5.2. Pembahasan
5.2.1. Umur
Dari hasil penelitian, terlihat bahwa proporsi terbesar kejadian kanker serviks adalah pada kelompok umur 40 - 49 tahun, yaitu sebanyak 65 pasien
41,9 . Kelompok umur yang kedua tertinggi adalah 50 – 59 tahun, yaitu sebanyak 51 pasien 32,9 . 15 pasien adalah dari kelompok umur 30 – 39 tahun
9,7 sedangkan 14 pasien adalah dari kelompok umur 60 – 69 tahun 9,0 . 6 pasien adalah dari kelompok umur 20 - 29 tahun 3,9 dan proporsi penderita
kanker serviks yang terkecil adalah pada kelompok umur ≥ 70 tahun, yaitu
sebanyak 4 pasien 2,6 . Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan di RS St.Elisabeth dengan desain case series,dari 59 penderita kanker
serviks, 42,37 adalah dari kelompok umur 40 - 49 tahun Pakpahan,1999. Di samping itu, terdapat juga penelitian yang menunjukkan proporsi penderita kanker
serviks terbesar pada kelompok umur 40 - 49 tahun Lilis,2002. Umur 40 tahun merupakan faktor resiko yang paling berpengaruh dalam kejadian lesi prakanker
dan kanker serviks dan sudah terbukti dalam banyak penelitian Belinson S,2002. Selain itu, masa preinvasif pertumbuhan sel-sel abnormal sebelum menjadi
keganasan penyakit ini terbilang cukup lama. Pada tahap awal infeksi, sebelum menjadi kanker didahului oleh adanya lesi prakanker yang disebut Cervical
Intraepthelial Neoplasia CIN atau Neoplasia Intraepitel Serviks NIS. Lesi prakanker ini berlangsung cukup lama yaitu mengambil waktu antara 10-20 tahun.
Dalam perjalanannya CIN I NIS Iakan berkembang menjadi CIN II NIS II kemudian menjadi CIN III NIS III yang bila penyakit berlanjut maka akan
berkembang menjadi kanker serviks. Arifuddin .
5.2.2. Usia Pernikahan Pertama
Dari hasil penelitian, didapati bahwa dari 155 pasien kanker serviks, sebanyak 81 pasien adalah dari kelompok yang menikah
≤ 20 tahun 52,3 sedangkan bagi kelompok yang menikah 20 tahun adalah sebanyak 74 pasien
47,7 . Hal ini sejalan dengan penelitian di RS Sardjito Yogyakarta, di mana
Universitas Sumatera Utara
pernikahan usia ≤ 20 tahun bere siko terkena kanker serviks adalah lebih tinggi
Indriyani D.,1991. Menurut Aziz MF 2001, wanita yang melakukan hubungan seksual
≤ 20 tahun biasanya beresiko tinggi terkena kanker serviks berbanding yang telah berusia 20 tahun.. Menurut penelitian Arifuddin 2000 di RS
Wahidin Sudirohusodo, resiko terkena kanker serviks meningkat pada pernikahan ≤ 20 tahun. Hal ini karena, hubungan seks idealnya dilakukan setelah wanita
benar - benar matang. Ukuran kematangan bukan hanya dilihat dari sudah menstruasi atau belum, tetapi juga bergantung pada sel – sel mukosa yang terdapat
di selaput kulit bagian dalam rongga tubuh. Umumnya sel – sel mukosa matang setelah wanita berusia 20 tahun. Pada usia muda, sel – sel mukosa pada serviks
belum matang dan lebih rentan terhadap rangsangan sehingga tidak siap menerima rangsangan dari luar termasuk zat – zat kimia yang dibawa sperma. Faktor ini bisa
menyebabkan sel – sel mukosa bisa berubah menjadi kanker. Sel – sel mukosa yang belum matang juga lebih mudah untuk mendapat kecederaan dan luka, di
mana luka tersebut bisa menyebabkan lebih rentan untuk mendapat infeksi virus seperti HPV Indriyani D 1991.
5.2.3. Jumlah Paritas
Dari hasil penelitian, didapati bahwa kebanyakkan pasien yang menderita kanker serviks mempunyai jumlah paritas
≥ 3. Menurut Manuaba 2002, peningkatan infeksi semakin besar pada persalinan melebihi 3 kali, diperkirakan
resiko 3 – 5 kali lebih besar pada wanita yang sering partus untuk terjadi kanker serviks. Menurut Harahap 1997, persalinan pervaginam yang tinggi
menyebabkan angka terjadinya kanker serviks meningkat karena dengan seringnya seorang wanita melahirkan, maka akan berdampak pada seringnya
terjadi perlukaan di organ reproduksinya di mana dari luka tersebut akan memudahkan timbulnya Human Papiloma Virus HPV sebagai penyebab
terjadinya penyakit kannker serviks. Justeru, melalui penelitian saya, dari 155 pasien, jumlah paritas yang 3 adalah hanya 10 pasien 6,5 sedangkan 145
pasien adalah pada kelompok yang mempunyai paritas ≥ 3 93,5 . Makanya,
penelitian saya ini adalah sejalan dengan penelitian Manuaba dan Harahap.
Universitas Sumatera Utara
5.2.4. Kontrasepsi