Histerektomi Radikal Pada Kanker Serviks Di RSUP.H.Adam Malik Medan Januari 2002 – Desember 2006
HI STEREKTOMI RADI KAL
PADA KANKER SERVI KS
DI RSUP.H.ADAM MALI K MEDAN
JANUARI 2002 - DESEMBER 2006
TESI S
OLEH :
Dr. DWI FARADI NA
DEPARTEMEN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
RSUP.H.ADAM MALIK – RSUD Dr.PIRNGADI
MEDAN
(2)
PENELITIAN INI DIBAWAH BIMBINGAN TIM-5
Pembimbing : dr. Deri Edianto, SpOG.K
dr. Cut Adeya Adella, SpOG
Penyanggah : dr. Makmur Sitepu, SpOG.K
dr. Muhammad Rusda , SpOG
Prof. dr. M. Fauzie Sahil, SpOG.K
Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi
salah satu syarat untuk mencapai keahlian dalam
(3)
KATA PENGANTAR
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang.
Segala Puji dan Syukur saya panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu Wata’ala,
Tuhan Yang Maha Kuasa, berkat Ridha dan Karunia-Nya penulisan tesis ini
dapat diselesaikan.
Tesis ini disusun untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi salah satu
syarat untuk memperoleh keahlian dalam bidang Obstetri dan Ginekologi.
Sebagai manusia biasa, saya menyadari bahwa tesis ini banyak
kekurangannya dan masih jauh dari sempurna, namun demikian besar
harapan saya kiranya tulisan sederhana ini dapat bermanfaat dalam
menambah perbendaharaan bacaan khususnya tentang :
“ Histerektomi Radikal pada Kanker Serviks di RSUP.H.Adam Malik Medan Januari 2002 – Desember 2006 ”
Dengan selesainya laporan penelitian ini, perkenankanlah saya
menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya
kepada yang terhormat :
Rektor Universitas Sumatera Utara dan Dekan Fakultas Kedokteran
(4)
saya untuk mengikuti Program Pendidikan Dokter Spesialis di Fakultas
Kedokteran USU Medan.
Prof. dr. Delfi Lutan, MSc, SpOG.K, Ketua Departemen Obstetri dan
Ginekologi FK-USU Medan ; dr. M. Rusda, SpOG, Sekretaris Departemen
Obstetri dan Ginekologi FK-USU Medan ; Prof. dr. M. Fauzie Sahil, SpOG.K,
Ketua Program Studi Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi FK-USU
Medan ; dr. Deri Edianto, SpOG.K, Sekretaris Program Studi Dokter Spesialis
Obstetri dan Ginekologi FK-USU Medan ; dan juga Prof. dr. Djafar Siddik,
SpOG.K, selaku Kepala Bagian Obstetri dan Ginekologi pada saat saya
diterima untuk mengikuti pendidikan spesialis di Departemen Obstetri dan
Ginekologi FK-USU Medan ; Prof. dr. Hamonangan Hutapea, SpOG.K ; Prof.
DR. dr. M. Thamrin Tanjung, SpOG.K ; Prof. dr. R. Haryono Roeshadi,
SpOG.K ; Prof. dr. T. M. Hanafiah, SpOG.K ; Prof. dr. Budi R. Hadibroto,
SpOG.K ; dan Prof. dr. Daulat H. Sibuea, SpOG.K ; yang telah bersama-sama
berkenan menerima saya untuk mengikuti pendidikan spesialis di
Departemen Obstetri dan Ginekologi.
dr. Deri Edianto, SpOG.K dan dr. Cut Adeya Adella, SpOG selaku
pembimbing tesis saya, bersama dr. Makmur Sitepu, SpOG.K ; dr.
Muhammad Rusda, SpOG ; dan Prof. dr. M. Fauzie Sahil, SpOG.K, selaku
penyanggah dan nara sumber yang penuh dengan kesabaran telah
meluangkan waktu yang sangat berharga untuk membimbing, memeriksa,
(5)
dr. Sarma N. Lumbanraja, SpOG.K, selaku pembimbing referat mini
fetomaternal saya yang berjudul ”Versi Sefalik Luar pada Presentasi Bokong Kehamilan Aterm” ; kepada Prof.dr. Hamonangan Hutapea, SpOG.K selaku pembimbing referat mini Fertilitas Endokrinologi dan
Reproduksi saya yang berjudul ”Interseksualitas” dan kepada Prof. dr. M Fauzie Sahil, SpOG.K selaku pembimbing referat mini Onkologi saya yang
berjudul ”Penatalaksanaan Hiperplasia Endometrium dan Kanker Endometrium”.
dr. Einil Rizar, SpOG.K, selaku Bapak Angkat saya selama menjalani masa
pendidikan, yang telah banyak mengayomi, membimbing dan memberikan
nasehat-nasehat yang bermanfaat kepada saya dalam menghadapi
masa-masa sulit selama pendidikan.
Kepada dr. Arlinda Sari Wahyuni, M.Kes, yang telah meluangkan waktu dan
pikiran untuk membimbing saya dalam penyelesaian uji statistik tesis ini.
Seluruh Staf Pengajar di Departemen Obstetri dan Ginekologi FK-USU
Medan, yang secara langsung telah banyak membimbing dan mendidik saya
sejak awal hingga akhir pendidikan.
Sekretaris Jenderal Departemen Kesehatan RI, Kepala Kantor Wilayah
Departemen Kesehatan Propinsi Sumatera Utara, atas ijin yang telah
diberikan kepada saya untuk mengikuti Program Pendidikan Dokter Spesialis
(6)
Direktur RSUP. H. Adam Malik Medan yang telah memberikan kesempatan
dan sarana kepada saya untuk bekerja sama selama mengikuti pendidikan di
Departemen Obstetri dan Ginekologi.
Direktur RSUD. Dr. Pirngadi Medan dan Kepala SMF Obstetri dan Ginekologi
RSUD. Dr. Pirngadi Medan yang telah memberikan kesempatan dan sarana
kepada saya untuk bekerja selama mengikuti pendidikan di Departemen
Obstetri dan Ginekologi.
Direktur RS. PTPN 2 Tembakau Deli ; dr. Sofian Abdul Ilah, SpOG dan dr.
Nazaruddin Jaffar, SpOG.K ; beserta staf yang telah memberikan
kesempatan dan sarana kepada saya untuk bekerja selama bertugas di
Rumah Sakit tersebut.
Direktur RS. Pertamina P.Brandan beserta staf, yang telah memberikan
kesempatan kerja dan bantuan moril selama saya bertugas di rumah sakit
tersebut.
Ketua Departemen Anastesiologi dan Reanimasi FK USU Medan beserta
staf, atas kesempatan dan bimbingan yang telah diberikan selama saya
(7)
Ketua Departemen Patologi Anatomi FK-USU beserta staf, atas kesempatan
dan bimbingan yang telah diberikan selama saya bertugas di Departemen
tersebut.
Kepada senior-senior saya, dr. Cut Adeya Adella, SpOG ; dr. Arina Indriany,
SpOG ; dr. Edwin Martin Asroel, SpOG ; dr. Harry Simanjuntak, SpOG; dr.
Haryanto Lumbanraja, SpOG ; dr. Angel Jelita, SpOG;dr. Johny Marpaung,
SpOG ; dr. Erry Syahbani, SpOG ; dr. Roy Yustin, SpOG ; dr. Melvin M.G
Barus, SpOG ; dr.Dudy Aldiansyah, SpOG; dr. Ujang Ridwan Permana,
SpOG ; dr. Hayu Lestari Haryono, SpOG ; dr. A. Hadi ;dr. Juni H. Tarigan,
SpOG; dr. Renardy, SpOG; dr. T.M.Rizky ; dr. Mulda F.Situmorang ; dr. P.
Gotlieb Sidabutar, SpOG ; dr. Tomy, SpOG ; dr. T. Rahmat Iqbal ; dr. Jhon T,
SpOG ; dr. Muara P. Lubis, SpOG ; dr. Sukhbir Singh dan dr. Simon P. Saing,
terimakasih banyak atas segala bimbingan, bantuan dan dukungannya yang
telah diberikan selama ini.
Kepada dr. Dessy S.Hasibuan; dr. Sim Romi; dr. Alim Sahid; dr. Roni P.
Bangun; dr. Ferry Simatupang; dr. Yusmardi ; dr. Nur Aflah, saya
menyampaikan terima kasih atas dukungan dan bantuan yang diberikan
selama ini serta kebersamaan kita selama pendidikan.
dr. Siti S. Sylvia ; dr. David L. Lubis ; dr. Gorga IVW Udjung ; dr. M.Ikhwan; dr.
Edward; dr. Riza H. Nst; dr. Made Surya Kumara ; dr. T. Jeffrey Abdillah; dr.
M. R. Yaznil; dr. Sri Jauhara; dr. Rizka; dr. Errol Hamzah; dr. Aidil Akbar; dr.
(8)
menyampaikan terima kasih atas dukungan dan bantuan yang diberikan
selama ini serta kebersamaan kita selama masa pendidikan dan sebagai tim
jaga.
Seluruh teman sejawat PPDS yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu,
terima kasih atas kebersamaan, dorongan semangat dan doa yang telah
diberikan selama ini.
Dokter Muda, Bidan, Paramedis, karyawan / karyawati, serta para pasien di
Departemen Obstetri dan Ginekologi FK USU / RSUP. H. Adam Malik – RSU.
Dr. Pirngadi Medan yang daripadanya saya banyak memperoleh
pengetahuan baru, terima kasih atas kerja sama dan saling pengertian yang
diberikan kepada saya sehingga dapat sampai pada akhir program
pendidikan ini.
Sembah sujud, hormat dan terima kasih yang tidak terhingga saya sampaikan
kepada kedua Orang Tua saya yang tersayang, Prof.dr M. Fauzie Sahil, SpOG.K dan Ibunda dr. R.A. Anggraini Erma, SpA , yang telah membesarkan, membimbing, mendoakan, serta mendidik saya dengan penuh
kasih sayang dari sejak kecil hingga kini, memberi keteladanan yang baik
dalam menjalani hidup serta memberikan motivasi dan semangat kepada
(9)
Kepada kakak dan adikku tercinta, Eka Fariany SE.Ak.MBA ; dr. Tri Faranita
; M.Catur Fariadhy ; serta saudara ipar saya, Prima Septanto ST, terima
kasih atas dorongan semangat serta doa yang diberikan kepada saya.
Akhirnya kepada seluruh keluarga handai tolan yang tidak dapat saya
sebutkan namanya satu persatu, baik secara langsung maupun tidak
langsung, yang telah banyak memberikan bantuan, baik moril maupun
materil, saya ucapkan banyak terima kasih.
Semoga Allah SWT senantiasa memberikan berkah-Nya kepada kita semua.
Amin Ya Rabbal ’Alamin.
Medan, Februari 2009
(10)
HISTEREKTOMI RADIKAL PADA KANKER SERVIKS DI RSUP.H.ADAM MALIK MEDAN JANUARI 2002 – DESEMBER 2006
Faradina D., Edianto D, Adella CA. Departemen Obstetri dan Ginekologi
Fakultas Kedokteran USU / RSUP. H. Adam Malik – RSUD. Dr. Pirngadi Medan
ABSTRAK
Tujuan : Untuk mengevaluasi outcome tindakan histerektomi radikal yang dilakukan pada penderita kanker serviks di RSUP.H.Adam Malik Medan, mengetahui karakteristik penderita, hubungan besar tumor dan stadium dengan keterlibatan Kelenjar Getah Bening (KGB), mengetahui Interval Bebas Penyakit (IBP) dan komplikasi dini histerektomi radikal.
Rancangan Penelitian : Penelitian ini bersifat deskriptif dengan meneliti data – data yang diambil dari rekam medik semua penderita kanker serviks yang dilakukan histerektomi radikal di RSUP.H.Adam Malik Medan mulai Januari 2002 hingga Desember 2006. Data yang diperoleh dicatat di formulir penelitian dan dianalisa secara statistik dengan uji Chi-square .
