LANDASAN TEORI TINJAUAN PUSTAKA

commit to user 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. LANDASAN TEORI

Unsur penelitian yang paling besar peranannya adalah teori, dengan teori peneliti mencoba menerangkan fenomena sosial yang menjadi pusat perhatiannya. Kerlinger dalam Sugiyono 2008:52 menjelaskan teori adalah serangkaian asumsi, konsep, konstrak, definisi, dan proposisi untuk menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis dengan cara merumuskan hubungan antar konsep. Teori perlu disusun secara sistematis. Dibawah ini, penulis menguraikan beberapa konsepteori yang dapat mendukung dan menjelaskan arahan penelitian ini, yang dibagi menjadi beberapa bagian yaitu: 1 Implementasi kebijakan 2 Konsep outsourcing 3 Hak social-ekonomi tenaga kerja commit to user 13 1 Implementasi Kebijakan a implementasi Dalam Kamus Webster, implementasi diartikan sebagai to provide the means for carrying out menyediakan sarana untuk melaksanakan sesuatu; to give practical effect to menimbulkan dampak akibat terhadap sesuatu Joko Widodo, 2008:86. Implementasi adalah satu proses yang terarah dan terkoordinasi, melibatkan banyak sumber daya yang ada dalam organisasi. Mazmanian dan Sabatier dalam Wahab, Solichin Abdul 2004:81 menjelaskan makna implementasi sebagai berikut: “Mempelajari masalah implementasi kebijakan berarti berusaha untuk memahami apa yang senyatanya terjadi sesudah suatu program diberlakukan atau dirumuskan, yakni peristiwa- peristiwa dan kegiatan-kegiatan yang terjadi setelah proses pengesahan legislasi kebijakan publik, baik itu menyangkut usaha-usaha untuk mengadministrasikannya maupun usaha-usaha untuk memberikan dampak tertentu pada masyarakat ataupun peristiwa.” Wahab, Solichin Abdul menegaskan bahwa secara garis besar fungsi dari implementasi adalah untuk membentuk suatu hubungan yang memungkinkan tujuan-tujuan ataupun sasaran-sasaran kebijakan diwujudkan sebagai “ outcome” hasil akhir kegiatan-kegiatan yang dilakukan 2004: 81. Kebijakan yang umumnya masih abstrak berupa pernyataan-pernyataan umum berisikan tujuan, sasaran, dan berbagai macam sarana diterjemahkan ke dalam commit to user 14 program-program yang lebih operasional yang kesemuanya dimaksudkan untuk mewujudkan tujuan-tujuan ataupun sasaran-sasaran yang telah dinyatakan dalam kebijakan tersebut. Joko Widodo 2008: 88 mendefinisikan implementasi adalah suatu proses yang melibatkan sejumlah sumber yang termasuk manusia, dana, dan kemampuan organisasional yang dilakukan oleh pemerintah maupun swasta individual atau kelompok. Proses ini dilakukan guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya Dari definisi diatas juga dapat disimpulkan bahwa implementasi adalah penerapan atau pelaksanaan dari suatu rencana yang telah ditetapkan sebelumnya atau tindakan yang nyata dari rencana yang telah ditetapkan.selain definisi implementasi hal yang perlu mendapat perhatian adalah bilamana implementasi dinilai berhasil. Terhadap keberhasilan implementasipun tidak ada ceriteria yang berlaku mutlak dan umum, sebab pada situasi dan kondisi tertentu dan kemungkinan tidak berlaku. b Kebijakan Harold D.Laswel dan Abaham Kaplan dalam Wahab, Solichin Abdul, 2004:3 memberi arti kebijakan sebagai berikut : ” a projected program of goals, values and practices ” ”suatu program pencapaian tujuan, nilai- nilai dan praktek yang terarah ” Asmara Rasataya mengemukakan kebijakan sebagai suatu taktik dan stategi yang diarahkan untuk mencapai tujuan Islami,2004:17 commit to user 15 c Implementasi kebijakan Dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa implementasi kebijakan adalah serangkaian tindakan yang dilaksanakan oleh seseorang atau sekelompok orang yang mempunyai tujuan tertentu untuk memecahkan suatu masalah tertentu. d Teori Implementasi Kebijakan 1 Teori George C.Edwards III 1980 Dalam pandangan Edwards III, implementasi kebijakan dipengaruhi oleh empat variabel, yakni komunikasi, sumberdaya, disposisi, struktur birokrasi. Keempat variabel tersebut juga saling berhubungan satu sama lain. 1. Komunikasi Keberhasilan implementasi kebijakan mensyaratkan agar implementator mengetahui apa yang harus dilakukan. Apa yang menjadi tujuan dan sasaran kebijakan harus ditransmisikan kepada kelompok sasaran target group sehingga akan mengurangi distorsi implementasi. Apabila tujuan dan sasaran suatu kebijakan tidak jelas atau bahkan tidak diketahui sama sekali oleh kelompok sasaran, maka kemungkinan akan terjadi resistensi dari kelompok sasaran. commit to user 16 Faktor Penentu Implementasi menurut Edward III Komunikasi Sumberdaya Implementasi Disposisi Struktur Birokrasi Sumber : Edwards III, 1980: 148 dalam Indiahono,D 2009:33 2. Sumber daya Apabila isi kebijakan sudah dikomunikasikan secara jelas dan konstiten, dan implementator kekurangan sumber daya untuk melaksanakan makan implementasi tidak akan berjalan efektif. Sumber daya bisa berwujud SDM, yakni kompetensi implentator, dan sumber daya finansial. Sumberdaya adalah faktor penting untuk implementasi kebijakan agar efektif. Tanpa sumberdaya, kebijakan hanya tinggl di kertas menjadi dokumen saja. 3. Disposisi Dispososi adalah watak dan karakteristik yang dimiliki leh kompetitor seoerti komitmen, kejujuran, sifat demokratis. Apabila implementator commit to user 17 memiliki disposisi yang baik, maka dia akan dapat menjalankan kbijakan dengan baik seperti apa yang yang diinginkan oleh pembuat kebijakan. Ketika implementor mrmiliki sikap atau perspektif yang berbeda dengan pembuat kebijakan maka proses implementasi kebijakan juga menjadi tidak efektif. 4. Struktur birokrasi Struktur organisasi yang bertugas mengimplementasikan kebijakan memiliki pengaruh yang signifikan terhadp implementasi kebijakan. Salah satu dari aspek struktur yang terpenting dari setiap organisasi adalah adanya prosedur operasi yang standar SOP. SOP menjadi pedoman penting bagi setiap implementator untuk bertindak. Struktur organisasi yang terlalu panjang akan cenderung memperlemah pengawasan dan menimbulkan red-tape yakni prosedur birokrasi yang rumit dan kompleks. Ini menyebabkan aktivitas organisasi tidak fleksibel. 