Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Menurut Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 pasal 1 tentang Perubahan Undang-Undang No.7 Tahun 1992 tentang perbankan yang menjelaskan bahwa perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Sedangkan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya dalam bentuk kreditdan atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Perbankan dunia khususnya yang berada di Eropa mengalami penurunan rating atau downgrade, namun perbankan di Indonesia justru mengalami hal yangsebaliknya. Baik itu perbankan milik pemerintah maupun perbankan swasta, hingga semester I di tahun2012 ini perbankan Indonesia mencatatkan kinerja yang baik dengan mayoritas laba yang mengalami kenaikan.Banyak pihak mengungkapkan bahwa laba bersih perbankan yang mengalami kenaikan tersebut didukung oleh laju perekonomian Indonesia yang melesat di saat negara-negara lainnya mengalami keterpurukan akibat krisis ekonomi global yang tak kunjung selesai.Badan Pusat Statistik BPS mengungkapkan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia di triwulan II tahun 2012 mencapai angka 6,4 persen. Angka ini meningkat dari 6,3 persen dibandingkan dengan triwulan I tahun 2012. Angka ini tercatat di luar dugaan. Hal inidikarenakanbanyak pihak yang memperkirakan bahwa pertumbuhan perekonomian di triwulan II tahun 2012 hanya mencapai Universitas Sumatera Utara pada tingkat 6,1 persen.Menurut pengamat ekonomi Damayanti 2012 pertumbuhan perekonomian yang meningkat ini didukung oleh faktor konsumsi domestik masyarakat Indonesia yang cenderung kuat. Dengan adanya konsumsi domestik yang kuat menyebabkan berlangsungnya kegiatan ekonomi. Sehingga perbankan di Indonesia pun memiliki ruang untuk dapat memperkuat laju pertumbuhan kinerjanya economy.okezone.com . Menurut Joyosumarto, direktur utama Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia 2011 menyatakan bahwa krisis ekonomi global dan Eropa kemungkinan akan berdampak kecil terhadap Indonesia, termasuk dari sisi perbankan yang ada di Indonesia yang saat ini relatif baik. Hal ini dikarenakan eksposur perdagangan Indonesia ke kawasan Eropa tidak terlalu besar. Hal ini juga ditandakan dengan terus membaiknya indikator perbankan seperti rasio kecukupan modal dan kualitas kredit www.pajak.go.id . Bank Indonesia BI mencatat bahwa stabilitas sistem perbankan hingga saat ini tetap terjaga dengan fungsi intermediasi yang semakin membaik, meskipun sempat terjadi gejolak di pasar keuangan akibat pengaruh ekonomi global.Sebagaimana tercermin pada tingginya rasio kecukupan modal Capital Adequacy Ratio yang berada jauh di atas minimum 8,0 persen dan terjaganya rasio kredit bermasalah Non Performing Loan Gross di bawah 5,0 persen www.pajak.go.id . Bank dituntut untuk menjalankan fungsinya sebagai lembaga intermediasi untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Bank diartikan sebagai lembaga keuangan yang kegiatan usahanya menghimpun dana dari masyarakat dan Universitas Sumatera Utara menyalurkannya kembali dana tersebut kepada masyarakat serta memberikan jasa-jasa lainnya Kasmir, 2011:2. Dalam mempertahankan dan memperkuat laju pertumbuhan kinerjanya tersebut, perbankan harus menanamkan sikap waspada dan prinsip kehati-hatian mengingat kondisi perekonomian global yang akan terjadi dimasa yang akan datang dihadapkan pada faktor ketidakpastian. Faktor ketidakpastian inilah yang mendorong munculnya berbagai tingkat risiko dalam penanganan krisis yang terjadi di perbankan yang