Hasil Penelitian : Dalam kurun waktu Januari 2002 hingga Desember 2006, dijumpai sebanyak 136 kasus kanker serviks yang terdiri dari 37 kasus stadium awal ( 27,2 %) dan 99 kasus stadium lanjut (72,8%). Dari 37 kasus stadium awal tersebut, 10 kasus tidak dilakukan histerektomi radikal dengan berbagai alasan sehingga jumlah kasus yang termasuk dalam penelitian ini adalah 27 kasus. Kasus kanker serviks stadium awal yang dilakukan histerektomi radikal terbanyak berada pada kelompok usia 40 – 49 tahun yaitu sebanyak 18 kasus (66,7%). Sebanyak 9 (33,3%) kasus menikah pada usia <20 tahun, selebihnya 18 (66,7%) kasus menikah pada usia >20 tahun. Kasus terbanyak adalah wanita dengan paritas 2 – 4 yaitu 16 (59,3%) kasus. Dua (7,4%) kasus mempunyai suami 2 orang, dan 25 (92,6%) kasus mempunyai suami 1 orang. Ditinjau dari pekerjaan suami, dijumpai pekerjaan suami terbanyak adalah : 10 (37,0%) kasus wiraswasta.
Sebagian besar kasus kanker serviks yang dilakukan histerektomi radikal berada pada stadium IB1 yaitu sebanyak 10 (37%) kasus. Jenis histopatologi
(11)
terbanyak adalah karsinoma sel skuamosa yaitu sebanyak 16 (59,3%) kasus. Lebih dari separuh kasus yaitu sebanyak 14 (51,16%) datang dengan tumor yang sudah besar ( besar tumor > 4 cm ). Dari laporan hasil pemeriksaan histopatologi dijumpai 12 (44,4%) kasus sudah dijumpai metastase ke KGB pelvis, 12 (44,4%) kasus tidak dijumpai keterlibatan KGB pelvis, sedangkan 3 kasus sisanya tidak dilaporkan tentang keterlibatan KGB nya. Disamping itu dijumpai 2 (7,4%) kasus masih dijumpai sel tumor pada batas sayatan vagina.
Dari 27 kasus yang dilakukan histerektomi radikal, sebanyak 14(51,9%) kasus tidak didapatkan data tentang pengamatan lanjut, sehingga yang dapat dinilai tentang interval bebas penyakit hanya 13(48,1%) kasus, Seluruh kasus yang dilakukan histerektomi radikal mempunyai interval bebas penyakit rata – rata 29,69 bulan. Komplikasi dini paska histerektomi radikal yang dijumpai hanya terjadi pada 2 (7,4%) kasus berupa disfungsi kandung kemih.
Kasus dengan besar tumor ≤4 cm ternyata dijumpai keterlibatan KGB positif sebanyak 4 (36,4%) kasus sedangkan kasus dengan besar tumor >4 cm yang mengalami keterlibatan KGB sebanyak 8 (61,5%) kasus ( p = 0.219 ). Sejalan dengan hal tersebut diatas, berlaku juga pada perbedaan stadium, dimana pada stadium IB1 ternyata dijumpai keterlibatan KGB positif sebanyak 3 (33,3%) kasus sedangkan stadium IB2 yang mengalami keterlibatan KGB sebanyak 7 (58,3%) kasus, dan pada stadium IIA yang dijumpai keterlibatan KGB positif sebanyak 2 (66,6%) kasus ( p = 0.435 ).
Kesimpulan : Pada penelitian ini ditemukan tidak dijumpai hubungan yang bermakna antara besar tumor dan stadium kanker serviks dengan keterlibatan KGB pada penderita kanker serviks yang telah dilakukan tindakan histerektomi radikal. Nilai rerata bebas penyakit pada penderita kanker serviks yang telah dilakukan tindakan histerektomi radikal di RSUP.H.Adam Malik Medan adalah 29,69 bulan .Komplikasi dini post operatif histerektomi radikal yang dijumpai hanya berupa disfungsi kandung kemih .
Kata Kunci : stadium kanker serviks, histopatologi, komplikasi dini post operatif, histerektomi radikal.
(12)
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ………...i
ABSTRAK ………...ix
DAFTAR ISI ...xi
DAFTAR TABEL ...xiv
DAFTAR GAMBAR ...xv
DAFTAR SINGKATAN ...xvi
DAFTAR LAMPIRAN ……….xvii
BAB 1. PENDAHULUAN ...1
1.1 Latar Belakang...1
1.2 Perumusan Masalah ...4
1.3 Tujuan Penelitian...4
1.4 Manfaat Penelitian ...5
1.5 Kerangka Konsep Penelitian ...6
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Kanker Serviks...7
2.2 Epidemiologi Kanker Serviks ...7
2.3 Faktor Resiko Kanker Serviks...7
2.4 Etiologi Kanker Serviks ...8
2.5 Histopatologi KankerServiks...9
2.5.1 Lesi Prakanker...9
2.5.2 Lesi Kanker Invasif ...9
2.6 Gejala dan Tanda Kanker Serviks...10
2.7 Diagnosis Kanker Serviks ...11
2.8 Klasifikasi Stadium Kanker Serviks...12
2.9 Penatalaksanaan Kanker Serviks Stadium Awal ...14
2.10 Histerektomi Radikal pada Kanker Serviks ...17
2.10.1 Persiapan Operasi...22
2.10.2 Teknik Histerektomi Radikal ...24 2.10.3 2.10.4 Angka Ketahanan Hidup...33
2.11 Prognosis Kanker Serviks ...35
BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian ...39
3.2 Tempat Penelitian...39
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ...39
3.4 Bahan dan Cara Kerja ...40
3.5 Batasan Operasional...40
3.6 Pengolahan Data dan Analisa Statistik ……….42
(13)
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ………..58 5.2 Saran ……….59 DAFTAR PUSTAKA ………60
(14)
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Kanker Serviks Uteri – Stadium FIGO ………..12 Tabel 2. Komplikasi Dini Histerektomi Radikal Post Operatif…………30 Tabel 3. Komplikasi Lanjut Histerektomi Radikal Post Operatif………31 Tabel 4. Ketahanan Hidup 5 Tahun Pasien Kanker Serviks Stadium IB…..33
Tabel 5. Ketahanan Hidup 5 Tahun Pasien Kanker Serviks Stadium IIA….35
Tabel 6. Ketahanan Hidup 5 Tahun Pasien Kanker Serviks Stadium IB-IIA setelah Histerektomi Radikal ………36 Tabel 7. Karakteristik Demografi Penderita Kanker Serviks Stadium
Awal ………..………..44 Tabel 8. Sebaran Karakteristik Kanker Serviks Stadium Awal yang Dilakukan Histerektomi Radikal……….47 Tabel 9. Distribusi Interval Bebas Penyakit Penderita Kanker Serviks
yang Telah Dilakukan Histerektomi Radikal……….49 Tabel 10. Distribusi Interval Bebas Penyakit Penderita Kanker Serviks
yang Telah Dilakukan Histerektomi Radikal ……….50 Tabel 11. Faktor Resiko secara Histologi dengan Kekambuhan …….51 Tabel 12. Sebaran Komplikasi Histerektomi Radikal ……….52 Tabel 13. Hubungan Besar Tumor, Stadium, Keterlibatan KGB, Batas
Sayatan dan Histopatologi dengan Interval Bebas Penyakit……….53
Tabel 14. Hubungan Besar Tumor dan Stadium dgn Keterlibatan KGB…..56
(15)
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Histerektomi Radikal……….………...25 Gambar 2. Rongga Paravesikal dan Pararektal……….…26 Gambar 3. Ligamentum di Pelvis………..27
(16)
DAFTAR SINGKATAN KGB : Kelenjar Getah Bening
IBP : Interval Bebas Penyakit RR : Resiko Relatif
HPV : Human Papilloma Virus
FIGO : International Federation of Gynecology and Obstetrics VAIN : Vaginal Intraepithelial Neoplasia
(17)
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Persetujuan Komite Etik tentang Pelaksanaan Penelitian 64 Lampiran 2. Formulir Penelitian ………65 Lampiran 3. Tabel Induk ………..70
(18)
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
Penderita kanker serviks sangat banyak dijumpai di negara berkembang.
Hingga saat ini kanker serviks merupakan penyebab kematian terbanyak
akibat penyakit kanker di negara berkembang. Diperkirakan setiap tahun
dijumpai sekitar 500.000 penderita baru di seluruh dunia, dan sekitar 250.000
wanita meninggal oleh karena penyakit tersebut. 1,2
Insiden dan mortalitas kanker serviks di dunia menempati urutan kedua
setelah kanker payudara. Sementara itu, di negara berkembang masih
menempati urutan pertama sebagai penyebab kematian akibat kanker pada
wanita usia reproduktif.3 Hal ini disebabkan kurang tersedianya metode skrining untuk wanita-wanita yang asimptomatik serta faktor kultural dan
kurangnya edukasi sehingga kebanyakan pasien di negara berkembang
datang berobat sudah dalam stadium lanjut. 4
Perjalanan penyakit kanker serviks tidak progresif, namun terjadinya secara
perlahan yang dimulai dari lesi pra kanker ( pra invasif ) hingga kanker invasif.
Dengan dilakukannya skrining pada wanita yang asimptomatik melalui
pemeriksaan papsmir menyebabkan lesi pra kanker yang masih dapat diobati
dan dapat sembuh sempurna tersebut, terdiagnosis.4
Kanker serviks merupakan penyakit yang dapat dicegah, dan mempunyai
(19)
Histerektomi radikal dan radiasi merupakan terapi pilihan yang ekivalen untuk
kanker serviks stadium IB dan IIA, yang menghasilkan angka ketahanan
hidup 5 tahun dan interval bebas penyakit yang sama. Dengan angka
kesembuhan sebesar 75% - 80% ( dapat mencapai 85% - 90% pada tumor
yang berukuran kecil ).5,6
Pilihan antara histerektomi radikal atau radiasi tergantung pada banyak faktor
termasuk ukuran tumor, usia pasien, ketersediaan fasilitas pelayanan, dan
sumber daya manusianya serta ada tidaknya kondisi komorbid lainnya.6
Prognosis kanker serviks sangat bergantung pada seberapa dini kasus
tersebut terdiagnosis dan dilakukan terapi yang adekuat. Terapi yang tidak
adekuat baik berupa tindakan pembedahan, radiasi maupun kemoterapi yang
oleh alasan tertentu tidak sesuai dengan jadwal akan mengurangi tingkat
keberhasilan terapi. 3
Faktor resiko apa saja yang berhubungan dengan prognosis pasien dan
kekambuhan belum ada kesepakatan, tetapi pada umumnya hampir sama
yaitu invasi kelenjar getah bening (KGB) pelvis, ukuran lesi yang besar, invasi
ke pembuluh darah dan pembuluh limfe, invasi parametrium, batas sayatan
yang tidak bebas tumor, invasi endometrium, jenis histologi, diferensiasi, dan
kedalaman invasi stroma. Setelah pembedahan bila dijumpai faktor resiko
tersebut akan sangat mungkin terjadi kekambuhan. Penderita ini sebaiknya
(20)
Kanker serviks stadium IB – IIA tanpa keterlibatan KGB, 10% - 20% dapat
mengalami kekambuhan setelah terapi primer baik tindakan histerektomi
radikal atau radiasi. 6
Kasus kekambuhan merupakan keadaan tanpa harapan karena 80 – 100%
penderita akan meninggal kurang dari setahun semenjak kekambuhan dan
sampai saat ini belum ada terapi pilihan yang efektif untuk mengatasinya.
Secara keseluruhan kelangsungan hidup lima tahun kasus berulang kurang
dari 5% dan hampir 90% terjadi dalam 2 tahun pertama.3
Di RSUP. H. Adam Malik Medan, tak berbeda halnya dengan yang telah
disebutkan diatas, kebanyakan penderita datang sudah dalam stadium lanjut.