2 Teori Merilee S. Grindle 1980 Keberhasilan implementasi menurut Grindle dalam Indiahono,D 2009:31 dipengaruhi oleh dua variabel besar yakni : 1. Variabel isi kebijakan a Sejauh mana kepentingan kelompok sasaran termuat dalam isi kebijakan b Jenis manfaat yang diterima oleh target group commit to user 18 c Sejauh mana perubahan yang diinginkan dari sebuah kebijakan d Apakah letak sebuah program sudah tepat e Apakah sebuah kebijakan telah menyebutkan implemntatornya dengan rinci f Apakah sebuah program didukung sumberdaya yang memadai 2. Variabel lingkungan implementasi a Sebarapa besar kekuasaan, kepentingan, dan strategi yang dimiliki oleh para aktor yang terlibat dalam implementasi kebijakan b Krakter institusi dan rezim yang sedang berkuasa c Tingkat kepatuhan dan responsivitas kelompok sasaran. Implementasi sebagai Proses Politik dan Administrasi Tujuan yang dicapai? Program Aksi dan Protes individu yang didesain dan didanai Mengukur Keberhasilan Tujuan Kebijakan Implementasi Kebijakan dipengaruhi oleh : a. Isi Kebijakan 1. Kepentingan kelompok sasaran 2. Tipe manfaat 3. Derajad perubahan yang diinginkan 4. Letak pengambilan keputusan 5. Pelaksanaan program 6. Sumberdaya yang dilibatkan b. Lingkunagn implementasi 1. Kekuasaan, kepentingan dan stratei actor yang terlibat 2. Karakteristik lembaga dan penguasa 3. Kepatuhan dan daya tanggaap Program yang dilaksankan sesuai rencana Hasil Kebijakan : a. Dampak pada masyarakat, kelopmpok dan individu b. Perubahan dan penerimaan masyarakat commit to user 19 3 Teori Donald S. Van Meter dan Carl E. Van Horn 1975 Model implementasi kebijakan menurut van Meter dan Van Horn dalam Indiahono,D 2009:40 Disposisi implementor adalah mencakup 3 hal yang penting yakni a Respon implementor terhadap kebijakan yang akan mempengaruhi kemauannya untuk melaksanakan kebijakan b Kognisi yakni pemahamannya terhadap kebijakan c Intensitas disposisi implementor yakni preferensi nilai yang dimiliki oleh implementor Ukuran dan tujuan kebijakan Komunikasi antar organisasi dan kegiatan pelaksanaann Sumber daya Karakteristik badan pelaksana Disposisi pelaksana Lingkungan ekonomi social politik Kinerja implementasi commit to user 20 4 Teori Daniel A. Mazmanian dan Paul A. Sabatier 1983 variabel-variabel yang mempengaruhi proses implementasi Sumber : dalam Wahab, Solichin Abdul, 2004:81 Mudah atau tidaknya masalah dikendalikan : 1. Kesulitan teknis 2. Keragaman perilaku kelompok sasaran 3. Prosentase kelompok sasaran disbanding jumlah populasi 4. Ruang lingkup perubahan Tahap-tahap dalam proses implementasi VARIABEL TERGANTUNG Output kebijakan kepatuhan terhadap dampak nyata dampak output perbaikan Dari badan-badan kelompok sasaran output kebijakan kebijakan sebagaiana mendasar Variable diluar kebijaksanaan yang mempengaruhi proses implementasi : 1. Kondisi sosio ekonomi dan teknologi 2. Dukungan public 3. Sikap dan sumber-sumber yang dimiliki kelompok pemilih 4. Dukungan dari pejabat atasan 5. Komitmen dan keterampilan kepemimpinan pejabat-pejabat Kemampuan kebijaksanaan untuk menstrukturkan proses implementasi : 1. Kejelasan dan konstitensi tujuan 2. Digunakannya teori kausal yang memadai 3. Ketepatan alokasi sumber daya 4. Keterpaduan hireakidalam dan antara lembaga pelaksana 5. Aturan-aturan keputusan dan badan pelaksana 6. Rekriutmen pejabat pelaksana commit to user 21 2 Konsep Outsourcing a Definisi Konsep 1. Perusahaan Pengguna user Adalah perusahaan yang memiliki pekerjaan dan memerlukan jasa perusahaan lain untuk membantu menyelesaikan pekerjaannya. 2. Perusahaan Pemborong Adalah perusahaan yang mengerjakan pekerjaan perusahaan lain. Dalam menjalankan kegiatannya, perusahaan pemborong memiliki hubungan kerja dengan pekerja, sedangkan hubungan antara perusahaan pengguna dan pemborong hanyalah terkait dengan pekerjaan yang diborongkan tersebut. 3. Perusahaan Penyedia Tenaga Kerja Adalah perusahaan yang menyediakan pekerja untuk bekerja pada perusahaan pengguna.diperusahaan penyedia tenaga kerja, tenaga kerja menjalankan tugas-tugas yang diberikan perusahaan pengguna, sedangkan system pembayaran upah dilakukan oleh perusahaan pemberi kerja kepada perusahaan penyedia tenaga kerja, lalu perusahaan penyedia membayar upah kepada para tenaga kerja. 4. Tenaga Kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat. commit to user 22 dalam Nurachmad ST, Much 2009:13 5. Outsourcing pekerjaan yaitu perjanjian pemborongan pekerjaan perusahaan pemborong 6. Outsourcing pekerja tidak dapat diterapkan perjanjian pemborongan kerja karena yang dialihkan adalah tugas tenaga kerjanya. Maksudnya, bagian fungsi-fungsi tersebut dari perusahaan dikerjakan oleh pekerja dari luar perusahaan, dimana pekerja tersebut terikat hubungan dengan perusahaan outsourcing yang kegiatan usahanya adalah menyediakan jasa tenaa kerja. biasanya meliputi cleaning service, tenaga keamanan 7. Tenaga kerja outsourcing adalah tenaga kerja yang dimanfaatkan oleh perusahaan untuk memproduksi atau melaksanakan suatu pekerjaan pada perusahaan tersebut, yang diperoleh melalui perusahaan penyedia tenaga kerja. Misalnya seorang tenaga kerja yang bernama A melamar kepada perusahaan outsourcing perusahaan X. Kemudian dari perusahaan X ia dikirimkan ke perusahaan Y, yaitu perusahaan pengguna tenaga kerja outsourcing untuk bekerja sebagai tenaga administrasi. Meskipun ia bekerja di perusahaan dan melaksanakan tugas untuk perusahaan Y, A tetap berstatus sebagai tenaga kerja perusahaan X. Dengan demikian dapat diketahui bahwa perusahaan Y tidak mempunyai hubungan kerja dengan secara langsung dengan tenaga kerja yang bekerja commit to user 23 padanya, hubungannya hanya melalui perusahaan penyedia tenaga kerja outsourcing. b Kerja Permanen atau Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu PKWTT Kerja permanen adalah hubungan kerja yang tidak ditetapkan jangka waktunya. Menurut Pasal 50 UU No. 13 Tahun 2003, hubungan kerja terjadi karena adanya perjanjian kerja antara pengusaha dan pekerjaburuh, dari redaksi pasal ini dapat diambil pengertian, pertama unsur utama pembentuk hubungan kerja adalah perjanjian kerja atau dengan kata lain syarat agar dapat dikatakan adanya hubungan kerja adalah adanya perjanjian kerja. Dengan demikian untuk mengetahui pola hubungan kerja yang ada harusnya merujuk pada perjanjian kerja, termasuk mengenai jangka waktu perjanjian. Pasal 56 ayat 1 UUK menyebutkan bahwa Perjanjian kerja dapat dibuat untuk waktu tertentu atau untuk waktu tidak tertentu. Membaca Pasal ini saja akan menimbulkan penafsiran bahwa ada kebebasan para pihak untuk membuat perjanjian kerja apakah berupa PKWTT atau PKWT, padahal sesungguhnya tidaklah demikian oleh karena dalam pasal-pasal berikutnya dapat ditemukan bahwa ternyata ada kondisi dan syarat yang ditentukan agar suatu hubungan kerja dapat dilakukansecara permanen maupun berjangka waktu. Hubungan kerja permanen dilakukan apabila: § Pekerjaan yang sifatnya terus menerus dan tidak terputus-putus; § Pekerjaan tidak dibatasi waktu; commit to user 24 § Pekerjaan itu merupakan bagian dari suatu proses produksi dalamsatu perusahaan atau pekerjaan yang bukan musiman. Sedangkan pekerjaan yang bukan musiman adalah § Pekerjaan yang tidak tergantung cuaca atau suatu kondisi tertentu.Penjelasan Pasal 59 ayat 2 UU 13 TAhun 2003. § Selain itu PKWTT juga dapat terjadi apabila dalam suatu hubungan kerja tidakmencantumkan jangka waktu dalam PKWT maka secara otomatis hubungan kerja itu menjadi PKWTT. § Dalam Pasal 57 ayat 2 yang menyatakan bahwa: “perjanjian kerja untuk waktu tertentu istilah UU adalah PKWT yang dibuat tidak tertulis dinyatakan sebagai perjanjian kerja untuk waktu tidak tertentu.” c Tenaga kerja Kontrak Definisi Contracting kontrak dalam Indrajit, R.E dan Djokopranoto, R 2006:35 adalah bentuk penyerahan aktivitas perusahaan pada pihak ketiga yang paling sederhana dan merupakan bentuk yang paling lama. Biasanya ini menyangkut kegiatan yang sederhana atau jenis layanan tingkat rendah, seperti pembersihan kantor, pemeliharaan rumput, dan halamankebun. Selain bersifat sederhana dapat juga yang sifatnya dapat dihitung volume pekerjaannya. Langkah ini adalah langkah jangka pendek, hanya mempunyai