Saat Muncul Tunas Tunas

commit to user 23 Penambahan NAA pada media menyebabkan sel-sel kalus aktif dalam pembelahan sel, pembesaran sel, menaikkan tekanan osmotic dan meningkatkan sintesis protein Widyawati, 2009. Menurut Wetherell 1982 penambahan auksin dalam jumlah yang lebih besar, atau penambahan auksin yang lebih stabil misalnya NAA atau 2,4 D cenderung menyebabkan terjadinya pertumbuhan kalus dari eksplan. Mekanisme kerja auksin salah satunya adalah mempengaruhi perpanjangan sel. Auksin mendorong elongasi sel pada koleoptil dan ruas-ruas tanaman. Elongasi sel terutama terjadi pada arah vertikal dan diikuti dengan pembesaran sel dan peningkatan bobot basah. Sitokinin memiliki aktivitas utama dalam mendorong terjadinya pembelahan sel Wattimena, 1988. Tabel 3. Pengaruh NAA terhadap purata berat segar kalus NAA ppm Purata berat kalus gram 0,00 a 0,5 1,90 b 1 2,93 c 1,5 3,27 c Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada DMRT 5 Setelah dilakukan uji Duncan 5 Tabel 3 dapat diketahui bahwa perlakuan tanpa NAA 0 ppm memberikan pengaruh yang berbeda nyata dengan perlakuan NAA 0,5 ppm, 1 ppm, dan 1,5 ppm. Akan tetapi penggunaan NAA 1 ppm memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata dengan NAA 1,5 ppm. Dapat dikatakan bahwa pemberian 1 ppm NAA paling optimal untuk berat segar kalus karena peningkatan konsentrasinya memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata secara DMRT 5 pada variabel berat segar kalus.

B. Tunas

1. Saat Muncul Tunas

Saat muncul tunas merupakan salah satu faktor penting di dalam perbanyakan tanaman dengan metode kultur jaringan. Semakin cepat muncul tunas maka semakin cepat dihasilkan bahan untuk perbanyakan commit to user 24 tanaman. Pengaruh konsentrasi BA dan NAA terhadap eksplan jarak pagar disajikan pada Gambar 5. Keterangan : B1 : 0 ppm BA B2 : 0,5 ppm BA B3 : 1 ppm BA B4 : 1,5 ppm BA N1 : 0 ppm NAA N2 : 0,5 ppm NAA N3 : 1 ppm NAA N4 : 1,5 ppm NAA ppm : part per million mgl Gambar 5. Pengaruh konsentrasi BA dan NAA terhadap saat muncul tunas HST. Pada penelitian ini, hampir semua perlakuan mampu merangsang pembentukan tunas kecuali pada perlakuan tanpa BA maupun NAA. Hal ini disebabkan tidak adanya zat pengatur tumbuh yang ditambahkan walaupun pada eksplan sudah terdapat zat pengatur tumbuh endogen tetapi belum mampu untuk merangsang pembentukan tunas. Hal ini didukung oleh pendapat Wattimena 1992 bahwa zat pengatur tumbuh adalah salah satu faktor yang penting diantara faktor lainnya yang dapat mempengaruhi pertumbuhan organ dari potongan jaringan yang ditanam baik jenis maupun konsentrasinya. Menurut Pierik 1987 BA termasuk golongan sitokinin merupakan ZPT yang banyak digunakan untuk memacu inisiasi dan poliferasi tunas. Terutama dalam mendorong pembelahan sel, menginduksi tunas adventif dan dalam konsentrasi tinggi menghambat inisiasi akar. Pada perlakuan BA 0,5 ppm dan NAA 0 ppm menunjukkan pengaruh paling cepat dalam merangsang kemunculan tunas yaitu pada 9,67 hari setelah tanam. Hal serupa juga ditunjukkan pada penelitian Kaewpoo dan Te-chato 2009 dan pada penelitian Hartono 2010 bahwa 9,67 S aa t m unc ul t una s H S T Perlakuan commit to user 25 perlakuan BA 0,5 ppm mampu mempengaruhi saat muncul tunas tercepat. Pada perlakuan tanpa BA eksplan mampu membentuk tunas. Seperti diungkapkan oleh George dan Sherrington 1984 bahwa sitokinin alami yang terkandung didalam tubuh eksplan dapat merangsang eksplan untuk membentuk tunas. Penambahan NAA tidak mampu mempercepat saat muncul tunas. Hariyanti et al. 2004 menyatakan bahwa pemberian auksin eksogen yang semakin meningkat, pengaruh hambatannya terhadap waktu pembentukan tunas semakin meningkat pula. Pada penelitian ini, pengaruh penambahan NAA terhadap saat muncul tunas terlihat bervariasi. Menurut Hendaryono dan Wijayani 1994 bahwa pada kadar yang tinggi auksin lebih bersifat menghambat daripada merangsang pertumbuhan. Pada penelitian Widyawati 2009, penambahan NAA juga tidak mampu mempercepat saat kemunculan tunas. Hal ini dimungkinkan bahwa didalam eksplan telah terkandung auksin endogen yang kadarnya tidak sama persis. Keseragaman ukuran dan cara pengambilan eksplan kemungkinan besar tidak diikuti dengan keseragaman hormon endogen tanaman sehingga penambahan auksin eksogen ke dalam media kultur akan menimbulkan respon yang bervariasi.

2. Jumlah Tunas

Dokumen yang terkait

Uji Antifertilitas Ekstrak Etil Asetat Biji Jarak Pagar (Jatropha Curcas L.) Pada Tikus Putih Jantan (Rattus novergicus) Galur Sprague Dawley Secara In Vivo

4 25 111

Uji Antifertilitas ekstrak N-Heksana biji Jarak Pagar (Jatropha curcas L.) pada tikus putih jantan (Rattus novergicus) galur Sprague Dawley secara IN VIVO

2 15 116

Uji Antifertilitas Ekstrak Etanol 70% Biji Jarak Pagar (Jatropha curcas L.) Pada Tikus Jantan Galur Sprague Dawley Secara In Vivo

0 4 121

Kultur in vitro jarak pagar (Jatropha curcas L.) melalui penggunaan pemadat hidrogel

0 7 55

Kajian in vitro mikroba rumen berbagai ternak ruminansia dalam fermentasi bungkil biji jarak pagar (Jatropha curcas L.)

0 6 55

Uji Antifertilitas Ekstrak n-heksana Biji Jarak Pagar (Jatropha curcas L.) Pada Tikus Putih Jantan (Rattus Novergicus) Galur Sprague Dawley Secara In Vivo

0 15 116

Kajian penggunaan berbagai konsentrasi bap dan 2,4 d terhadap induksi kalus jarak pagar (jatropha curcas l.) Secara in vitro

0 5 40

PENGARUH VARIASI KONSENTRASI NAA DAN BAP TERHADAP INDUKSI KALUS JARAK PAGAR (JATROPHA CURCAS L )

4 14 55

PENGARUH KONSENTRASI GETAH BATANG JARAK PAGAR (JATROPHA CURCAS L.) TERHADAP CANDIDA ALBICANS Pengaruh Konsentrasi Getah Batang Jarak Pagar (Jatropha Curcas L.) Terhadap Candida Albicans Secara In Vitro.

0 1 14

PENGARUH KONSENTRASI GETAH BATANG JARAK PAGAR (JATROPHA CURCAS L.) TERHADAP CANDIDA ALBICANS Pengaruh Konsentrasi Getah Batang Jarak Pagar (Jatropha Curcas L.) Terhadap Candida Albicans Secara In Vitro.

0 1 10