Penelitian Sahil (2006), menunjukkan 85,81% kasus kanker serviks berada pada stadium lanjut, sedangkan yang masih berada pada stadium dini hanya
14,09% kasus.7 Penderita yang datang dengan stadium dini, khususnya stadium I hingga IIA dengan besar tumor < 4 cm, mempunyai prognosis yang
baik dan dapat dikontrol dengan pembedahan atau radiasi. Namun oleh
karena belum tersedianya sarana radiasi di RSUP.H.Adam Malik Medan,
pilihan hanya satu yaitu pembedahan atau pasien dirujuk ke rumah sakit lain
yang memiliki sarana radiasi.
Pasien yang memiliki faktor resiko mengalami kekambuhan seperti adanya
invasi KGB pelvis, invasi ke pembuluh darah dan pembuluh limfe, invasi
parametrium dan sebagainya, juga tidak dapat dilakukan tindakan ajuvan
(21)
keterbatasan obat – obat kemoterapi . Keterbatasan dari pihak pasien pun
merupakan kendala sehingga pasien tidak dapat dirujuk ke rumah sakit lain
yang memiliki sarana radiasi tersebut ataupun tidak dapat membeli obat –
obat kemoterapi yang diperlukan.
1.2 PERUMUSAN MASALAH
Masih terbatasnya data terbaru mengenai tindakan histerektomi radikal
pada penderita kanker serviks di RSUP.H.Adam Malik Medan.
1.3 TUJUAN PENELITIAN Tujuan Umum :
Untuk mengevaluasi outcome tindakan histerektomi radikal yang dilakukan
pada penderita kanker serviks di RSUP.H.Adam Malik Medan.
Tujuan Khusus :
1. Untuk menilai karakteristik penderita kanker serviks yang telah dilakukan histerektomi radikal di RSUP.H.Adam Malik Medan.
2. Untuk mengetahui hubungan besar tumor dengan keterlibatan KGB pada penderita kanker serviks yang telah dilakukan tindakan histerektomi radikal.
3. Untuk mengetahui hubungan stadium kanker serviks dengan keterlibatan
KGB pada penderita kanker serviks yang telah dilakukan tindakan
histerektomi radikal.
4. Untuk mengetahui interval bebas penyakit (IBP) penderita kanker serviks
(22)
5. Untuk mengevaluasi komplikasi dini dari tindakan histerektomi radikal yang
dilakukan di RSUP.H.Adam Malik Medan.
1.4 MANFAAT PENELITIAN
1. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai data dasar berhasil tidaknya
tindakan histerektomi radikal di RSUP.H.Adam Malik Medan.
2. Diharapkan data hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai pedoman untuk
(23)
1.5 KERANGKA KONSEP PENELITIAN
Karakteristik pasien Stadium
Besar tumor Histopatologi Keterlibatan KGB Batas sayatan vagina Komplikasi operasi
Data Rekam Medik Penderita Kanker Serviks di RSUP.H.Adam Malik Medan
yang dilakukan Histerektomi Radikal
2002 - 2006
IBP
(24)
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI KANKER SERVIKS
Kanker serviks adalah penyakit keganasan primer pada serviks uterus.
Dimana serviks adalah bagian dari uterus yang bentuknya silindris,
diproyeksikan ke dinding vagina anterior bagian atas dan berhubungan
dengan vagina melalui sebuah saluran yang dibatasi ostium uterus eksternum
dan internum. Kanker serviks dapat berasal dari permukaan ektoserviks atau
endoserviks.8,9
2.2 EPIDEMIOLOGI KANKER SERVIKS
Insiden kanker serviks adalah 150/100.000 perempuan usia 15 – 60 tahun.
Berdasarkan laporan histopatologik tahun1989, prevalensi kanker serviks
adalah 23,0% dan menurut laporan rumah sakit pendidikan adalah 60 –
70%.9
2.3 FAKTOR RESIKO 6,10
Ada beberapa faktor resiko untuk terjadinya kanker serviks yaitu :
Faktor demografi
1. Ras : di Amerika Serikat, insiden kanker serviks paling banyak dijumpai
pada wanita Amerika latin, Amerika Afrika, dan penduduk asli.
2. Status ekonomi rendah : prevalensi kanker serviks lebih tinggi pada wanita
sosio-ekonomi rendah.
(25)
Faktor kebiasaan
1. Jarang atau tidak pernah pap smir
2. Koitus usia dini : jika pertama kali koitus sebelum usia 18 tahun, resiko
relatif menjadi kanker serviks adalah 1,6.
3. Pasangan seksual lebih dari satu : wanita dengan riwayat lebih dari enam
pasangan seksual memiliki resiko relatif menjadi kanker serviks sebanyak 2,2
kali .
4. Pasangan laki-laki yang memiliki pasangan seksual lebih dari satu .
5. Merokok : merokok meningkatkan resiko relatif menjadi kanker serviks
sebesar 1,7 kali.
6. Malnutrisi.
Faktor medis
1. Paritas : insiden kanker serviks lebih banyak dijumpai pada wanita
multipara
( RR = 1,5 – 5,0 ).
2. Imunosupresi.
2.4 ETIOLOGI KANKER SERVIKS 3,11,12,13,14
Penyebab utama kanker serviks adalah infeksi virus HPV ( human papilloma
virus ). Lebih dari 90% kanker serviks jenis skuamosa mengandung DNA virus HPV dan 50% kanker serviks berhubungan dengan HPV tipe 16.
Penyebaran virus ini terutama melalui hubungan seksual. Dari banyak tipe
(26)
E6 dan E7 dengan mengkode pembentukan protein-protein yang penting
dalam replikasi virus.
Onkoprotein dari E6 akan mengikat dan menjadikan gen penekan tumor (p53)
menjadi tidak aktif, sedangkan onkoprotein E7 akan berikatan dan
menjadikan produk gen retinoblastoma (pRb) menjadi tidak aktif.
2.5 HISTOPATOLOGI 2.5.1 Lesi prakanker
Lesi prakanker umumnya ditemukan pada deteksi dini dengan pap smir / thin
prep, karena lesi pra kanker tanpa gejala dan tidak dapat dilihat dengan mata telanjang. Diagnosis lesi prakanker berdasarkan pemeriksaan histopatologi
spesimen biopsi terarah dengan bimbingan kolposkopi.9
2.5.2 Lesi kanker invasif
Kasus diklasifikasi sebagai kanker serviks jika pertumbuhan primer pada
serviks dan dibuktikan dari hasil patologi anatomi. 9
Adapun tipe histopatologi kanker serviks adalah : 9,15 • Neoplasia intraepitelial serviks, grade III • Karsinoma sel skuamosa in situ
• Karsinoma sel skuamosa : keratinizing, non-keratinizing, verukosa • Adenokarsinoma in situ
• Adenokarsinoma in situ, tipe endoserviks • Adenokarsinoma endometrioid
(27)
• Adenokarsinoma clear cell • Karsinoma adenoskuamosa • Karsinoma adenoid kistik • Karsinoma small cell • Undifferentiated carcinoma
Sedangkan grade histopatologi kanker serviks terdiri dari :9,15 • Gx – Grade tidak bisa ditentukan
• G1 – Diferensiasi baik • G2 – Diferensiasi sedang • G3 – Diferensiasi buruk
2.6 GEJALA DAN TANDA KANKER SERVIKS3,4,9,13,14,16,17,18
Penderita kanker serviks dapat mengeluhkan adanya keputihan, perdarahan
kontak, perdarahan spontan, rasa nyeri, gangguan buang air kecil dan buang
air besar.
Gejala umum yang dapat ditemukan yaitu : (1)Perdarahan kontak.
(2)Keputihan campur darah dan berbau, dan (3)Tanda-tanda anemia.
Sedangkan gejala khusus yang dijumpai yaitu keluar cairan dari kemaluan
(28)
Tanda – tanda klinis :
Dengan semakin berlanjutnya penyakit, tanda-tanda klinis akan terlihat jelas,
berupa serviks yang membesar, iregular dan padat. Pertumbuhan serviks
dapat berupa endofitik, eksofitik maupun ulseratif. Dapat melibatkan vagina,
parametrium maupun dinding panggul.
2.7 DIAGNOSIS KANKER SERVIKS
Diagnosis kanker serviks diperoleh melalui pemeriksaan histopatologi
jaringan biopsi. Pada dasarnya bila dijumpai lesi seperti kanker yang jelas
terlihat harus dilakukan biopsi walau hasil pemeriksaan pap smir masih dalam
batas normal. Sementara itu, biopsi lesi yang tidak jelas terlihat dilakukan
dengan bantuan kolposkopi.3
Kecurigaan adanya lesi yang tidak terlihat didasarkan dari hasil pemeriksaan
sitologi serviks ( pap smir ). Diagnosis kanker serviks hanya berdasarkan
pada hasil pemeriksaan histopatologi jaringan biopsi. Hasil pemeriksaan
sitologi tidak boleh digunakan sebagai dasar penetapan diagnosis. Bila hasil
biopsi dicurigai adanya mikroinvasi, dilanjutkan dengan konisasi. Konisasi
(29)
2.8 KLASIFIKASI STADIUMKANKER SERVIKS1,9,15 Tabel 1. Kanker serviks uteri – Stadium FIGO (1994).15 Stadium
FIGO
Keterangan
KategoriTNM
Tumor primer tidak dapat dinilai TX
Tidak terdapat bukti tumor primer T0
0 Karsinoma in situ (pra invasif ) Tis
I Kanker serviks terbatas diserviks ( penyebaran ke korpus uteri diabaikan )
T1
IA Kanker invasif didiagnosa hanya dengan mikroskopis.
Semua lesi yang dapat terlihat dengan mikroskop – meskipun dengan invasi superfisial – adalah stadium IB/T1B
T1a
IA1 Invasi stroma dengan kedalaman tidak lebih dari 3,0 mm atau dengan penyebaran horizontal 7,0 mm atau kurang
T1a1
IA2 Invasi stroma lebih dari 3,0 mm dan tidak lebih dari 5,0 mm dengan penyebaran horizontal 7,0 mm atau kurang
T1a2
IB Lesi yang dapat dilihat secara klinis dikhususkan di serviks atau lesi mikroskopik lebih besar dari IA2/T1A2
T1b
IB1 Lesi yang dapat dilihat secara klinis 4,0 cm atau kurang pada dimensi yang paling besar
T1b1
IB2 Lesi yang dapat dilihat secara klinis lebih dari 4,0 cm pada dimensi yang paling besar
T1b2
II Telah melibatkan vagina, tetapi belum sampai 1/3 bawah atau infiltrasi ke parametrium belum mencapai dinding panggul
T2
IIA Tanpa invasi parametrium T2a
IIB Dengan invasi parametrium T2a
(30)
vagina dan/atau menyebabkan hidonefrosis atau afungsi ginjal
IIIA Tumor melibatkan 1/3 bawah vagina dan infiltrasi parametrium, tidak terdapat perluasan ke dinding pelvis
T3a
IIIB Tumor meluas ke dinding pelvis dan/atau menyebabkan hidronefrosis atau afungsi ginjal
T3b
IVA Tumor menginvasi mukosa kandung kencing atau rektum dan/atau meluas ke pelvis
T4
IVB Metastasis jauh M1
Dikutip dari : Pecorelli S.,Ngan H.Y.S, Hacker N.F, Staging Classifications and Clinical Practice Guidelines for Gynaecological Cancers, A collaboration between FIGO and IGCS, third edition, November 2006, hal : 37-57.
Pada pertemuan International Gynecologic Cancer Society ke-12 di Bangkok,
Thailand, 25 – 28 Oktober 2008, dibahas tentang adanya kontroversi dalam
menetapkan stadium kanker serviks. Komite Ginekologi Onkologi FIGO
merekomendasikan : 20 • Stadium 0
- Stadium 0 ditiadakan.
• Stadium IA dan IB
- Tidak ada perubahan.
• Stadium IIA
- Besar tumor mempunyai prognosis yang sama dengan
stadium IB.
(31)
Ü IIA1 : besar tumor ≤ 4 cm dengan keterlibatan vagina kurang dari 2/3 atas.
Ü IIA2 : besar tumor > 4 cm dengan keterlibatan vagina kurang dari 2/3 atas.
• Stadium IIB dan III
- Tidak ada perubahan.