arti taktis. Langkah ini juga bukan merupakan bagian dari strategi perusahaan untuk mengambil posisi dalam pasar, tetapi sekedar mencari praktis saja. Oleh commit to user 25 karena sifat pekerjaan yang sangat sederhana maka pemilihan pemberi jasa bukan merupakan masalah serius, dengan latihan sebentar dapat melakukan pekerjaan tersebut. Pekerjaan kontrak adalah hubungan kerja berdasarkan perjanjian kerja untuk melakukan pekerjaan tertentu dan dalam waktu tertentu. Mengapa dikatakan demikian oleh karena dalam hubungan kerja ini jenis pekerjaan dan jangka waktu pekerjaan memang telah ditentukan secara khusus dalam UU. Jenis pekerjaan yang dapat di PKWT menurut Pasal 59 ayat 1 ditentukan menurut jenis dan sifat atau kegiatan pekerjaannya akan selesai dalam waktu tertentu, yaitu yang dalam hal ini ditentukan yaitu: a Pekerjaan yang sekali selesai atau yang sementara sifatnya; b Pekerjaaan yang diperkirakan penyelesaiannya dalam waktu yang tidak terlalu lama dan paling lama 3 tiga tahun; c Pekerjaan yang bersifat musiman; atau d Pekerjaan yang berhubungan dengan produk baru, kegiatan baru, atau produk tambahan yang masih dalam percobaan atau penjajakan. Selain itu dalam Penjelasan Pasal 59 ayat 2 menyebutkan bahwa suatu pekerjaan yang dikategorikan sebagai pekerjaan yang bersifat tetap pekerjaan yang terus menerus, tidak terputus-putus, tidak dibatasi waktu, dan merupakan bagian dari suatu proses produksi dapat masuk dalam kategori pekerjaan musiman apabila tergantung cuaca atau pekerjaan itu dibutuhkan karena adanya suatu kondisi tertentu sehingga dapat menjadi objek PKWT. Ketentuan dalam Pasal 59 ayat 1 dan 2 ini akan menjadi kabur manakala dikaitkan commit to user 26 dengan Pasal 56 ayat 2 yang menentukan bahwa PKWT adalah Perjanjian kerja untuk waktu tertentu yang didasarkan atas : a Jangka waktu; atau b Selesainya suatu pekerjaan tertentu. Kekaburan yang timbul adalah bahwa dari pasal 56 ayat 2 PKWT dapat dibuat berdasarkan jangka waktu ataupun berdasarkan pada selesainya pekerjaan itu. Jika PKWT dapat dibuat berdasarkan jangka waktu maka yang kemudian terjadi adalah PKWT diterapkan pada jenis pekerjaan yang bukan dikategorikan dalam Pasal 59 ayat 1 dan 2 di atas, akibatnya di lapangan dapat ditemukan adanya praktek PKWT yang menyimpang di mana pekerja dengan status pekerja kontrak juga melakukan pekerjaan-pekerjaan yang biasa dilakukan oleh para pekerjaburuh dengan status PKWTTpermanen. Secara singkat gambaran konsep tenaga kerja kontrak sebagai berikut : Gambar 2.1 User menghubungi beberapa vendor dan menawarkan ke vendor dengan pihak user memberi HPS harga perkiraan sementara . Baik lewat tenderpenunjukkan langsung Vendorpenyedia tenaga kerja yang ditunjuk menjadi rekanan Perusahaan pengguna user membutuhkan jasa tenaga cleaning service untuk 4 gedung dan user memberikan rincian harga per lantai, kaca, ruangan, dll. ada volume pekerkerjaan Vendor merekrut tenaga kerja untuk bekerja di PT. PLN sebagai cleaning service Tenaga kerja kontrak commit to user 27 Dari gambar diatas dapat disimpulkan bahwa tenaga kerja kontrak merupakan tenaga kerja yang statusnya bekerja untuk vendor dan oleh vendor dipekerjakan di perusahaan pengguna PT. PLN sebagai cleaning service, yang sebelumnya sudah terjadi kesepakatan antara perusahaan pengguna dengan vendor mengenai volume pekerjaan dan kesepakatan harga. Dan masalah gajijumlah tenaga kerja menjadi tanggung jawab vendor. d Outsourcing Istilah outsourcing berasal dari kata ”out” dan ”source” yang berarti sumber dari luar pihak ketiga untuk bertanggung jawab terhadap proses atau jasa yang sebelumnya dilakukan oleh perusahaan. Bisa juga didefinisikan sebagai membeli barang atau jasa yang sebelumnya disediakan secara internal Swink, 1999; Smith et al , 1996; Lankford and Parsa, 1999; Elmuti and kathwala,2000; dalam Franceschini et al .,2003. Outsourcing dalam Indrajit, R.E dan Djokopranoto, R 2006:35 adalah penyerahan aktivitas perusahaan pada pihak ketiga dengan tujuan untuk mendapatkan kinerja perusahaan yang professional dan berkelas dunia. Oleh karena itu, pemilihan pemberi jasa merupakan hal yang sangat vital. Diperlukan pemberi jasa yang menspesialisasikan dirinya pada jenis pekerjaan atau aktivitas yang akan diserahkan. Dengan demikian diharapkan bahwa kompetensi utamanya juga berada dijenis pekerjaan tersebut. Disertai pengendalian yang tepat. Pemberi jasa diharapkan mampu memberikan kontribusi dalam meningkatkan keunggulan kompetitif perusahaan. commit to user 28 Di dalam Undang-Undang tidak menyebutkan secara tegas mengenai istilah outsourcing . Tetapi pengertian outsourcing dapat dilihat dalam ketentuan Pasal 64 Undang-Undang ketenagakerjaan No. 13 Tahun 2003, yang isinya menyatakan bahwa outsourcing adalah suatu perjanjian kerja yang dibuat antara pengusaha dengan tenaga kerja, dimana perusahaan tersebut dapat menyerahkan sebagian pelaksanaan pekerjaan kepada perusahaan lainnya melalui perjanjian pemborongan pekerjaan yang dibuat secara tertulis. Dalam Ma ł gorzata Koszewska Autex Research Journal, Vol. 4, No4, December 2007 sebagai berikut : “In the literal sense, outsourcing denotes utilisation of external resources. It occurs when the execution of tasks, functions and processes hitherto fulfilled in-house is commissioned to an external provider specialising in a given area on the basis of long-term co-operation”. Outsourcing adalah sebuah pola kerja dengan cara mendelegasikan operasi dan manajemen harian dari suatu proses bisniskerja pada pihak lain di luar perusahaan yang menjadi penyedia jasa outsourcing . Dengan demikian dalam outsourcing terjadi pendelegasian tugas dari perusahaan pemberi kerja pada perusahaan lain selaku penerima kerja untuk melakukan suatu pekerjaan yang diperlukan perusahaan pemberi. Atau dengan kata lain outsourcing atau alih daya merupakan proses pemindahan tanggung jawab tenaga kerja dari perusahaan induk ke perusahaan lain diluar perusahaan induk. Perusahaan diluar perusahaan induk bisa berupa vendor, koperasi ataupun instansi lain yang diatur dalam suatu kesepakatan tertentu. Outsourcing dalam regulasi ketenagakerjaan bisa hanya mencakup tenaga kerja pada proses pendukung commit to user 29 non--core business unit atau secara praktek semua lini kerja bisa dialihkan sebagai unit outsourcing . Sumber : “Seputar Tentang Tenaga outsourcing ”, http:malangnet.wordpress.com Tetapi outsourcing tidak sekedar mengontrakkan secara biasa, tetapi jauh melebihi itu. Maurice F. Greaver II dalam Indrajit, R.E dan Djokopranoto, R 2006:2 memberikan definisi outsourcing sebagai berikut : “ Outsourcing is the act of transferring some of a company’s recurring internal activities and decision rights to outside provider, as set forth in a contract. Because the activities are recurring and a contract is used, outsourcing goes beyond the use of consultants. As a matter of practise, not only are the activities transferred, but the factor of production and decision rights often are, too. Factors of production are the resources that make the activities occur and include people, facilities, equipment, technology, and the other asset. Decision rights are the responsibility for making decisions over certain elements of the activities transferred.” Menurut Shreeveport Management Consultancy dalam Indrajit, R.E dan Djokopranoto, R 2006:2, outsourcing adalah “ The transfer to a third party of the continuous management responsibility for the provision of a service governed by a service level agreement “ . Menurut Ángel García-Crespo, Ricardo Colomo-Palacios, Juan Miguel Gómez-Berbís, Myriam Mencke. 