10
dari populasi di bawah kondisi yang ditentukan dari tes Hudgson dan Levi, 2004. Nilai LD
50
sangat berguna untuk hal-hal sebagai berikut: a. Menentukan klasifikasi lazim zat kimia sesuai dengan toksisitas relatifnya,
artinya penggolongan toksik suatu zat berdasarkan dosis yang menghasilkan LD
50
, dapat dilihat pada Tabel 2.2.
Tabel 2.2 Kategori penggolongan sediaan uji
Kategori LD
50
Supertoksik 5 mgkg atau kurang
Amat sangat toksik 5-50 mgkg
Sangat toksik 50-500 mgkg
Toksik sedang 0,5-5 gkg
Toksik ringan 5-15 gkg
Praktis tidak toksik 15 gkg
supertoksik: 5 mgkg bb atau kurang, contoh: Nikotin amat sangat toksik : 5-50 mgkg bb, contoh: timbal arsenat
sangat toksik : 50-500 mgkg bb, contoh: hidrokinon toksik sedang: 0.5-5 gkg bb, contoh: isopropanol
toksik ringan : 5-15 gkg bb, contoh: asam ascorbat praktis tidak toksik : 15 gkg bb, contoh: propilen glikol
b. Evaluasi dampak keracunan yang tidak sengaja; perencanaan penelitian toksisitas subkronik dan kronik pada hewan, memberikan informasi tentang
mekanisme toksisitas, pengaruh umur, seks, faktor lingkungan dan variasi respons antar spesies dan antar strain hewan, memberikan informasi tentang
reaktivitas suatu populasi hewan Lu, 1994.
2.2.1.2 Toksisitas subkronik
Uji toksisitas subkronik merupakan suatu pengujian untuk mengetahui efek toksik yang muncul setelah pemberian sediaan uji dengan dosis yang
Universitas Sumatera Utara
11
diberikan secara oral pada hewan uji, biasanya setiap hari atau lima hari dalam seminggu selama 28 hari BPOM RI, 2011. Tujuan toksisitas subkronik oral
adalah untuk memperoleh informasi adanya efek toksik zat yang tidak terdeteksi pada uji toksisitas akut, informasi kemungkinan adanya efek toksik setelah
pemaparan sediaan uji secara berulang dalam jangka waktu tertentu OECD, 2008 untuk memberikan informasi dosis yang tidak menimbulkan efek toksik
dan mempelajari adanya efek reversibilitas zat tersebut BPOM RI, 2011. Prinsip uji toksisitas subkronik oral adalah sediaan uji dalam beberapa
tingkat dosis diberikan setiap hari pada beberapa kelompok hewan uji dengan satu dosis per kelompok selama 28 atau 90 hari OECD, 2008, bila diperlukan
ditambahkan kelompok satelit untuk melihat adanya efek yang bersifat reversibel BPOM RI, 2011. Studi subkronik dapat dilakukan pada tikus dan mencit dengan
rute pemberian yang lazim yaitu oral. Sekurang-kurangnya digunakan tiga kelompok dosis yang berbeda, 1 kelompok kontrol dan 2 kelompok satelit
kelompok dosis tinggi dan kelompok kontrol. Dosis sediaan uji yang paling tinggi harus menimbulkan efek toksik tetapi tidak menimbulkan kematian atau
gejala toksik yang berat, dosis menengah menimbulkan gejala toksik yang lebih ringan sedangkan dosis yang paling rendah tidak menimbulkan gejala toksik
BPOM RI, 2011. Parameter efek toksik adalah mortalitas, pertambahan berat badan, berat
organ relatif, konsumsi makanan dan minuman, uji laboratorium klinik, serta gambaran histopatologi organ. Berat badan dan konsumsi makanan diukur setiap
minggu. Penurunan berat badan merupakan indeks efek toksik yang sederhana namun sensitif. Konsumsi makanan juga merupakan indikator yang berguna,
Universitas Sumatera Utara
12
konsumsi makanan yang nyata berkurang dapat menimbulkan efek yang mirip manifestasi toksik suatu zat BPOM RI, 2011. Uji laboratorium klinik biasanya
mencakup pemeriksaan hematologi, biokimia klinis dan histopatologi. Disamping itu, berat relatif organ harus diukur karena merupakan indikator yang
berguna bagi toksisitas Lu, 1994.
2.2.1.3 Toksisitas kronik