Hasil pengamatan Kematian Hewan