ada diseluruh dunia seperti krisis keuangan yang terjadi di Amerika Serikat pada tahun 2008 yang kemudian menyebar ke zona Eropa. Evaluasi terhadap kinerja bank sangat diperlukan dalam menjaga kondisi bank yang berkinerja bagus dan sehat. Karna perbankan merupakan salah satu bagian yang sangat vital dalam menjamin keberhasilan pembangunan ekonomi yang ada disuatu negara dalam pencapaian tujuan nasional yang berkaitan dengan peningkatan dan pemerataan taraf hidup masyarakat sebagai penunjang berjalannya roda perekonomian. Evaluasi kinerja keuangan bank merupakan bagian dari kinerja bank secara keseluruhan. Kinerja performance bank secara keseluruhan merupakan gambaran prestasi yang dicapai bank dalam operasionalnya, baik menyangkut aspek keuangan, pemasaran, penghimpun dan penyaluran dana, teknologi maupun sumber daya manusia. Kinerja keuangan bank dapat diukur dengan indikator kecukupan modal, likuiditas dan profitabilitas. Penilaian aspek penghimpunan dana dan penyaluran dana merupakan kinerja keuangan yang berkaitan dengan peran bank sebagai lembaga intermediasi. Sedangkan penilaian kondisi likuiditas Universitas Sumatera Utara bank berguna untukmengetahui seberapa besar kemampuan bank dalam memenuhi kewajibannya kepada para deposan Abdullah, 2005:120. Melakukan penilaian kinerja keuangan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi perusahaan, tak terkecuali perbankan. Ukuran untuk melakukan penilaian kinerja keuangan perbankan telah ditetapkan oleh Bank Indonesia melalui Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No.3011KEPDIR tanggal 30 April 1997 dan Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No.30.277KEPDIR tanggal 19 Maret 1998 tentang tata cara penilaian kesehatan bank umum. Menurut SK Direksi Bank Indonesia No.302UPPB 30 April 1997 tentang tata cara penilaian tingkat kesehatan bank umum, bahwa tingkat kesehatan bank dinilai dengan pendekatan CAMEL dengan mengukur kualitas faktor permodalan, kualitas aktiva produktif, manajemen rentabilitas dan likuiditas. Penilaian kesehatan bank bertujuan untuk menentukan apakah bank tersebut dalam kondisi sehat, cukup sehat, kurang sehat dan tidak sehat sehingga Bank Indonesia sebagai pengawas dan pembina bank-bank dapat memberikan arahan atau petunjuk bagaimana bank tersebut harus dijalankan atau bahkan dihentikan kegiatan operasinya Kasmir, 2008:49. Laporan keuangan akan bermanfaat apabila informasi yang disajikan dalam laporan keuangan tersebut dapat dipahami, relevan, handal dan dapat diperbandingkan. Akan tetapi, perlu disadari pula bahwa laporan keuangan tidak menyediakan semua informasi yang mungkin dibutuhkan oleh pihak-pihak yang berkepentingan dengan bank, karena secara umum laporan keuangan hanya Universitas Sumatera Utara menggambarkan pengaruh keuangan dari kejadian masa lalu, dan tidak diwajibkan untuk menyediakan informasi non keuangan. Walaupun demikian, dalam beberapa hal bank perlu menyediakan informasi non keuangan yang mempunyai pengaruh keuangan di masa depan Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia, 2008. Perusahaan perbankan yang ada di Indonesia meliputi Bank Pemerintah, Bank Umum Swasta Nasional Devisa, Bank Umum Swasta Nasional Non Devisa, Bank Pembangunan Daerah, Bank Campuran, dan Bank Asing. Penelitian ini memilih Bank Umum Swasta Nasional Devisa sebagai obyek penelitian. Alasan pemilihan Bank Umum Swasta Nasional Devisa sebagai obyek penelitian dikarenakan status Bank Umum Swasta Nasional Devisa merupakan bank yang sudah memperoleh izin dari Bank