2009. Dalam International Journal of Management Innovation Systems seperti berikut ini : “ Outsourcing has been applied in sectors such as manufacturing, cleaning, security, catering, transportation, maintenance engineering, finance and accounting, personnel administration, travel services, and information and communication technology ICT”. commit to user 30 Outsourcing dapat diterapkan disektor manufacturing, cleaning service, security, catering, transportasi, operator mesin, keuangan, staff administrasi, pelayanan service, dan teknologi komunikasi. Untuk outsourcing dapat dibedakan menjadi 3 kategori yaitu outsourcing pekerjaan, outsourcing pekerjapersonel, dan tenaga kerja outsourcing. Untuk sektor cleaning service, catering dan security itu masuk dalam kategori outsourcing pekerja perosel. Dari berbagai pengertian diatas maka dapat ditarik suatu definisi operasional mengenai outsourcing yaitu suatu bentuk perjanjian kerja antara perusahaan pengguna jasa dengan perusahaan penyedia jasa, dimana perusahaan pengguna jasa meminta kepada perusahaan penyedia jasa untuk menyediakan tenaga kerja yang diperlukan untuk bekerja di perusahaan pengguna jasa dengan membayar sejumlah uang dan upah atau gaji tetap dibayarkan oleh perusahaan penyedia jasa. Pengertian outsourcing yang digunakan oleh peneliti yaitu memborongkan atau mendelegasikan satu bagian atau beberapa bagian dari kegiatan perusahaan kepada perusahaan penyedia jasa eksternal. Misal perjanjian kerja antara perusahaan A sebagai pengguna jasa dengan perusahaan B sebagai penyedia jasa, dimana perusahaan A meminta kepada perusahaan B untuk menyediakan tenaga kerja yang diperlukan untuk bekerja di perusahaan A dengan membayar sejumlah uang dan upah atau gaji tetap dibayarkan oleh perusahaan B. commit to user 31 Secara singkat Gambaran konsep outsourcing Gambar 2.2 e Kontrak jasa Kontrak jasa yaitu pemberian pekerjaan atau penyerahan pekerjaan tertentu kepada pihak ketiga, di luar perusahaannya sendiri, dengan persyaratan dan pembayaran tertentu telah lama sekali dikenal, jauh sebelum konsep outsourcing diperkenalkan. Kesamaan antara kontrak jasa dengan outsourcing yaitu : 1 keduanya merupakan penyerahan atau pemberian Perusahaan pengguna user. Membutuhkan 10 tenaga kerja untuk mengisi posisi sebagai staff administrasi. Dan user memberikan criteria tenaga kerja yang diinginkan. Setelah proses negosiasi selesai, pihak vendor yang ditunjuk menjadi rekanan kemudian menyediakan 10 tenaga kerja staff administrasi. Disini ada transfer sumber daya manusia Perusahaan pengguna user menghubungi para vendor untuk menyediakan tenaga kerja staff administrasi. Dengan bernegosiasi mengenai masalah harga per orang. Tenaga kerja staff administrasi statusnya sebagai tenaga kerja outsourcing milik vendor A dan bekerja di perusahaan pengguna user. commit to user 32 pekerjaan pada pihak ketiga di luar organisasi perusahaan sendiri, 2 bahwa pemberian pekerjaan tersebut disertai dengan syarat pembayaran dan syarat- syarat lain, 3 bahwa keduanya mempunyai batasan yang jelas mengenai pekerjaan apa yang diberikan, dan 4 keduanya mempunyai batas waktu tertentu. Tabel 2.1 Perbedaan pokok antara kontrak jasa dengan outsourcing . NO Kontrak jasa Outsourcing 1 Mempunyai tujuan sekedar menyelesaikan pekerjaan tertentu Mempunyai tujuan strategis jangka panjang 2 Sekedar menyerahkan tugas pada tugas pihak ketiga Ingin menyerahkan pada pihak lain yang lebih profesional 3 Mungkin tidak dapattidak sempat mengerjakan sendiri Ingin berkonsentrasi pada bisnis utama 4 Hubungan pemberi kerja dengan kontraktor jangka pendek Hubungan bersifat jangka panjang 5 Umumnya tidak menyangkut transfer sumber daya manusia Sering kali disertai dengan transfer sumber daya manuasia 6 Hubungan pemberi kerja dengan kontraktor sekedar hubungan kerja biasa Hubungan pemberi kerja dengan kontraktor berkembang menjadi hubungan kemitraan bisnis 7 Tujuan lebih bersifat jangka pendek Jangka panjang 8 Umumnya tidak menyangkut transfer peralatan atau asset perusahaab Sering kali disertai dengan transfer peralatan atau perusahaan Indrajit, R.E dan Djokopranoto, R 2006:36 commit to user 33 f Ketentuan outsourcing di Indonesia Pelaksanaan strategi outsourcing di Indonesia diatur dalam undang- undang ketenagakerjaan No. 13 tahun 2003 pasal 64,65,dan 66. Pasal 64 merupakan dasar diperbolehkannya strategi outsourcing, pasal 65 tentang teknis pelaksanaan outsourcing dan pasal 66 mengenai persyaratan yang harus dipenuhi perusahaan penyedia jasa agen. Berikut bunyi pasal-pasal tersebut. Pasal 59 1 Perjanjian kerja untuk waktu tertentu hanya dapat dibuat untuk pekerjaan tertentu yang menurut jenis dan sifat atau kegiatan pekerjaannya akan selesai dalam waktu tertentu, yaitu : a pekerjaan yang sekali selesai atau yang sementara sifatnya; b pekerjaan yang diperkirakan penyelesaiannya dalam waktu yang tidak terlalu lama dan paling lama 3 tiga tahun; c pekerjaan yang bersifat musiman; atau d pekerjaan yang berhubungan dengan produk baru, kegiatan baru, atau produk tambahan yang masih dalam percobaan atau penjajakan. 2 Perjanjian kerja untuk waktu tertentu tidak dapat diadakan untuk pekerjaan yang bersifat tetap. 3 Perjanjian kerja untuk waktu tertentu dapat diperpanjang atau diperbaharui. 4 Perjanjian kerja waktu tertentu yang didasarkan atas jangka waktu tertentu dapat diadakan untuk paling lama 2 dua tahun dan hanya commit to user 34 boleh diperpanjang 1 satu kali untuk jangka waktu paling lama 1 satu tahun. 5 Pengusaha yang bermaksud memperpanjang perjanjian kerja waktu tertentu tersebut, paling lama 7 tujuh hari sebelum perjanjian kerja waktu tertentu berakhir telah memberitahukan maksudnya secara tertulis kepada pekerjaburuh yang bersangkutan. 6 Pembaruan perjanjian kerja waktu tertentu hanya dapat diadakan setelah melebihi masa tenggang waktu 30 tiga puluh hari berakhirnya perjanjian kerja waktu tertentu yang lama, pembaruan perjanjian kerja waktu tertentu ini hanya boleh dilakukan 1 satu kali dan paling lama 2 dua tahun. 7 Perjanjian kerja untuk waktu tertentu yang tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1, ayat 2, ayat 4, ayat 5, dan ayat 6 maka demi hukum menjadi perjanjian kerja waktu tidak tertentu. 8 Hal-hal lain yang belum diatur dalam Pasal ini akan diatur lebih lanjut dengan Keputusan Menteri. Pasal 64 Perusahaan dapat menyerahkan sebagian pelaksanaan pekerjaan kepada perusahaan lainnya melalui perjanjian pemborongan pekerjaan atau penyediaan jasa pekerjaburuh yang dibuat secara tertulis. commit to user 35 Pasal 65 1 Penyerahan sebagian pelaksanaan pekerjaan kepada perusahaan lain dilaksanakan melalui perjanjian pem borongan pekerjaan yang dibuat secara tertulis. Pekerjaan yang dapat diserahkan kepada perusahaan lain sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut : a dilakukan secara terpisah dari kegiatan utama; b dilakukan dengan perintah langsung atau tidak langsung dari pemberi pekerjaan; c merupakan kegiatan penunjang perusahaan secara keseluruhan; dan d tidak menghambat proses produksi secara langsung. Perusahaan lain sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 harus berbentuk badan hukum. 