• Stadium IV
- Tidak ada perubahan.
2.9 PENATALAKSANAAN KANKER SERVIKS STADIUM AWAL
Setelah diagnosis kanker serviks ditegakkan, harus ditentukan terapi apa
yang tepat untuk setiap kasus. Secara umum jenis terapi yang dapat
diberikan bergantung pada usia dan keadaan umum penderita, luasnya
penyebaran, dan komplikasi lain yang menyertai. Untuk ini, diperlukan
pemeriksaan fisik yang seksama serta kerja sama yang baik antara ginekologi
onkologi dengan radioterapi dan patologi anatomi.3
Stadium IA1
Penatalaksanaan yang direkomendasikan adalah histerektomi total
(perabdominam atau pervaginam). Jika terdapat vaginal intraepithelial
neoplasia (VAIN) maka histerektomi menyertakan pengangkatan vagina sampai batas yang diperkirakan bersih dari VAIN. 1,9,15
(32)
Jika fertilitas masih diinginkan, terapi cukup dengan konisasi dilanjutkan
dengan pengamatan lanjut ( pap smir pada bulan ke empat, dan kemudian
tiap tahun jika kedua smir sebelumnya negatif). Level of evidence B.1,9,15
Stadium IA2
Terdapat potensi untuk terjadinya metastasis ke kelenjar getah bening ( KGB
), untuk membuktikan metastasis ke KGB maka harus dilakukan
limfadenektomi pelvis.1,9,15
Pengobatan yang direkomendasikan adalah histerektomi radikal ( tipe 2 ) dan
limfadenektomi pelvis. Level of evidence C.1,9,15
Jika fertiltitas masih diinginkan, pilihannya adalah : trakelektomi radikal dan
limfadenektomi pelvis ekstra peritoneal atau laparoskopi.
Stadium IB1 < 4 cm , IIA < 4 cm
Stadium awal kanker serviks ( IB1, IIA < 4 cm ) mempunyai prognosa yang
baik dan dapat dikontrol dengan pembedahan atau radioterapi. Level of evidence A.1,9,15
Pilihan pengobatan akan tergantung pada ketersediaan fasilitas pelayanan,
spesialis onkologi ginekologi yang ada, serta umur dan keadaan umum
pasien. Morbiditas biasanya lebih tinggi jika dikombinasikan pembedahan dan
(33)
Pengobatan pembedahan standar stadium IB1/IIA ( diameter 4 cm ) adalah
histerektomi radikal ( tipe II dan III berdasarkan klasifikasi Piper Rutledge )
dan limfadenektomi pelvis. Pada pasien yang lebih muda, ovarium dapat
ditinggalkan dan digantungkan diluar lapangan radiasi.Untuk stadium IB1 < 2
cm, dapat dilakukan tindakan trakelektomi radikal. 1,9,15
Stadium IB2 – IIA > 4 cm 1,9,15
Penatalaksanaan yang optimal terhadap pasien dengan tumor primer
berukuran > 4 cm masih kontroversi.
Adapun pilihan untuk terapi primer pada stadium ini antara lain :
1. Kemoradiasi primer
2. Histerektomi radikal primer dan limfadenektomi pelvis bilateral, yang
biasanya diikuti dengan radiasi ajuvan.
3. Kemoterapi neoajuvan (pemberian tiga seri kemoterapi) diikuti dengan
histerektomi radikal dan limfadenektomi pelvis ± radiasi atau
kemoradiasi ajuvan paska operasi.
2.10 HISTEREKTOMI RADIKAL PADA KANKER SERVIKS
Pembedahan merupakan tindakan kuratif pada kanker serviks stadium awal,
dan kebanyakan wanita penderita kanker serviks stadium IB – IIA di negara
berkembang dilakukan histerektomi radikal dengan limfadenektomi sebagai
(34)
Operasi sebagai terapi primer memiliki keuntungan dalam mengangkat atau
membuang penyakit primernya dan memungkinkan dilakukannya surgical
staging secara akurat, sehingga memungkinkan target dari terapi ajuvan lebih akurat.4
Histerektomi radikal pertama kali dilakukan oleh Clark di rumah sakit Johns
Hopkins pada tahun 1895. Pada tahun 1898 Wertheim menambahkan
tindakan pengangkatan KGB pelvis dan parametrium,dan pada tahun 1905
beliau melaporkan luaran 270 pasiennya dengan angka mortalitas sebesar
18% dan morbiditas sebesar 31%.11,22
Pada tahun 1901, Schauta melakukan histerektomi radikal pervaginam dan
melaporkan angka mortalitas operatif yang lebih rendah bila dibandingkan
histerektomi radikal perabdominam. Pada akhir abad ke-20 , radioterapi lebih
dipilih dalam penatalaksanaan kanker serviks stadium awal oleh karena
tingginya angka mortalitas dan morbiditas tindakan operasi.11
Tahun 1944, Meigs kembali mempopulerkan tindakan operasi dengan
mengembangkan modifikasi operasi Wertheim dengan mengangkat semua
KGB (operasi Wertheim-Clark + Taussig). Meigs melaporkan angka
ketahanan hidup sebesar 75% untuk pasien kanker serviks stadium I dan
angka mortalitas 1% bila prosedur ini dilakukan oleh ahli ginekologi yang
(35)
Sepanjang abad ke-20, terdapat berbagai modifikasi prosedur tindakan
histerektomi radikal, terutama dengan semakin majunya ilmu dan teknologi di
bidang anestesia, perawatan intensif, antibiotik, dan transfusi darah.1
Tahun 1974, Piver dkk. mengklasifikasikan lima tipe histerektomi yaitu :
1. Histerektomi ekstrafasial ( tipe I)
Ini merupakan simple histerektomi . Maksud dari histerektomi tipe ini
adalah untuk mengangkat semua jaringan serviks. Defleksi dan
retraksi ureter kearah lateral tanpa diseksi dari ureteral bed
memungkinkan clamping jaringan paraservikal tanpa melakukan diseksi kearah jaringan serviks itu sendiri. Tindakan ini sesuai untuk
kanker serviks stadium IA1.4,23
2. Histerektomi radikal yang dimodifikasi ( tipe II)
Histerektomi tipe ini diperkenalkan oleh Ernst Wertheim. Tujuannya
adalah untuk mengangkat jaringan paraservikal lebih banyak, namun
tetap mempertahankan aliran darah ke ureter sebelah distal dan
kandung kemih. Ureter dibebaskan dari posisi paraservikal, namun
tidak di diseksi di luar ligamentum pubovesikal. Ligamentum
uterosakral direseksi pada pertengahan antara uterus dan
pertemuannya dengan sakrum. Pertengahan medial ligamentum
kardinale dan sepertiga atas vagina diangkat. Tindakan ini biasanya
(36)
3. Histerektomi radikal ( tipe III)
Tindakan operasi yang sering dilakukan pada kanker serviks stadium
IB ini diperkenalkan oleh Meigs pada tahun 1944. Tujuan prosedur ini
adalah eksisi radikal yang luas dari jaringan parametrium dan
paravesikal, serta pengangkatan KGB pelvis. Arteri uterina di ligasi dari
asalnya di arteri iliaka interna. Dilakukan diseksi ureter dari
ligamentum pubovesikal hingga ke masuknya ureter ke kandung kemih
, kecuali sebagian kecil lateral dari ligamentum dipertahankan antara
ujung bawah ureter dan arteri vesikalis superior, yang akan
mempertahankan aliran darah ke ureter sebelah distal. Ligamentum
uterosakral di eksisi pada pertemuannya dengan sakrum, sedangkan
ligamentum kardinale di eksisi pada dinding pelvis. Setengah bagian
vagina juga diangkat. Diseksi ligamentum uterosakral dan vagina
seperti itu biasanya dilakukan pada kanker serviks stadium IB. 4,23
4. Histerektomi radikal yang diperluas ( tipe IV)
Tujuan dari operasi ini adalah pengangkatan seluruh jaringan
periureteral. Tindakan ini berbeda dari histerektomi tipe III yaitu dari
tiga aspek : (a) dilakukan diseksi ureter seluruhnya dari ligamentum
pubovesikal, (b) arteri vesikalis superior dikorbankan dan (c) tiga
perempat vagina dieksisi. Resiko terjadinya fistula ureter meningkat
dengan prosedur ini, sehingga Piver dkk. melakukan operasi ini pada
kasus rekuren sentral yang kecil setelah radioterapi yang sudah
(37)
5. Eksenterasi parsial ( tipe V)
Tujuan operasi ini adalah pengangkatan kanker yang mengalami
rekuren sentral yang melibatkan ureter sebelah distal atau kandung
kemih. Organ yang bersangkutan dieksisi secara parsial dan ureter di
implantasikan kembali ke dalam kandung kemih. Prosedur ini biasanya
dilakukan jika tidak sengaja ditemukan kanker yang melibatkan ureter
sebelah distal pada saat dilakukan histerektomi radikal. Alternatif lain,
operasi dapat dibatalkan dan pasien diterapi dengan radiasi. 4,23
Pada pertemuan International Gynecologic Cancer Society ke – 12 di
Bangkok, Thailand, 25 – 28 Oktober 2008 juga dibicarakan tentang usulan
klasifikasi histerektomi radikal berdasarkan luas pengangkatan jaringan
paraservikal. Berdasarkan klasifikasi tersebut, histerektomi radikal dibagi atas
: 24
• Kelas A : reseksi minimal jaringan paraservikal å serviks diangkat secara intoto.
• Kelas B : reseksi jaringan paraservikal pada daerah ureter å reseksi komponen fibrous.
• Kelas C : reseksi jaringan paraservikal pada daerah dinding pelvis
å reseksi seluruh jaringan paraservikal.
• Kelas D : perluasan reseksi sesuai struktur anatomi dinding pelvis
(38)
2.10.1 Persiapan Operasi
Persiapan untuk operasi , terutama operasi radikal , termasuk didalamnya
adalah anamnesa riwayat medis dan operatif ( disertai hasil patologi jika ada
), pemeriksaan fisik diagnostik untuk menilai kondisi umum pasien dan
toleransi operasi serta menilai penyebaran/ perluasan penyakit . Tujuan
persiapan operasi adalah untuk meminimalisasi resiko komplikasi intraoperatif
dan post operatif.23
Urografi intravena dapat menilai abnormalitas fungsional dan anatomis dari traktus urinarius. Identifikasi ada tidaknya ureter ganda yang komplit atau
parsial dapat membantu mencegah cedera intraoperatif dan post operatif.
Dilatasi ureter atau ginjal ( yang menunjukkan penyakit sudah stadium III)
dapat membantu dalam perencanaan operasi. Sistoskopi dapat menunjukkan bullous edema atau invasi tumor ke kandung kemih. Kultur urin untuk menilai ada tidaknya infeksi pada traktus urinarius, dan bila ada harus dihilangkan sebelum operasi. Penilaian urodinamik sebelum operasi dapat menunjukkan abnormalitas yang sudah ada sebelumnya ( seperti
inkontinensia ) dan dapat dibandingkan penilaiannya post operasi untuk
melihat pengaruh tindakan operasi terhadap dinamika traktus urinarius bagian
bawah. Kateter transuretral dipasang pada saat operasi untuk memonitor eksresi renal dan dapat menunjukkan adanya perdarahan pada traktus
urinarius jika terjadi cedera intra operatif. 23
Persiapan kolon adalah sama seperti persiapan operasi laparotomi lainnya. Pasien puasa minimal 12 jam sebelum operasi, dan kolon dikosongkan
(39)
sepenuhnya jika memungkinkan. Pasien dengan tumor yang besar sebaiknya
dilakukan rektoskopi. 23
Bila ada infeksi pada vagina, harus diterapi. Segera sebelum operasi, vagina dibersihkan dengan larutan povidon iodin. 23
Pasien juga harus dipersiapkan secara psikologis sebelum operasi. Persiapannya termasuk memastikan bahwa pasien dapat menerima perlunya
dilakukan tindakan operasi yang ekstensif untuk menyembuhkan penyakitnya.