Indonesia BI yang dapat melaksanakan transaksi keluar negeri atau berhubungan dengan mata uang asing secara keseluruhan, berbeda dengan bank non devisa yang hanya bisa melakukan transaksi masih dalam batas-batas negara Kasmir, 2008:20. Salah satu indikator dalam menilai kinerja perbankan adalah melalui penilaianReturn On Asset ROA yang digunakan untuk mengukur profitabilitas bank karena Bank Indonesia sebagai pembina dan pengawas perbankan lebih mengutamakan nilai profitabilitas suatu bank diukur dengan asset yang dananya sebagian besar dari dana simpanan masyarakat Dendawijaya, 2009:119. Semakin besar ROA suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank, dan semakin baik pula posisi bank dari segi penggunaan aset Dendawijaya, 2009:118. Universitas Sumatera Utara Athanasoglou et. al 2005 mendefinisikan karakteristik spesifik bank sebagai faktor-faktor yang berasal dari kondisi internal perusahaan atau bank the firm internal condition yang dapat dilihat dari neraca dan laporan rugi laba bank. Faktor dari karakteristik spesifik bank untuk mengetahui pengaruhnya terhadap kinerja perbankan dapat menggunakan ukuran bank size dan rasio-rasio keuangan.Kinerja keuangan bank berdasarkan karakteristik spesifik perbankan yang diambil darirasio keuangan bank, antara lain CapitalAdequacy Ratio CAR, Biaya Operasional Pendapatan Operasional BOPO, Non Performing Loan NPL, Equity to Total Asset Ratio EAR, Loan to Asset Ratio LAR dan menggunakan Firm Size ukuran perusahaan. Capital Adequacy Ratio CAR menurut Dendawijaya 2005:121 merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam penyediaan modal minimum yang harus dipertahankan sebagai suatu proporsi tertentu dari total aktiva tertimbang.Rasio ini menunjukkan besarnya kecukupan modal yang dimiliki oleh bank untuk menunjang aktiva yang mengandung risiko seperti risiko kredit, risiko pasar, dan risiko operasional. Apabila modal bank semakin besar maka kemampuan bank dalam memperoleh laba juga semakin besar, sehingga hubungan antara ROA dan CAR adalah positif. Rasio Biaya Operasi Pendapatan OperasiBOPO adalah kelompok rasio yang mengukur efisiensi dan efektivitas operasional suatu perusahaan dengan jalur membandingkan satu terhadap lainnya Dendawijaya, 2005:119. Rasio ini merupakan perbandingan antara biaya operasional dengan pendapatan operasional. Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan bank dalam hal Universitas Sumatera Utara pengukuran tingkat effisiensi operasional, semakin tinggi rasio BOPO menunjukkan buruknya kemampuan bank dalam hal effisiensi kegiatan operasional. Dalam hal ini antara ROA dan BOPO memperlihatkan hubungan yang negatif. Non Performing Loan NPL menurut Surat Edaran BI No.330DPNP tanggal 14 Desember 2001 Lampiran 14, merupakan perbandingan antarakredit bermasalah terhadap total kredit yang diberikan. NPL yangtinggi akan memperbesar biaya, sehingga berpotensi terhadapkerugian bank. Semakin tinggi rasio ini maka akan semakin burukkualitas kredit bank tersebut, sehingga menyebabkan jumlah kredit bermasalah yangsemakin besar, dan bank harus menanggungkerugian dalam kegiatanoperasionalnya sehingga berpengaruh terhadap penurunan laba ROA yang diperoleh oleh bank Kasmir, 2004. Equity to Total Asset Ratio EAR merupakan indikator financial yang digunakan untuk mengukur keterikatan atau motivasi dari pemilik atas kelangsungan usaha dari bank. rasio ini menunjukkan besarnya modal sendiri yang digunakan untuk mendanai seluruh aktiva perusahaan Primasari, 2013. Modal sangat berpengaruh