2 Perlindungan kerja dan syarat-syarat kerja bagi pekerjaburuh pada perusahaan lain sebagaimana dimak-sud dalam ayat 2 sekurang- kurangnya sama dengan perlindungan kerja dan syarat-syarat kerja pada perusahaan pemberi pekerjaan atau sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 3 Perubahan danatau penambahan syarat-syarat sebagaimana dimaksud dalam ayat 2 diatur lebih lanjut dengan Keputusan Menteri. commit to user 36 4 Hubungan kerja dalam pelaksanaan pekerjaan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 diatur dalam perjanjian kerja secara tertulis antara perusahaan lain dan pekerjaburuh yang dipekerjakannya. 5 Hubungan kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat 6 dapat didasarkan atas perjanjian kerja waktu tidak tertentu atau perjanjian kerja waktu tertentu apabila memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59. 6 Dalam hal ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat 2 dan ayat 3 tidak terpenuhi, maka demi hukum status hubungan kerja pekerjaburuh dengan perusahaan penerima pemborongan beralih menjadi hubungan kerja pekerjaburuh dengan perusahaan pemberi pekerjaan. 7 Dalam hal hubungan kerja beralih ke perusahaan pemberi pekerjaan sebagaimana dimaksud dalam ayat 8, maka hubungan kerja pekerjaburuh dengan pemberi pekerjaan sesuai dengan hubungan kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat 7. Pasal 66 1 Pekerjaburuh dari perusahaan penyedia jasa pekerjaburuh tidak boleh digunakan oleh pemberi kerja untuk melaksanakan kegiatan pokok atau kegiatan yang berhubungan langsung dengan proses produksi, kecuali untuk kegiatan jasa penunjang atau kegiatan yang tidak berhubungan langsung dengan proses produksi. commit to user 37 2 Penyedia jasa pekerjaburuh untuk kegiatan jasa penunjang atau kegiatan yang tidak berhubungan lang-sung dengan proses produksi harus memenuhi syarat sebagai berikut : a adanya hubungan kerja antara pekerjaburuh dan perusahaan penyedia jasa pekerjaburuh; b perjanjian kerja yang berlaku dalam hubungan kerja sebagaimana dimaksud pada huruf a adalah perjanjian kerja untuk waktu tertentu yang memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59 danatau perjanjian kerja waktu tidak tertentu yang dibuat secara tertulis dan ditandatangani oleh kedua belah pihak; c perlindungan upah dan kesejahteraan, syarat-syarat kerja, serta perselisihan yang timbul menjadi tanggung jawab perusahaan penyedia jasa pekerjaburuh; dan d perjanjian antara perusahaan pengguna jasa pekerjaburuh dan perusahaan lain yang bertindak sebagai perusahaan penyedia jasa pekerjaburuh dibuat secara tertulis dan wajib memuat pasal-pasal sebagaimana dimaksud dalam undang-undang ini. 3 Penyedia jasa pekerjaburuh merupakan bentuk usaha yang berbadan hukum dan memiliki izin dari instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan. 4 Dalam hal ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1, ayat 2 huruf a, huruf b, dan huruf d serta ayat 3 tidak terpenuhi, commit to user 38 maka demi hukum status hubungan kerja antara pekerjaburuh dan perusahaan penyedia jasa pekerjaburuh beralih menjadi hubungan kerja antara pekerjaburuh dan perusahaan pemberi pekerjaan. g Pekerjaan Utama Core Business dan Pekerjaan Penunjang Non Core Business dalam Perusahaan sebagai Dasar Pelaksanaan Outsourcing. Berdasarkan pasal 66 UU No.13 Tahun 2003 outsourcing Alih Daya dibolehkan hanya untuk kegiatan penunjang, dan kegiatan yang tidak berhubungan langsung dengan proses produksi. Kesamaan interpretasi ini penting karena berdasarkan undang-undang ketenagakerjaan outsourcing Alih Daya hanya dibolehkan jika tidak menyangkut core business. Dalam penjelasan pasal 66 UU No.13 tahun 2003, disebutkan bahwa : ”Yang dimaksud dengan kegiatan penunjang atau kegiatan yang tidak berhubungan langsung dengan proses produksi adalah kegiatan yang berhubungan di luar usaha pokok core business suatu perusahaan. Kegiatan tersebut antara lain: usaha pelayanan kebersihan cleaning service, usaha penyediaan makanan bagi pekerjaburuh catering, usaha tenaga pengaman securitysatuan pengamanan, usaha jasa penunjang di pertambangan dan perminyakan, serta usaha penyediaan angkutan pekerjaburuh.” Interpretasi yang diberikan undang-undang masih sangat terbatas dibandingkan dengan kebutuhan dunia usaha saat ini dimana penggunaan outsourcing Alih Daya semakin meluas ke berbagai lini kegiatan perusahaan. Konsep dan pengertian usaha pokok atau core business dan kegiatan penunjang atau non core business adalah konsep yang berubah dan berkembang secara dinamis. Oleh karena itu tidak heran kalau Alexander dan commit to user 39 Young dalam Komang Priambada 2008:78 mengatakan bahwa ada empat pengertian yang dihubungkan dengan core activity atau core business . Keempat pengertian itu ialah : · Kegiatan yang secara tradisional dilakukan di dalam perusahaan. · Kegiatan yang bersifat kritis terhadap kinerja bisnis. · Kegiatan yang menciptakan keunggulan kompetitif baik sekarang maupun di waktu yang akan datang. · Kegiatan yang akan mendorong pengembangan yang akan datang, inovasi, atau peremajaan kembali. Interpretasi kegiatan penunjang yang tercantum dalam penjelasan UU No.13 tahun 2003 condong pada definisi yang pertama, dimana outsourcing Alih Daya dicontohkan dengan aktivitas berupa pengontrakan biasa untuk memudahkan pekerjaan dan menghindarkan masalah tenaga kerja. Outsourcing Alih Daya pada dunia modern dilakukan untuk alasan-alasan yang strategis, yaitu memperoleh keunggulan kompetitif untuk menghadapi persaingan dalam rangka mempertahankan pangsa pasar, menjamin kelangsungan hidup dan perkembangan perusahaan commit to user 40 Tabel 2.2 Jenis pekerjaan yang inti core bisnis dengan penunjang PT. PLN NO PEKERJAAN UTAMA PEKERJAAN PENUNJANG 1. Menyediakan tenaga listrik. Cleaning service , pemeliharaan taman. 2 Memberikan pelayanan kepada pelanggan. Sopir, Kurir, operator telepon, pengelolaan data dan jaringan. 3 Manajerial. Staff administrasi, pemasangan tower, jaringan listrik, sekretaris, dan Satpam. 3 Hak-hak Sosial-Ekonomi Tenaga Kerja Hak dasar tenaga kerja adalah hak-hak yang sifatnya fundamental, antara lain menyangkut hak atas kesempatan yang sama untuk bekerja dan menempati posisi tertentu dalam pekerjaan non diskriminasi, hak berorganisasi, hak memperoleh pekerjaan yang layak, dan sebagainya, tidak semua hak dasar menjadi hak normatif, Contohnya hak jaminan untuk bekerja. Hak normatif tenaga kerja adalah hak-hak tenaga kerja yang sudah diatur berdasarkan undang-undang seperti hak atas upah, hak atas jaminan sosial, hak atas cuti dan istirahat, hak berserikat. a Hak ekonomi tenaga kerja Di dalam Pasal 27 ayat 2 Perubahan UUD 1945 ditentukan : “Tiap- tiap warga Negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi commit to user 41 kemanusiaan”. Dalam Pasal 28D ayat 2 Perubahan UUD 1945 ditentukan: Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan danperlakuan yang adil dan layak dalam hubungan kerja. Selanjutnya khusus mengenai perekonomian diatur dalam Pasal 33 Perubahan UUD 1945 yaitu: 1 Perekonomian disusun sebagai usaha bersamaberdasar atas asas kekeluargaan. 