Penjelasan mengenai tindakan yang akan dilakukan, diberikan kepada pasien
hingga ia betul-betul mengerti. Pasien diberikan informasi mengenai
konsekuensi yang mungkin dan tak dapat dihindarkan dari tindakan operasi
seperti melakukan drainase kandung kemih post operasi. Pasien harus diberi
pengertian mengenai komplikasi operasi seperti fistula yang jarang terjadi
namun tidak sepenuhnya dapat dihindarkan. Juga diberikan penjelasan
mengenai gangguan miksi dan defekasi post operasi. Pengaruh operasi
radikal terhadap fungsi seksual juga dijelaskan terutama bila perlu dilakukan
pengangkatan sebagian besar vagina. 23
(40)
2.10.2 Teknik Histerektomi Radikal
Insisi : Dinding abdomen dibuka melalui insisi lower midline yang diperluas ke sebelah kiri umbilikus atau melalui insisi low transverse Maylard atau
Cherney. 4
Eksplorasi : Setelah memasuki rongga peritoneum, semua organ di palpasi secara sistematis, dan jika diduga ada penyebaran metastase dilakukan
pemeriksaan potong beku ( frozen section). Plika vesikouterina dan
peritoneum di kavum Douglas diperiksa apakah ada infiltrasi tumor.Tuba dan
ovarium dinilai apakah ada abnormalitas atau tidak. Jika ditemukan
pembesaran KGB pelvis atau paraaorta, maka harus diangkat dan dilakukan
pemeriksaan potong beku untuk membedakannya antara proses inflamasi
atau proses malignansi. 4
Histerektomi Radikal : Dengan uterus yang dilakukan traksi, kita memasuki retroperitoneum melalui ligamentum rotundum kiri dan kanan. Ureter
diidentifikasi , dan rongga paravesikal dan pararektal dibuka dengan diseksi
secara tumpul dan tajam.4
Rongga paravesikal dibatasi oleh :
1. Disebelah medial oleh arteri umbilikalis yang telah mengalami
obliterasi.
2. Disebelah lateral oleh muskulus obturator internus.
(41)
4. Disebelah anterior oleh simfisis pubis.
Rongga pararektal dibatasi oleh :
1. Disebelah medial oleh rektum.
2. Disebelah lateral oleh arteri hipogastrik.
3. Disebelah anterior oleh ligamentum kardinale.
4. Disebelah posterior oleh sakrum.
Dasar kedua rongga tersebut dibentuk oleh muskulus levator ani.
Gambar 1. Histerektomi Radikal
Dikutip dari : Hacker N.F, Cervical Cancer, dalam : Practical Gynecologic Oncology, fourth edition, Berek S.J, 2005, hal : 337-86.
(42)
Gambar 2. Rongga paravesikal dan pararektal
Dikutip dari : Hacker N.F, Cervical Cancer, dalam : Practical Gynecologic Oncology, fourth edition, Berek S.J, 2005, hal : 337-86.
(43)
Gambar 3. Ligamentum di pelvis
Dikutip dari : Hacker N.F, Cervical Cancer, dalam : Practical Gynecologic Oncology, fourth edition, Berek S.J, 2005, hal : 337-86.
Pemisahan Kandung Kemih : Plika vesikouterina dibuka dan dibebaskan dari serviks anterior dan bagian atas vagina . Prosedur ini harus dilakukan
sebelum ligasi aliran darah, oleh karena tumor dapat menginfiltrasi hingga ke
dasar kandung kemih, sehingga histerektomi tak mungkin dilakukan.
Daripada melakukan reseksi kandung kemih tersebut, dinding abdomen
biasanya ditutup dan pasien diberi terapi radiasi.4
Ligasi arteri uterina : Arteri uterina diligasi pada pangkal percabangan dengan arteri hipogastrika.4
(44)
Diseksi Ureter : Masing-masing ureter dibebaskan dari perlengketan dengan peritoneum. Dan juga dibebaskan dari sisi uterus sampai ke tempat muara
ureter dengan kandung kemih.4
Diseksi Posterior : Peritoneum yang melewati kavum Douglas di insisi dan rongga rektovaginal diidentifikasi dengan melakukan traksi pada rektum.
Dengan menggunakan diseksi tajam dan tumpul, rektum dipisahkan dari
vagina posterior dan ligamentum uterosakral, dan ligamentum tersebut di
potong pada pertengahannya.4
Diseksi Lateral : Setelah ligamentum uterosakral terbagi, ligamentum kardinale di klem sedekat mungkin ke dinding pelvis. Jika ovarium hendak
diangkat, ligamentum infundibulopelvikum diklem dan dipotong.Jika ovarium
hendak dipertahankan, ovarium dibebaskan dari fundus melalui transeksi
ligamentum ovarium dan tuba falopi. 4
Reseksi Vagina : Seberapa panjang vagina yang hendak diangkat tergantung dari lesi primer dan temuan kolposkopi di vagina. Jika lesi primer
terbatas di serviks dan tidak ada VAIN, maka hanya 1,5-2 cm bagian atas
vagina yang perlu di reseksi.4
Limfadenektomi Pelvis : Jika uterus telah diangkat, dinding pelvis akan jelas terlihat. Bila ada pembesaran KGB pelvis atau paraaorta yang dikonfirmasi
dengan frozen section, maka yang diangkat atau dibuang hanya kelenjar getah bening yang membesar dan untuk menghilangkan mikrometastase
(45)
dapat dilakukan radiasi eksternal. Jika tidak ada KGB yang dicurigai, maka
dilakukan limfadenektomi pelvis seluruhnya. Dengan diseksi tajam
menggunakan gunting Metzenbaum, seluruh jaringan lemak dibebaskan dari
pembuluh darah mulai dari arteri iliaka komunis sampai ke sirkumferensia
vena iliaka sebelah distal. Selanjutnya dengan melakukan retraksi arteri iliaka
eksterna dan vena kearah medial kita memasuki fosa obturatorius. Semua
jaringan lemak dan kelenjar getah bening pada fosa obturatorius dideseksi.4
Post ekstirpasi : Rongga peritoneum di irigasi menggunakan air hangat atau saline. Peritoneum pelvis tidak ditutup, dan tidak dipasang drain kecuali ada kekhawatiran hemostasis. Ketika rongga retroperitoneum dibiarkan terbuka
dan telah diberikan antibiotik profilaksis, pemasangan drain dapat
meningkatkan morbiditas febris, selulitis pelvis,dan ileus post operasi yang
memanjang. Kateter supra pubik dipasang di kandung kemih, dan dinding
abdomen ditutup .4
2.10.3 Komplikasi Histerektomi Radikal Komplikasi intraoperatif
Komplikasi intraoperatif termasuk cedera pada kandung kemih, usus, ureter,
pembuluh darah pelvis, dan saraf. Bila terjadi cedera tersebut harus dapat
segera diketahui dan diperbaiki. Dapat pula terjadi banyak kehilangan darah
(46)
Komplikasi post operatif
Komplikasi post operatif dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 2. Komplikasi Dini Histerektomi Radikal Post Operatif 4
Komplikasi
Powell dkk.(1981)
(103)N=135
(%)
Samlal dkk.(1996)
(102)N=271
(%)
Sivanesaratnam dkk.
(1993)
(104)N=397
(%)
Total (%)
Infeksi traktus urinarius
10 (7,4) NS 36(9,1) 46/532 (8,6)
Trombosis vena 6(4,4) 6(2,2) 9 (2,3) 21/803 (2,6)
Emboli paru 4(3,0) 1(0,4) 2(0,5) 7/803 (0,9)
Fistula uterovaginal 0(0,0) 5(1,8) 1(0,3) 6/803 (0,8)
Fistula vesikovaginal 2(1,5) 2(0,7) 2(0,5) 6/803 (0,8)
Demam 16(11,9) 10(3,7) 2(0,5) 28/803 (3,4)
Ileus 3(2,2) 9(3,3) NS 12/406 (1,5)
Burst abdomen 0(0,0) 1(0,4) 1(0,2) 2/803 (0,3)
Obstruksi ureter 2(1,5) 1(0,4) 0(0,0) 3/803 (0,4)
NS : not stated
Dikutip dari : Hacker N.F, Cervical Cancer, dalam : Practical Gynecologic Oncology, fourth edition, Berek S.J, 2005, hal : 337-86.
(47)
Tabel 3. Komplikasi Lanjut Histerektomi Radikal Post Operatif 4 Komplikasi Powell dkk.(1981) (103)N=135 (%) Samlal dkk.(1996) (102)N=271 (%) Sivanesaratnam dkk. (1993) (104)N=397 (%) Total (%) Disfungsi kandung kemih yang memanjang
4 (3,0) 14 (5,2) 3 (0,8) 21/803 (2,6)
Limfedema Disfungsi seksual NS NS 20 (7,4) 6 (2,2) 4 (1,0) NS 24/668 (3,6) 6/271 (2,2)
Dikutip dari : Hacker N.F, Cervical Cancer, dalam : Practical Gynecologic Oncology, fourth edition, Berek S.J, 2005, hal : 337-86.
Disfungsi Kandung Kemih
Jika dilakukan sistometri untuk mengevaluasi disfungsi kandung kemih, akan
dijumpai dua bentuk kelainan yaitu kandung kemih hipertonik ( yang lebih
sering terjadi ) dan kandung kemih hipotonik ( yang lebih jarang ). Pasien
dengan kandung kemih hipertonik memiliki sensasi pengisian kandung kemih
yang normal dan perasaan penuh pada kandung kemihnya, yang akan
menghilang dengan sendirinya dalam 3 minggu setelah operasi. Prognosa
akan lebih buruk pada pasien dengan kandung kemih hipotonik, yang
(48)
Bergmark dkk. dalam suatu penelitian di Swedia 1996-1997 , terhadap pasien kanker serviks stadium IB-IIA yang telah menjalani histerektomi
radikal pada tahun 1991-1992 melaporkan terdapat 9 kali lipat lebih banyak
keluhan kesulitan mengosongkan kandung kemih dibandingkan dengan
populasi kontrol. 21
Disfungsi Seksual
Suatu penelitian di Swedia pada penderita kanker serviks , melaporkan terjadi
disfungsi seksual pada 55% pasien yang telah menjalani histerektomi radikal
saja tanpa radiasi. Berbeda halnya dengan yang dilaporkan oleh Grumann dkk. dimana mereka menyatakan bahwa histerektomi radikal tidak berhubungan dengan sekuele seksual. Perbedaan ini mungkin disebabkan
oleh adanya perbedaan dalam ke-radikalan teknik operasi.4
Limfedema
Dalam suatu penelitian terhadap 233 pasien yang menjalani limfadenektomi
pelvis, 47 pasien (20,2%) mengalami limfedema. Onset terjadinya
pembengkakan adalah 53% dalam 3 bulan, 71% dalam 6 bulan, dan 84%
dalam 12 bulan. 4
Bergmark dkk. dalam suatu penelitian di Swedia 1996-1997 , terhadap pasien kanker serviks stadium IB-IIA yang telah menjalani histerektomi
radikal pada tahun 1991-1992 melaporkan terdapat 8 kali lipat lebih banyak
(49)
Behtash dkk. melalui suatu penelitian prospektif kasus-kontrol membandingkan komplikasi cedera traktus urinarius pada 50 pasien kanker
serviks yang menjalani histerektomi radikal dengan 50 pasien tumor jinak
ginekologi yang menjalani simple histerektomi , melaporkan bahwa tidak ada
perbedaan komplikasi intraoperatif dan post operatif pada traktus urinarius
diantara histerektomi radikal dan simple histerektomi. 25
2.10.4 Angka Ketahanan Hidup
Histerektomi radikal dan radiasi merupakan terapi pilihan yang ekivalen untuk
kanker serviks stadium IB dan IIA, yang menghasilkan angka ketahanan
hidup 5 tahun dan interval bebas penyakit yang sama.6
Meskipun ada literatur lain yang menyatakan bahwa angka ketahanan hidup 5
tahun dari tindakan histerektomi radikal perabdominam primer adalah 83%
dan bila dibandingkan dengan radioterapi angka ketahanan hidup 5 tahunnya
adalah sebesar 74%.22
Tabel 4. Ketahanan Hidup 5 tahun Pasien Kanker Serviks Stadium IB23
Peneliti Tahun n Ketahanan
Hidup 5 tahun (%)
KGB positif (%)
Park dkk. 1973 126 91,0 10,3
Christensen dan Folgmann
1976 220 88,1 7,7
Morley dan Seski
(50)
Piver 1977 137 88,5 21,3
Martimbeau dkk.