dalam menjaga kepercayaan masyarakat, karena modal dapat melindungi para nasabah jika bank mengalami kerugian.Jika proporsi modal bank semakin tinggi, maka ini menandakan bahwa si pemilik modal memiliki motivasi yang tinggi dalam menjalankan usahanya. Tapi jika proporsi modal yang relatif rendah menandakan si pemilik modal merasa tidak terlalu dirugikan apabila bank mengalami kebangrutan Menurut Ambarriani, 2003. Universitas Sumatera Utara Loan to Asset Ratio LAR digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam memenuhi permintaan kredit melalui jaminan sejumlah aset yang dimiliki Abdullah, 2003:126. Rasio ini merupakan perbandingan seberapa besar kredit yang diberikan bank dibandingkan dengan besarnya total aset yang dimiliki bank. Semakin tinggi rasio ini, tingkat likuiditasnya semakin kecil karena jumlah aset yang diperlukan untuk membiayai kreditnya menjadi semakin besar Dendawijaya, 2005:117. Firm Size ukuran perusahaan menurut Widjadja 2009 adalah suatu ukuran yang menunjukkan besar kecilnya suatu perusahaan, antara lain total penjualan, rata-rata tingkat penjualan, dan total. Jika suatu perusahaan memiliki total aktiva yang besar, hal ini menandakan perusahaan tersebut mampu dalam menyalurkan kredit yang besar pula sehingga akan menghasilkan laba yang besar. Sehingga antara Firm Size dan ROA mengalami hubungan yang positif. Berikut ini merupakan hasilrata-rata data empiris mengenai rasio keuangan ROA, CAR, BOPO, NPL, EAR, LAR, dan Firm Size ukuran perusahaan periode 2009-2012 yang telah diolah menjadi rata-rata tahunan. Tabel 1.1 Kinerja Bank Umum Swasta Nasional Devisa Periode 2009-2012 Rasio Tahun 2009 2010 2011 2012 ROA 1,92 2,03 2,17 2,14 CAR 17,64 16,57 14,39 15,61 BOPO 90,32 81,87 81,40 80,13 NPL 2,15 1,68 1,38 1,30 EAR 11,07 11,23 10,88 11,01 LAR 60,78 61,15 65,20 68,19 Firm size triliun 14.939.149 19.426.574 23.286.781 29.366.573 Sumber : www.idx.co.id data diolah Universitas Sumatera Utara Dari Tabel 1.1 diketahui bahwa rasio keuangan yang dihitung dari rasio Return on Asset ROA dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2012 menunjukkan rata-rata ROA yang tidak konsisten. Dilihat dari perhitungan rata-rata ROA dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2011, rata-rata ROA mengalami kenaikan. Rata- rata ROA pada tahun 2009 adalah sebesar 1,92 naik menjadi 2,03 pada tahun 2010 dan kembali naik pada tahun 2011 sebesar 2,17. Sedangkan pada tahun 2011 menuju tahun 2012, rata-rata ROA mengalami penurunan sebesar 2,14. Capital Adequacy Ratio CAR pada tahun 2009-2012 pada Tabel 1.1 menunjukkan bahwa nilai CAR mengalami penurunan kinerja dari tahun 2009- 2011 dan mengalami kenaikan kinerja menuju tahun 2012. Hal ini berbanding terbalik dengan banyaknya teori yang mengatakan bahwa antara ROA dan CAR memiliki hubungan yang positif, disaat ROA mengalami kenaikan maka CAR juga mengalami kenaikan. Berdasarkan teori dan fenomena masalah mengenai tidak konsistennya pengaruh yang ditimbulkan variabel Capital Adequacy Ratio CAR, Biaya Operasional Pendapatan Operasional BOPO, Non Performing Loan NPL, Equity to Asset Ratio EAR, Loan to Asset Ratio LAR, dan Firm Size terhadap variabel Return on Asset ROA sebagaimana telah dijabarkan diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dibidang kinerja keuangan dengan judul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Keuangan pada Bank Umum Swasta Nasional Devisa yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2009-2012.” Universitas Sumatera Utara

1.2 Perumusan Masalah