2 Cabang-cabang produksi yang penting bagi Negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh Negara. 3 Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjagakeseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional. Penelusuran dalam kepustakaan ditemukan bahwa hak asasi manusia bidang ekonomi adalah hak yang berkaitan dengan akitivitas perekonomian, perburuhan, hak memperoleh pekerjaan, perolehan upah dan hak ikut serta dalam serikat buruh. Hak mendapatkan pekerjaan dan penghasilan Sebagaimana tertera dalam pasal 31 UU No 13 tahun 2003, setiap pekerja mempunyai hak dan kesempatan yang sama untuk mendapatkan pekerjaan, memilih jenis pekerjaan yang sesuai, pindah dari satu perusahaan keperusahaan lain, dan memperoleh penghasilan, baik didalam maupun luar negeri. Jalil, abdul 2008:174. Seiring dengan perkembangan demokrasi, tak commit to user 42 seorang pun berhak memaksa seseorang untuk melakukan atau meninggalkan pekerjaannya, semua tergantung pada dirinya sendiri. Hak mendapat upah Kewajiban dari perusahaan sebagai akibat dari timbulnya hubungan kerja adalah membayar upah. Secara umum upah adalah pembayaran yang diterima buruh selama ia melakukan pekerjaan atau dipandang melakukan pekerjaan Asyhadie, Zaeni 2008:75. Sedangkan menurut Totok Santosa staff dinas tenaga kerja kota surakarta upah adalah segala macam bentuk penghasilan carning, yang diterima buruhpegawai tenaga kerja baik berupa uang ataupun barang dalam jangka waktu tertentu pada suatu kegiatan ekonomi.” Agar tenaga kerja outsourcing dapat hidup dengan layak maka diatur perlindungan hukum mengenai upah sesuai dengan Pasal 27 ayat 2 undang-Undang dasar 1945 yaitub : “Setiap warga negara berhak atas pekerjaan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.” Pasal ini dijabarkan lebih lanjut dalam Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan yaitu pada pasal 1 angka 30 upah adalah “hak pekerjaburuh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusahapemberi kerja kepada pekerjaburuh yang ditetapkan dan dibayar menurut perjanjian kerja, kesepakatan, atau perundang-undangan, termasuk tunjangan bagi pekerjaburuh dan keluarganya atas suatu pekerjaan danatau jasa yang telah atau akan dilakukan.” commit to user 43 Dengan demikian, menurut UU No. 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan, upah merupakan hak dari pekerjaburuh yang harus ditentukan sedemikian rupasehingga merupakan salah satu bentuk kebijakan perlindungan bagi pekerjaburuh. Oleh karena itu, menurut UU No. 13 Tahun 2003 kebijakan perlindungan meliputi : 1 Upah minimum 2 Upah kerja lembur 3 Upah tidak masuk kerja karena berhalangan 4 Upah tidak masuk kerja karena melakukan kegiatan lain diluar pekerjaannya 5 Upah karena menjalankan hak waktu istirahat kerjanya 6 Bentuk dan cara pembayaran upah 7 Denda dan potongan upah 8 Hal-hal yang dapat diperhitungkan dengan upah 9 Upah untuk pembayaran pesangon 10 Upah untuk penghitungan pajak penghasilan Berkaitan dengan pengertian upah, Nurimansyah Hasibuan dalam Asyhadie, Zaeni 2008:76 upah adalah segala macam bentuk penghasilan, yang diterima buruhpegawai baik berupa uang ataupun barang dalam jangka waktu tertentu pada suatu kegiatan ekonomi. Menurut G. Reynold dalam imam soepomo,1983:135 dalam Asyhadie 2008:76, pengertian upah sebagai berikut : “Bagi pengusaha upah adalah biaya produksi yang harus ditekan serendah-rendahnya agar harga barangnya nanti tidak menjadi terlalu commit to user 44 tinggi agar keuntungannya menjadi lebih tinggi. Bagi organisasi pekerjaburuh upah adalh objek yang menjadi perhatiannya untuk dirundingkan dengan pengusaha agar dinaikkan. Bagi pekerjaburuh upah adalah jumlah uang yang diterimanya pada waktu tertentu atau lebih penting lagi adalah jumlah barang kebutuhan hidup yang dapat ia beli dari jumlah upah itu” Upah minimum menurut Jehani, Libertus 2008:15-16 adalah upah bulanan terendah yang terdiri dari upah pokok termasuk tunjangan tetap Upah minimum adalah hak dasar setiap pekerja yang harus dipenuhi oleh pengusaha. Namun, UU tenaga kerja memberikan sedikit ruang gerak bagi pengusaha yang tidak mampu sehingga pengusaha yang bersangkutan dapat menunda pelaksanaan upah minimum tersebut. Namun, pengusaha tersebut wajib membuat permohonan kepada instansi terkait, yang tentu saja hal tersebut harus disertai laporan keuangan yang menunjukkan ketidakmampuannya. Upah minimum wajib diberikan oleh pengusaha kepada setiap pekerja pada saat pekerja tersebut bekerja kepadanya. Setiap tahun pemerintah menetapkan upah minimum regional UMRUMP yang besarnya berbeda-beda antara satu daerah dengan daerah lainnya. Setiap pekerja berhak atas upah yang berupa gaji bersih sebagai hak- hak atas imbalan jasa dari perusahaan berupa upah berdasarkan pengupahan sesuai dengan peraturab pengupahan yang berlaku di perusahaan. Perusahaan mempunyai sistem pengupahan yang disesuaikan dengan fungsi dan jabatan serta tugas masing-masing pekerja. Sistem pengupahan terdiriterbagi atas golongan dengan prinsip bahwa untuk klasifikasi pekerjaan yang sama, tidak tertutup kemungkinan adanya perbedaan nilai nominal, karena pada setiap golongan mempunyai batas minimal maksimal basis upah tergantung dari commit to user 45 penilaian prestasi kerja, masa kerja dan lain sebagainya. Ketentuan upah disesuaikan dengan masing-masing daerah dan tidak akan lebih rendah dari upah minimum yang ditetapkan pemerintah. Karena itu, dalam pasal 94 undang-undang ini memberi kesempatan kepada pengusaha untuk membuat komponen upah yang terdiri dari upah pokok dan tunjangan tetap. Upah pokok paling sedikit 75 dari upah pokok dan tunjangan tetap. Komponen upah ini nantinya dipakai sebagai dasar untuk menghitung upah lembur, THR, iuran jamsostek dan pesangon. Antara tunjangan tetap dan tidak tetap harus dipisah. Tunjangan “tidak tetap” tidak dimasukkan dalam komponen upah. Jehani, Libertus :17 Hak Atas Upah Lembur Pekerja mendapat upah lembur apabila dia bekerja lebih dari jam kerja yang ditentukan undang-undang yakni 40 jam dalam seminggu. Apabila jam kerja lebih dari 40 jam dalam seminggu, maka kelebihan tersebut harus dihitung sebagai kerja lembur. Perhitungan upah lembur ini terkait dengan hari kerja dalam seminggu yang berlaku di sebuah perusahaan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada uraian berikut : § Apabila perusahaan memberlakukan kerja 6 hari dalam seminggu maka jumlah jam kerja dalam 1 hari = 7 jam dan hari sabtu 5 jam kerja. Lebih dari jam tersebut dihitung sebagai jam lembur § Apabila perusahaan memberlakukan jam kerja 5 hari dalam 1 minggu maka jam kerja 1 hari = 8 jam dan hari sabtu libur. Lebih dari jam tersebut dihitung sebagai lembur. commit to user 46 Hak Mendapatkan THR THR adalah hak setiap pekerja tanpa memandang