1978 353 81,6 24,0
Benedet dkk. 1980 76 77,6 17,9
Kovacic dkk. 1980 204 79,9 13,7
Lerner dkk. 1980 108 93,4 10,2
Zander dkk. 1981 757 84,5 18,9
Falk dkk. 1982 141 91,5 9,2
Kjorstad dkk. 1983 612 81,0 23,0
Inoue dan Okumura
1984 362 93,5 13,0
Held 1985 273 90,5 12,1
Hetzel dkk. 1987 149 85,2 11,7
Friedberg 1988 82 94,0 19,9
Lee dkk. 1989 237 86,1 10,9
Hoyer dkk. 1990 115 95,0 14,0
Monaghan dkk. 1990(1974-80) 99 76,1 17,2
Monaghan dkk. 1990(1980-88) 395 86,6 21,5
Graz 1991 163 82,3 30,7
Dikutip dari : Burghardt E, Surgical Gynecologic Oncology, Thieme Medical Publishers, Inc., New York, 1993, hal : 257-314.
(51)
Tabel 5. Ketahanan Hidup 5 tahun Pasien Kanker Serviks Stadium IIA23
Peneliti Tahun n Ketahanan
Hidup 5 tahun (%)
KGB positif (%)
Currie 1971 - 75,0 -
Ketcham dkk. 1971 26 78,0 31,0
Inoue dan Okumura
1984 43 94,9 23,3
Lee dkk. 1989 106 71,7 20,7
Graz 1991 8 37,5 25,0
Dikutip dari : Burghardt E, Surgical Gynecologic Oncology, Thieme Medical Publishers, Inc., New York, 1993, hal : 257-314.
2.11 PROGNOSIS
Prognosis kanker serviks sangat tergantung pada seberapa dini kasus ini
terdiagnosis dan dilakukan terapi yang adekuat. 3
Ada beberapa faktor prognostik yang utama bagi pasien kanker serviks
stadium IB hingga IIA yang dilakukan histerektomi radikal dan limfadenektomi,
yaitu :4
1. Status keterlibatan KGB.
2. Ukuran tumor primer.
3. Kedalaman invasi stroma.
4. Ada tidaknya invasi ke pembuluh darah dan pembuluh limfe.
5. Ada tidaknya keterlibatan parametrium.
6. Tipe histologi sel.
(52)
Status Keterlibatan KGB
Faktor prognostik yang paling penting adalah status keterlibatan KGB. Data
ketahanan hidup pasien dengan KGB yang positif dapat dilihat dari tabel
dibawah ini.
Tabel 6. Ketahanan Hidup 5 tahun Pasien Kanker Serviks Stadium IB – IIA setelah Histerektomi Radikal4
Peneliti No. KGB negatif (%)
KGB positif (%)
Keseluruhan (%)
Langley dkk.,1980 204 94 65 87
Benedet dkk.,1980 202 81 66 73
Kenter dkk.,1989 213 94 65 87
Lee dkk.,1989 954 88 73 86
Monaghan dkk.,1990 498 91 51 83
Ayhan dkk.,1991 278 91 63 84
Averette dkk.,1993 978 96 64 90
Samlal dkk.,1997 271 95 76 90
Kim dkk.,2000 366 95 78 88
Dikutip dari : Hacker N.F, Cervical Cancer, dalam : Practical Gynecologic Oncology, fourth edition, Berek S.J, 2005, hal : 337-86.
Ukuran Tumor, Kedalaman Invasi Stroma, dan Invasi Pembuluh darah dan Pembuluh limfe
Penelitian GOG tahun 1989 pada pasien-pasien kanker serviks stadium IB yang telah dilakukan histerektomi radikal dan limfadenektomi pelvis bilateral,
(53)
dikatakan tidak ada perbedaan yang bermakna dalam hal ketahanan hidup
antara pasien dengan KGB positif dengan pasien tanpa keterlibatan KGB.
Namun dijumpai tiga faktor prognostik lain yang independen, yaitu ukuran
tumor secara klinis, ada tidaknya invasi ke pembuluh darah dan pembuluh
limfe, dan kedalaman invasi stroma. Tumor yang berukuran 4 cm memiliki RR
2,9. Invasi stroma hingga 12 mm sepertiga luar serviks memiliki RR 37. Invasi
ke pembuluh darah dan pembuluh limfe memiliki RR 1,7. Yang bila dikalkulasi
menghasilkan skor 182,4. Dikatakan dalam penelitian ini, bila skor lebih besar
dari 120, maka 40% pasien akan mengalami kekambuhan dalam 3 tahun. 4
Invasi Parametrium
Penelitian Burghardt dkk. ( dikutip dari 3 ), menyatakan bahwa ketahanan hidup 5 tahun pasien tanpa invasi parametrium adalah 85,8% dibanding
pasien dengan invasi parametrium 62,4%. Penelitian di Yale ( dikutip dari 3 ),
melaporkan bahwa pasien dengan invasi parametrium tanpa menilai
keterlibatan KGB, mempunyai interval bebas penyakit yang lebih singkat bila
dibanding dengan pasien yang hanya terlibat KGB saja. 4
Tipe Histologi Sel
Karsinoma small cell pada serviks jarang dijumpai namun mempunyai prognosis yang buruk. 4
Sedangkan prognosis adenokarsinoma serviks masih kontroversi. Beberapa
senter melaporkan adenokarsinoma memiliki prognosis yang buruk, namun
penelitian Shingleton dkk. ( dikutip dari 3 ), tidak dapat mendukung pernyataan tersebut. Penelitian analisis multivariat yang dilakukan di Patient
(54)
Care Evaluation Study of the American College of Surgeons dari tahun 1984 – 1990, juga menyatakan bahwa tidak ada perbedaan bermakna dalam hal
ketahanan hidup pasien kanker serviks stadium IB berdasarkan tipe histologi. 4
Batas Sayatan Vagina
Penelitian di Jackson Memorial Hospital di Miami, Florida menyatakan bahwa
batas sayatan vagina yang dekat ( close vaginal margins ) pada pasien
kanker serviks yang telah dilakukan histerektomi radikal, tanpa ada faktor
resiko yang lain, dapat dianggap sebagai faktor prognosis yang buruk. 4
Setelah pembedahan bila dijumpai faktor - faktor resiko tersebut, akan sangat
mungkin terjadi kekambuhan. Penderita ini sebaiknya mendapat terapi ajuvan
(55)
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 RANCANGAN PENELITIAN
Penelitian ini bersifat deskriptif dengan meneliti data-data yang diambil dari
rekam medik semua penderita kanker serviks yang dilakukan histerektomi
radikal di RSUP.H.Adam Malik Medan mulai Januari 2002 hingga Desember
2006.
3.2 TEMPAT PENELITIAN
Penelitian dilakukan di bagian onkologi ginekologi Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara /RSUP.H.Adam Malik Medan.
3.3 POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN a. Populasi penelitian
Populasi penelitian adalah semua penderita kanker serviks yang dilakukan
histerektomi radikal di bagian onkologi ginekologi RSUP.H. Adam Malik
Medan .
b. Sampel Penelitian
Sampel penelitian adalah semua penderita kanker serviks yang dilakukan
histerektomi radikal di bagian onkologi ginekologi RSUP. H. Adam Malik
(56)
c. Kriteria Penerimaan adalah semua penderita kanker serviks yang dilakukan histerektomi radikal di bagian onkologi ginekologi RSUP.H.Adam
Malik Medan periode Januari 2002 – Desember 2006.
d. Kriteria Penolakan adalah penderita kanker serviks yang telah dilakukan histerektomi radikal yang tidak bisa diikuti perjalanan penyakitnya karena
tidak datang kontrol, atau tinggal di luar kota, atau alamat di rekam medik
tidak jelas, serta penderita yang hasil histopatologinya tidak lengkap dan tidak
bisa diperiksa ulang.
3.4 BAHAN DAN CARA KERJA
Data dikumpulkan dari semua rekam medik penderita kanker serviks stadium
awal yang dilakukan tindakan histerektomi radikal di bagian Onkologi
Ginekologi RSUP. H. Adam Malik Medan periode Januari 2002 – Desember
2006, disalin ke dalam formulir yang telah disediakan, dan disajikan dalam
bentuk tabel. Data lain yang diperlukan untuk penelitian diperoleh melalui
kunjungan ke rumah pasien.
3.5 BATASAN OPERASIONAL
1. Kanker serviks stadium awal adalah kanker serviks stadium IA hingga IIA <
4 cm menurut klasifikasi stadium FIGO 1994.
2. Histerektomi radikal adalah histerektomi radikal perabdominam tipe III
berdasarkan klasifikasi Piver dkk.
3. Besar tumor adalah ukuran diameter tumor primer terbesar di serviks yang
(57)
4. Stadium kanker serviks adalah stadium kanker serviks berdasarkan
klasifikasi FIGO 1994.
5. Keterlibatan KGB adalah keterlibatan kelenjar getah bening yang
ditemukan durante operasi atau post operasi histerektomi radikal yang
dibuktikan berdasarkan hasil pemeriksaan histopatologi.
6. Gambaran histopatologi adalah tipe atau jenis sel kanker serviks dari hasil
pemeriksaan histopatologi yang dilakukan di laboratorium Patologi Anatomi
RSUP. H. Adam Malik Medan.
7. Interval bebas penyakit adalah jangka waktu sejak dilakukannya terapi
primer kanker serviks hingga terjadi kekambuhan secara klinis yang
dinyatakan dalam bulan.
8. Komplikasi histerektomi radikal adalah komplikasi dini yang terjadi setelah
dilakukan tindakan histrerektomi radikal.
9. Komplikasi dini histerektomi radikal adalah komplikasi yang dijumpai pada
saat penderita masih dalam rawatan paska operasi di rumah sakit.
10. Disfungsi kandung kemih adalah suatu keadaan dimana urin residu
setelah berkemih spontan >100 cc paska bladder training .
11. Batas sayatan positif adalah batas sayatan tidak bebas sel tumor yang
dinyatakan dari hasil pemeriksaan histopatologi.
12. Batas sayatan negatif adalah batas sayatan bebas sel tumor yang
(58)
3.6 PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA STATISTIK
Data diolah dari formulir penelitian yang telah diisi oleh peneliti. Data dari
penelitian ini disajikan dalam bentuk tabel sesuai dengan tujuan penelitian
dan dianalisis menggunakan uji Chi-squre dengan program statistik secara
(59)
BAB 4
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat deskriptif dengan meneliti
data-data yang diambil dari rekam medik semua penderita kanker serviks
yang dilakukan histerektomi radikal di RSUP.H.Adam Malik Medan mulai
Januari 2002 hingga Desember 2006.
Dalam kurun waktu tersebut diatas, dijumpai sebanyak 136 kasus kanker
serviks yang terdiri dari 37 kasus stadium awal ( 27,2 %) dan 99 kasus
stadium lanjut (72,8%).
Dari 37 kasus stadium awal tersebut, 10 kasus tidak dilakukan histerektomi
radikal dengan berbagai alasan antara lain memilih terapi radiasi, menolak
mendapat pengobatan dan tidak ada data dalam rekam medik,sehingga
(60)
Tabel 7. Karakteristik Demografi Penderita Kanker Serviks Stadium Awal yang Dilakukan Histerektomi Radikal
n %
Usia
<20 tahun 20-29 tahun 30-39 tahun 40-49 tahun ≥50 tahun
0 0 8 18 1 0 0 29.6 66.7 3.7
TOTAL 27 100
Usia pertama kali menikah <20 tahun >20 tahun 9 18 33.3 66.7
TOTAL 27 100
Paritas 1 2-4 ≥5 1 16 10 3.7 59.3 37.0
TOTAL 27 100
Jumlah suami 1 2 25 2 92.6 7.4
TOTAL 27 100
Pekerjaan suami Pegawai negeri Wiraswasta Petani Pedagang Sopir Mocok-mocok 3 10 6 2 5 1 11.1 37.0 22.2 7.4 18.5 3.7
TOTAL 27 100
Dari tabel 7 diatas terlihat bahwa kasus – kasus kanker serviks stadium awal
(61)
– 49 tahun yaitu sebanyak 18 kasus (66,7%) dan tidak satu pun kasus yang
berusia dibawah 30 tahun.
