commit to user
16
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Kalus
1. Saat Muncul Kalus
Indikator dalam kultur jaringan salah satunya adalah tumbuhnya kalus pada eksplan. Kalus muncul sebagai akibat dari pelukaan pada
permukaan eksplan dan respon terhadap hormon, baik itu endogen ataupun yang ditambahkan pada media. Sebagai indikator pertumbuhan eksplan
dalam kultur jaringan, kalus didefinisikan sebagai suatu jaringan hidup hasil dari suatu pertumbuhan yang terdiri dari massa yang tidak teratur
Wetherell, 1982. Sedangkan Prihatmanti dan Mattjik 2004 menyatakan bahwa kalus sebagai masa sel yang pertumbuhannya tidak terorganisasi
sehingga tampak seperti gumpalan berwarna putih, kuning, atau hijau. Semakin cepat muncul kalus semakin baik karena dengan adanya
kalus diharapkan mampu berdeferensiasi menjadi tunas atau akar. Pada penelitian ini, kalus pertama kali terbentuk pada ujung eksplan yang
kontak dengan media. Diawali dengan pembengkakan pada eksplan kemudian kalus muncul pada dasar eksplan berwarna kehijauan.
Keterangan : B1 : 0 ppm BA B2 : 0,5 ppm BA B3 : 1 ppm BA B4 : 1,5 ppm BA
N1 : 0 ppm NAA N2 : 0,5 ppm NAA N3 : 1 ppm NAA N4 : 1,5 ppm NAA ppm : part per million mgl
Gambar 1. Pengaruh konsentrasi BA dan NAA terhadap saat muncul kalus HST.
5,33 Series1,
B2N4, 6.67 5,33
Series1, B3N3, 6.67
Series1, B3N4, 6.67
S aa
t m unc
ul ka
lus
H S
T
Perlakuan
commit to user 17
Berdasarkan Gambar 1 dapat diketahui bahwa hampir semua perlakuan mampu memunculkan kalus. Terbentuknya kalus merupakan
akibat dari pelukaan pada permukaan eksplan dan pengaruh perlakuan zat pengatur tumbuh yang diberikan pada medium kultur Zulkarnain, 2009.
Terbentuknya kalus terjadi pada bagian luka bekas irisan kemudian berlanjut dengan pertumbuhan kalus sebagai akibat dari proliferasi sel-sel
penyusun kalus. Hal ini sesuai dengan pendapat Dodds dan Robert 1982 cit. Utami et al. 2007 yang menyatakan bahwa terjadinya kalus ditempat
irisan bertujuan untuk menutup luka. Dalam hal ini zat pengatur tumbuh yang diberikan yaitu BA dan NAA.
Pada perlakuan tanpa NAA 0 ppm tidak tumbuh kalus. Hal ini disebabkan auksin endogen yang terdapat dalam eksplan belum mampu
untuk menginduksi terbentuknya kalus. Auksin umumnya ditambahkan ke dalam nutrisi media untuk menginduksi kalus dari eksplan George dan
Sherrington, 1984. Wattimena 1992 menyatakan untuk pembentukan kalus dibutuhkan konsentrasi auksin tinggi NAA dengan konsentrasi
sitokinin yang rendah BA. Ditambahkan oleh Pierik 1987 bahwa auksin dikenal sebagai hormon yang mampu berperan menginduksi kalus.
Perlakuan BA 0,5 ppm di kombinasikan dengan NAA 1 ppm dan perlakuan BA 1 ppm dikombinasikan dengan NAA 0,5 ppm memberikan
saat muncul kalus sama yaitu 5,33 HST. Diduga hal ini disebabkan karena konsentrasi BA dan NAA yang diberikan dalam jumlah yang seimbang
sehingga mampu merangsang pertumbuhan kalus tercepat. Sedangkan pada perlakuan B2N3, B3N3, dan B3N4 saat muncul kalus paling lama
meskipun NAA yang ditambahkan konsentrasinya tinggi, hal ini disebabkan karena auksin yang diberikan terlalu tinggi. Hal ini sesuai
dengan pernyataan Hendaryono dan Wijayani 1994 bahwa pada kadar yang tinggi auksin lebih bersifat menghambat daripada merangsang
pertumbuhan.
commit to user 18
2. Warna Kalus