statusnya apakah sebagai pekerja kontrak atau bukan. Tunjangan hari raya wajib diberikan oleh pengusaha kepada setiap pekerjanya. Pengaturan mengenai THR ini secara rinci terdapat dalam peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No. Per. 104MEN1994 tentang tunjangan hari raya keagamaan bagi pekerja diperusahaan. Dalam peraturan tersebut dikatakan bahwa THR adalah pendapatan pekerja atau keluarganya menjelang hari raya keagamaan yang berupa uang atau bentuk lain. Pada prinsipnya THR berhubungan dengan hari raya keagamaan pekerja bersangkutan. Namun, dalam praktik, kadang-kadang ada perusahaan yang memberikan THR sekaligus, misalnya menjelang hari raya idulfitri. Dalam peraturan tentang THR sebenarnya sudah ditetapkan hari raya setiap agama yang dijadikan acuan pemberian THR yaitu : § Hari raya idul fitri bagi pekerja yang beragama islam § Hari raya natal bagi pekerja yang beragama katolik dan protestan § Hari raya nyepi bagi pekerja yang beragama hindu § Hari raya waisak bagi pekerja yang beragama budha Jehani, Libertus : 24 Hak ikut serta dalam Serikat Buruh. Pasal 104 UU No. 13 Tahun 2003 menyatakan bahwa setiap buruh berhak membentuk dan menjadi anggota serikat buruh. Hal tersebut merupakan konsekuensi dan diratifikasinya konvensi ILO No. 981949 oleh commit to user 47 pemerintah pada tahun 1956 tentang kebebasan berserikat dan perlindungan berorganisasi. Konvesi tersebut member peluang seluas-luasnya kepada para buruh untuk menyusun dan membentuk organisasi atau serikat-serikat buruh baru sesuai dengan kehendak para buruh dan tidak seorang pun diperbolehkan untuk ikut campur di dalamnya. jalil,abdul 2008 :204 Menjadi anggota serikat pekerja atau tidak menjadi anggota serikat pekerja adalah hak dasar para pekerja. Tidak boleh ada pihak yang memaksakan seseorang menjadi anggota serikat pekerja tertentu atau melarang seseorang untuk masuk suatu serikat pekerja. Dengan demikian setiap pekerja boleh mejadi anggota atau menjadi pengurus serikat pekerja. Jiga tidak ada kewajiban untuk masuk dalam serikat pekerja. Jehani, Libertus : 49. Hak Mogok Dalam undang-undang tenaga kerja, hak untuk mogok dilindungi sepanjang mogok tersebut dilakukan sesuai prosedur yang ditentukan dalam undang-undang. Mogok kerja merupakan hak dasar bagi pekerja untuk membela kepentingan ekonomi dan socialnya. Oleh karena itu, siapa pun tidak dapat menghalang-halangi pekrjaserikat pekerja untuk menggunakan hak mogok kerja. Pekrja yang mogok kerja secara sah, tertib, dan damai tidak bias ditangkap atau ditahan oleh siapa pun. Jehani, Libertus : 43 Harus diakui bahwa pemogokan buruh memang merupakan persoalan krusial. Pemogokan dapat diartiakan sebagai penarikan diri seorang buruh dari pekerjaannya yang selam ini ia lakukan., dengan harapan memperoleh perlakuan atau penghasilan yang lebih baik. Pressure ini akan mengakibatkan commit to user 48 produksi terhenti sehingga harga akan naik dan majikan akan mengalami kerugian. Hak CutiIstirahat Istirahatcuti merupakan hak normative setiap pekerja. Dalam undang- undang disebutkan bahwa waktu istirahat bagi pekerja meliputi : § Istirahat anatara jam kerja sekurang-kurangnya setengah jam setelah bekerja selama 4 jam terus-menerus. § Istirahat mingguan 1 satu hari untuk 6 hari kerja dalam 1 minggu § Cuti tahunan sekurang-kurangnya 12 hari kerja setelah bekerja selama 12 bulan terus menerus § Istirahat panjang sekurang-kurangnya 2 bulan dan dilaksanakan tahun ke-7 dan ke-8 masing-masing 1 bulan bagi pekerja yang selama 6 tahun secara terus menerus bekerja pada perusahaan yang sama. § Pekerja berhak untuk istirahat pada hari libur resmi yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Khusus yang berkaitan dengan hak cutiistirahat untuk perempuan sebenarnya ada 4 jenis cuti : § Cuti haid § Cuti melahirkan § Cuti karena keguguran kandungan § Istirahat pada jam kerja untuk menyusui bayi Cuti haid diatur dalam pasal 81 ayat 1 UU No. 13 tahun 2003. Di sana disebutkan bahwa pekerjaburuh perempuan yang dalam masa haid merasakan commit to user 49 sakit dan memberitahukan kepada pengusaha, tidak wajib bekerja pada hari pertama dan kedua pada waktu haid. Di beberapa perusahaan padat karyta yang mempekerjakan mayoritas pekerja perempuan, mekanisme pengambilan cuti haid disepakati dan dituangkan dalam perjanjian kerja bersama atau peraturan perusahaan. Cuti melahirkan bagi perempuan diatur dalam UU No. 13 Tahun 2003 pasal 82 ayat 1 yang berbunyi pekerjaburuh perempuan berhak memperoleh istirahat 1,5 bulan sebelum saatnya melahirkan dan 1,5 bulan sesudah melahirkan menurut perhitungan dokter kandunganbidan. Jehani, Libertus : 46-47 b Hak Social Tenaga Kerja Hak asasi Manusia di bidang Sosial sosial adalah hak asasi manusia yang berkaitan dengan hak atas jaminan sosial, hak atas perumahan dan hak atas pendidikan. Dalam Perubahan UUD 1945 ditentukan sbb.: § Pasal 28H ayat 3 Perubahan UUD 1945 menentukan :”Setiap orang berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan pengembangan dirinya secara utuh sebagai manusia yang bermantabat. § Pasal 31 Perubahan UUD 1945 menentukan tentang pendidikan dan kebudayaan yaitu :Ayat 1 Setiap warga Negara berhak mendapat pendidikan Ayat 2 Setiap warga Negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya. Ayat 3 Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu system pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta aklak commit to user 50 mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan Undang-undang. Ayat 4 Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya 20 dari anggaran pendapatan danbelanja Negara serta dari anggaran pendapatan dan belanja daerah untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional. Ayat 5 Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan tehnologi dengan menjungjung tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat manusia. Hak Pekerja Berkaitan Dengan Jaminan Kesehatan Jaminan sosial tenaga kerja adalah hak setiap tenaga kerja baik pekerja tetap maupun kontrak. Jika ada pengusaha yang oleh undang-undang menetapkan wajib untuk menyertakan para pekerjanya dalam program jamsostek, namun pengusaha tersebut oleh undang-undang dianggap sebagai kejahatan. Jamsostek adalah suatu perlindungan bagi tenaga kerja dalam bentuk santunan berupa uang sebagai penganti sebagian dari penghasilan yang hilang atau berkurang dan pelayanan sebagai akibat peristiwa atau keadaan yang dialami oleh tenaga kerja berupa : kecelakaan kerja, sakit, hamil, bersalin, hari tua, dan meninggal dunia. Kebijakan memberlakukan jamsostek tersebut diatur dalam UU No. 3 tahun 1992 tentang jaminan sosial tenaga kerja Pengusahapemberi kerja yang diwajibkan untuk mengikutsertakan para pekerjanya dalam program jamsostek adalah sebagai berikut : § Perusahaan berbadan hukum commit to user 51 § Usaha sosial lainnya yang tidak berbentuk perusahaan dan mempunyai pengurus § Mempekerjakan pekerja 10 orang atau lebih atau telah mengeluarkan upah Rp. 1.500.000,00, atau lebih setiap bulannya. Program jamsostek meliputi 4 program yaitu : § Jaminan kecelakaan kerja § Jaminan kematian § Jaminan hari tua § Jaminan pemeliharaan kesehatan