Penderita kanker serviks lebih banyak pada wanita usia tua.6 Di Amerika Serikat usia rata-rata penderita kanker serviks pada saat didiagnosis adalah
usia 40 tahunan.10
Sebanyak 9 (33,3%) kasus menikah pada usia <20 tahun, selebihnya 18
(66,7%) kasus menikah pada usia >20 tahun.
Berrington 2007 (dikutip dari 10) menyatakan bahwa resiko terjadinya kanker serviks meningkat pada wanita yang melakukan hubungan seksual pada usia
<20 tahun.
Terlihat pula bahwa kasus terbanyak adalah wanita dengan paritas 2 – 4 yaitu
16 (59,3%) kasus dan dijumpai 1 (3,7%) kasus dengan paritas 1.
Berbagai penelitian case-control menyatakan bahwa resiko kanker serviks
meningkat pada wanita dengan paritas yang banyak. Wanita dengan paritas 7
atau lebih memiliki resiko menjadi kanker serviks sebanyak 4 kali, dan wanita
dengan paritas 1 atau 2 memiliki resiko menjadi kanker serviks 2 kali lipat
dibanding nulipara.10
Dari tabel 7 diatas juga terlihat bahwa 2 (7,4%) kasus mempunyai suami 2
orang, dan 25 (92,6%) kasus mempunyai suami 1 orang.
Berrington 2007 (dikutip dari 10), menyatakan terjadi peningkatan resiko relatif kanker serviks pada wanita yang memiliki jumlah pasangan seksual ≥ 6 orang.
(62)
Ditinjau dari pekerjaan suami, dijumpai pekerjaan suami terbanyak berturut –
turut adalah : 10 (37,0%) kasus wiraswasta; 6 (22,2%) kasus petani; dan 5
(63)
Tabel 8. Sebaran Karakteristik Kanker Serviks Stadium Awal yang Dilakukan Histerektomi Radikal
n % Stadium Stadium IB1 Stadium IB2 Stadium IIA 10 13 4 37.0 48.2 14.8
TOTAL 27 100
Histopatologi
Karsinoma sel skuamosa Adenokarsinoma
Karsinoma clear cell
16 10 1 59.3 37.0 3.7
TOTAL 27 100
Besar tumor ≤4cm >4 cm 13 14 48,14 51,16
TOTAL 27 100
Keterlibatan KGB pelvis Tidak diketahui KGB (+) KGB (-) 3 12 12 11.2 44.4 44.4
TOTAL 27 100
Batas sayatan Tidak diketahui Batas sayatan (+) Batas sayatan (-)
3 2 22 11.1 7.4 81.5
TOTAL 27 100
Dari tabel 8 terlihat bahwa sebagian besar kasus kanker serviks yang
(64)
(37%) kasus, dan stadium IB2 sebanyak 13 (48,1%) kasus. Hanya 4 (14,8%)
kasus berada pada stadium IIA.
Jenis histopatologi terbanyak adalah karsinoma sel skuamosa yaitu sebanyak
16 (59,3%) kasus, dikuti oleh adenokarsinoma yaitu sebanyak 10 (37%)
kasus. Dijumpai 1(3,7%) kasus dengan jenis histopatologi karsinoma clear
cell.
Pada penelitian Sahil (2006) di RSUP.H. Adam Malik Medan, dijumpai 88,45% kasus karsinoma sel skuamosa dan 6,27% kasus adenokarsinoma.7 Dua subtipe histologi kanker serviks yang banyak dijumpai adalah karsinoma
sel skuamosa dan adenokarsinoma. Karsinoma sel skuamosa merupakan
85% dari seluruh kanker serviks. Vizcaino,2000 ( dikutip dari 10) menyatakan bahwa tiga puluh tahun belakangan, insiden karsinoma sel skuamosa
menurun, sedangkan insiden adenokarsinoma serviks meningkat.
Lebih dari separuh kasus yaitu sebanyak 14 (51,16%) datang dengan tumor
yang sudah besar ( besar tumor > 4 cm ).
Dari laporan hasil pemeriksaan histopatologi dijumpai 12 (44,4%) kasus
sudah dijumpai metastase ke KGB pelvis, 12 (44,4%) kasus tidak dijumpai
keterlibatan KGB pelvis, sedangkan 3 kasus sisanya tidak dilaporkan tentang
keterlibatan KGB nya.
Disamping itu dijumpai 2 (7,4%) kasus masih dijumpai sel tumor pada batas
(65)
Dari 27 kasus yang dilakukan histerektomi radikal, sebanyak 14(51,9%) kasus
tidak didapatkan data tentang pengamatan lanjut, hal ini disebabkan
penderita tidak datang kontrol dan perjalanan penyakitnya tidak dapat diikuti
karena alamat yang tercantum di rekam medik tidak jelas. Sehingga yang
dapat dinilai tentang interval bebas penyakit hanya 13(48,1%) kasus, yang
dapat dilihat dari tabel 9 dan 10 dibawah ini.
Tabel 9. Distribusi Interval Bebas Penyakit Penderita Kanker Serviks yang Telah Dilakukan Histerektomi Radikal
IBP n %
<24 bulan
≥24 bulan
7 6
53,8 46,2
Mean Median SD
29,69 20 26,89
Dari tabel 9 dapat terlihat bahwa seluruh kasus yang dilakukan histerektomi
(66)
Tabel 10. Distribusi Interval Bebas Penyakit Penderita Kanker Serviks yang Telah Dilakukan Histerektomi Radikal
No Kasus Lama follow up
(bulan)
Kondisi Follow up Terakhir
1 Kasus No. 2 73 Hidup bebas penyakit
2 Kasus No. 3 20 Kekambuhan
lokal 3 Kasus No. 4 83 Hidup bebas
penyakit
4 Kasus No. 8 7 Kekambuhan
lokal 5 Kasus No. 9 60 Hidup bebas
penyakit 6 Kasus No. 10 15 Kekambuhan
lokal 7 Kasus No. 14 31 Kekambuhan
lokal 8 Kasus No. 16 31 Kekambuhan
lokal 9 Kasus No. 19 39 Hidup bebas
penyakit 10 Kasus No. 20 7 Meninggal
karena penyakit 11 Kasus No. 23 8 Kekambuhan
lokal 12 Kasus No. 24 11 Meninggal
karena penyakit 13 Kasus No. 25 14 Meninggal
(67)
Tabel 11. Faktor Resiko secara Histologi dengan Kekambuhan
Keterlibatan
No Kasus
KGB Batas
Sayatan Parametrium
Invasi Pembuluh Darah dan Limfe
1 Kasus no. 3 - + Tidak diketahui
Tidak diketahui
2 Kasus no. 8 - - Tidak diketahui
Tidak diketahui
3 Kasus no. 10 + - - +
4 Kasus no. 14 + - - +
5 Kasus no. 16 + - - +
6 Kasus no. 20 + - + +
7 Kasus no. 23 - - - +
8 Kasus no. 24 - - - -
9 Kasus no. 25 - - - +
Tabel 11 diatas menunjukkan bahwa dari 9 kasus kanker serviks yang
mengalami kekambuhan, ada 7 kasus yang dijumpai faktor resiko
kekambuhan secara histologi, dan 1 kasus tidak diketahui keterlibatan
(68)
Tabel 12. Sebaran Komplikasi Dini Histerektomi Radikal
Komplikasi Operasi n %
Tidak ada komplikasi
Disfungsi kandung kemih
25
2
92.6
7.4
TOTAL 27 100
Dari tabel 12 diatas terlihat bahwa komplikasi yang dijumpai hanya terjadi
pada 2 (7,4%) kasus berupa disfungsi kandung kemih.
Komplikasi dini paska histerektomi radikal berupa disfungsi kandung kemih
menurut Powell dkk. (dikutip dari 4) dijumpai sebanyak 3%; menurut Samlal dkk. (dikutip dari 4) dijumpai sebanyak 5,2%; sedangkan menurut Sivanesaratnam dkk. (dikutip dari 4) dijumpai sebanyak 2,6%.
(69)
Tabel 13. Hubungan Besar Tumor, Stadium, Keterlibatan KGB, Batas Sayatan dan Histopatologi dengan Interval Bebas Penyakit
IBP < 24 Bulan ≥ 24 Bulan Total
Karakteristik
n % n % n % P
Besar Tumor ≤ 4 cm > 4 cm
3 4 42.8 66.6 4 2 57.2 33.4 7 6 100 100 0.391 Stadium Stadium IB1 Stadium IB2 3 4 42.8 66.6 4 2 57.2 33.4 7 6 100 100 0.391 Keterlibatan KGB KGB (+) KGB (-) 2 5 33.3 71.4 4 2 66.7 28.6 6 7 100 100 0.170 Batas Sayatan Batas sayatan (+) Batas sayatan (-)
1 6 50 54.5 1 5 50 45.5 2 11 100 100 0.906 Histopatologi
Karsinoma sel skuamosa Adenokarsinoma 5 2 62.5 40 3 3 37.5 60 8 5 100 100 0.429 Uji Chi-square
Dari tabel 13 terlihat bahwa kasus dengan besar tumor ≤4 cm sebanyak 4 (57,2%) mempunyai IBP ≥24 bulan, sedangkan kasus dengan besar tumor >4 cm hanya 2 (33,4%) kasus mempunyai IBP ≥24 bulan. Perbedaan ini secara statistik tidak bermakna ( p = 0,391 ).
(70)
Dari penelitian Landoni dkk. ( dikutip dari 26) didapatkan kasus dengan besar tumor ≤4 cm terjadi kekambuhan sebesar 13%, sedangkan kasus dengan besar tumor >4 cm terjadi kekambuhan sebesar 22%.
Keadaan yang sama berlaku juga pada stadium, dimana pada stadium IB1
yang mempunyai IBP ≥24 bulan adalah sebanyak 4 (57,2%) kasus, sedangkan pada stadium IB2 hanya 2 (33,4%) kasus.
Quinn dkk. melaporkan kasus dengan stadium IB1 mempunyai angka kelangsungan hidup 5 tahun sebesar 78,4%, sedangkan kasus dengan
stadium IB2 sebesar 61,0%.27
Pada kasus – kasus dengan keterlibatan KGB sebanyak 4 (66,7%) kasus
mempunyai IBP ≥24 bulan, dan pada kasus – kasus dengan keterlibatan KGB negatif ternyata 2 (28,6%) kasus mempunyai IBP ≥24 bulan. Secara statistik perbedaan ini tidak bermakna ( p = 0,170 ).Rendahnya IBP pada kasus
dengan KGB negatif dibanding dengan KGB positif disebabkan karena kasus
dengan KGB positif mendapat terapi ajuvan, sedangkan kasus dengan KGB
negatif tidak mendapat terapi ajuvan, dan ada 4 dari 7 kasus yang KGB
negatif tidak diketahui keterlibatan parametrium serta invasi pembuluh darah
dan pembuluh limfenya.
Dari penelitian Quinn dkk. dilaporkan bahwa kasus dengan keterlibatan KGB negatif mempunyai angka ketahanan hidup 5 tahun sebesar 92,1%,
sedangkan kasus dengan keterlibatan KGB positif sebesar 64,1%.27
Dari 13 kasus yang dapat diikuti perjalanan penyakitnya, terlihat bahwa kasus
(71)
bulan, sedangkan kasus dengan batas sayatan negatif sebanyak 5 (45,5%)
kasus mempunyai IBP ≥24 bulan. Perbedaan ini secara statistik tidak bermakna ( p = 0,906). Rendahnya jumlah kasus dengan IBP ≥24 bulan pada kasus dengan batas sayatan negatif dibanding dengan kasus batas sayatan
positif kemungkinan disebabkan karena hanya sedikit kasus dengan batas
sayatan positif, dan dari 11 kasus dengan batas sayatan negatif ternyata ada
5 kasus dengan KGB positif dan invasi pembuluh darah dan pembuluh limfe
positif, 3 kasus dengan hanya KGB positif dan 3 kasus dengan hanya invasi
pembuluh darah dan pembuluh limfe positif.