B. KERANGKA PEMIKIRAN

Dokumen yang terkait

Tenaga Alih Daya Pada Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pegawai Kementrian Komunikasi dan Informatika (Analisis Yuridis Berdasarkan Undang-Undang No.13 Tahun 2003)

1 6 106

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP TENAGA KERJA ATAS UPAH DAN JAMINAN SOSIAL BAGI PEKERJA OUTSOURCING DI PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP TENAGA KERJA ATAS UPAH DAN JAMINAN SOSIAL BAGI PEKERJA OUTSOURCING DI PERTAMINA.

0 4 10

PENDAHULUAN PERAN PEMERINTAH KABUPATEN BANTUL DALAM MEMBERIKAN PERLINDUNGAN TERHADAP HAK-HAK PEKERJA OUTSOURCING.

0 3 11

TESIS Model Outsourcing Dalam Perspektif Perlindungan Hukum Dan Hak Tenaga Kerja ( Studi Kasus CV. Komunika Putera Sentosa Surakarta).

0 1 13

PENDAHULUAN Model Outsourcing Dalam Perspektif Perlindungan Hukum Dan Hak Tenaga Kerja ( Studi Kasus CV. Komunika Putera Sentosa Surakarta).

0 2 13

NASKAH PUBLIKASI Model Outsourcing Dalam Perspektif Perlindungan Hukum Dan Hak Tenaga Kerja ( Studi Kasus CV. Komunika Putera Sentosa Surakarta).

1 3 22

Perlindungan Hukum terhadap Pekerja Outsourcing dalam Pemenuhan Hak atas Jaminan Sosial Tenaga Kerja.

0 0 1

PENERAPAN SISTEM OUTSOURCING DI PERUSAHAAN SWASTA DALAM PERSPEKTIF PERLINDUNGAN HUKUM HAK-HAK PEKERJA KONTRAK

0 0 16

PRAKTEK OUTSOURCING DAN PERLINDUNGAN HAK-HAK PEKERJA

0 0 25

BAB II PENGATURAN HAK DAN KEWAJIBAN ANTARA PEKERJA OUTSOURCING PT. ISS INDONESIA DAN PERUSAHAAN PENGGUNA JASA OUTSOURCING PT. MAHKOTA GROUP A. Outsourcing di Indonesia 1. Gambaran Umum Pelaksanaan Outsourcing - Analisis Hukum Perjanjian Kerja Outsourcing

0 1 44