Dari hasil histopatologi ternyata kasus dengan karsinoma sel skuamosa
sebanyak 3 (37.5%) mempunyai IBP ≥24 bulan , sedangkan kasus dengan adenokarsinoma sebanyak 3 (60%) kasus mempunyai IBP ≥24 bulan. Perbedaaan ini secara statistik tidak bermakna (p = 0,429).
Quinn dkk. melaporkan bahwa kasus dengan gambaran histopatologi karsinoma sel skuamosa mempunyai angka ketahanan hidup 5 tahun sebesar
(72)
Tabel 14. Hubungan Besar Tumor dan Stadium dengan Keterlibatan KGB Pelvis
KGB (+) KGB (-) TOTAL Karakteristik
n % n % n %
P
Besar Tumor ≤4 cm >4 cm 4 8 36.4 61.5 7 5 63.6 38.5 11 13 100 100 0.219 Stadium IB1 IB2 IIA 3 7 2 33.3 58.3 66.6 6 5 1 66.7 41.7 33.4 9 12 3 100 100 100 0.435
Uji chi square
Pada tabel 14 terlihat bahwa kasus – kasus dengan besar tumor ≤4 cm ternyata dijumpai keterlibatan KGB positif sebanyak 4 (36,4%) kasus
sedangkan kasus dengan besar tumor >4 cm yang mengalami keterlibatan
KGB sebanyak 8 (61,5%) kasus. Perbedaan ini secara statistik tidak
bermakna ( p = 0.219 )
Piver dkk. (dikutip dari 28 ) melaporkan bahwa pada kasus stadium IB dengan besar tumor <4 cm didapati keterlibatan KGB positif sebesar 21,1%
,sedangkan kasus dengan besar tumor >4 cm didapati keterlibatan KGB
positif sebesar 35,2%.
Sejalan dengan hal tersebut diatas, berlaku juga pada perbedaan stadium,
dimana pada stadium IB1 ternyata dijumpai keterlibatan KGB positif sebanyak
3 (33,3%) kasus sedangkan stadium IB2 yang mengalami keterlibatan KGB
(73)
KGB positif sebanyak 2 (66,6%) kasus. Perbedaan ini secara statistik tidak
bermakna ( p = 0.435 ).
Dari penelitian Piver dkk. ( dikutip dari 28 ), didapati bahwa pada kanker serviks stadium I dijumpai KGB pelvis positif sebesar 15,4%, sedangkan
(74)
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 KESIMPULAN
1. Dari penelitian ini didapatkan bahwa penderita kanker serviks stadium
awal yang berobat ke RSUP.H.Adam Malik paling banyak berusia
40-49 tahun sebanyak 18 orang (66.7%). Dengan usia pertama kali
menikah paling banyak >20 tahun sejumlah 18 orang (66,7 %). Jumlah
paritas yang terbanyak adalah 2-4 yaitu sebanyak 16 orang (59,3 %).
Dengan jumlah suami paling banyak adalah 1 orang yang dijumpai
pada 25 penderita kanker serviks stadium awal (92,6%). Pekerjaan
suami yang terbanyak adalah wiraswasta dijumpai pada 10 orang
penderita (37%).
2. Tidak dijumpai hubungan yang bermakna antara besar tumor dengan
keterlibatan KGB pada penderita kanker serviks yang telah dilakukan
tindakan histerektomi radikal.
3. Tidak dijumpai hubungan yang bermakna antara stadium dengan
keterlibatan KGB pada penderita kanker serviks yang telah dilakukan
tindakan histerektomi radikal.
4. Nilai rerata bebas penyakit pada penderita kanker serviks yang telah
dilakukan tindakan histerektomi radikal di RSUP.H.Adam Malik Medan
adalah 29,69 bulan (SD 26,89).
5. Tidak dijumpai komplikasi dini post operatif pada 25 orang penderita
(75)
komplikasi dini post operatif histerektomi radikal berupa disfungsi
kandung kemih pada 2 orang penderita (7,4 %).
5.2 SARAN
1. Sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut dengan jumlah sampel yang
lebih besar agar diperoleh hasil penelitian yang lebih baik.
2. Diharapkan pencatatan rekam medik dibuat selengkap mungkin,
(76)
DAFTAR PUSTAKA
1. Ngan H.Y.S, Benedet J.L, Jones H.W, Bender H.G, Pecorelli S.,
Cancer of the cervix, dalam : Staging classifications and clinical practice guidelines of gynecologic cancers by the FIGO Committee on Gynecologic Oncology, Benedet J.L, September 2000, hal : 27-39. 2. Garcia A.G, Cervical Cancer, December 12, 2007, available in :
http://www.emedicine.com/med/topic324.htm#section-workup.
3. Edianto D, Kanker Serviks, dalam : Buku Acuan Nasional Onkologi Ginekologi, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta,
2006, hal : 442-55.
4. Hacker N.F, Cervical Cancer, dalam : Practical Gynecologic Oncology,
fourth edition, Berek S.J, 2005, hal : 337-86.
5. Cervical Cancer Treatment available in :
http://www.uptodate.com/patients/content/topic.do?topicKey=~Q6WQw KUtPBhP1
6. Posadas E.M, Cervical Cancer dalam : Bethesda Handbook of Clinical Oncology, second edition, Lippincott Williams & Wilkins, 2005, page
:246-55.
7. Sahil MF, Penatalaksanaan Kanker Serviks di RSUP.H.Adam Malik
dan RSUD Dr. Pirngadi Medan selama 5 tahun, dalam : Majalah
Kedokteran Nusantara , vol.39 No.1, Maret, 2006.
8. Cervical Cancer, American Cancer Society , 2002 , available in :
http://cache.search.yahoo.net/search/cache?ei=UTF-
(77)
8&p=cervical+cancer%2C+radical+hysterectomy&fr=yfp-t-501&fp_ip=ID&u=www.cancer.org/downloads/CRI/Cervical_Cancer_P DF_.pdf&w=cervical+cancer+cancers+radical+hysterectomy&d=ATO-Dhg5RLMv&icp=1&.intl=us
9. . Andrijono, Panduan Pelayanan Medik Ginekologi Onkologi, Perkumpulan Obstetri Ginekologi Indonesia, Himpunan Onkologi Ginekologi Indonesia, Juni 2007, hal : 13-27.
10. Schorge et al, Williams Gynecology, McGraw-Hill Companies, 2008.
11. Sundborg M.J, Radical Hysterectomy, June 2006, available in :
http://www.emedicine.com/med/topic3343.htm
12. Rohan T.E, Cervical Cancer : From Etiology to Prevention, Kluwer Academic Publishers, 2004.
13. Delmore J, Cervical Cancer, dalam : Obtetrics & Gynecology, Frank W.
Ling, International Edition, McGraw-Hill Companies, 2002, hal : 872-81.
14. Holschneider C.H, Cancer of the Cervix, dalam : Current Obtetric & Gynecologic Diagnosis & Treatment, ninth edition, McGraw-Hill
Companies, 2003, hal : 903-14.
15. Pecorelli S.,Ngan H.Y.S, Hacker N.F, Staging Classifications and
Clinical Practice Guidelines for Gynaecological Cancers, A collaboration between FIGO and IGCS, third edition, November 2006, hal : 37-57.
16. Holschneider C.H, Treatment of Early Stage Cervical Cancer available
inhttp://www.uptodate.com/patients/content/topic.do?topicKey=~Q6WQ
wKUtPBhP1
17. Howkins & Bourne, Shaw’s Textbook of Gynaecology, 13th edition, Elsevier, 2004, hal : 386-92.
(1)
26. Stehman FB, Perez CA, Kurman RJ, Thigpen JT, Uterine Cervix,
dalam : Principles & Practice of Gynecologic Oncology, third edition,
Lippincott Williams & Wilkins, 2000, hal : 887-9.
27. Quinn MA, Benedet JL, Odicino F, et al, Carcinoma of the Cervix Uteri
, dalam : International Journal of Gynecology & Obstetrics, Volume 95,
Supplement 1, November, 2006.
28. Disaia PJ, Creasman WT, Clinical Gynecologic Oncology, fifth edition,
(2)
Lampiran 2.
DATA PENELITIAN KARAKTERISTIK DAN KELANGSUNGAN HIDUP PENDERITA KANKER SERVIKS YANG DILAKUKAN HISTEREKTOMI
RADIKAL
DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN PERIODE 2002-2006
1. Nomer Rekam Medis
2. Nama Pasien
3. Alamat / No.Telp
4. Umur Pasien (tahun)
5. Pekerjaan Isteri
1. PNS
2. Wiraswasta 3. Petani 4. Pedagang 5. IRT
6. ABRI/POLRI 10. Lain-lain 0. Tidak diketahui
6. Pekerjaan Suami
1. PNS
2. Wiraswasta 3. Petani 4.Pedagang 6. ABRI/POLRI
(3)
7. ABK 8. Sopir
9. Mocok-mocok 10. Lain-lain 0. Tidak diketahui
7. Usia Pertama kali Menikah (tahun)
8. Jumlah pasangan seksual/Menikah berapa kali
9. Paritas P A
10.Riwayat merokok isteri 1. Ya 2. Tidak 0. Tidak diketahui
11.Riwayat merokok Suami 1.Ya 2.Tidak 0. Tidak diketahui
12.Diameter Tumor X X
13.Stadium
1. 0 2. IA1 3. IA2 4. IB1 5. IB2 6. IIA
(4)
15.Komplikasi operasi
1. Cedera ureter
2. Cedera kandung kemih 3. Cedera rectum
4. Infeksi Traktus urinarius 5. Trombosis vena
6. Fistula enterovaginal 7. Fistula vesikovaginal 8. Ileus
9. Burst abdomen
10.Disfungsi kandung kemih 11.Limfedema
0. Tidak diketahui
16.Jenis Histopatologi
17.Diferensiasi sel tumor
1. Well differentiated 2. Moderate differentiated 3. Poorly differentiated 0. Tidak diketahui 18.LVI
1. Positif 2. Negatif
0. Tidak diketahui 19.Keterlibatan KGB
1. Positif 2. Negatif
(5)
20.Batas Sayatan
1. Positif 2. Negatif
0. Tidak diketahui 21.Terapi Adjuvant
1. Kemoterapi 2. Radiasi 3. Kemoradiasi 4. Tanpa ajuvan 0. Tidak diketahui
22.Jenis kemoterapi
23.Jenis radiasi 1. Eksterna
2. Interna
3.Eksterna & interna 0. Tidak diketahui
24.Radiasi pertama 25.Radiasi terakhir
26.Komplikasi radiasi 1. Tidak ada 2. Ada
Bila ada, sebutkan ………. 27.Tanggal pemberian kemoterapi I
28.Tanggal pemberian kemoterapi II
29.Tanggal pemberian kemoterapi III
30.Tanggal pemberian kemoterapi IV
31.Tanggal pemberian kemoterapi V
(6)
32.Tanggal pemberian kemoterapi VI
33.Komplikasi kemoterapi 1. Tidak ada 2. Ada
Jika ada, sebutkan ………..
34.Tanggal Kekambuhan
35.Lokasi kekambuhan 1. Sentral 2. Lokal 3. Jauh
0. Tidak diketahui
36.Terapi paska kekambuhan 1. Kemoterapi 2.Radiasi 3.Kemoradiasi 4.Paliatif
37.Tanggal kontrol terakhir
38.Kondisi pada kontrol terakhir
39.Kondisi saat ini: 1. Sehat/tanpa penyakit
2.Hidup/dengan penyakit 3.Meninggal
40. Tanggal meninggal 41. Penyebab kematian